.

The Emperor

Naruto © Masasshi kisimoto

High School DxD © Ichie Ishibumi

WARNING : AU, OOC, OC, Typo (yang selalu ngikut), Semi-Canon, Universal World,

Pair : [Naruto X... ] akan terasa sendiri saat membacanya. :v

.

Chapter 12 : Irregular Couple & Marriage Date.

.

Mataku terasa begitu berat. Perasaan ini entah kenapa terasa begitu berbeda dengan perasaan yang biasanya aku rasakan ketika bangun tidur. Aku dengan paksa mencoba membuka mataku, namun saat aku merasa jika kelopak mataku telah terbuka, semuanya masih sama. Tidak ada yang berubah sama sekali. Gelap gulita.

"!?"

Rasa sakit yang teramat sangat mulai menjalar dari kepalaku, karena reflek atau memang kebiasaan. Tanganku bergerak untuk memegang kepalaku. Dan pada saat itu juga aku sadar, aku tidak merasakan apa pun, entah itu kepalaku maupun tanganku.

Sepertinya aku tidak memiliki... tubuh.

Tapi kenapa?

Mungkinkah...

Ini yang mereka sebut dengan kematian? Tapi bagaimana mungkin? Aku yang abadi ini bisa mengalami kematian seperti ini.

Oh benar juga. Aku telah... di khianati.

Mereka semua yang baik padaku, ternyata menyembunyikan pisau di balik baju mereka. "Dia" yang berkata bahwa dia mencintaiku, menusukku dari belakang.

Aku ingat semuanya, pada akhirnya aku mengingatnya.

Sudah aku duga. Seharusnya aku tidak pernah menaruh kepercayaanku pada mereka, kepadanya. Jika aku melakukannya dulu aku pasti tidak akan mengalami ini. Jika ada yang bertanya padaku apa aku marah? Aku akan menjawab jika aku marah. Jika ada yang berkata apakah aku dendam? Tentu saja aku dendam. Tapi jika ada yang berkata apakah aku membenci mereka? Maka aku akan menjawab tidak.

Tapi kenapa?

Aku sendiri juga tidak tahu. Hanya saja jauh dalam lubuk hatiku aku tidak akan bisa membenci mereka. Aku tahu bahwa senyum mereka itu palsu, aku tahu jika kebaikan mereka itu palsu. Tapi hari-hari yang kita lalui bersama itu nyata. Itulah yang aku yakini.

Aku tidak akan bisa membenci mereka. Walaupun segelap apa pun hatiku saat ini.

"!?"

Secercah cahaya muncul tak jauh dari tempatku saat ini berada. Aku ingin melihatnya, dan hanya dengan memikirkan itu saja tanpa aku ketahui alasannya apa. Cahaya itu langsung berpindah di depanku.

Sebuah jendela. Sebuah jendela yang menampakkan dunia luar dari tempatku yang teramat gelap ini.

Aku tidak tahu apa itu, namun hal yang pertama aku lihat adalah sebuah pantulan wajah di atas kolam kecil.

Sosok anak kecil yang sedang menangis dalam diam terlihat dengan jelas. Tidak mengeluarkan suara, dia menggigit bibir bawahnya dengan keras, untuk mencegah suaranya keluar. Anak yang teguh.

Gambar yang terlihat di jendela itu tiba-tiba langsung berganti. Dan yang terlihat saat ini adalah dua buah tangan yang memegang sebuah pedang kayu. Tak jauh dari sepasang tangan itu, lebih tepatnya di depannya. Sosok remaja berambut hitam tengah memegang pedang kayunya dengan santai.

『Eto... Mungkin bisa kita mulai latihannya, jadi bisa siapkan dirimu?』

Pemuda berambut hitam itu berkata dengan kalem. Meskipun agak terlambat merespons sepasang tangan itu mulai memposisikan pedang kayunya.

『Baiklah kita mulai!』

Pemuda itu menerjang ke depan, tampaknya pemuda itu tidak berniat bersungguh-sungguh menyerang pemilik dari sepasang tangan ini. Tapi kalau boleh jujur, gerakan pemuda itu benar-benar bagus, postur tubuhnya juga bagus.

Sebuah tebasan diagonal datang, apa yang akan kau lakukan, nak?

"!?"

Untuk sesaat benar-benar hanya sesaat, aku merasakan sebuah sensasi tubuh yang bergetar dalam jiwa tanpa tubuh ini. Dan bersamaan dengan itu aku melihat dengan jelas bahwa gambar dari pemuda berambut hitam yang menebas anak ini mulai menjauh. Tidak bukan menjauh, tapi anak ini menghindarinya?

Mengambil langkah mundur...

Dengan kecepatan seperti ini?

Tunggu, ini aneh benar-benar aneh. Jika dilihat dari besarnya lengan yang saat ini memegang pedang kayu ini maka dapat diketahui jika umur dari anak ini tidak lebih dari 8 tahun. Tapi bagaimana mungkin? Refleks ini benar-benar tidak masuk akal, sebenarnya siapa anak ini?

