"Ngomong-ngomong, apakah seragam ini cocok untukku?"

Mayuzumi Yui terus berkutat dengan cermin sebesar tubuhnya sejak seragam baru SMA Rakuzan membalut tubuh rampingnya. Dibalik punggungnya, pria yang kini menduduki pinggir kasur adiknya itu mendongak dari novel Yui yang dipegangnya. "Masih belum selesai?"

Yui hanya melirik sang kakak yang kini sudah menginjak tahun terakhir di SMA melalui pantulan cermin. "Jawab pertanyaanku, Mayuzumi Chihiro."

"Kenapa pula aku harus menjawabnya?"

Yui berbalik, menghadap pria yang memiliki warna iris dan rambut yang sama dengannya, sambil berkacak pinggang. "Kau sudah memakai seragam ini dua tahun lebih, setidaknya beri komentar bagaimana bila adikmu sendiri juga ikut memakainya."

Chihiro menempelkan telunjuknya di dagu dan ibu jarinya di pipi, pose berpikir. "Tidak buruk."

Senyum lebar mengembang di bibir putri bungsu Mayuzumi. Kemudian ia memutar tubuhnya kembali menghadap cermin. "Sudah kuduga aku juga cocok dengan seragam ini."

"Tapi juga tidak bagus. Aku duluan, segera turun untuk sarapan karena aku sudah terlalu lapar untuk berkomentar tentangmu," Chihiro menutup novel yang dipegangnya dan meletakkannya di atas kasur Yui, seperti pada posisi awal novel itu tergeletak.

Senyum Yui memudar perlahan, berubah mengerucut. "Kau jahat."

Setelah suara debaman pintu yang ditutup Chihiro diterima indra pendengarannya, Yui pun menghela nafas sebelum menyusul sang kakak.


冬の花


"Semoga beruntung, Imouto," ucap Chihiro sambil lalu setibanya mereka di depan gerbang SMA Rakuzan.

Yui mendengarnya, namun tak menggubris. Ia terlalu senang begitu bayangan sebuah gedung SMA Rakuzan memantul di kedua bola mata kelabunya. Ia segera berjalan setengah berlari menuju gedung sekolah impiannya itu sambil menerka-nerka seperti apa calon ruang kelasnya, seperti apa guru-guru barunya, dan seperti apa pula teman-teman barunya, tak peduli pada Chihiro yang sudah berjalan mendahuluinya.

Angin meniup-niup surai kelabunya yang diikat mirip ekor kuda, seolah mengucapkan selamat datang. Yui mendongak masih sambil berjalan cepat, balas tersenyum pada bunga-bunga sakura yang berguguran. Tanpa disadarinya, seseorang sedang berjalan di depannya dan tabrakan pun tak terelakkan. Karena yang ditabraknya adalah seorang pria, Yui yang kalah besar pun jatuh terduduk di tanah.

"Ah, sumimasen, aku tidak melihat ke depan," ucap Yui sambil mengusap hidungnya yang baru saja bertumbukan dengan si pria sebelum akhirnya ia mendongak. Dan begitu melihat siapa yang ditabraknya, kedua maniknya melebar dan senyum yang sedari tadi menghiasi bibir Yui memudar. Ia bahkan lupa bagaimana caranya tersenyum saat itu.

"Tidak apa-apa. Kau bisa berdiri?" tangan pria itu terjulur ke depan berusaha membantu Yui.

Mendengar suaranya saja sudah menyulut api kekesalan Yui. "Kau... Akashi Seijuurou," Yui tidak berhasil menghilangkan nada tajam pada suaranya. Tanpa ia sadari giginya gemeretak.

Kedua alis Seijuurou terangkat. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Tanpa menjawab pertanyaan pria itu, Yui secepat kilat menegakkan tubuhnya dan meninggalkan Seijuurou yang masih mematung dengan tangan yang digapai angin. Tak peduli apakah pria bersurai merah darah itu akan marah, ia jauh lebih kesal saat ini. Kakinya menghentak-hentak keras ke tanah sebagai pelampiasan kekesalannya. Kenapa ia harus bertemu dengan orang yang paling ingin diinjaknya sejak dulu?

.

.

.

