Namikaze Naruto adalah anak pemberani.

Begitulah monolog dari anak pirang yang menyangkal jika disebut penakut.

Awalnya dari permainan 'Seratus Cerita Hantu' yang dilakukan dirinya dan teman sekelasnya sewaktu musim panas di SD dulu. Si Pirang Bandel menerima tantangan yang diberikan temannya. Omongan besar disebar secara cuma-cuma. Sebagian temannya mengernyit tak suka. Tentu banyak yang tak percaya pada omongan si pirang.

Permainan itu tak masalah di awal-awalnya.

Tak ada yang terjadi, tak ada yang istimewa. Malah kebosanan yang mulai dirasakan beberapa anak yang menunggu giliran. Naruto, anak mudah bosan, berpikir untuk berbohong mengenai siluman rubah berekor sembilan ganas yang tidur di dalam dirinya. Menahan cengir lebar, akhirnya gilirannya datang setelah Kiba.

Naruto memulai cerita kisah seram versinya.

Ia semakin menggebu saat melihat reaksi teman-temannya. Anak perempuan merengek, anak lelaki memucat, sementara Naruto menahan tawa.

Tetapi berbohong di 'Seratus Cerita Hantu' adalah suatu kesalahan fatal.

Suasana di ruangan berlilin temaram itu semakin mencekam. Tak ada sosok aneh yang terlihat, hanya sosok imajiner menghantui. Suhu ruangan mendingin padahal matahari terik musim panas menyinari. Anak lelaki pirang yang tadinya tertawa lebar berubah menjadi senyum kaku.

Bukan maksudnya untuk membuat keadaan seperti ini. Bukan maksudnya.

Prang!

Benda-benda di sekitar mereka bergerak di luar kendali dan terlempar ke segala arah. Salah satu vas bunga yang terlempar ke arah Naruto. Anak lelaki itu hanya bisa membelalakkan matanya, tak percaya kebohongannya akan berakibat seperti ini. Saat vas itu semakin mendekat, Naruto memejamkan mata. Ketakutan menghantui dirinya.

Debam keras memekakkan telinga, jeritan memenuhi ruangan.

.

Sasuke x Naruto
Omegaverse freeform, Boys x Boys, Slight NaruSaku (atau SakuNaru?)

Naruto punya Masashi Kishimoto.
Saya tidak bermaksud menjelekkan karakter asli. Fanfic ini hanya untuk sekedar kesenangan pribadi.

.

Bibir merah sang gadis alfa terbuka lebar.

Takjub dengan cerita berbeda tema yang diceritakan dari hati ke hati oleh omega pirang. Menggoyangkan cangkir teh di jemari lentiknya, Sakura memperhatikan wajah Naruto yang pucat. Pemuda pirang itu lagi-lagi menghela napas dan menyeruput teh hangatnya.

Ya, pemuda pirang itu pingsan dalam sekejap setelah ia disenggol oleh hantu jejadian. Ia memaksakan diri dengan jemawa berkata bahwa ia menerima tantangan Sai. Tak lupa mencemooh Sasuke yang tersenyum merendahkan pada dirinya.

Pemuda Namikaze itu menarik tangan Sakura kuat-kuat. Mengabaikan getaran di kakinya saat ia menginjak pintu depan wahana terkutuk yang berselimutkan kain hitam.

Khawatir.

Itulah perasaan yang dirasakan Sakura saat rahang Naruto mulai bergemeretak. Alis merah muda itu mengerut saat tubuh pemuda itu menggigil hebat. "Naruto? Ada ap─"

"Sakura-chan, ada sesuatu di kakiku..."

Pernyataan itu membuat mata hijau permata itu mengerjap. Mengamati kaki yang dibalut jeans biru namun tak menemukan apapun. "Tidak ada apa-apa di kakimu, Naruto─ Hei, tubuhmu bergemetar! Naruto? Naruto?"

Panggilan gadis itu tak digubris. Tubuh omega pirang itu terjatuh dengan bunyi debam keras.

Tanpa aba-aba, tangan kekar menelungkup tubuh Naruto dan menggendongnya. Dua detik, Sakura bersumpah kalau mata hitam sang pemilik melirik tajam padanya.

Ancaman tak terucap dari alfa bungsu Uchiha.

Sasuke pun berjalan santai melewati wahana hantu. Membuat kru wahana panik saat melihat pengunjungnya pingsan. Sakura mengerjapkan matanya. Hampir mengabaikan Sai yang datang membantunya untuk berdiri.

