Tittle : Bound To You

Cast : Jeon Jungkook / Kim Taehyung

It's M (Just in case. Probably M for the language and the content)

WARNING! BL! with Kook!Seme.

.

.

.

※Happy Reading※

.

.

.

"When you touch a man's body, he will enjoy the moment, when you touch a man's heart he will remember it forever." -Dixie waters

.

.

.

Kim Taehyung sudah menetap selama delapan bulan di Seoul, tepatnya di Songpa-gu; salah satu distrik dengan jumlah penduduk terbesar dan termasuk ke dalam Wilayah Gangnam Raya. Menyewa sebuah apartemen di daerah Jamsil dan menyukai hiruk pikuk Seoul yang ramai. Apalagi saat ia mengunjungi Gangnam dengan segala magnet kehidupan yang berada di atas rata-rata. Apartemen mewah menjulang tinggi, kompleks perumahan yang menakjubkan, dan terkadang para artis tenar yang sekedar lewat menuju gedung agensi sekelas SM dan JYP Entertainment atau mengunjungi butik-butik mewah di daerah Apgujeong-dong.

Inilah Seoul dan semua kenikmatannya yang indah.

Dan baru kali ini Kim Taehyung memandang takjub pada sebuah perusahaan besar yang berdiri di wilayah Yeoksam-dong ; dipenuhi oleh oleh gedung-gedung beton pencakar langit menjulang tinggi, terutama gedung yang berada di hadapannya. Taehyung menarik nafas dan menghembuskannya pelan. Ia mendongak menatap kaca-kacanya yang berwarna biru dan memantulkan sinar matahari.

Taehyung menyipitkan mata dan bisa melihat tulisan besar JeonCross di puncak gedung, sekilas ia mengingat salah satu gedung mewah milik tokoh pahlawan Iron Man; Tony Stark yang tak sengaja ia lihat di televisi. Gagah, tak mampu ditaklukan, bahkan Taehyung merasa beberapa kali melihat tulisan itu menyala benderang saat ia lewat untuk mengunjungi Cheongdam-dong tempat dimana Min Yoongi membangun restoran miliknya yang berkelas. Menunjukkan betapa kekar dan hebatnya perusahaan ini sampai pekatnya malam saja tidak bisa membuatnya tertidur, jalanan Seoul yang hidup dua puluh empat jam saja terasa begitu tidak apa-apanya dibandingkan kemilaunya yang tidak pernah mati.

Pemborosan, tetapi pantas untuk perusahaan sebesar Jeon Enterprises.

Taehyung melangkah menuju pintu masuk utama dengan dua orang security memegang metal detector dan tersenyum kaku sembari diam-diam memeriksa tubuh Taehyung dengan alatnya yang canggih sementara Taehyung masuk ke dalam dan hembusan Air Conditioner yang dingin membuat matanya terbuka lebar karena perasaan bersemangat, beberapa orang berlalu-lalang masuk dan keluar, ia menabrak bahu seorang pria dan bergumam maaf, menuju meja resepsionis dengan seorang wanita berambut pirang yang tersenyum ramah padanya.

"Ada yang bisa saya bantu, sir?" Tanyanya. Suaranya tegas. Matanya yang berwarna biru menatap Taehyung tak henti, dagunya langsing, pipinya tinggi dan terkesan begitu cerdas.

"Aku mendapat telepon kemarin sore," Taehyung berucap lalu berdeham kecil untuk menjaga suaranya agar stabil. "Aku diminta datang untuk mendapat waktu giliran interview." ujarnya sedikit gugup.

Wanita itu tersenyum, "Nama anda, sir?" Ia mengotak-atik komputer yang layarnya tersimpan di bawah meja.