FUYU NO HANA (Winter Flowers)

By Kazusaki Kuga

Kuroko no Basuke always belong Tadatoshi Fujimaki-sensei

Pairing : Akashi Seijuurou & Mayuzumi Yui (OC)

The Rate is T~M but the first is just T

And the picture is not mine

Happy reading and don't forget to leave a review

Teehee

.

.

.

Mayuzumi Yui sudah berpisah dengan perasaan bahagianya sejak ia bertatap muka dengan putra tunggal Akashi. Tangannya terus bersedekap sejak ia memasuki kelas yang sama pula dengan pria itu. Kedua alis Yui tak henti-hentinya mengerut. Daripada memandang ke sekeliling kelas untuk mengenali teman-teman baru yang diharapkannya, Yui lebih memilih memandang ke luar jendela. Karena itu ia sengaja memilih tempat duduk yang bersebelahan dengan jendela. Ukh, membayangkan akan melewati waktu satu tahun bersamanya sudah membuatnya ingin muntah.

Dan bukannya Yui tidak sadar, bahwa sepasang heterokrom pria itu terus menusuknya dari belakang. Yui yakin ia memang sudah membuat pria itu marah. Tapi yang lebih penting, Yui sedikitpun tak ingin berurusan dengannya.

Bel berdering dua kali, menandakan waktunya istirahat siang. Yui masih melemparkan pandangannya ke luar jendela, tidak peduli. Hingga suara baritone menginterupsinya.

"Aku tidak tahu apa masalahmu padaku, tapi jawab pertanyaanku. Apakah sebelumnya kita pernah bertemu?"

Yui terkesiap mendengar suara yang dibencinya itu. Bahunya mengendik, kenapa pula pria itu harus berdiri dihadapannya. Dan tanpa memandang pria itu sedikitpun, Yui berdiri dari bangkunya dan hendak pergi meninggalkan ruangan itu sebelum tangannya tertahan oleh sebuah cengkeraman.

"Sudah cukup kau mengabaikanku, nona. Apakah kau tidak pernah diajari sopan santun untuk menjawab jika ada yang bertanya?"

Dan saat itu adalah kali pertama Yui mengenal sifat angkuh seorang Akashi Seijuurou. Bulu kuduknya meremang serta beberapa bulir keringat dingin mengaliri tengkuknya. Tatapan heterokrom itu begitu tajam sampai Yui berpikir bahwa jika terus menatapnya ia akan buta.

"AKU MEMBENCIMU!"

Kedua heterokrom Seijuurou melebar begitu sebuah ucapan yang tidak lirih itu terucap dari bibir Yui. Sadar akan apa yang barusan dilakukannya, Yui reflek menutup mulutnya dengan sebelah tangannya yang bebas. Dan ia juga baru sadar bahwa teman-teman sekelasnya yang lain kini mulai memandang ke arah mereka berdua.

Seolah terhipnotis, kedua bibir Yui terbuka mengatup seakan bingung ingin berucap bagaimana. "Lepaskan tanganku..." ucap Yui lirih, tangannya mulai gemetar menahan rasa sakit akibat cengkeraman yang makin mengerat yang diberikan pria itu. "...orang yang sudah membuat Kuroko-kun dan Ogiwara-kun hancur."

Setelah mendengar kedua nama itu, cengkeraman Seijuurou langsung merenggang. Dan kesempatan itu tak dilewatkan Yui begitu saja. Ia langsung menarik tangannya kasar dan langsung berlari keluar kelas, meninggalkan Seijuurou yang mematung dengan tangan terjulur untuk kedua kalinya.


冬の花


Seijuurou sedang istirahat dari latihan di hari pertamanya bergabung dengan klub basket Rakuzan ketika ia melihat seorang pria yang mengingatkannya pada gadis bersurai kelabu teman sekelasnya itu. Teman? Seijuurou meralat pikirannya sendiri, mungkin belum bisa dikatakan seperti itu. Mengikuti rasa penasarannya, ia pun bertanya pada salah satu rekan tim basketnya.

"Reo, siapa laki-laki itu?" tanya Akashi pada pria yang duduk di sebelahnya sambil menunjuk ke arah pria bersurai dan bermanik senada dengan gadis yang membencinya.