Waktu di luar tampaknya berjalan dengan begitu cepat, atau ini karena sebelumnya aku adalah makhluk abadi, hingga perasaan jika waktu berjalan terlalu cepat itu sudah merasuk begitu jauh ke dalam jiwaku?

Tapi dari pada memikirkan hal itu, melihat perkembangan bocah ini tampaknya lebih menarik. Benar-benar menarik, bahkan dalam sejarah hidupku, aku tidak pernah melihat ada anak yang secemerlang dia.

Tampaknya dia benar-benar cocok sebagai wadahku saat ini. Tubuhnya akan menjadi milikku pasti. Aku tak tahu pasti, tapi jika aku memiliki tubuh fisik saat ini, pasti sebuah seringai akan muncul di wajahku.

Waktu berjalan dengan cepat... benar-benar cepat hingga aku merasa jika 4 tahun telah berlalu tanpa aku sadari...

Seperti biasa, banyak hal yang tidak aku duga terjadi pada anak ini. Nama dia adalah Uzumaki Naruto. Ninja terakhir dari keluarga Uzumaki. Bakatnya dalam bertarung benar-benar tidak main-main. Refleks dan kecepatan tubuhnya bahkan telah dilatih oleh orang tuanya tanpa diketahui oleh sang anak itu sendiri.

Perlahan tapi pasti, aku mulai dapat merasakan tubuh fisik milik anak ini. Lebih tepatnya saat kami tiba di Kyoto. Entah karena energi supranatural yang ada di kota ini yang begitu besar hingga dengan perlahan kekuatanku mulai kembali.

.

Tapi kenapa... kenapa tubuh ini begitu sulit untuk dikendalikan, hanya dengan mengibaskan tanganku saja seperempat dari desa ini sudah hancur tak bersisa.

Tunggu-apa yang ingin perempuan rubah itu lakukan? Dan pedang apa itu, aku yakin jika itu bukan hanya pedang biasa. Aura yang keluar dari pedang hitam itu begitu mengerikan, gelap dan haus darah seperti halnya seorang... vampir.

『Lakukan tugasmu, Muramasa!』

Jleb!

Pedang hitam itu menusuk tepat di tubuh ini. Namun aku sama sekali tidak merasakan rasa sakit apa pun, tidak sedikit pun. Namun aku juga kembali tidak bisa merasakan tubuh anak ini, dan kembali tertarik dengan paksa pada lembah gelap di mana aku berada semula.

Namun yang membedakan adalah, saat ini. Di sana. Berdiri sesosok anak berusia 12 tahun berambut pirang yang menatapku dengan tenang, dan tanpa aku sadari juga tubuhku sudah terbentuk dalam wujud yang mengingatkan aku pada diriku sebelumnya. Tangan kirinya berada di pinggangnya, menatapku dengan satu mata tertutup lalu berkata.

"Jadi... itu wujudmu yang sesungguhnya... Saikyou no Kyuuketsuki?"

.

-o0o-

.

"Cotto... Shizuka-sensei, kenapa kau bisa tahu semua itu. Bahkan sampai masa lalu Naruto-sensei?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Sona yang penasaran kenapa perempuan disepannya itu dapat mengetahui masa lalu dari sosok luar biasa seperti Naruto, bahkan saat mereka belum bertemu.

"Ah.. aku belum bilang ya, jika aku dapat melihat masa lalu seseorang hanya dengan melihat menyentuhnya."

Semua iblis di sana hanya melongo tidak menyangka jika perempuan yang menjabat sebagai guru bahasa inggris barunya itu memiliki kekuatan seunik itu. Tapi Sona tidak terlalu kaget, pasalnya jika orang itu adalah tunangan dari sosok seperti Naruto, pasti bukanlah orang yang sembarangan.

"Saa te.. bagaimana kalau kita mulai latihannya?" Ucap Shizuka.

Mendengar itu seluruh iblis di sana langsung memasang kuda-kuda mereka. Dan ada beberapa yang terbang ke udara seperti Akeno dan juga Tsubaki. Melihat reaksi dari murid-muridnya membuat senyum simpul terukir di wajah manis Shizuka.

"Sayangnya anda kalah dalam segi jumlah, Shizuka-sensei," ucap Rias sambil menunjukan sebuah seringai.

Sementara Shizuka hanya mengangkat bahu menanggapi hal itu. "Siapa tahu,"

Dengan cepat puluhan pensil tajam berwarna merah langsung menghujani para iblis perempuan di sana. Rias yang melihat hal itu langsung membuat sebuah kubah pelindung dengan sihirnya. Namun alangkah terkejutnya dia saat sadar jika ternyata lawannya kini sudah berada di depannya.

Meski pun tidak secepat Kiba maupun Naruto, tapi kecepatan milik Shizuka masih lebih unggul dibandingkan semua perempuan di sana. Shizuka langsung melancarkan sebuah tendangan menyamping ke arah pinggang Rias, namun niatnya itu harus dia urungkan karena menyadari sebuah sabetan beda tajam dari tiga arah sekaligus.

Kiri, kanan, dan belakang. Di sisi kiri ada Tomoe yang siap menyabetkan katana miliknya, dan di sebelah kanan ada Tsubaki yang berniat menusuknya dengan naginata kesayangannya. Serta dari arah belakang ada Ruruko yang berniat memukulnya.

