Prrrriiiittt!

Sunyi.

102 - 101

Seirin vs. Rakuzan

"Apa kita…menang?" Bisik kapten tim basket Seirin, Hyuuga. Matanya menyipit sementara tubuhnya bermandikan keringat.

Pertandingan melawan Rakuzan sangat intens, jika tak ada Kuroko dan Kagami, mereka pasti sudah kalah.

"Ki…ki…KITA MENANG! YEAH!" Teriak Kagami, kemudian disusul sorakan, seluruh tim menangis bahagia dan saling merangkul satu sama lain.

"Akashi, daijobu desu ka?" Tanya tim Rakuzan kepada kapten mereka, mengira kalau kapten mereka akan marah besar, tetapi mereka tidak menyangka reaksi Akashi.

"Hai, daijobu." Dia berbalik menghadap mereka, tersenyum senang.

'Ah, jadi ini rasanya ketika kau dikalahkan, sangat susah dijelaskan.'

"TERIMA KASIH ATAS PERTANDINGANNYA!" Rakuzan dan Seirin saling membungkuk, kemudian kembali ke ruang loker masing-masing.


Disclaimer:

Kuroko no Basuke belongs to Fujimaki Tadatoshi-sensei.

Original story belongs to Blank ojou-sama.

I own nothing but this translation.

Title: Let's play basketball again, someday

Rate: T

Terjemahan ini sudah mendapat izin dari author aslinya.

Selamat membaca ^^


"Oi, mana Kuroko?" Tanya Kagami tiba-tiba.

"Sekarang setelah kau sebutkan…aku tak melihatnya setelah pertandingan." Kata pelatih mereka, Riko, sambil berpikir.

"Riko, apa itu?" Tanya Kiyoshi sabil menunjuk kursi tempat Kuroko biasanya duduk.

Riko segera menuju tempat itu, lalu matanya melebar.

'Surat pengunduran diri Kuroko Tetsuya', bunyi kalimat pada amplop itu. Dia melihat kepada yang lain dan mereka menatap sama seperti dirinya, tatapan bingung. Tanpa membuang waktu, dia segera membuka surat itu.

'Saya, Kuroko Tetsuya, ingin memberitahu anda bahwa saya mengundurkan diri dari tim basket Seirin karena masalah pribadi. Terima kasih.' Tulisan itu tidak rapi, mungkin karena gemetar, dan ada bekas air mata di kertas kecil itu.

Ruangan itu mendadak sunyi. Mereka semua membatu, tak tau harus berkata apa. Perasaan senang yang beberapa waktu lalu mereka rasakan segera digantikan rasa bingung, sedih, kecewa, dan marah…

"Y…yah, a…ayo pulang dan i…istirahat…hahaha…" Kata Riko sambil menahan air matanya kepada tim, berusaha mencerahkan suasana hati mereka namun gagal.

"Y-yeah." Kata Koganei.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Kiyoshi pada Kagami, merasa kasihan padanya.

"…Ya, ayo pulang, aku lelah." Jawabnya sambil menatap lantai, kemudian mereka pergi.


"Akashi, ayo pergi, mereka semua sudah menunggu di luar." Kata Mayuzumi kepada kapten mereka.

"Ya, ayo pergi." Kemudian mereka berjalan keluar, dan kebetulan melihat tatapan sedih tim Seirin, seolah-olah merekalah yang baru saja kalah. Dia baru mau menghampiri mereka namun kemudian dia menyadari kalau Kuroko tak ada bersama mereka.

'Apa yang terjadi?' dia baru saja hendak bertanya kepada mereka, namun handphonenya sudah berdering.

"Moshi moshi?" katanya, "…meeting? Aku akan segera kesana." Dia kembali melirik tim Seirin sejenak.

'Ada yang tidak beres. Aku pasti akan mengetahui apa yang salah. Aku masih absolut.'


Seseorang berjalan dalam diam. Tubuhnya basah karena keringat, seolah-olah dia baru saja berlari mengelilingi dunia. Kulitnya jauh lebih pucat dari biasanya, dan terus batuk-batuk seolah tak ada hari esok, wajah yang biasanya tak berekspresi itu kini menyiratkan kesakitan.

"P-paman, tadaima," ucapnya lemah kepada orang yang duduk di depan televisi dengan rambut sebahu yang diikat ponytail berwarna silver, berkulit kuning langsat dan bermata biru.

"Oh, okaerinasai. Tetsuya!" namun begitu melihat kondisi keponakannya, "O-oi, daijobu?!" Teriaknya panik.

"H-hai…aku hanya…uhuk uhuk…lel-" kemudian dia pingsan.