Suatu keharusan jika sang alfa melindungi omeganya. Bahkan tak jarang jika alfa dan alfa saling memperebutkan omega akan berakhir di pesakitan. Namun ini baru pertama kalinya untuk Sakura, ia dipandang sebagai rival oleh Uchiha Sasuke, sang alfa Uchiha.

.

Sasuke dan Sai pergi membeli makan siang untuk Naruto dan Sakura. Naruto masih menyeruput teh hangatnya, sembari memainkan poninya. Tentu Naruto malu. Bahkan ia berencana menggali lubang untuk bersembunyi. Hei, dia bahkan baru menginjak dua tiga langkah langsung pingsan? Gadis manja pun tak akan memecahkan rekornya!

Sebagai omega memang suatu hal biasa jika ia dianggap lemah. Namun untuk Uzumaki Naruto adalah pantangan tersendiri jika ia dicap omega loyo. Ia tidaklah lemah. Berulang kali Naruto meyakinkan diri.

Sayangnya untuk kasus ini, hantu tak bisa ia lawan dengan tendangan. Ia hanya bisa menyapu dengan doa ataupun lari dari kenyataan.

Mengaduk tehnya yang mau habis, Naruto pun melirik ke arah Sakura. Tak disangkanya, mata hijau permata itu memandangnya.

"Uh? Ada apa, Sakura-chan?"

Sakura tersenyum kecil, "Kau begitu dicintai ya, Naruto." Naruto mengerjap penuh tanya.

"Ee... iya? Terima kasih?" ujar Naruto tak yakin.

"Ah ya. Apa kau bisa melanjutkan kencan kita? Apa kau mau pulang?" tanya Sakura. Raut muka kecewa Sakura tentu tak dilewatkan sang omega.

"Tentu tidak! Aku akan melanjutkannya! Pingsan tidak jadi masalah bagiku!" Naruto balas dengan semangat. Ia menggebrak meja, mengagetkan beberapa pengunjung yang lewat.

"Kau tidak masalah. Aku yang masalah, Dobe," selak Sasuke yang datang membawa baki.

Naruto meneguk ludah.

"Oi! Aku kan tidak sesering itu pingsan! Lagipula aku tidak memintamu untuk menggendongku keluar kan!" balas Naruto tak mau kalah.

"Kalau bukan aku lalu siapa, hah? Kau mau hantu di dalam menggerayangimu?"

"Y-ya bukan hantu juga! Sasuke brengsek!"

"Fuh, terserah kau saja, kucing penakut."

"APAA!"

Sai yang datang belakangan, tersenyum lebar. "Ini makananmu, Sakura-san. Kau mau burger atau ayam?"

"Aah, burger saja. Terima kasih, Sai," ujar Sakura sambil memandang sepasang mate tengkar tak berguna.

"Apa kau iri dengan mereka?' Sai duduk di sebelah Sakura. Menyuap potongan ayam, juga menatap pasangan yang tak hentinya adu mulut. Sakura menggeleng pelan.

"Tentu tidak. Aku sudah melihat mereka sejak dulu."

Alis Sai terangkat, "Sejak dulu? Bukannya kau baru kenal mereka awal SMA?"

Sakura tersenyum jahil. "Ra-ha-sia!" Ia pun berlari menuju pasangan bodoh itu dan menggaet tangan Naruto. Spontan, Sasuke ikut menarik tangan Naruto yang bebas. Kedua alfa itu saling menatap tajam, mengabaikan jerit sakit dari omega.

Sai menatap ketiganya dengan pandangan tak terbaca. Ia meneguk cola dan kembali menikmati makan. Tentu ada perasaan aneh yang bergerilya di hatinya. Walau ia pendiam, ia bukanlah orang yang tak pedulian. Perlahan, ia kembali menatap wajah gadis alfa yang tersenyum lebar.

"Tapi, raut wajahmu berbanding terbalik, Sakura-san."

.

Haruno Sakura adalah gadis alfa yang dilahirkan saat bunga ceri bermekaran.

Parasnya ayu, hanya saja jidat lebar membuatnya malu. Jidat lebar ditutupinya dengan poni. Bermaksud menutupi rasa rendah diri yang justru menjadi sasaran anak lelaki.

Sahabat dari kecilnyalah yang menyelamatkannya. Yamanaka Ino namanya. Ia gadis beta yang begitu percaya diri. Tak ayal, banyak kawan sebaya yang mau berteman dengannya.