"Taehyung." Ia kembali berdeham. "Kim Taehyung." Taehyung melirik bagian dada wanita itu yang menampilkan informasi berupa Nama dan Umur juga foto berlatar belakang tulisan JeonCross. Namanya adalah Rachel. Taehyung menatap garis wajah wanita di depannya dan tahu saat itu juga wanita itu merupakan blasteran Inggris dari wajah pucat dan rona merah di pipinya. Orang inggris beranggapan seorang wanita disebut cantik jika ia memiliki wajah Angel face; wajah tirus dan kulit putih pucat namun memiliki rona merah di area pipi juga rambut blonde ikal yang ia gelung sempurna.

Wanita itu sibuk beberapa menit sebelum ia mengambil sesuatu dari bawah meja dan memberikannya sebuah ID Card dengan nama beserta fotonya. Waw... Kim Taehyung benar-benar terkesan bagaimana semuanya tertata begitu rapi dan sistematis.

"Waktu interview anda pukul tujuh pagi, harap datang tepat waktu." ucapnya sambil menyerahkan ID Card. "Dan tolong datangi bagian Personalia di lantai sepuluh, ada sesuatu dalam berkas anda yang harus diperbaharui," ia tersenyum. "Demi kepentingan perusahaan" lanjutnya.

Taehyung mengangguk kaku. Mengambil ID Card miliknya sambil bergumam terimakasih dan berjalan menuju lift. Ada enam puluh lima lantai dan entah kenapa Taehyung penasaran bagaimana setiap lantai akan terlihat. Akankah semenakjubkan lobi dengan sofa-sofa berwarna gelap dan terbuat dari kulit? Atau seindah restoran di samping lobi yang bernama Lasagna dengan profil seorang Eksekutif Chef di bagian depannya?

Entahlah, Taehyung memencet tombol sepuluh hingga menyala; suara seorang wanita terus-menerus mengingatkannya setiap lantai. Kim Taehyung hanya berusaha agar ia bisa menjadi salah satu bagian dari JeonCross dan menaikkan taraf kehidupannya, bukan berarti dia tidak mensyukuri hidupnya. Ia hanya sedang berusaha membuat dirinya menikmati usia muda dengan menjadi pekerja aktif dan lupakan masalah segera-cari-calon-pendamping dari omelan ibunya di Daegu.

"Terimakasih atas kerja samanya, Mr. Kim Taehyung" ucap lelaki berusia empat puluh tahun yang duduk di balik komputer berlayar tipis sembari berdiri dan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. Taehyung membalas uluran tangannya dan tersenyum tipis. Ia keluar dari ruangan dingin itu; Taehyung menyangka suhunya pasti berada di bawah delapan belas derajat dan tidak dimatikan sama sekali saat malam hari. Lagi, pemborosan.

Ia keluar dari lift saat mencapai lantai dasar, membiarkan seorang wanita yang menenteng dokumen di lengannya untuk keluar terlebih dahulu. Manner. Formalitas terbaik yang harus dipasang seorang lelaki berusia dua puluh empat tahun saat berdekatan dengan seorang wanita. Taehyung memasukkan tangan ke dalam mantel Burberrynya saat ia menatap seorang wanita dengan wajah sedih terlihat kerepotan dengan tas besarnya dan tas kecil yang berada di pergelangan tangannya terjatuh dengan risleting terbuka hingga menyebabkan beberapa uang koinnya menggelinding di lantai hitam yang kelam.

Orang-orang nampak sibuk tanpa mau menolong, Taehyung berdecak kecil dan membungkuk di samping wanita itu unutuk menolongnya memunguti koinnya yang berjatuhan. Wanita itu meliriknya dan berucap. "Oh, terimakasih"

"Tentu saja." jawabnya sambil tersenyum tipis.

Taehyung melihat satu koin yang terjatuh cukup jauh dan melangkah kesana, ia membungkuk namun tiba-tiba sepasang pantopel hitam membuat tangannya terhenti.