"Tetsuya! Tetsuya! Sial! Tolong, jangan sampai itu terjadi lagi! Kumohon, Kami-sama!" ucapnya sembari menunggu nada sambung di ponselnya dengan gelisah.

"Moshi-moshi, aku butuh ambulance di alamat ini!"


"Aominecchi, ayo kita mengunjungi Akashicchi!" Seru kise.

"heh, aku masih menyayangi nyawaku, ajak yang lain saja." Kata Aomine sambil memakan es lolinya bersama mantan rekan setimnya, kecuali Akashi dan Kuroko.

"Oha-asa bilang kalau Aquarius bernasib sangat buruk hari ini, karena itu kita juga mengunjungi Kuroko, dan aku harus memberikan mainan ini. Bukan berarti aku peduli atau apa." Kata Midorima sambil membetulkan kacamata untuk menyembunyikan semburat malunya.

"Mido-chin tsundere *nyam nyam*dan Aka-chin mungkin mau snack hari ini."

"Baka! Akashi tak peduli soal snack!" Midorima berteriak ke Murasakibara.

"Kalian semua tidak pakai otak! Tetsu-kun ku pasti sangat lelah, Akashi-kun juga. Lebih baik kita berkunjung ke Seirin bersama-sama dengan Akashi-kun besok." Kata Momoi, atau lebih tepatnya, berteriak ke mereka.


Akashi menatap keluar jendela sambil menyesap teh, semalaman dirinya tak bisa tidur, 'ada apa ini? Kenapa aku merasa seolah sesuatu yang buruk akan terjadi?'

Tentu saja dia masih merasa sedih karena kalah dari Seirin, tapi perasaan yang dia rasakan…seolah-olah dia akan kehilangan sesuatu. Pasti ada alasan mengapa Seirin terlihat seperti itu. 'Yah, kalau begitu aku akan mengunjungi mereka besok' batinnya. Dia hendak kembali ke tempat tidur ketika tangannya menyenggol jatuh sebuah bingkai foto tanpa sengaja. Pelan-pelan, diambilnya bingkai foto tersebut dan ditatapnya. Apa yang dia lihat membuatnya terbelalak, wajahnya berubah pucat dan dia hampir lupa untuk bernafas. Foto itu adalah foto mereka saat masih di Teiko, kiseki no sedai, dan kaca itu pecah tepat dimana Kuroko berdiri. Dengan segera dia menelpon Midorima, yang setelah beberapa detik langsung diangkat.

"Akashi, ada apa?" Tanyanya grogi.

"Shintarou, beritahu yang lain untuk bertemu di kafe dekat SMA Seirin jam 8 tepat besok. Kita harus mengunjungi mereka. Kalau terlambat mereka takkan mau menerima akbatnya." Akashi mematikan teleponnya , ditatapnya bingkai foto itu sebelum tertidur.


A/N:

Hai, Konnichiwa ^^

Ketemu lagi sama Fei, dan kali ini Fei membawa sebuah fic yang telah diterjemahkan dari bahasa inggris ^^.

Cerita ini memiliki judul yang sama dengan cerita aslinya, 'Let's play basketball again, someday', ditulis oleh author favorit sekaligus sohib Fei, Blank ojou-sama-san ^^. Dan fei sudah memutuskan untuk menyelesaikan fic ini dulu baru menyelesaikan fic yang lainnya.

*lalu fei dilempar golok oleh para readers*

Kalau ada yang bertanya kenapa Fei lebih memilih untuk menyelesaikan fic ini dulu, apa karena fic ini sudah ada jalan ceritaya dan Fei tinggal ganti ke bahasa Indonesia? Bukan karena itu. Translate fic ini menguras waktu, emosi dan bikin tangan keriting juga, sama kayak ngetik fic lain, emang gampang ngetik ulang cerita yang jumlah wordnya 20k lebih?

*Fei kembali dibuang ke lubang hitam*

Yang jelas bukan itu alasannya. Fei punya alasan pribadi kenapa Fei lebih memilih untuk mentranslate fic ini dulu dan menelantarkan fanfic Fei sendiri, walau ga bermaksud untuk nelantarin beneran.

Fei sudah mendapat izin untuk menerjemahkan fic ini oleh Ojou-chan, dan akan Fei usahakan untuk update tiap dua minggu sekali, itu paling cepat ya.

Jaa, minna, silahkan tinggalkan review anda di kotak review, Fei sangat menghargai setiap review dari kalian semua ^^, kalau tidak mau review, silahkan fav story ini ^^.

See you next chapter ^^