Keduanya bertemu saat Ino melihat sosok sebayanya yang duduk di bawah pohon ceri. Didekatinya, dikomentarinya, dan diberinya pita merah Ino kepada Sakura. Dari sanalah pertemanan terjalin hingga remaja kini.

Kisah cinta Sakura dimulai saat ia melihat sosok lelaki tampan di sekolahnya. Jika ia perempuan, Sakura akan mengiranya sebagai Putri
Salju di dongeng kanak-kanak. Kulit putih, rambut hitam legam, dan bibir merah delima.

Sayang, berkebalikan dengan Putri Salju, sikap lelaki itu sangatlah ketus dan sinis. Tak ada yang bisa mendekatinya. Ia seakan menutup diri.

Sakura hanya bisa memandangnya sebagai fans belaka. Tak lebih, tak kurang. Memerhatikan, menyemangati, juga mengimpikan dambaan hati adalah kegiatan khusus dari fans Uchiha Sasuke.

Bohong jika Sakura berpikir kegiatan itu membuatnya puas. Bibit alfa dalam dirinya mungkin penyebabnya. Ia berambisi untuk membuat Sasuke menjadi miliknya.

Sayang seribu sayang, lelaki berambut pirang datang menjumpa. Ia anak lelaki ramah dan penuh semangat. Wajahnya bagai disinari matahari cerah, berkilau layaknya berlian.

Secara ajaib, lelaki pirang itu dekat dengan dambaan hati. Tidak dalam pengertian romantis, lebih kepada perseteruan tak berarti. Hormon anak lelaki mungkin mendominasi.

Tapi makin lama, seiringnya waktu, Sakura tentu memiliki kecemasan sendiri.

Anak lelaki itu justru semakin dekat dengan Sasuke. Berbeda dengannya yang semakin jauh tak menjangkau. Berlatar belakang dua keluarga yang ternyata teman dekat, jadilah Naruto dan Sasuke semakin bertaut.

Kecemasan Sakura bertambah saat ia menghadiri acara musim panas di kelasnya. Ya, kejadian Seratus Cerita Hantu itu ia juga ikut serta. Ia melihat dengan mata hijaunya, bagaimana paniknya Naruto saat seluruh barang bergerak di luar kendali. Ia pun sangat ketakutan. Ia dan Ino hanya bisa meringkuk di bawah meja. Saat bunyi pecah terdengar, Sakura mengintip di balik meja.

Sang dambaan hati, Sasuke, terkapar tak berdaya di atas tubuh Naruto yang pingsan.

Keduanya luka parah. Semua murid menjerit, Sakura semakin panik dan kalut. Beruntungnya, guru datang mengecek keadaan yang aneh. Sasuke dan Naruto dapat diselamatkan dengan segera. Ada rasa lega saat ia mendengar kabar Sasuke kembali pulih. Namun rasa dengki menumpuk di hati saat ia melihat Naruto masih tertawa lebar di sekitarnya.

Sakura tahu saat itulah awal ia membenci Namikaze Naruto. Bahkan dari lubuk hatinya yang paling dalam.

.
Keempatnya berkeliling taman hiburan. Mencoba wahana demi wahana yang dirasa mengocok adrenalin. Terutama Naruto yang selalu menantang Sasuke untuk menaiki berbagai wahana. Tak mau mengaku kalah, Sasuke pun menaiki wahana bersama.

Kedua tangan menggamit erat, dua mata beda warna saling memandang. Alfa yang pendiam, omega yang ceriwis. Keduanya begitu berbeda namun juga serasi. Beberapa pandangan pengunjung memandang mereka dengan berbagai reaksi. Keduanya lelaki paras tampan, tak pelak mengundang gugahan. Aroma omega menguar dari lelaki pirang, memikat para alfa di sekitarnya. Sasuke harus berulang kali menelungkup mate-nya dengan aura alfanya.

Dua alfa yang ada di belakang pasangan itu hanya bisa mengikuti langkah. Fisik wanita, tidak membuat aura alfa Sakura tertutup dengan dua lelaki alfa di dekatnya. Ia memanglah alfa wanita dengan kebebasannya. Setidaknya ada tiga hingga empat omega yang mengerling padanya. Naruto yang memerhatikan sekitarnya, menyengir lebar ke arah Sakura. Sakura yang melihat Naruto, hanya tersenyum masam.

Di lubuk hati terdalam, Naruto pun menginginkan tubuh alfa. Ia tidak dipandang rendah oleh mate-nya memang. Hanya saja harga diri sebagai lelaki dipertaruhkan.