"Strategi segitiga kematian milik Sitri, kah?" Gumam Shizuka pelan. Sepertinya dia memang tidak memiliki pilihan lain selain serius.

Trankkk! Seeetthh! Duaghh!

Sabetan dari Tomoe dapat ditahan Shizuka dengan sebuah katana hitam keunguan yang entah sejak kapan berada ditangan perempuan yang berprofesi sebagai guru itu. Dan sabetan dari Tsubaki terhenti akibat sebuah kawat yang secara tiba-tiba mengikat pergelangan tangannya dengan sangat kuat sehingga dia merasa seperti tangannya siap putus kapan saja.

Sementara itu Ruruko harus rela terpental akibat mendapat tendangan dari Shizuka. Yah, walaupun dia sudah memblok tendangan itu dengan menyilangkan tangannya tapi dia merasa jika tendangan itu sangat kuat dan akan berakibat fatal jika mengenainya.

"Maaf karena aku harus menggunakanmu lagi, Kogarasumaru," bisik Shizuka pada katana hitam itu, sebuah senjata yang sangat berharga serta paling dia sayangi karena itu adalah pedang yang dibuat oleh orang yang paling dia cintai.

Shizuka menegakkan tubuhnya sesaat. Dan memasang posisi bertarungnya, matanya kali ini berubah menjadi serius. Tidak ada lagi guru kalem serta ceria yang selalu dia lihat. Dan itu mengingatkan mereka akan sang guru sejarah bermuka dua yang sangat mereka hormati. Naruto.

"Jika aku lemah, aku tidak akan pernah dapat berdiri di samping Naruto. Maka dari itu... PERSIAPKAN DIRI KALIAN BAIK-BAIK!" dengan itu Shizuka menerjang Sona yang terlihat sudah menunggunya dengan sebuah naga air yang melingkarinya.

Namun sebelum dia sampai di depan Sona dia harus berguling ke samping menghindari sambaran petir yang tiba-tiba mengarah padanya. Shizuka langsung menoleh ke atas dan mendapati sosok perempuan berbaju gadis kuil yang tengah melayang dengan kedua sayap iblisnya.

Sebuah lingkaran sihir tercipta di depan Akeno, petir menyambar dengan telak pada tubuh Shizuka, namun sang guru itu sama sekali tidak terlihat kesakitan sama sekali. Bukan karena dia kebal terhadap petir atau apa, melainkan karena katana yang berada di tangannya itu kini sudah terbenam hampir seluruhnya di tanah, sehingga listrik yang mengenainya langsung ternetralisir oleh tanah.

"Aaah... sepertinya kurang seru jika hanya begini saja," ujar Shizuka sembari berkacak pinggang dan menatap para iblis yang beterbangan di atasnya dengan santai.

"Apa maksudnya itu, sensei?"

Sang guru tidak membalas pertanyaan yang di lontarkan oleh Sona. Melainkan kini dia berdiri dengan tegak dan mengacungkan katana di tangannya dalam sebuah kuda-kuda ringan. Diam dan diam hingga membuat seluruh murid-muridnya bingung. Ada yang berspekulasi bahwa itu adalah sebuah jebakan untuk memancing mereka untuk menyerang. Dan ada juga yang sudah tidak tahan menunggu karena tidak ada respons sama sekali dari sang lawan.

Para knight, rook dan juga pion dari kedua keluarga iblis itu sudah mulai kehabisan kesabaran dan berlari menerjang sang target yang saat ini tengah berdiri dalam sebuah kuda-kuda ringan dengan mata tertutup.

"TUNGGU JANGAN GEGABAH!"

Sayangnya teriakan Rias sama sekali tidak mereka hiraukan Tomoe, Reya, Xenovia, Ruruko, serta Koneko menerjang Shizuka tanpa pikir panjang. Bukan karena mereka tidak berpikir akan risiko dalam serangan mereka melainkan insting petarung mereka memerintahkan tubuhnya untuk menyerang terlebih dahulu.

Insting mereka mengatakan jika mereka tidak menyerangnya dulu maka merekalah yang akan di serang.

Namun sepertinya hal itu malah menjadi keuntungan terbesar bagi Shizuka.

"Nadeshiko Kenjutsu Ougi : Karasu no Sakebigoe!"

Blassshhhh!

Dalam gerakan yang hampir tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Shizuka menebas lima gadis itu dengan punggung katana hitamnya sekaligus membuat kelimanya kehilangan kesadaran dengan mulut yang mengeluarkan busa dan mata yang memutih total.

Dan yang tersisa di sana hanyalah Rias, Sona, Akeno, dan Tsubaki keempat gadis iblis itu sedang berkutat dalam pikiran mereka masing-masing. Semuanya berpikir tentang cara terbaik seperti apa untuk mengalahkan sosok guru bahasa inggrisnya itu.

Tidak dapat di remehkan, perempuan yang menjadi guru bahasa inggris mereka itu memang bukanlah manusia biasa. Aura kekuatan di sekitarnya pun lama kelamaan mulai tampak secara konstan.