Celana berbahan halus berwarna kelam dan menantang dengan kaus kaki sewarna, mata Taehyung naik ia ingin protes; orang itu menginjak koin yang ingin diambilnya, namun setelan jas single-breasted menawan dengan satu kancing terkait, kemeja putih dengan dua kancing teratas terbuka, dasi berdasar warna serupa jasnya namun terdapat garis abu-abu melintang diagonal, beserta rambut hitam terangkat bantuan gel menunjukkan keningnya yang halus dan memikat juga alisnya yang kerang membuat Taehyung terdiam.

Ia menegakkan tubuhnya dan seketika kehilangan pijakan, pemuda itu mengulurkan tangan hingga lengan jasnya terangkat naik; memperlihatkan jam Cartier melingkar di pergelangan tangannya dan menahan tubuh Taehyung agar seimbang. Membuat wajah pemuda itu berada sangat dekat dengannya.

Taehyung bisa melihat pantulan wajahnya sendiri dalam bola mata berwarna hitam yang memandangnya tajam dan mengintimidasi, garis rahangnya yang keras dan jari-jari panjangnya yang menawan mencengkram siku Taehyung agar pemuda itu tidak jatuh.

"Kau baik-baik saja?" Suaranya halus..dan sedikit serak. Menekan dalam-dalam tombol waspada di sel-sel otak Taehyung. Mereka begitu dekat hingga refleks pertama Taehyung adalah bernafas dalam dan meraup banyak-banyak aroma tubuh pemuda itu. Aroma kayu-kayuan, rempah, mint dan amber menusuk penciuman Taehyung dan membuatnya kelelahan. Sial, ada sesuatu. Sesuatu dalam parfum lelaki di hadapannya hingga membuat gairah Taehyung melayang di atas kepalanya.

Taehyung kembali pada tubuhnya. Ia meluruskan tenggorokannya yang tercekat dan segera melepaskan lengannya dari pemuda itu.

"Ya, hanya kehilangan keseimbangan." ucapnya kaku.

Pemuda itu membungkuk untuk mengambil ID Card milik Taehyung yang terjatuh tanpa ia ketahui. Ia mengamatinya sebentar sementara Taehyung mengembalikan koin yang berhasil dikumpulkannya pada wanita yang sedang memasukkan kembali koin-koinnya kedalam tas kecil.

Pemuda itu mengulurkan ID Card milik Taehyung, tersenyum tipis.

"Trims" gumamnya, mengambil ID Cardnya dan tanpa sengaja jari mereka bersentuhan. Hangat. Panas. Bersatu hanya dalam satu sentuhan tipis yang membuat erangan dalam menggeram di dasar tenggorokan Taehyung dan rasanya ia ingin berlama-lama menyentuh kulit pemuda itu.

Ia menarik nafas dan tanpa membalas senyuman pemuda itu ia membalikkah tubuh menuju pintu keluar dan tidak menolehkan wajah untuk menatap raut terkejut yang nyata terlihat di wajah si pemuda.

Tidak. Ya ampun, ada apa dengannya. Taehyung berdiri ditepi trotoar dan menatap pantulan wajahnya pada sebuah Bentley SUV yang terparkir. Ia menepuk pipinya beberapa saat.

"Tidak, Kim Taehyung. Tidak" bisiknya pada sendiri sebelum menghela nafas dan menuju mobilnya. "Sadarlah."


Jeon Jungkook lebih menyukai berangkat lebih pagi dari para karyawannya. Ruangannya memang sepi dan tidak sembarang orang boleh memasukinya, namun terkadang ia masih bisa mendengar jeritan entah milik siapa atau detak stiletto yang berjalan di atas lantai marmer dan membuat pikirannya buyar. Ia menyukai kesepian yang tenang, dimana matahari pagi masuk melalui kaca-kaca menakjubkan yang berada di belakang tubuhnya, membuat bayangannya nyata dan mengelus seluruh tubuhnya dengan kehangatan. Ia akan menaikkan suhu ruangan jika mulai kepanasan dan menutup kaca-kaca itu dengan gorden berwarna gelap agar cahaya matahari siang hari tak menyakiti matanya saat ia sedang bekerja.