Terutama, saat ia dalam masa musim kawin.

Merengut, Naruto pun menaruh kepalanya di pundak Sasuke saat beristirahat. Jemari masih menggamit, Naruto memainkan telunjuknya di telapak tangan Sasuke. Merasa omeganya mencari perhatian, Sasuke menunduk pelan.

"Kau lelah?"

Naruto menggeleng. "Tidak."

Suatu keanehan jika lelaki ceriwis mendadak pendiam. Sasuke menggeser tubuhnya dan menatap wajah Naruto skeptis. "Ceritakan," perintahnya. Aura alfa mau tak mau menguar saat melihat omeganya menolak melihat dirinya.

Naruto mencebik tak suka. Jika saja ia memiliki aura alfa, ia akan menantang Sasuke. Lomba aura alfa pun akan diselenggarakannya. Jika saja, tentunya.

"Tidak ada apa-apa. Aku hanya kesal kenapa kalian mudahnya mengeluarkan aura alfa. Kalau aku mengeluarkan omega, yang ada aku dikerubungi layaknya gula. Ini tidak adil," desah Naruto. Masalah hierarki ini memanglah kasus lama yang kadang Naruto ungkit. Ia telah menerima dirinya sebagai omega. Hanya saja, sifat kekanakan masih kental di dirinya. Sasuke memandang Naruto datar.

Mendadak bibir bungsu Uchiha menempel di bibir Naruto. Tangan Sasuke mencengkeram belakang kepala Naruto kuat, membuatnya menelengkan kepala. Kaget dengan ciuman kejutan, Naruto memukul dada Sasuke kuat. Afeksi cinta di depan publik seperti ini jarang alfanya lakukan. Bukannya ia tak senang, hanya saja perhatian pengunjung ada pada mereka.

Sakura membelalakkan mata. Sai bersiul pelan. Pandangan horor Sakura membuat Naruto semakin panik.

Bukannya melepas, Sasuke justru merengkuh tubuh Naruto. Membawa pagutan mereka ke gerakan konstan, kadang dilepas sesaat, namun kembali ditempel erat. Mau tak mau, Naruto memejamkan matanya. Bohong jika ia tak suka dengan perlakuan alfanya. Dengan ragu, lengan Naruto pun dilingkarkannya ke sekeliling leher Sasuke. Tak memedulikan berbagai siulan nakal atau komentar di sekelilingnya.

Saat tangan Sasuke mulai menggerayang ke bokongnya, Naruto melepas cepat. Deru napas saling beradu, mata biru memicing tajam.

"Apa yang kau lakukan, Brengsek...," sela Naruto di antara napas pendeknya.

Sasuke menarik napas dalam kemudian melepasnya panjang. Ia balik menatap Naruto menantang. "Kau bilang kau ingin memiliki aura alfa. Aku bagi auraku denganmu," ujarnya sambil menyeringai lebar.

Naruto memandang bingung alfanya. Ia pun menghirup aura sekitar mereka. Benar saja, aura alfa menyelimuti tubuhnya. Hanya saja—

"BUKAN SEPERTI INI, BRENGSEEKKK!" jerit Naruto melengking.

Memang aura Naruto bagaikan seperti alfa. Tapi, auranya adalah milik Sasuke. Dalam artian, aroma Naruto justru menunjukkan siapa pasangan alfanya. Bagai cap Uchiha Sasuke menempel di seluruh tubuh Namikaze Naruto.

Sai mengomentari mereka dengan cap pasangan bodoh. Sakura meringis saat melihat Naruto mengibaskan bajunya, mencoba melepas aura alfa di sekitar tubuhnya.

Yang mereka ketahui sendiri, tentu saja sangat percuma.

.

Hari mulai sore, matahari mulai bersembunyi di balik awan. Tujuan terakhir rombongan adalah kincir ria. Kabar jika pasangan berciuman di atas kincir akan menjadi pasangan abadi, tentu sudah menyebar bagaikan legenda urban.

"Aku bersama Naruto! Sasuke-kun dengan Sai!"

Sakura mengemukakan dengan jemawa. Naruto melongo, Sai tersenyum, dan Sasuke siap membunuh.

"Tak ada kesepakatan seperti ini, Haruno," desis Sasuke berbahaya.

"Aku bilang kalau ini adalah kencanku dengan Naruto, Sasuke-kun?" balas Sakura tak mau kalah.