Ditambah lagi katana hitam keunguan yang kalau Rias tidak salah dengar bernama Kogarasumaru itu juga tidak terlihat seperti sebuah senjata biasa.

"Sepertinya sampai di sini akan sedikit sulit," ujar Rias sambil kembali menggenggam bola power Destruction di kedua tangannya.

"Kau benar, kurasa ini memang saatnya kita benar-benar harus bekerja keras," Sona tidak mau kalah juga mengeluarkan sihirnya berupa tiga ekor naga air di belakangnya.

Shizuka menenteng dengan tenang Kogarasumaru-nya dan berjalan dengan tenang ke arah para iblis itu. "Jika kalian tidak benar-benar serius melawanku, kalian akan kehilangan nyawa loh," deklarasi dari Shizuka tentu saja membuat mereka bergidik ngeri. Sekarang mereka sadar akan sebuah fakta paten yang tidak terbantahkan. Bahwa orang yang berada di sekitar guru sejarah mereka pasti bukanlah orang normal.

.

-0o0-

.

Naruto yang melihat para bunshinnya dikalahkan satu-persatu mulai beranjak dari tempat duduknya. Sedikit merenggangkan tubuhnya yang mulai kaku akibat tidak bergerak untuk waktu yang lumayan lama.

"Kurasa sudah cukup pemanasannya," gumam Naruto.

Naruto mengangkat tangan kananya ke samping, tak berselang lama sebuah pusaran daun membungkus tangan Naruto dan dengan perlahan memperlihatkan sebilah pedang merah hitam dengan duri-duri tajam di setiap sisi bilahnya serta sebuah kristal merah membara di pangkal gagangnya.

"Aku tidak mungkin menggunakan Muramasa untuk latihan, jadi siapkan diri kalian untuk yang satu ini. Menma!" ujar Naruto dan memanggil Menma lewat pikiran lalu diikuti sebuah ledakan energi asing namun familiar bagi iblis-iblis itu.

Mendengar hal itu mereka jadi tersenyum saat melihat bahwa Naruto sendiri yang akan maju menghadapi mereka, dan bukannya bunshin yang sedari tadi membuat mereka kalang kabut. Dan mereka yakin jika hal ini akan menjadi sebuah pertarungan yang sangat hebat, dalam artian yang berbeda.

Mata Naruto yang terbuka menampilkan dua buah manik yang berbeda warna itu menunjukkan bahwa Naruto kini tengah dalam mode di mana dia bergabung dengan sang vampir terkuat yang tinggal dalam tubuh Naruto.

Mereka bertiga menelan ludahnya dengan agak susah saat melihat kedua manik berbeda warna itu.

"Sepertinya hanya dengan ini saja kalian tidak akan puas bukan? Baiklah kalau begitu. Akan aku naikkan lagi levelnya..." Naruto menghentikan ucapannya lalu mengangkat sebuah pedang berduri yang merupakan Sacred Gear buatan dari sang jendral Datenshi, Guilty Thorn yang berada di tangan kanannya.

"Balance Break!"

Dengan itu tubuh Naruto langsung terbungkus oleh armor baja berwarna hitam pekat serta sebuah blood spear yang mengkilap seakan terbuat dari besi ditangannya. Namun anehnya hanya setengah bagian helm yang menutupi kepalanya dan membiarkan mata kirinya yang berwarna merah crimson itu terlihat.

"Baiklah, sekarang seberapa lama kalian mampu untuk bertahan?" ujar Naruto dengan sebuah seringai yang menjanjikan rasa sakit.

"Tunggu kurasa bukankah balance breaker itu agaknya terlalu berlebihan?" ujar kiba, "Kiba benar sensei, memangnya kau berniat membunuh kami!?" teriak Issei yang sudah melesat kearah Naruto yang sudah menunggunya dengan sebuah blood spear di tangannya. Sementara saji sudah kehabisan kata-kata. Di dalam batinnya dia hanya mampu mengucapkan selamat tinggal pada kaichou tercintanya, karena dia merasa jika kehidupan masa remajanya akan berakhir setelah ini.

.

-o0o-

.

"Itta ta...ta..., sepertinya sensei benar-benar berniat membunuh kita," ujar Issei yang kini sudah telentang di sofa kediaman Gremory dalam keadaan babak belur, dengan tambalan di beberapa bagian tubuhnya.

Tidak hanya Issei, bahkan hampir seluruh iblis di sana dalam keadaan terluka entah itu ringan maupun berat, walaupun tidak membahayakan nyawa sama sekali. Rias maupun Sona juga berpikiran jika dua orang manusia yang menjadi gurunya itu memang bukanlah orang yang dapat dianggap remeh.

"Siapa sangka jika Shizuka-sensei mempunyai kemampuan seperti itu,"

"Sepertinya dia memang sangat cocok menjadi pasangan dari seorang ninja,"

"Aku setuju dengan itu," tukas Sona sembari menaikkan kacamatanya. Meskipun guru bahasa inggrisnya itu tidak memiliki kekuatan yang krusial seperti Naruto, tapi pengaturan taktik serta observasinya sangat luar biasa.