Namun pagi ini Jungkook tidak bisa menikmati hangatnya matahari pagi akibat guyuran hujan yang tak juga berhenti, membuat Seoul begitu kelam dan basah, rintikan air yang terus turun dari ujung atap bangunan dan daun-daun pada pohon membuatnya gelisah oleh bayangan lembab yang tidak ia sukai. Dari tempatnya kini Jungkook bisa melihat kilatan petir begitu jelas, air mengalir terus-menerus di kaca sisi kaca luar dan membuatnya kesal.

Detak jam di atas mejanya menunjukan pukul setengah tujuh, kantornya masih begitu lengang ditambah dengan cuaca yang membuat sebagian orang lebih memilih bergelung dalam selimut daripada keluar dan mendapat sambutan rintikan air. Hanya terdapat beberapa Office Boy yang merapikan seluruh ruangan dan sedikit karyawan yang terlampau rajin atau hanya ingin menikmati wifi gratis sembari menyantap sarapan di depan layar komputer sebelum memulai bekerja. Ia menatap layar laptop dan melihat notifikasi email, Jungkook tersenyum sembari mengetikkan balasan email untuk kakak sepupunya yang berada di Manchester.

Ia menggulung lengan kemeja Armani berwarna abu-abu hingga siku dan bangkit berdiri. Meluruskan lipatan tak menyenangkan di celana berbahan wol lembut sembari berjalan menuju kamar mandi pribadinya, ia mengeluh begitu keras saat menekan tombol di wastafel dan airnya tetap tidak mau keluar.

"Eva, keran di kamar mandi ku mati!" Teriaknya sambil keluar dari kamar mandi menuju luar ruangan dan berteriak pada asisten eksekutifnya yang sibuk dengan map-map di mejanya.

"Maaf, Sir. Akan diperbaiki hari ini." jawabnya dengan senyuman gelisah. Eva meniliki warna kulit sangat pucat dan bertambah pucat jika mood Jungkook sudah rusak di pagi hari. Apalagi ditambah suasana kelam Seoul yang membuat atasannya semakin sensitif.

"Aku harap ini tidak terjadi lagi" ucapnya tajam. Eva menunduk dan bergumam maaf.

Ia terpaksa keluar dari ruangan miliknya menuju kamar mandi yang biasa dipakai para staff di lantai dua puluh. Masih dikunci, ya tentu saja. Toilet ini baru dibuka pada pukul tujuh. Ia menahan seorang Office Boy dan memintanya untuk mengambil kunci untuknya sekarang juga. Office Boy itu menunduk paham lalu melesat pergi.

Lima menit kemudian Office Boy itu memberikannya kunci toilet lalu berlalu sambil terus menunduk. Hell, Jungkook yakin wajahnya tidak seseram itu untuk ditakuti seluruh bawahannya. Ia membuka pintu bertuliskan toilet dan penekanan tulisan Men. Jungkook berbelok menuju deretan wastafel beserta cermin menggantung memantulkan wajahnya.

Jungkook melonggarkan dasi, membuka dua kancing teratas kemejanya dan membasuh jari-jari, telapak tangan hingga siku dan wajahnya. Membiarkan tetesan air menggantung di hidungnya yang langsing dan dagunya yang lancip. Ia mengeluarkan sapu tangan dari kantung celana dan mengeringkan wajahnya dari air dan saat itulah ia mendengar pintu kamar mandi yang terbuka dan dikunci dari dalam.

Dahinya mengerut, melangkah pelan menuju dinding yang memisahkan antara ruang wastafel dan bilik-bilik kecil toilet. Ia menoleh, terkejut saat seorang pemuda berambut coklat berusia sekitar dua puluh tahun sedang membuka sweaternya.

"Aku benci hujan." desis pemuda itu. Ia berdiri di lorong dan meletakkan sweaternya yang basah. "Terutama pagi hari" ia mendesah keras dan begitu marah. "Dan bagaimana perusahaan sebesar ini hanya membuka satu toilet sedangkan ratusan lainnya masih dikunci" lanjutnya dengan wajah mengernyit.