Naruto mengerling ke arah alfanya dan gadis alfa. Lagi-lagi ia diperebutkan dengan absurd seperti ini.

"Oi! Kalian berkelahi seperti ini la—"

"DIAM, NARUTO!" Kedua alfa saling menatap tajam.

Naruto terkesiap. Hampir Naruto bergidik ngeri jika ia tak ingat bahwa dirinya adalah lelaki jantan. Melihat keduanya yang masih berdebat, Naruto pun meminta bantuan ke arah Sai.

"Oh? Aku tak mau mengganggu dua alfa kelebihan hormon. Lagipula yang diperebutkan omega anu kecil sepertimu. Aku tak ikut," ujar Sai. Naruto memukul wajah Sai yang sayangnya dapat dihindar.

Sai memandang Naruto. Senyuman masih terpatri di wajah pucatnya. "Nikmati saja kelakuan mereka, Naruto. Setidaknya mereka masih memerhatikan keinginan omega. Tidak berlaku kasar ataupun pemikiran dangkal."

"Kasar? Dangkal? Maksudmu apa, Sai?"

Senyuman Sai berubah datar.

"Perilaku alfa liar dan sadis yang harus kau khawatirkan."

Pupil Naruto membesar. Ada jeda panjang yang membuat bulu kuduk Naruto meremang.

Walaupun sistem hierarki berjalan baik di lima desa, namun tetap saja ada warga yang tak terima dengan peraturan. Warga yang pergi dari desa itu disebut nuke. Mereka biasa bergerombol layaknya hewan. Memangsa omega atau beta yang berkeliaran tanpa pasangan. Entah apa yang dilakukan mereka, tapi satu hal yang ditemukan beberapa bulan kemudian.

Mayat dengan kondisi mengenaskan.

Naruto meneguk ludahnya. Entah kenapa ada rasa panik di diri omeganya. "A-apa maksu—"

"Tapi bohong~"

Naruto melongo untuk kesekian kalinya. Sai tersenyum lebar memuakkan.

"Aih, Naruto-kun sangat mudah dibodohi ya. Anu kecil dan bodoh, memang padanan yang sempurna!" tambah Sai sambil menepuk pundak omega pirang.

Mata biru itu berkilat. Serangan bertubi-tubi dilakukan Naruto yang berkali-kali dihindari Sai.

Sasuke dan Sakura yang telah menghentikan perdebatan, memandang keduanya dengan pandangan heran.

.

Setelah perdebatan tak berguna, akhirnya Sakura dan Naruto memasuki kincir ria. Sai dan Sasuke yang menolak satu kincir, memilih untuk duduk menunggu keduanya. Berbagai cara pertahanan omega diingatkan Sasuke secara gamblang. Naruto mengerut alis kesal sambil mengiyakan. Ia tak sebodoh itu untuk lupa cara defensif saat diperlukan.

Tak dilewatkan Naruto, pandangan tak terima dari alfanya. Ia pun melambaikan tangan mencoba menenangkan. Hanya dibalas anggukkan pelan dan wajah masam.

Kincir ria itu bergerak pelan. Waktu terasa lambat, pemandangan di sekitar kincir mulai berubah. Taman bermain itu sangatlah luas, berbagai orang terlihat mengecil. Naruto menikmati pandangan di sekeliling taman bermain.

Sakura memandang ke arah bawah dengan tatapan tak terbaca. Ada beban berat di pundaknya.

Segala ketakutan seakan menghantuinya. Sama seperti saat pertama kali ia mengetahui bahwa dirinya seorang alfa. Ia merasa gagal menjadi seorang wanita.

Otomatia ia tercoret dari daftar pasangan mate Sasuke. Sakura tahu pasti, keturunan Uchiha pasti mengincar omega langka untuk dipinang. Harapan satu-satunya luluh lantak. Ia tidak mungkin menjadi seorang istri dari Sasuke.

Ia menelan pil pahit saat mengetahui Naruto telah ditandai oleh Sasuke. Ia mengesampingkan kenyataan bahwa Naruto diserang guru pedofil. Amarah menutupi hatinya. Satu pikiran buruk menodai berbagai sikap positif dari omega pirang.

Sakura tak tahu pasti sebesar apa kebenciannya kepada Naruto.

Mungkin, jika mungkin, ia akan menggunakan kekuatan alfanya. Sebagaimana ia kecewa karena dirinya yang alfa, ia tak bisa melawan fisiknya sendiri bukan?

Omega tak tersentuh ada di depannya. Omega yang berpasangan dengan dambaan hatinya.

