Boboiboy mendaratkan pantatnya segera di kursi kedai coklat Tok Aba setelah berjalan sejauh 1 km dari sekolahnya, siang siang pula. Ya, walaupun tidak sejauh Gopal yang bisa sampai 3 jam kemudian karena takut dengan rumah kosong berhantu (padahal sudah jelas itu markas Fang) dan kucing sewel di jalan pak cik senin koboi, tetap saja melelahkan. Boboiboy langsung meminta segelas ice chocolate pada Ochobot.
Saat asik-asiknya meminum coklat dingin yang menyegarkan, Tok Aba melemparkan sebuah kertas undangan.
"Kau ini makin terkenal saja ya, hoho. Atok sih membolehkan saja."
Makin terkenal? Membolehkan? Boboiboy tak paham dengan perkataan kakeknya dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Boboiboy melirik bagian depan undangan tersebut. Tertulis 'Untuk: Boboiboy'. Wah, undangan apa ini? Undangan pernikahan kah? Atau undangan ulang tahun? Tapi seingatnya tak ada kenalannya yang mau menikah atau ulang tahun dalam waktu dekat, dan bentuk undangannya pun tidak menggambarkan undangan untuk kedua hal tersebut. Maka Boboiboy membukanya dengan penuh penasaran.
'Halo, Boboiboy!
Kami melihat bahwa tingkat popularitasmu dan teman-temanmu sangat meningkat dengan kuasa superhero kalian sekarang, dan banyak penonton televisi kami yang meminta agar Boboiboy dan teman temannya lebih banyak lagi muncul di media. Maka kami ingin mengundang kalian untuk membuat variety show kalian yang pertama yang berjudul 'HomeVibe: Boboiboy and Friends Daily Life'. Jika kalian berminat, datanglah ke alamat Jl. Pulai Kedaung Blok A3, atas nama Perusahaan Televisi TV3, untuk membuat kesepakatan.
Kami tunggu kedatangan kalian!
TV3 Team'
Baru saja Boboiboy menyelesaikan bacaannya, jam kuasanya berbunyi dan muncul 4 hologram sekaligus.
"BOBOIBOY!"
Yang dipanggil tersungkur di tanah saking kagetnya.
"Kenapa kalian memanggilku bersamaan?"
"Apa kau mendapat undangan itu?" Ternyata teman-temannya juga mendapat undangan yang serupa.
"Ayolah kita ikut Boboiboy, kan lumayan masuk tivi. Ayahku juga sudah mengizinkanku. Uhuhuhu, itu impianku sejak lamaaa" Gopal berseru dengan alaynya membuat keempat temannya yang lain kaget.
"Mmm... atok sih membolehkan saja. Bagaimana dengan kalian bertiga?"
"Aku sih terserah saja"
"Aku juga sudah izin. Dan aku sudah diizinkan sih. Tinggal keputusan saja."
"Mmm, aku sudah bertanya pada ibuku. Katanya, boleh saja asal tidak lupa waktu. Jadi, bagaimana Boboiboy?"
Boboiboy berpikir sejenak, lalu memberi keputusan.
"Mmm.. okelah."
.
.
Kini mereka berlima duduk di hadapan sang produser acara, yang akan mengatur semua hal di variety show mereka nanti. Mereka sudah berbasa basi tadi, dan sekarang tibalah saatnya pernyataan kontrak. Mereka melewatkan beberapa halaman, lalu melihat peraturan selama menjalani variety show.
'Ketentuan:
1. Di setiap ruangan terpasang kamera CCTV untuk memantau setiap kegiatan, kecuali di kamar mandi
2. Diharuskan menginap di karantina hingga acara selesai, kecuali ada urusan mendadak
3. Tidak perlu membawa handuk, sikat gigi, sabun, shampoo, dan parfum, karena ada sponsor yang menyediakan.
4. Akan diberikan uang senilai Rp. 3.000.000 untuk kehidupan sehari hari selama acara digunakan sebaik-baiknya karena itu sudah termasuk biaya makan.
5. Khusus Boboiboy, harap berpecah menjadi 3, 4, atau 5 di beberapa kesempatan.
untuk acara diperbincangkan sesuai rating pemirsa'
Mereka membaca dengan seksama semua perjanjian yang ada, lalu Boboiboy mewakili tanda tangan sebagai kata sepakat.
Permainan dimulai.
.
.
.
HomeVibe: Boboiboy and Friends Daily Life
Halo!