Jungkook bahkan lupa berkedip saat kemeja basah berwarna biru muda yang menempel ditubuh pemuda itu terlihat begitu..menggoda. mencetak jelas bentuh tubuhnya yang kurus, beserta lekukan pinggangnya yang ramping. Jungkook tak sadar menelan air liurnya bulat-bulat dan matanya melebar tak percaya.

Pemuda itu membuka kemejanya dan menaruhnya bertumpuk di atas sweater. Kulitnya mulus, coklat sempurna, cetakan air masih terlihat di pundak dan punggungnya yang sempit, bisepnya terbentuk dan otot-ototnya mengencang saat ia membungkuk untuk mengambil paper bag berwarna putih dengan logo H&M. Ia membelakangi Jungkook yang berdiri di antara lorong dan sedikit menyembunyikan tubuhnya dinding, kenapa ia harus bersembunyi? Ia tidak punya jawaban karena otaknya begitu bodoh tak juga bereaksi.

Pemuda itu membuka paper bag dan mengeluarkan kemeja putih yang kering, lalu memakainya cepat sembari terus menggerutu tentang cuaca Seoul yang tidak bersahabat.

Jungkook berharap pemuda itu tidak berencana membuka celananya juga. Namun harapannya seketika hancur saat pemuda itu mulai membuka kancing celana, Jungkook langsung menoleh berlawanan. Merasakan jantungnya berdegup luar biasa cepat. Waw..apa-apaan ini, Jungkook mengigit bibirnya kasar dan jarinya mengepal.

Tidak. Aku tidak akan lihat.

Tetapi ada iblis bernama hormon dalam diri Jungkook yang terus membujuknya untuk menoleh dan lihat hal tak sepatutnya yang ia dapati pagi ini. Mari lihat makhluk seindah dewa itu dan bayangkan dirimu memilikinya Jeon Jungkook.

Jungkook menggelengkan kepala defensif.

Nafasnya cepat, ia ingin keluar. Menghapus seluruh bayangan tak senonoh yang masuk kurang ajar dalam pikirannya. Namun ia tahu bergerak saat ini juga akan membuat pemuda itu terkejut dan merasa malu atau mungkin marah. Ia memandang pintu keluar yang terkunci dari dalam. Pemuda itu sengaja menguncinya ternyata.

Suara dering telpon membuat Jungkook terkejut, ia refleks menoleh dan merasakan seluruh tubuhnya meremang melihat pemuda itu yang hanya memakai boxer hitam dengan bandwaist bertuliskan Calvin Klein dan kemeja putih hingga batas perut bawahnya

Okay. Jeon Jungkook, tahan dirimu.

"Halo?" Suaranya masih kesal.

"Aku sedang ganti baju, Hyung" ia lalu terkekeh, mengambil celana dari dalam paper bag. "Aku tahu, ya. Aku berhutang budi padamu"

Jungkook memandang kaki pemuda itu yang panjang, membayangkan dia bisa menyentuhnya atau memberikan rentetan kecupan manis di sana. Merasakan kulitnya yang coklat di bawah sentuhan jari-jari tangannya atau mungkin yang paling ia inginkan adalah dengan bibirnya.

Pemuda itu memakai celana panjangnya hingga mengaburkan pikiran kotor di otak Jungkook. Ia memasukkan kemeja ke dalam celana sementara menjepit ponsel diantara telinga dan bahunya. Terus berbicara.

"Aku ada interview jam tujuh. Dan oh! Jam berapa sekarang?" Tanyanya gusar.

Interview?

"Astaga sepuluh menit lagi," Ia terburu memasukkan pakainnya yang basah kedalam papar bag. "Aku akan hubungi kau nanti Hyung. Ya, baik." ia memasukkan ponsel kedalam saku celananya.