Ada rasa bergejolak aneh di dasar hati Sakura.

"Hei, kau tahu Naruto," Sakura menyilangkan kakinya, "saat kecelakaanmu dulu, aku juga berada di sana."

Pandangan Naruto terhenti. Ia menoleh ke arah Sakura yang menatapnya intens.

"Kau juga di sana? Sakura-chan? Kenapa kau tak bilang tadi! Berarti kau teman masa kecilku juga?!"

Sakura tersenyum.

"Ya. Juga teman masa kecil Sasuke-kun."

Naruto terdiam. Ia masih tak mengerti maksud dari pembicaraan ini. Aura Sakura mulai berubah.

"Ta-tapi kenapa aku tidak mengingatmu, ya? Seharusnya aku mengingat temanku seluruhnya," Naruto menerka. Ingatannya samar, harusnya ia mengingat sosok Sakura.

"Tentu kau tidak mengingatku, Naruto." Sakura berdiri secara perlahan.

Mendadak, ia memerangkap tubuh Naruto yang ada di hadapannya. Mengeluarkan aura alfa yang kuat, menggenggam kedua lengan Naruto erat-erat.

Mengunci gerakan Naruto dalam sekejap.

Aura omega Naruto tertekan dengan alfa Sakura. Ia tak bisa bergerak, perhatiannya tertuju pada alfa yang mendekati wajahnya. "Bagaimana jika kubilang, kalau akulah yang melempar vas bunga itu ke arahmu, Naruto?"

Naruto terdiam. Ia masih menatap mata hijau yang memancar.

"Aku dari dulu melihatmu sebagai omega lemah. Aku juga tak suka melihatmu terus-terusan dekat dengan Sasuke-kun," Sakura masih menatap nyalang, "bisa saja bukan kalau kau yang menggoda guru Mizuki. Tak ada yang tahu pasti kelakuan omega binal di hadapan alfa!"

Genggaman di lengan Naruto semakin kuat. Tapi omega pirang tetap bergeming. Mata biru langitnya masih memandang mata hijau permata.

Sakura mendekatkan wajahnya di leher Naruto. Mengendus aromanya, Sakura menjilat leher sang omega. "Bau yang enak. Tak heran jika Sasuke betah bersamamu. Bagaimana jika tanda di lehermu ini kuhapus dengan tanda—"

"Hentikan, Sakura-chan." Suara tenang Naruto menggema di kubik kincir.

Sakura menghentikan gerakannya. Ia masih menempelkan bibirnya di leher, dekat dengan tanda Uchiha. Giginya mulai menyusuri leher sawo matang dan menggigit kecil.

"Untuk apa? Ada omega tersedia cuma-cuma di depanku, tak mungkin kulepaskan, bukan?" Sakura membuka mulutnya lebar. Bersiap untuk menandai Naruto.

Aura alfa Sasuke tentu menghalau penciumannya. Aromanya begitu kental, hingga membuat Sakura muak. Statusnya yang juga alfa membuatnya mual saat menghirup aroma kental dari pasangan yang sudah ditandai. Tapi tak mengapa, asalkan ia bisa me—

"Aku benci dengan orang yang membohongi dirinya sendiri."

Pernyataan Naruto membuat kaku tubuh sang gadis alfa. Sakura menegakkan tubuhnya, memandang mata biru langit berpendar.

"Apa maksudmu aku membohongi diri sendiri?" desis Sakura.

"Satu-satunya yang tahu perasaanku tentu saja diriku sendiri! Apa kau membenci sosokku yang sebenarnya, Naruto? Kalau kau benci, bilang saja! Jangan mengalihkannya deng—"

"Sakura-chan yang aku tahu, bukanlah seperti ini."

Bibir Sakura merapat. Ia merengut kesal. "Tahu darimana tentangku, hah?"

Naruto melepaskan genggaman tangan Sakura dengan perlahan. Memejamkan mata dan kemudian menatap Sakura hangat. Secara tak sengaja, Naruto mengeluarkan aura omeganya. Sayu rayu auranya membuat Sakura terdiam.

"Kecelakaan di cerita hantu itu bukanlah salahmu. Aku tahu pasti. Ayah yang memberitahuku kalau kejadian itu murni kecelakaan. Aku tidak mengingatmu mungkin karena vas bunga itu mengenai kepalaku agak keras. Jadi aku—" Naruto terdiam sejenak.

"Kau bisa mengatakan apapun, Sakura. Tapi satu hal yang pasti. Aku mempercayaimu."

