Halo!

Ada yang kangen fanfict ini? Wkwkwkwkwkw. Maaf, aku lagi banyak pikiran akhir akhir ini, malah kak Mahrani29 nyaranin aku buat hiatus aja dulu, dan memang lagi aku pertimbangkan. Kalau emang jadi, aku bakal hiatus sampai liburan akhir tahun karena banyak hal yang harus aku kerjakan di dunia nyata. Maaf sekali lagi #bow

Tapi, aku nggak sepenuhnya hiatus sih. Aku tetep jadi reader disini~~ wkwkwkwk, cuma sebagai selingan aja. Tapi kalau emang misalnya aku jadi hiatus, pas comeback aku mau rilis ff baru loo xD wkwkwk. Udah punya ide soalnya.

(semoga gaada yang ngambil idenya)

(padahal utang ff numpuk)

Yaudah deh, kalian baca aja dulu ff ini xD

.

Warning: AT, friendship and humor, rating K+, awas sakit mata bacanya (?)

Boboiboy are Animonsta's

Happy reading!

.

.

Episode 2, action!

.

.

.

Suasana kamar yang gelap gulita dalam sedetik menjadi agak terang, karena ada cahaya lampu tidur yang menyala— atau tepatnya, baru saja dinyalakan. Di dalam kamar yang temaram, terlihat siluet anak laki laki berambut biru tua sedang mengacak rambutnya yang sebenarnya memang acak acakan itu. Matanya mengarah ke jam dinding yang tergantung di atas pintu kamar. Agak susah memang melihat jarum jam tersebut karena cahaya untuk menerangi kamar yang cukup luas itu sangat sedikit, namun pada akhirnya ia bisa membaca bahwa sekarang jam 5 pagi. Ia melirik ke arah jendela, melihat langit yang masih gelap. Ekor matanya menangkap kedua sosok temannya yang masih tertidur pulas. Ia tak heran melihat yang bertubuh gembul masih mengorok, tetapi ia heran melihat anak yang tidur dengan topi dinosaurus yang berada disampingnya. Biasanya Boboiboy sudah bangun, dan menghidupkan cctv.

'Flashback:

Fang baru saja keluar dari kamar mandi, ketika ia melihat Boboiboy yang sedang berkaca di kamera cctv yang belum hidup dengan topi yang berada di tangan kanannya.

"Seperti tidak ada kaca saja."

Boboiboy menoleh ke arah Fang, "hehe, aku ingin menjadi orang pertama yang menyapa penggemar." Ia memakai topinya dan menekan tombol on di cctv. "Selamat pagi~"

Fang hanya geleng geleng kepala.'

Dasar anak itu, pikir Fang. Kalau dia sendiri terlalu malas untuk menghidupkan kamera. Ketika ia bangun, pasti ada Boboiboy yang sudah merapikan rambutnya di kamera cctv, memakai topinya, lalu menekan tombol on. Selalu, selain di kamar ia pasti menggunakan topinya itu, sampai ada penggemar yang bertanya kapan ia akan membuka topinya dan Boboiboy menjawab tidak akan.

Tapi mungkin itu akan terjadi.

Fang beranjak dari kasurnya, menghidupkan tombol cctv dengan senyum usil.

"Selamat pagi! Agak aneh ya karena aku yang menyapa hari ini, bukan Boboiboy? Dia masih tidur. Dan oh, kalian tahu? Sebelum menyapa kalian, Boboiboy merapikan rambutnya di kamera ini. Nanti ia pasti terkejut saat sadar bahwa cctv sudah hidup dan merekamnya tanpa topi, hahaha!"

Fang segera berlari ke kamar mandi dan menunggu. Ia mulai menggosok giginya, dan melakukan hal hal yang dilakukan orang banyak ketika di kamar mandi –oke, bagian ini lewatkan saja—. Setelah semuanya selesai, ia dengan santai keluar dari kamar mandi dan seperti dugaannya, Boboiboy tengah berkaca di kamera, tanpa topi.

Dengan wajah pura pura tidak tahu, Fang membenahi kerah seragamnya. "Menyapa penggemar lagi?"

Boboiboy hanya mengangguk pelan, sambil membenahi rambutnya yang agak basah, sehabis mandi. "Iya, habis mandi di lantai bawah tadi karena kudengar kau mandi disini." Lalu Boboiboy kembali menata rambutnya.

"Hm."