Jungkook dengan segera bersembunyi di balik dinding, pemuda itu membuka slongket pintu yang sengaja ia tutup dan keluar dari sana. Jungkook menghembuskan nafas tertahan dan tertawa kecil menyadari betapa lucunya keadaan ini.

Dan tidak selamanya cuaca buruk Seoul membuat mood Jungkook rusak. Tidak. Tidak, untuk hari ini.


Menarik. Ia menahan senyumannya. Melirik sekilas pada pemuda berambut coklat yang lima detik lalu memandangnya namun kemudian mengalihkan matanya untuk menunduk. Ia tidak terlalu bisa melihat wajahnya dengan jelas tadi pagi. Tetapi kali ini, bibir menawan berwarna merah dan kesempurnaan wajahnya yang Jungkook puja tak bisa sedikit saja mengalihkan matanya dari setiap mimik manis yang tebentuk di wajah pemuda itu.

Pemuda itu duduk di hadapannya dengan tiga orang lainnya, ia sebenarnya tidak perlu lagi campur tangan dalam masalah penerimaan staff-staff di kantornya kecuali untuk masalah eksekutif asistennya tentu saja. Namun begitu tak sengaja melewati ruangan interview, ia langsung masuk dan berkata ingin ikut andil dalam penerimaan seorang staff di bagian desain dengan alibi menaikkan mutu kualitas perusahaan padahal incarannya adalah pemuda itu.

Dia pucat. Namun Jungkook bisa melihat kilatan menantang di matanya yang sewarna dengan rambutnya. Coklat, lelehan coklat yang begitu memabukkan.

"Ada yang mau anda tambahkan, Sajangnim?" Tanya seorang kepala staff padanya.

Jungkook menggeleng. Tersenyum pada ketiga orang di hadapannya, dan menatap langsung ke arah pemuda itu yang terkejut mendapat tatapan langsung dari Jungkook.

Jungkook membuka sebuah map berwarna biru yang berisi keterangan tentang pemuda berambut coklat itu. Kim Taehyung. Ia mengerutkan kening. Ia seperti pernah melihat nama itu. Jungkook hampir terpekik ringan. Ya.. pemuda itu. Ia sempat mengambil ID Card-nya yang terjatuh kemarin. Lulusan KAIST dengan IP memuaskan (Jungkook tahu standar IP di KAIST harus melebihi tiga koma dua) dan terdapat beberapa contoh desainnya pada lembar kedua. Jungkook bersiul pelan, Ia yakin Kim Taehyung mempunyai tangan yang sangat berbakat. Karyanya menonjolkan beberapa teknik yang berbahaya namun sekaligus membuat Jungkook berdecak kagum, pemilihan warnanya tidak terlalu mencolok namun terlihat begitu menghanyutkan dan damai.

"Kim Taehyung." Ucapnya sambil berdiri dan mengulurkan tangan. Pemuda itu mengerutkan kening antara terkejut dan tidak mengerti, Jungkook memberikan senyuman mematikannya pada Taehyung.

"Selamat bergabung di JeonCross"


Mati. Kau mati Kim Taehyung.

Ia menatap ngeri pada pemuda itu yang duduk nyaman dengan wajah dingin mematikan. Ia menahan tangannya yang bergetar, pelipisnya yang berkeringat. Kantor sebesar ini kenapa dia bisa bertemu lagi dengan pemuda itu?!

Taehyung bangkit berdiri saat pemuda itu mengulurkan tangannya. Pundaknya begitu tegap dan Taehyung sedikit tidak fokus, ia mengedipkannya beberapa kali untuk mengembalikkan kesadarannya.

"Kim Taehyung, Selamat bergabung di JeonCross." Ucapnya dengan senyuman berwatt paling berbahaya.

Taehyung membasahi bibirnya. "Terimakasih, err-" ia membalas uluran tangan pemuda itu dan terkesiap menyedihkan begitu kulit mereka bersentuhan.

"Jeon." Bisiknya tajam namun halus. "Jeon Jungkook."

Crap!