Aku bikin ff baru (lagi). Ini gara gara aku liat variety show Korea, jadi salahin aja acaranya. Sebenarnya terinspirasi dari We Got Married (tapi akhirnya malah lebih mirip Showtime), namun entah kenapa tercetus mau buat variety shownya Boboiboy dimana mereka berlima nanti akan dikarantina dalam 1 rumah sampai... ya sampai ff ini selesai(?). Jadi mereka nyiapin semua bareng bareng, dari nyuci masak beres beres pergi sekolah tidur dll. Ya gitudeh.
Pokoknya baca aja, happy reading!
Warning: AT, friendship and humor, rating K+, awas sakit mata bacanya (?)
.
.
.
Boboiboy memutar kunci 'rumah' baru mereka sekarang di lubangnya, dan membukanya. Empat yang lain dibelakangnya sambil menjijing barang masing masing. Mereka menempati rumah yang akan mereka tempat beberapa waktu kedepan untuk sementara. Rumah ini lumayan luas, dengan ruang televisi yang lumayan besar di depan, lalu disebelah kirinya terdapat kamar mandi, dibelakang ada dapur, dan ada 2 kamar yang bersebelahan di lantai 2. Ada juga halaman belakang yang juga lumayan luas dan rindang. Sepertinya hari hari akan berjalan lebih seru.
Gopal segera menaiki lantai 2, diikuti oleh Yaya yang berjalan dengan santai. Ying, Boboiboy, dan Fang yang bisa berjalan lebih cepat, berlomba kecepatan menuju kamar masing masing.
Melihat mereka bertiga, Gopal hanya mendesah tak jelas. "Apalah aku yang tak seberapa ini..." sambil menenteng bawaannya yang sangat berat.
Hm, kamar mereka juga luas. Di kamar Ying dan Yaya, terdapat 1 tempat tidur ukuran queen size, dengan 2 meja belajar yang bersebelahan, sebuah lemari pakaian yang besar, dilengkapi TV, AC, sebuah rak buku, meja rias, dan terdapat kamar mandi. Sedangkan kamar Boboiboy, Gopal, dan Fang ukurannya lebih luas. Terdapat 3 single bed, 3 lemari pakaian ukuran biasa, TV, AC, tak ada meja belajar, hanya ada meja seperti meja komputer yang memanjang, rak buku, lemari buku, TV, AC, sebuah cermin, dan kamar mandi.
Yaya dan Ying yang melihat kamar mereka bersorak senang lalu semangat menyusun pakaian dan peralatan mereka di tempatnya, namun saat menyusun buku buku pelajaran, hawa mereka berubah menjadi mengerikan.
"Kita bersaing malam ini" ujar Yaya dengan horornya.
"Huh! Kita lihat saja nanti!" Balas Ying tak mau kalah.
Di kamar sebelah, Fang dan Boboiboy mengambil posisi tidur di ujung karena tak mau bersebelahan, jadi otomatis Gopal di tengah. Lalu Fang menyusun barang barangnya dengan santai, sedangkan Boboiboy berpecah menjadi 3.
"Boboiboy kuasa tiga!"
Seketika menjadi 3, seperti sulap.
Setelah menjadi 3, Taufan mengkomandoi kedua kembarannya, padahal biasa yang mengambil alih seperti itu adalah Gempa. "Hali, kau rapikan pakaian. Gempa, kau rapikan buku buku. Aku mau mengecek ruangan ini." Taufan langsung kabur ke sudut kamar, dan melongok ke arah CCTV.
"Hai fans, aku Boboiboy Taufan. Senang rasanya bisa bertemu kalian, hohoho"
Ternyata dia sedang narsis.
Halilintar dan Gempa hanya dapat menepuk jidat. Memalukan untuk mengakui bahwa makhluk yang satu itu adalah kembaran mereka sendiri. Fang dan Gopal pun menoleh, dan berpikiran bahwa apa benar makhluk yang satu itu Boboiboy.
Tak peduli dengan tatapan yang lain, Taufan terus melanjutkan aksinya, malah sekarang ia sedang memamerkan bola anginnya ke kamera. Yang lain hanya bisa geleng geleng kepala melihat Taufan sudah mulai ngoceh dengan ngawurnya, dan melanjutkan pekerjaan mereka. Saat menyusun pakaian, Fang melihat sebuah kertas terlipat. Fang mengambilnya lalu membaca isinya.