"Ngomong-ngomong Issei, kenapa kelompok kalian bisa babak belur seperti itu, bukankan secara personal kelompok laki-laki itu kuat, dan jika digabungkan kurasa kekuatannya cukup untuk membuat Naruto-sensei kewalahan,"

"Kau tidak tahu buchou. Sensei seperti berniat membunuh kami tadi. Bukan hanya serius, bahkan dia sampai menggunakan Balance breaker, coba kau bayangkan itu!?" ujar Issei frustasi.

"B-begitukah?" Sahut risa dengan sebuah keringat jatuh di dahinya. Dia tidak dapat membayangkan seperti apa mereka semua bertarung, sepertinya kata bertarung juga tidak cocok untuk menggambarkan apa yang ada di bayangannya. Mungkin lebih tepatnya bagaimana Naruto yang mempermainkan kelompok pria yang kebagian melawan Naruto.

Dari ruangan sebelah tampak dua orang yang tengah berjalan dengan santai dan menghampiri mereka semua. Kedua orang itu adalah tersangka dari apa yang menyebabkan mereka berakhir seperti ini.

Naruto mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dan mendapati ekspresi lelah dari seluruh iblis muda yang juga merupakan murid didiknya.

"Haah... jadi apa kalian sudah mendapatkan pelajaran yang bagus hari ini?" Naruto berujar sambil berkacak pinggang memandang mereka dengan tatapan kasihan. Dan dibalas dengan sebuah anggukan hampir dari seluruhnya. Dan yang lainnya juga pasti mengerti walaupun tanpa memberitahukannya.

"Seperti yang kalian tahu, hal terpenting dalam sebuah pertarungan adalah informasi. Sekuat apa pun kalian, sehebat apa pun kalian, jika kalian bertarung tanpa mengetahui apa pun tentang musuhmu kau pasti akan dikalahkan dengan mudah walaupun lawan kalian hanyalah seorang manusia," jelas Naruto panjang. Setelah itu dia menunjuk perempuan di sampingnya dengan sebuah jari jempol kanannya. "Tapi jangan samakan manusia yang aku maksud tadi dengan makhluk di sampingku ini, karena dia adalah spesies langka yang bahkan dapat mempermainkan pasukan elit youkai sendirian pada umur 11 tahun, padahal satu tahun sebelumnya dia hampir mati akibat di kejar beberapa youkai biasa," lanjutnya dengan nada malas.

Tapi sepertinya ucapannya barusan membuatnya harus berakhir dengan sebuah benjolan besar di kepalanya akibat pukulan dari sang perempuan yang di maksud.

"Siapa yang kau panggil spesies hah! Kau pikir aku ini hewan!?"

Dengan wajah serius yang masih belum hilang di wajahnya sekalipun benjolan di kepalanya seolah menghilangkan kesan serius itu Naruto kembali melanjutkan ucapannya. "Nah lihat? Apa aku bilang?"

Duagh!

Dan satu pukulan harus kembali bersarang di kepalanya.

"Ehem.. baiklah, sekarang aku ingin mendengar introspeksi dari diri kalian masing-masing, tentang apa kelemahan yang terbesar kalian," Naruto berdehem sekali dan melanjutkan perkataannya. Yang dimaksud kalian oleh Naruto barusan mungkin lebih menjurus ke arah kelompok laki-laki yang ditanganinya.

"Issei!"

"Mendorong kekuatan hingga batas terakhir dari Boosted Gear sejauh aku dapat menampungnya, serta cara agar dapat menggunakan balance breaker dengan leluasa tanpa mengorbankan tubuhku," jawab Issei dengan serius saat senseinya itu memanggil namanya.

"Kiba!"

"Melatih refleks tubuh serta mental dalam pertarungan melawan multipersonal musuh dan observasi setiap gerakan dan kebiasaan lawan," kali ini kiba menjawab apa yang berhasil dia ambil dari latihan dengan Naruto.

"Saji!"

"Keefektifan serta pengetahuan akan kekuatanku sendiri,"

Naruto mengangguk-angguk puas mendengar setiap jawaban dari mereka bertiga, meskipun masih belum lengkap, namun setidaknya mereka bertiga sudah mengerti akan kelemahan mereka masing-masing.

"Baiklah, kurasa hanya itu yang dapat aku ajarkan pada kalian untuk saat ini, sisanya biar di lakukan oleh datenshi mesum itu, begitu juga dengan kyuketsu gaki di sana itu."

Mereka semua tidak membantah apa pun yang dikatakan oleh guru muda itu dan hanya mengangguk paham serta menurutinya.

"Naruto kau tidak lupa kan?"

Shizuka yang sedari tadi diam mendengarkan Naruto berbicara pada akhirnya angkat bicara untuk mengingatkannya bahwa mereka masih ada urusan yang harus mereka urus secepatnya.

"Ya aku tahu..."

Naruto mengalihkan tatapannya dari Shizuka ke para murid-muridnya yang saat ini menatapnya dengan bingung.