Mibuchi Reo yang sedang asyik mendinginkan kerongkongannya menghentikan acara minumnya dan mengikuti arah pandang si kouhai. "Oh? Itu Mayuzumi Chihiro-senpai, sekarang dia duduk di kelas tiga. Katanya dia hanya pemain cadangan. Ada apa, Sei-chan?"

Seijuurou hanya diam, tak menjawab pertanyaan senpainya. Nama marga mereka sama. Jangan tanya bagaimana Seijuurou bisa tahu nama perempuan itu, yang jelas, laki-laki itu dan dia memiliki hubungan keluarga. Tapi, yang lebih membuat Seijuurou penasaran adalah hubungan apa yang dimiliki gadis itu dengan Kuroko dan Ogiwara? Dan dia bilang Seijuurou menghancurkan mereka?

Ah, mungkin yang dimaksudnya adalah sewaktu SMP Teikou melawan SMP Meikou, sekolah Ogiwara, dulu. Karena satu-satunya kemungkinan hanyalah pada saat kejadian itu. Apakah gadis itu teman mereka? Tapi, sampai dia pun membenci Seijuurou, mungkin mereka bertiga lebih dari sekedar teman. Seharusnya ini bukan menjadi masalah bagi putra tunggal Akashi, tapi karena gadis itu sudah mengumumkan kebencian di hadapan seluruh teman sekelasnya, itu lain ceritanya.

Tanpa sadar, sebuah seringai mengembang di bibir Seijuurou.

"Oi oi, Akashi! Kalau tidak cepat nanti ketinggalan lo!"

Teriakan Hayama membawa pikiran Seijuurou kembali ke lapangan. Dalam sekali hentakan, kedua kakinya sudah menopangnya berdiri.


冬の花


"Jelaskan padaku kenapa kau tidak bilang kalau Akashi Seijuurou juga bersekolah di Rakuzan?"

Hari masih pagi, namun gerutuan Yui membuatnya bukan pagi yang sepi lagi. Chihiro yang berjalan santai sambil membaca light novel di sampingnya hanya mendengus sambil memegangi sebelah telinganya.

"Kau berisik sekali! Kupikir kau sudah tahu."

"Bagaimana aku bisa tahu, yang melihatkan hasil pengumuman penerimaan murid baru kan kau."

"Namanya memang ada di urutan nomor satu, sih."

"Apa?! Kau tahu dan tidak memberitahuku?!"

"Kupikir karena kita kembar, apa yang aku ketahui bisa sampai padamu dengan telepati."

"Jangan berpikir seolah-olah semuanya mudah hanya karena kita kembar! Dan aku heran kenapa kau percaya dengan apa yang disebut telepati."

"Kau masih membencinya?"

Sederet pertanyaan dari Chihiro membuat Yui bungkam. Ia yang begitu cerewet langsung membisu dan hanya diam memandang kakinya yang menapaki jalan. Yui hanya menceritakan peristiwa itu kepada Chihiro. Bagaimana dirinya begitu sedih bahwa kedua sahabat lamanya, Kuroko dan Ogiwara, seolah berpisah oleh satu pertandingan terakhir di masa SMP. Sebenarnya, Yui tidak hanya membenci Akashi Seijuurou seorang, empat anggota Generation of Miracles lainnya pun tidak masuk dalam pengecualian. Berhubung Akashi Seijuurou yang menjadi kapten dan berperan besar dalam tim, kebencian teratas Yui berada padanya.

"Bagaimana kalau dia meminta maaf?"

"Dia tidak akan pernah meminta maaf," Yui menjawab cepat atas pertanyaan yang dilontarkan Chihiro. Mengingat keangkuhannya kemarin, 100% Yui yakin bahwa pria itu bukan tipe orang yang mudah meminta maaf.

"Bagaimana kau bisa seyakin itu?" Chihiro bertanya kembali.

"Kau akan tahu jika mengenalnya."

Chihiro menoleh ke arah Yui, namun detik berikutnya ia kembali fokus pada novelnya. "Ngomong-ngomong, sepertinya dia akan menjadi kapten klub basket yang baru."

"Hah?!" Yui memutar kepala dengan cepat menoleh ke arah Chihiro.