'Misi 1: Perkenalkan diri lalu menyapalah lewat kamera'
"Hoi, ada misi nih!" Gempa, Halilintar, dan Gopal lantas mendatangi sumber suara, sedangkan Taufan masih saja fokus pada kamera. Fang menunjukkan isi kertas tersebut, lalu ketiganya mengangguk mengerti dan menghampiri Taufan.
"Minggir, kau sudah terlalu banyak membual." Ujar Halilintar. Taufan hanya mendengus.
"Ngatain orang narsis, sendirinya mau narsis juga kan"
Ingin rasanya ia menonjok orang didepannya ini, tapi ia tetap menahan amarahnya yang sudah tersulut sejak tadi. "Ada misi." Halilintar menunjuk kertas yang dipegang oleh Fang. Taufan merebut kertas yang dipegang Fang, untuk tidak sampai koyak.
"Mmm.. hai. Namaku Boboiboy Halilintar. Mohon dukungannya" Halilintar menyunggingkan senyum tipis, yang membuat para fangirl di luar sana mimisan. Sedangkan Taufan malah terpingkal pingkal melihatnya.
"Ppfft... HAHAHAHA TERNYATA HALI BISA SENYUM JUGA"
"Sialan." Halilintar menjitak kembarannya yang asal ngomong itu. Yang dijitak malah kabur lalu membenamkan badannya di kasur. Halilintar mengejarnya, dan kembaran yang paling normal, Gempa, hanya bisa geleng geleng kepala melihatnya.
"Halo semuanya, namaku Boboiboy Gempa. Semoga kalian suka dan mendukung acara kami!" Gempa membungkuk sedikit, pertanda hormat. Lalu Gempa menoleh ke arah kedua kembarannya yang sekarang sudah bergulat tidak jelas. Gempa hanya menghela nafas dan mengajak mereka untuk kembali bersatu.
Gopal yang melihat Gempa sudah beranjak, langsung menyambar tempat di hadapan kamera, lalu memperkenalkan diri.
"Aku Gopal. Kalian sudah tahu kan? Kalian tahu, aku senang mengikuti acara ini!" Lalu Gopal pun meninggalkan kamera setelah tersenyum lebar.
Fang hanya mendecak, kenapa jadi ia yang mendapat giliran terakhir? Namun ia mengalah saja, dan langsung memperkenalkan diri.
"Hai para fans ku, ini aku, Fang. Yeah, setelah acara ini aku pun semakin terkenal!"
Krik krik.
Berbeda dengan kamar sebelah yang sama sekali tidak normal, Ying dan Yaya menyelesaikan misi itu dengan baik.
Setelah memperkenalkan diri, Yaya melihat jam. Uh, sudah waktunya makan malam. Padahal perasaan mereka datang kemari pukul 5 tadi, dan sekarang sudah jam 8. Tak terasa mereka sudah beres beres selama hampir 3 jam, dan mereka berdua merasa perut mereka sudah keroncongan. Yaya dan Ying memutuskan untuk turun ke dapur dan memasak sesuatu.
Ying melihat lemari dapur, dan tidak ada apa apa kecuali 10 bungkus mi instan, dan bumbu dapur. Mereka belum berbelanja.
"Yaya, hanya ada mi instan saja. Mungkin besok sepulang sekolah kita harus belanja ke supermarket." Ying menunjuk 10 bungkus mi instan yang terdapat di lemari.
Yaya mengambil panci ukuran sedang, mengisinya dengan air lalu merebusnya. "Iya, sekarang kita makan mi instan saja dulu. Ambil 5 bungkus. Oh iya, coba kau ketuk dulu kamar mereka, suruh mereka turun dan makan."
"Yaampun Yaya, kau ini seperti ibu mereka saja. Sudah biarkan saja, nanti mereka pasti turun."
Kalimat Ying benar adanya. Di lantai 2 sana, ketiga pemuda tersebut mengeluh lapar.
"Ayo kita turun dan memasak sesuatu." Ujar Boboiboy. Saat membuka pintu kamar, mereka mencium bau mi instan yang menyeruak, dan mengakibatkan cacing di perut semakin bergejolak. Mereka bertiga turun dengan tergopoh-gopoh dan...
DUAK DUAK DUAK DUAK BUM!
"Remuk lah tulangku..."
Ying dan Yaya yang sedang memasak pun menoleh ke arah tangga. Terlihat 3 pemuda mengenaskan bertumpuk di ujung tangga sana. Fang posisinya paling menyedihkan, disusul oleh Boboiboy dan Gopal paling atas.