Raut muka Sakura mengerut tak suka.

Kenapa?

Kenapa Naruto masih saja memandangnya begitu percaya? Bahkan ia saja memutuskan Naruto adalah omega perebut dambaan hatinya. Tapi mengapa?

"Ahahaa! Ternyata Sai benar, kau memang bodoh," Sakura mengendurkan tubuhnya yang kaku dan tersenyum miris.

"Saat itu, vas bunga tidak mengenaimu sepenuhnya, Naruto. Aku sendiri yang melihat kejadian dengan mata kepalaku sendiri."

Bagaimana ia bisa melawan lawan yang tak bercela?

"Sasuke yang menyelamatkanmu. Ia terkena di bagian punggung, syukurnya tidak terkena bagian fatal. Hanya saja, kau terantuk meja yang ada di belakangmu. Kau begitu shock saat itu. Ingatanmu mungkin tumpang tindih. Aku memang saat itu tidak dekat denganmu ataupun Sasuke."

Bagaimanapun sudah jelas dari awal ia telah kalah, bukan?

Mata Sakura memanas. Ia rasakan tangannya bergemetar menahan emosi yang berkecamuk. Dengan susah payah, Sakura menggeleng pelan. Mencoba menguatkan diri.

"Dan ya, aku menyukai Sasuke-kun," jeda panjang, "dulu."

Sakura duduk tercenung di sebelah Naruto. Aura alfanya menguap. Mungkin harus ia sudahi saja rasa benci tak berguna, pikir Sakura sendu.

"Dulu? Lampau?"

"Ya, Naruto. Dulu aku begitu menyukai Sasuke, bahkan jujur aku memang membencimu yang dekat dengannya. Terlebih kau adalah omega. Kesempatanmu untuk dekat bahkan menjadi pasangannya begitu besar. Sementara aku adalah alfa. Dilirik pun tidak... Aku hanya bisa menatap kalian yang bercengkerama. Apapun cara yang kulakukan seperti percuma. Dunia kalian adalah dunia milik berdua," tukas Sakura sambil tertawa.

"Lalu apa tujuanmu berbuat seperti tadi?" Naruto menatap Sakura dengan pandangan serius. Sakura tersenyum.

"Kau memang omega, tapi hatimu alfa. Kau begitu kuat dan pantang menyerah. Tapi di satu sisi, kau begitu naif akan masalah hierarki. Alfa-Omega adalah jenis kelamin kedua yang kita miliki. Kau harus tahu bahwa alfa bisa berbuat lebih dari apa yang kulakukan padamu. Aura alfa mendominasi, menekan, bahkan membuat takluk. Sebagaimana kau tidak menyukai dirimu yang omega, tapi kumohon pikirkanlah keselamatanmu juga, Naruto. Tak semua alfa baik, tak semua buruk. Begitu juga omega ataupun beta. Berhati-hatilah."

Sakura meneguk ludahnya. Ia memanglah tak cocok jika ia bersahabat dengan Sasuke ataupun Naruto. Mungkin setelah ini ia akan dijauhi keduanya, atau mungkin justru dia yang menjauh.

Mana mungkin mereka masih mau menerima dirinya yang menjijikkan ini, bukan?

"Mungkin kau tahu diriku, makanya kau tidak menggubris kekuatan alfaku. Hanya saja, tubuhmu di luar kendali, seperti apa yang kulakukan tadi. Maafkan pilihanku yang berbuat seperti tadi, tapi aku—"

"Apa kau masih menyukai Sasuke, Sakura-chan?"

Jeda panjang. Gadis alfa itu menatap kedua tangannya, terdiam beberapa lama. Omega pirang masih menatapnya. Jemari lentik Sakura bersilang selimpat.

"Bohong jika aku berkata tidak... Aku... masih menyukainya." Sakura menengadah.

Naruto terdiam.

Omega pirang itu merengkuh tubuh gadis alfa ke dalam pelukannya. Membuat Sakura membelalakkan mata.

"Ke-kenapa kau memelukku, Naruto bodoh? Aku tidak apa-apa. Aku tidak serendah itu untuk merebutnya darimu. Bagaimanapun juga, kau adalah sahabatku, bukan?"

"Ya. Hanya saja maafkan aku."

Sakura tertawa serak. Ia pun membalas pelukan Naruto erat. Air mata lolos dari sudut matanya. Sedu sedan tangis tak dapat ditahannya.