Sudut mata Chihiro melirik adik tunggalnya. "Kau tidak lupa bahwa dia juga anggota Generation of Miracles, kan?"

Yui spontan mengernyit. "Jangan ucapkan itu di depanku. Tanpa kau ingatkan pun aku tidak akan lupa."

Obrolan mereka berhenti sejenak sampai beberapa meter dari gerbang Rakuzan koukou. Dan kedua kaki Yui berhenti menapak serta kedua alisnya langsung mengerut begitu dari kejauhan sosok Seijuurou yang melangkah memasuki gerbang memantul di iris kelabunya.

Chihiro terkekeh. "Wajahmu jelek."

"Kau berisik, Chihiro. Aku ingatkan saja, jangan pernah sekali-sekali kau berteman dengannya. Syukur-syukur kau tidak pernah bertatap muka dengannya." Setelah berucap demikian, Yui kembali melangkah, meninggalkan Chihiro yang belum menyusulnya.

Sambil berjalan, Yui mengumpat dirinya sendiri dalam hati. Harusnya ia berhenti sejenak disana tadi bersama Chihiro. Tapi, demi melampiaskan kekesalannya ia pun memerintahkan kakinya untuk berjalan. Alhasil, kini Yui harus menahan langkahnya untuk tidak berjalan terlalu cepat atau ia akan menyalip Seijuurou.

"Ohayou, Mayuzumi-san! Cara berjalanmu dengan ekspresi yang kau tunjukkan itu bertolak belakang."

"Hyaaa," Yui menjerit kaget ketika seseorang baru saja menyapanya. "Ah, Teruhiko-kun, ohayou!" Sebersit rasa senang muncul di benak Yui begitu ada teman sekelasnya yang mau menyapanya.

"Teru ngotot sekali ingin menyapamu begitu melihatmu berjalan sendirian pagi ini," kali ini seorang gadis mungil muncul dibalik punggung Teruhiko. "Ohayou, namaku Sumino Anzu. Aku berteman dengan Teru sejak kecil. Aku dari kelas sebelah. Panggil saja Anzu."

"Ah, wakatta. Ohayou, Anzu-san."

"Ngomong-ngomong, aku suka sifatmu yang blak-blakan kemarin," Teruhiko menunjukkan senyum lebarnya.

"Sumimasen, aku sudah keceplosan. Apa itu mengganggumu?"

"Tidak, tentu saja tidak," Teruhiko mengibaskan tangannya cepat. "Karena sudah bertemu, bagaimana kalau kita bersama menuju kelas?"

Dan sejenak masalah Akashi Seijuurou terlupakan.


冬の花


Yui berjalan menuju ruang guru dengan setumpuk buku dengan tinggi yang hampir melebihi dagunya. Kejam sekali anak laki-laki sudah meninggalkan kelas duluan. Sebenarnya Teruhiko sudah menawarkan bantuan kepadanya, tapi karena ia bilang ia akan ada kegiatan klub jadi Yui menyuruhnya duluan saja dengan alasan masih banyak anak laki-laki yang bisa membantu. Namun ternyata Yui yang paling akhir mengerjakan tugas disaat teman-temannya sudah meninggalkan kelas hingga ia akhirnya harus membawa buku-buku itu sendirian.

Yui berdoa dalam hati ia akan menemui salah satu teman sekelas yang bisa membantunya ketika kala itu jauh beberapa meter di depannya Seijuurou sedang berjalan berlawanan arah ke arahnya. Tanpa sadar Yui langsung melotot, kenapa harus orang itu yang muncul?

Pura-pura tidak melihat, Yui terus saja berjalan sambil membuang muka, berusaha tidak bertemu pandang dengan heterokrom itu. Karena tergesaannya itu, justru membuat buku-buku di pelukan Yui kehilangan keseimbangan dan beberapa diantaranya jatuh tepat ketika ia baru saja hampir melewati Seijuurou.

Terkutuklah waktu yang tidak tepat ini.

"Butuh bantuan?"

Yui langsung berjongkok dan segera membereskan buku-buku yang terjatuh tanpa mempedulikan Seijuurou yang kini berhenti melangkah di sampingnya. Yang ada di dalam pikiran Yui hanya satu, segera pergi dari sana!