"...setelah ini aku dan Shizuka akan kembali ke dunia manusia hingga minggu depan, jadi hingga aku kembali lakukan apa pun yang dikatakan Azazel, lalu aku akan menguji kalian semua sekaligus, dan kali ini dengan serius,"

Semua iblis di sana hanya mampu menelan ludahnya sendiri saat mendengar pernyataan dari Naruto.

"Kalau boleh tahu kenapa Naruto-sensei dan Shizuka-sensei tidak tinggal di tempat kami saja, aku rasa orang tua kami tidak akan keberatan," mencoba mengalihkan perasaan mereka dari Grigori akibat pernyataan Naruto tadi, Sona berkata demikian.

"bukan masalah itu, aku kembali ke dunia manusia karena ada urusan dengan orang tua Shizuka, jadi kurasa tidak enak membuat mereka menunggu,"

Mendengar pernyataan dari Naruto seluruh iblis di sana kembali dibuat menahan napas, bahkan Issei yang sedari tadi rebahan dengan paha Asia sebagai bantalnya langsung menjatuhkan diri ke lantai lalu berdiri dengan tatapan tak percaya melihat gurunya itu.

"Ja-ja-jangan Naruto-sensei i-ingin me-me-me-melamar Shizuka-sensei!?" Ujar Issei dengan tergagap sambil menunjuk Naruto dengan jari gemetaran.

"Nah itu dia masalahnya... pihak sananya sudah mewanti-wanti agar aku cepat-cepat menikahi Shizuka, tapi seperti yang kau tahu bahwa pernikahan itu bukanlah sesuatu yang kecil seperti membeli HP di toko,"

Hampir semua orang di sana tidak mengerti kenapa Naruto mengumpamakan menikahi seseorang dengan membeli telepon genggam.

"Naruto sudah saatnya,"

Naruto menoleh pada Shizuka yang saat ini menilik jam tangan ditangan kirinya.

"Issei, kalau tidak salah Ascalon milikmu masih belum diperbaiki bukan?"

Issei mengangguk sekali pertanda meng-iyakan pertanyaan Naruto barusan. Pedang suci pembunuh naga yang konon dapat membelah sisik naga layaknya pisau panas yang memotong mentega itu terbelah dua hanya melawan satu tebasan dari sang pria di depanya itu.

Dan saat dia bertanya pada Michael sang pemimpin dari fraksi malaikat, bahwa untuk memperbaiki pedang suci membutuhkan persiapan yang rumit dan waktu yang cukup lama.

"Kalau begitu berikan padaku, kenalanku dapat memperbaikinya dengan mudah, anggap saja ini sebagai pertanggung jawabanku akibat memotongnya,"

Meskipun Issei ingin bertanya siapa yang Naruto maksud, namun dia tidak memiliki keberanian untuk bertanya. Selain karena bukan urusan yang patut dia campuri, Issei juga tahu jika saat ini gurunya sedang terburu-buru.

"Kalau begitu sampai jumpa minggu depan,"

Naruto meninggalkan ruangan bersama Shizuka dan pergi menuju Kyoto. Kota mistis yang penuh youkai dan juga merupakan kampung halaman Shizuka.

.

-0o0-

.

Naruto kembali menghembuskan nafasnya untuk yang kesekian kalinya. Di sampingnya ada sosok Shizuka yang tak pernah berhenti melepaskan senyum bahagia dari wajahnya. Berbicara soal alasan kenapa Naruto yang terus mendesah sedangkan Shizuka tampak gembira adalah mereka kini sedang berdiri di depan gerbang besar yang terbuat dari kayu.

Karena inilah alasan kenapa Shizuka mendatanginya ke Kuoh. Mereka saat ini sudah tiba di Kyoto atau lebih tepatnya di depan rumah Shizuka, kediaman dari sang youkai terkuat Kyuubi.

Mereka berdua berjalan memasuki gerbang dengan santai, di dalam pekarangan rumah mereka beberapa kali mendapat sapaan dari para youkai yang mengurus rumah itu. Naruto yakin jika mungkin ada lebih dari sepuluh pelayan yang bertugas untuk mengurusi bagian pekarangan saja, pasalnya memang ukuran rumah itu yang begitu luas.

Tidak seperti istana layaknya kediaman bangsawan iblis rumah itu bergaya jepang kuno yang begitu kental akan aura ketradisionalannya. Di depan pintu masuk rumah sudah ada yang menyambut mereka dengan senyuman yang bahkan lebih lebar dari pada milik Shizuka.

Sosok perempuan dewasa yang teramat cantik dengan rambut pirang keemasannya dan tubuh indah berbalut kimono berdasaran putih dengan motif bunga sakura berwarna merah muda yang begitu cocok melekat pada tubuhnya.

"Okaerinasai Shizu-chan, Naruto-kun,"

"Tadaima Okaa-sama," ujar Shizuka dengan sopan.

"Konichiwa obaa-sama,"

Raut wajah perempuan itu tiba-tiba berubah menjadi cemberut. "Mou sudah kubilang panggil aku Kaa-san,"

"Obaa-sama," dan Naruto mendapatkan sebuah tatapan yang begitu dalam dari calon ibu mertuanya itu.

"Kaa... baa-sama!"

"..."