Dia adalah CEO muda yang digembor-gemborkan seluruh masyarakat Seoul. Pemilik sah Jeon Enterprises setelah ayahnya resmi pensiun dan menyerahkan seluruh kerajaannya pada Jungkook; pemuda yang bahkan terlihat lebih muda darinya. Taehyung terburu membenarkan nada suaranya dan meringis pelan.

"Terimakasih Jeon Sajangnim." Ucapanya percaya diri dan membalas senyuman Jungkook tanpa sadar jika tangan mereka masih dalam posisi jabat tangan.

"Wah, aku menikmati formalitas," Ujarnya dan mengangkat alis. "Tetapi lain kali kau bisa memanggilku dengan sebutan yang lebih akrab."

"Lain kali?" Ulangnya dan berkedip. "Lebih akrab?"

Jungkook menarik tangan Taehyung hingga tubuh Taehyung membentur dadanya yang kuat.

"Menurutmu, sudah berapa kali kita bertemu?" Tanyanya.

"Well.. dua kali?"

"Benarkah?"

Taehyung menahan nafas. Ia meletakkan satu tangannya yang bebas di pundak Jungkook dan menolak pemuda itu untuk mendekat lebih jauh. Tidak atau dia akan mati.

"Sajang-"

"Tiga kali."

"Tidak mungkin." Tolaknya sekuat tenaga, Jungkook menaikkan sebelah alisnya sekali lagi dan menyukai bagaimana wajah berontak tak mengerti Taehyung yang begitu lucu. "Kita bertemu kemarin. Di lantai dasar." Ia berucap sambil membuang wajahnya karena begitu mengingat detail pertemuan pertama mereka. "Dan hari ini." Ketusnya kesal.

Jungkook tertawa kecil, ia melepas tangan Taehyung dan memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana.

"Kau yakin?"

"Tentu saja sajangnim!" Ia mengatupkan bibir rapat-rapat.

"Kalau begitu kau harus hati-hati." Peringat Jungkook.

"Untuk apa?" Protesnya, ia mengusap telapak tangannya dan tak berhenti memikirkan hangat tangan Jungkook saat bersentuhan dengannya.

Jungkook meletakkan telapak tangannya pada tengkuk Taehyung dan meremasnya sembari menariknya mendekat. Taehyung menggerutu protes dan lehernya terasa sakit akibat sentakan yang tiba-tiba. Wajah Jungkook sangat dekat dan berbahaya. Aroma gairah yang panas masih bertahan dan bercampur dengan pasta gigi yang menguar setiap Jungkook berbicara.

"Aku ingatkan," bisiknya. "Lain kali," Jungkook memajukan wajahnya hingga sesenti lebih dekat pada rahang Taehyung yang indah. "Pastikan kau benar-benar sendirian dalam kamar mandi sebelum membuka seluruh pakaianmu, Kim Taehyung."

Dan Taehyung membeku, rahangnya jatuh terbuka dan berkedip beberapa kali seperti orang bodoh. Jungkook meninggalkannya dengan remasan lembut di tengkuk lalu berjalan keluar ruangan yang sudah sepi.

Taehyung menjerit kesal sembari menjenggut rambut coklatnya dan merasa begitu-luar biasa malu.

;:;:;;;:

TBC

;:;:;:;:

APA INI.

Ayo salahkan Jeon Jungkook yang makin hari makin ganteng bikin saya terus-terusan khilaf pengen nikahin dia.

Ini bukan chaptered. Mungkin twoshot? Entahlah. Hahahah. Part Ini bisa dibilang pengenalan karakter. SAYA LAGI CINTA DOM!Jungkook SUB!Taehyung OTOKE. SAYA TER-KOOKV-ED BANGET AAAAA /hebohsendiri. Jadi buat kalian yang bener-bener anti sama Jungkook dominan dan Taehyung submisif saya ga maksa yaaa. Saya cinta dom!kook yuhu~
.

.

.

You can find me here : zeloficent (twitter)

Last, i'm appreciate review so much!