Fang buru buru mengambil jaket dan tas sekolahnya dan buru buru turun ke lantai bawah. Sementara Boboiboy sudah merasa rambutnya rapi. Ia memakai topi khasnya lalu meraba bagian belakang cctv untuk menekan tombol on. Namun, ia merasakan ada sesuatu yang salah dengan tombolnya. Dengan hati hati ia melihat ke arah belakang cctv, dan matanya membulat sempurna ketika tombol mengarah ke tulisan 'ON'.

"Cctvnya... hidup?!"

Boboiboy melihat ke arah kamera. Samar samar ia melihat kilatan infra merah di dalam sana, menandakan bahwa cctv sudah aktif. Boboiboy kaget setengah mati. Berarti cctvnya hidup dari tadi?! Berarti... saat ia menata rambut...

"Siapa... yang menghidupkannya?" Boboiboy tersadar sesuatu. Matanya memicing ke arah pintu kamar, tepatnya ingin melemparkan tatapan membunuhnya pada orang yang baru saja lewat di sana.

"FAAAAAAAAAAAAAAAAAAAANG!"

-HomeVibe-

Boboiboy duduk di meja makan dengan wajah bersungut sungut, sementara Gopal disebelahnya tertawa setelah mendengar apa yang terjadi dengan Boboiboy pagi ini, dan Fang meringis akibat diamuk Boboiboy barusan. Ying dan Yaya yang sedang menyiapkan sarapan pun hanya geleng geleng kepala mengetahui kelakuan manusia manusia yang berada di meja makan tersebut. Yaya meletakkan telur omelet yang sudah dimasaknya ke meja makan, dan langsung dicomot oleh Gopal. Ying dan Yaya kembali geleng geleng kepala melihat Gopal, dan duduk. Fang mengambil nasi yang berada di tengah meja makan, sementara Boboiboy menghela nafas lalu bangkit dari kursi.

"Aku berangkat dulu..."

Yaya menoleh ke arah Boboiboy. "Kau tidak sarapan?"

Boboiboy hanya menggelengkan kepalanya, "tidak." Ia menyampirkan tas sekolahnya di punggung lalu berubah mode menjadi Halilintar. "Aku pamit, gerakan kilat!"

Ying dan Yaya bertukar pandang. Ekor mata Ying dan Yaya bertemu dengan mata Gopal, dan mereka pun bertiga bertukar pandang, lalu serempak menatap satu satunya orang yang tidak melakukan kontak mata super absurd tersebut.

"Apa karena salahmu?"

Fang mengerutkan dahi. "Ha? Aku? Masa... karena itu saja bisa membuat Boboiboy semarah itu? Ya anggap aja fanservice buat fansnya kan bisa. Lagipula banyak penggemar yang ingin ia membuka topinya tapi ia tak pernah mau. Bahkan kalian berdua belum pernah melihatnya tanpa topi, kan?"

"Otak Boboiboy itu normal. Lurus. Tidak ingin sok keren sepertimu. Lagipula dia dengan topi unyu seperti itu saja sudah tergolong keren. Nggak perlu buka topi."

Fang nyaris tersedak mendengar perkataan Ying barusan. Matanya mendelik, menatap horor ke arah Ying. "Kau menyindirku secara tidak langsung ya?!"

Ying hanya mengendikkan bahu sembari menyendokkan nasi ke dalam mulutnya. "Tidak, kau merasa ya?"

Ying dan Fang beradu pandang dengan sengit sambil mengacungkan sendok masing masing. Aura kegelapan seperti menguar dari tubuh keduanya. Yaya hanya memutar matanya melihat tingkah mereka berdua. "Yaampun, sudahlah—"

"Tidak bisa, dia yang mulai duluan!"

"Habis, kau menyebalkan!"

"Dasar penguin alaska!"

"Daripada kau, landak jelek!"

"Kau yang jelek"

"Kau!"

"Kau!"

"Sudahlah!" Yaya menengahi pertengkaran keduanya. "Pertama, kita harus memikirkan Boboiboy. Kedua—" mata Yaya menunjuk ke jam dinding yang berada di ruang tengah. "Sudah hampir jam 7."

Mata Ying dan Fang melihat kearah jam, lalu bertukar pandang dan saling memicing lagi sebelum kembali melanjutkan makannya. Sementara Gopal sudah menghabiskan makanannya sedari Ying dan Fang bertengkar sedari tadi. Gopal memahami poin pertama Yaya tadi, dan bertanya tanya tentang sikap Boboiboy yang tadi.

"Kenapa Boboiboy marah ketika ia terlihat tidak memakai topi? Tepatnya, kenapa ia tidak mau melepas topinya di hadapan orang orang?"

.

.

.

TBC