"Gomen, k-kaa-sama," menyerah. Naruto mau tak mau harus mundur teratur akibat aura kemerahan yang saat ini mulai keluar dari tubuh Yasaka.

"Ma... mari kita sudahi pembicaraan tidak efektif ini lain waktu saja, ayo masuk ke dalam, ngobrol di depan pintu seperti ini bukanlah sesuatu yang bagus, lagi pula kalian pasti lelah akibat perjalanan yang jauh dari Kuoh ke Kyoto, bukan?"

"Terima kasih,"

Naruto membungkuk berterima kasih dengan sopan pada Yasaka, dan mengikuti sang youkai terkuat itu masuk ke dalam rumah bersama dengan perlahan sesampainya di dalam dia sudah disambut oleh dua orang pelayan perempuan yang membantu membawakan barang bawaan Naruto dan Shizuka.

.

Mereka saat ini duduk-duduk santai di ruang keluarga sembari meminum teh yang di sajikan oleh salah seorang pelayan di rumah itu. Dan seperti yang di harapkan dari seorang youkai terkuat, pelayan yang ada di dalam rumah pun jugalah seorang youkai.

Suara bambu yang memukul-mukul batu terdengar sangat jelas dari air mancur bambu yang berada di taman tengah rumah yang lokasinya tepat di samping ruang keluarga di mana mereka duduk saat ini. Tidak banyak yang berubah, dari dulu hingga sekarang tidak banyak yang berubah.

Kecuali satu hal. Tepat di pangkuan sang calon mertua, kini duduk sesosok makhluk loli berambut senada dengan orang dewasa yang memangkunya itu. Makhluk loli itu terus saja memandanginya dengan sebuah senyum manis yang seakan tidak pernah luntur dari wajahnya.

"Pertama-tama boleh aku tanyakan satu hal sebelum kita mulai membahas sesuatu yang lebih serius,"

Yasaka mengangkat satu alisnya saat mendengar permintaan dari calon menantunya itu.

"Tentu saja, apa yang ingin kau tanyakan? Tiga ukuran Sizu-chan? Atau mungkin tiga ukuranku?"

"Meskipun aku bilang bahwa pertanyaan ini tidak begitu penting tapi kumohon setidaknya seriuslah sedikit,"

Naruto mendesah. "Jangan katakan kalau anak di pangkuanmu itu adalah anakmu,"

"Memang, apa ada masalah?"

Dengan mulus tanpa hambatan sama sekali, Yasaka mengatakan itu. "Tidak. tidak ada masalah, Cuma perasaan," Naruto tidak jadi mengutarakan apa yang saat ini tengah berkutat dalam pikirannya. Sudah dia duga, bahwa dia tidak memiliki cukup keberanian untuk menanyakan siapa bapak dari anak itu.

"Kalau begitu baguslah,"

Menyesap teh yang tersaji di depannya dengan pelan dan mulai mendengarkan sang calon mertua bicara. "Langsung ke intinya saja, pernikahan kalian berdua akan di adakan 3 bulan lagi dari sekarang,"

"Uhk... Uhk... Uhk...!" Naruto langsung tersedak dengan sangat parah saat sang calon mertuanya itu menjatuhkan sebuah bom yang bahkan lebih dahsyat daripada bom yang jatuh menghancurkan kota Hirosima dan Nagasaki.

Melihat sang tunangan yang tengah terbatuk-batuk parah, Shizuka hanya mampu mendukungnya dengan menepuk-nepuk punggung Naruto. Jujur dia sendiri juga terkejut dengan apa yang dikatakan oleh ibundanya itu, karena dia sendiri juga baru mendengar hal ini untuk pertama kalinya.

"T-tunggu... bukankah itu terlalu tiba-tiba!?"

"Apa menurutmu hubungan selama 8 tahu itu tiba-tiba?"

"Tapi, tapi..."

Suara Naruto kian lama kian lemah tak sanggup membalas argumen dengan sang youkai terkuat itu, tatapan Yasaka saat ini benar-benar dalam begitu dalam hingga Naruto merasa jika dirinya saat ini menjadi kecil, kecil dan semakin kecil dihadapan calon ibu mertuanya.

'Apakah ini kekuatan dari ibu mertua?' Naruto menangis dalam hati.

"Onii-chan..."

"...?"

Naruto mendongak ke arah gadis mungil yang dari tadi duduk tenang di pangkuan Yasaka. Mata bulatnya itu menatapnya dengan penuh pengertian. "... Ganbate-nano,"

"Guh!"

Sebuah serangan kritikal yang tidak pernah dia sangka langsung menghujamnya tanpa ampun. Dengan gerakan-gerakan aneh Naruto mencengkeram dadanya. Dia merasa aneh, sangat aneh hingga dia yakin jika sesuatu yang seharusnya tidak terbangun, malah mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitannya.

'Tidak Naruto... ingat... ingat... kau bukan seorang lolicon, kau-bukan-seorang-lolicon!'

Naruto terus mengucapkan bantahan itu dalam hatinya. Dia bukanlah lolicon, dia normal, dia suka oppai, dia suka wanita yang lebih tua, dia-

"Wadau!"