"Ta-Tak ada yang perlu dimaafkan, kau tahu. Mungkin butuh waktu yang lama... tapi aku selalu mendoakan kebahagiaan kalian. Aku bersama kalian sampai kapanpun, Naruto."

Naruto menganguk pelan.

"Ya. Aku tahu, Sakura."

Di sanalah, Haruno Sakura melepaskan cinta pertamanya pada lawan sekaligus sahabatnya. Ia telah kalah dari sang omega, Namikaze Naruto.

.
.

"Kenapa wajahmu cemberut seperti itu, Sasuke?"

Bungsu Uchiha hanya diam. Berjalan tenang di sebelah Naruto, Sasuke menatap ke depan. Seakan tak peduli dengan celotehan omeganya.

Naruto menghentakkan kakinya. Berjalan lebih cepat, menghentikan langkah Sasuke. Mereka berhadapan, mata biru langit dan hitam legam bertemu.

"Jangan abaikan aku, Sasuke."

Sasuke menghela napas. "Aku tidak mengabaikanmu. Kau sendiri lupa dengan apa yang kubicarakan tadi?"

Mata biru itu mengerjap. "He? Tentang apa?"

Sasuke mendelik tajam. Aura hitam menguasai sekitarnya. Spontan, Naruto mengingat cepat dan menepuk tangannya.

"Ah! Tentang pertahanan itu! Aku tak lupa kok! Aku melakukannya!" sergah Naruto sambil mengikuti Sasuke yang kembali berjalan.

"Apanya? Baumu seluruhnya bau gadis alfa itu," geram Sasuke. Suaranya lebih berat dari yang biasanya. Membuat Naruto berjengit dan memundurkan langkahnya.

"Uhh... Itu ada kondisi yang berbeda."

"Kondisi apa?" balas Sasuke tajam.

Naruto menyengir lebar. Mencari cara untuk mengalihkan alfanya agar tidak tertelan kecemburuan. Didekatinya sang alfa dan ia pun membisikkan pelan, "U-Untuk membalasnya, kau mau mandi bersama denganku?"

Sasuke berhenti. Ia melirik Naruto di sudut matanya.

Ia pun menggenggam tangan Naruto dan membawanya cepat ke arah rumah Naruto. "Sekarang atau tidak. Percepat langkahmu, Dobe!"

Naruto mati-matian untuk tidak memutar bola matanya.

.

.

Di lain tempat, Sakura berjalan pulang bersama Sai. Sai beberapa kali menatap ke arah Sakura. Ia bergeming tak berkata.

"Tak biasanya kau tidak berkata pedas, Sai."

Sai menaikkan alisnya, "Kau ingin aku berkata pedas?" Terdengar tawa Sakura di depannya.

"Tidak tentu. Kuhajar kau jika kau berkata menyakitkan saat aku patah hati sepenuhnya," ujar Sakura. Ia meloncat menghindari genangan air di jalanan. Langkahnya terasa ringan, entah kenapa.

"Apakah kau iri dengan mereka?"

Sakura terdiam beberapa saat. Saat Sai kembali membuka mulutnya, Sakura membalikkan tubuhnya.

"Tentu tidak!"

Ia tersenyum. Gurat kesedihan masih tergaris di wajahnya, mata sembab tak dapat berbohong. Walau keadaannya begitu menyakitkan, namun Sai tahu satu hal yang pasti.

"Hm. Syukurlah."

Sepupunya telah terbebas dari tumpuan hati yang membebani dirinya.

.

"Rasakan semua, demikian pinta sang hati. Amarah atau asmara, kasih atau pedih, segalanya indah jika memang tepat pada waktunya. Dan inilah hatiku, pada dini hari yang hening. Bening. Apa adanya."

Dee Lestari, Rectoverso

.
Bersambung

A/N :

Yahoo!
Sekian lama akhirnya diapdet juga lel Semoga kalian suka. Mohon ampun jikalau masih banyak kekurangan. Saya masih kutak katik penulisan saya orz

Dan yashhh kasus Sakura selesai di sini. Selanjutnya bertemu dengan karakter baru. Saya usahakan mencicil ketik. Hustler juga sedang pengerjaan yaa~ /o/

Oh ya! Sekedar mengingatkan, PO Golden Cage masih dibuka ;) Daripada menyesal tidak membeli, lebih baik menyesal membeli /lah

Btw kalian bisa cek wattpad saya kagamiyoneko atau Anindita Cinantia Gocing ya :D Di sana saya lebih aktif untuk aplod cerita bwahahaha