"Oi, turunlah!"
Gopal bangkit dan terjatuh di lantai. Boboiboy menjauh dari punggung fang lalu terbaring dengan gajenya. Fang memijit pinggangnya yang tersakiti. Yaya pun heran melihatnya.
"Kalian ini kenapa?"
Fang duduk dan mengelus pinggangnya yang nyeri. "Boboiboy ini lah, dia menginjak kakiku!" Boboiboy yang dituduh pun tak terima lalu protes.
"Bukan salahku lah! Salahkan Gopal yang mendorongku!"
Ying hanya geleng geleng kepala melihat kondisi, tingkah, dan penuturan 3 makhluk tak jelas di sana. "Kalian ini. Ayo sini, makan!" Mata ketiga pemuda tersebut seketika berbinar binar dan berjalan ke arah dapur seperti terhipnotis.
Yaya mengambil 5 buah mangkuk, lalu membagi mi rebus yang terdapat di dalam panci dengan adil. Lalu meletakkan bawang goreng yang memang sepaket dengan mi rebusnya. Baunya sangat menggugah, membuat mereka semua semakin lapar. Yaya yang mengetahui keadaan tersebut segera meletakkan mangkuk ke hadapan masing masing orang. Gopal yang memang raja makan, langsung menyantap mi rebus malang tersebut.
"Huaaaa, sedapnyaa!" Yang lain meniup mi tersebut dengan perlahan lalu makan dengan tenang. Melihat suasana yang terlalu hening, Yaya pun memecah suasana.
"Eh, besok kami akan belanja. Kalian ikut, ya?" Gopal mengangguk semangat, Boboiboy tersenyum, dan Fang hanya menggumam pelan. Mereka kembali makan dengan tenang, sebelum ponsel Boboiboy berbunyi.
Boboiboy pun merogoh sakunya, mengambil benda yang berbunyi itu. Terlihat private number di layarnya. Namun Boboiboy bukan tipikal orang yang cuek akan sesuatu, jadi ia mengangkatnya.
"Eum.. halo?"
"Halo, Boboiboy. Ini kami, staff TV. Loudspeaker saja."
"Oh, oke." Boboiboy menekan tombol volume sampai full.
"Oke, apa kalian sudah mendengar?"
"Sudah."
"Baik. Kalian sudah menyelesaikan misi pertama. Misi kedua, esok akan kalian temui di sekolah. Oh iya, kalian baik baik saja kan?"
"Oh, baiklah. Kami baik baik saja kok."
"Bagus, kami juga terus memantau kalian disini. Dan demi keamanan, kami sudah menyiapkan pengamanan kok, namun tersembunyi. Jadi kalian tenang saja."
"Baiklah."
"Selamat malam, semangat!"
Lalu sambungan terputus. Mereka berlima hanya berpandang pandangan tanpa arti, lalu melanjutkan makan. Awalnya Yaya pikir suasana meja makan akan berisik, tetapi ternyata tidak. Mungkin, mereka bertiga memang lebih disiplin dari yang ia kira, pikir Yaya. Atau mungkin juga karena hari ini mereka rasanya lelah sekali.
Fang menyudahi makanannya dan mencuci piringnya sendiri. Disusul Gopal, Ying, Boboiboy, dan Yaya. Setelah urusan dapur beres, mereka masuk ke kamar masing masing.
Di kamar Yaya dan Ying, mereka berdua terlihat sangat lelah. Yaya melirik sejenak meja belajar, ia langsung tidur saja malam ini. Sedangkan Ying langsung beranjak untuk mandi, dan Yaya memutuskan untuk menunggu Ying selesai. Yaya beranjak ke arah kamera dan akan mematikannya.
"Hai, sudah malam. Kami ingin beranjak tidur sekarang. Ying sedang mandi, aku juga akan mandi nanti. Lalu kami akan tidur. Sampai jumpa semuanya!" Yaya menekan tombol off pada kamera.
Begitupun yang terjadi di kamar sebelah. Gopal melihat Boboiboy dan Fang yang berebutan kamar mandi. Gopal menghela nafas, tak berusaha menyudahinya. Gopal beranjak ke kamera dan akan mematikan kamera.
"Saatnya tidur. Kami pamit ya, sampai jumpa semua!" Lalu kamera pun dimatikan.
15 menit kemudian, mereka semua sudah bersiap untuk tidur di tempatnya masing masing.
Dan bersiap untuk hari esok yang penuh dengan kejutan.
TBC