Setelah Yui berhasil memperbaiki tumpukan buku itu seperti semula, secepat kilat ia langsung beranjak dari sana, meninggalkan Seijuurou tanpa peduli bagaimana keadaan orang itu sekarang. Begitu merasa sudah meninggalkan Seijuurou jauh di belakang, Yui bernafas lega, tidak sadar bahwa sedari tadi ia menahan nafas untuk menahan emosinya.

Seusai meletakkan buku-buku itu di meja wali kelasnya, Yui keluar dan akan kembali ke kelas untuk mengambil tasnya, sampai ia mendapati Seijuurou sedang berdiri seolah menunggunya di depan ruang guru.

"Sedang apa kau disini? Kau mengikutiku?" Spontan kata-kata itu meluncur dari bibir Yui.

Seijuurou yang semula tidak menatapnya, kini menoleh. "Aku tahu kau akan menyapaku duluan," ujarnya penuh percaya diri. Kemudian tangannya terangkat, menunjukkan sebuah buku. "Aku hanya ingin mengembalikan ini. Sepertinya tertinggal saat kau buru-buru tadi."

Makin kesal, Yui meninggikan nada bicaranya namun tidak mengeraskan suaranya. Ingat, posisi mereka masih berada di depan ruang guru. "Bagaimana kau bisa seyakin itu bahwa aku akan menyapamu duluan?"

Seijuurou yakin bahwa ia sudah menyulut kekesalannya kali ini. "Aku ini absolut," balasnya singkat, padat, dan jelas.

"Aku tidak peduli, yang jelas aku tidak akan pernah tunduk padamu!" Yui merebut buku yang digenggam Seijuurou dengan kasar. "Kau menganggap dirimu absolut tapi kau bahkan tidak mengenalku!" Yui kembali memasuki ruang guru dan Seijuurou kembali menunggu.

Gadis itu sudah menarik perhatiannya.

Beberapa detik kemudian Yui kembali dari ruang guru dan memelototi Seijuurou. "Kenapa kau masih disini?"

"Kau ingin aku mengenalmu?"

Sebuah perempatan langsung terdampar di kening Yui. "Aku sudah terlalu banyak berurusan denganmu."

Yui pasti sudah berlari kalau saja Seijuurou tidak menahan pergelangan tangannya. "Lepaskan aku!"

"Apa yang akan kau berikan padaku kalau aku berhasil mengenalmu?"

"Aku tidak menyuruhmu mengenalku dan aku tidak sudi kau mengenalku dengan cara menstalkerku!" Entah karena tidak ingin berurusan lagi atau karena memang sengaja ingin mengejek sang Akashi, kata-kata spontan itu kembali meluncur dari bibir Yui sebelum Yui sendiri sadar apa yang barusan diucapkannya.

Begitu pegangan Seijuurou merenggang, Yui kembali mengambil kesempatan untuk kabur darinya. Tanpa disadarinya bahwa sebuah seringai kembali terkembang di bibir Seijuurou.

Semua orang tahu, bahwa sekali Akashi Seijuurou menginginkan sesuatu, ia tidak akan berhenti sebelum berhasil mendapatkannya dan menyatakan kemenangannya. Dan kini targetnya adalah Mayuzumi Yui.

.

.

.

To Be Continue~

.

.

.


(A/N)

Doumo! Doumo!

Kuga kembali dengan cerita multichapter yang diisi pairing Akashi x OC. Maaf karena Kuga memakai nama Yui, tidak terpikirkan nama lain. Apa readers-tachi sudah merasa nyaman dengan nama yang Kuga berikan atau perlu Kuga ganti menjadi [Name]?

Hayo siapa yang berhasil menemukan beberapa misteri yang belum Kuga jelaskan secara detail disini? *kedipkedip

Bahagia sekali rasanya bisa menciptakan sebuah fic lagi. Ternyata punya status baru sebagai mahasiswa itu jadwalnya ketat banget ._.

Semoga waktu luang kembali menghampiri Kuga biar bisa ngelanjutin fic ini lagi .. xD

Pertanyaan, kritik, dan saran mohon ditulis di kotak review :3

Maaf atas kekurangan dan kesalahan ketik karena Kuga belum membacanya ulang ._.

Mohon bantuannya,

Sayonara! ^o^