Naruto tiba-tiba menjerit dan tentu saja membuat seluruh orang di ruangan itu menatapnya khawatir kecuali satu orang. Dan orang itu adalah Shizuka, dia tetap tidak mengubah ekspresinya sedikit pun saat mendengar Naruto menjerit.

Dan jika ada yang bertanya kenapa Naruto menjerit secara tiba-tiba seperti tadi? Maka jawabannya ada pada sebuah pensil merah yang setengah lebih dari panjangnya sudah tertanam pada paha Naruto. Dan tidak perlu ditanya lagi siapa pelakunya, karena sudah jelas siapa yang melakukannya.

Shizuka.

Dia tidak tahu apa yang membuat gadis ini berubah sederastis itu dari sejak Naruto bertemu dengannya. Tapi tampaknya sifatnya yang saat ini jauh lebih baik daripada ekspresi yang dia kenal dulu.

"Ada apa Naruto-kun, kenapa kau berteriak seperti itu?"

Dengan ekspresi khawatir di wajahnya Yasaka bertanya pada orang yang akan menjadi menantunya itu karena tiba-tiba berteriak. "T-tidak apa-apa, hanya ada seekor nyamuk besar yang menggigitku dan lupa menggunakan obat biusnya saat menggigit," ujar Naruto agak grogi sambil mengirimkan sebuah glare pada Shizuka yang dengan adem ayemnya menyesap teh pada gelas yang saat ini dia genggam di kedua tangannya tanpa memperdulikan pelototan dari Naruto.

"Ara. Begitukah? Mungkin itu dia lakukan sebagai tanda agar nyamuk-nyamuk lain tidak mencoba mendekatinya," seperti dua orang yang saling bertukar pikiran mereka berdua saling melempar perumpamaan-perumpamaan yang merujuk pada tindak-tanduk posesif dari Shizuka.

Naruto membiarkan pensil itu tetap di sana untuk beberapa saat, karena jika dia langsung mencabutnya. Pensil lain akan menancap tak jauh dari pensil yang saat ini bersarang.

"Hah... sepertinya setuju atau tidak setuju, keinginanku tetap tidak di anggap di sini, kalau begitu aku akan memberi tahukan orang tua angkatku akan hal ini,"

"Baguslah kalau kau mengerti,"

Dalam hati Naruto dia hanya mampu meratap akan ketidakmampuannya dalam menghadapi ibu dari tunangannya itu, dia merasa jika tekanan intimidasi dari seorang ibu mertua memang seperti apa yang kebanyakan orang bilang, jika di bandingkan bahkan keempat maou tidak akan berkutik dalam tekanannya.

Makhluk yang tak terkalahkan, mulai dari kehadiran, perkataan hingga eksistensinya mutlak tak terbantahkan. Bukan vampir, iblis, malaikat, atau malaikat jatuh, bukan juga dewa. Namun "Ibu Mertua".

.

To Be Continue...

.

Hampir... hampir 2 tahun aku tidak pernah mengupdate fic ini, seperti yang kalian tahu bahwa aku masih terlalu terhanyut dalam cerita yang satunya, jadi harap maklum akan hal itu.

Tapi aku tidak pernah berpikir untuk membuat fic ini discontinue.

Dan seperti biasa aku selalu memasukan sepenggal selipan kecil di awal fic ini. Dan dengan sepenggal selipan itu kalian pasti sudah tahu siapa sosok itu. Dan sosok yang menjadi tokoh pada selipan-selipan sebelumnya.

Juga siapa yang dimaksud dengan "dia" oleh sosok itu? Tentu saja itu rahasia. Setidaknya untuk sementara, karena aku sudah menyiapkan satu fic yang berisikan beberapa fakta yang tidak diceritakan dalam The Emperor. Judulnya adalah The Emperor : Secret Document.

Yang berisikan.

Bab 1. Hiruzen Sarutobi.

Bab 2. Menma Tepes.

Bab 3. Hinata Hyuuga.

Ini hanyalah sebuah sekuel pendek dalam 3 chapter. Karena aku pikir jika aku memasukan terlalu banyak flashback dalam fic ini, aku akan semakin lupa dengan alur dari cerita ini sendiri. Jadi aku pikir ini adalah cara yang terbaik.

Balasan untuk semua guest di chapter kemarin...

.

Walker : terima kasih..

Pendi uye uye : oke... ditunggu saja ya 😉

Guest : oke...

Guest : tus suwon bro... padahal niatku youkai monyet kui ke inspirasi ambek kanbaru pas menggila :v

Im : sudah selesai...

Uchiha kagamu : kagak ada jadwal update... jadi tergantung mood dan kengangguran dari sang author :v

.

Sebagai klrifikasi, selipan sebagai pembuka chapter ini tidak termasuk dalam cerita Shizuka, hanya untuk yang masih kurang paham.

Okeh... kurasa sudah cukup ya untuk aku di sini terus mengoceh kagak jelas, jadi sampai jumpa di chapter depan entah itu satu minggu, bulan, atau bahkan tahun sekalipun :v.

.

Keep Calm and Find Your Talent.

.