Disclaimer : KuroBasu milik Fujimaki Tadatoshi seorang titik! Gak pake koma! Gak pake kecambah! gak pake tempe! gak pake tahu! gak pake— (digetok sendal).

Warning : maaf cerita masih agak absurd soalnya Ferl lagi berusaha come back dari writer's block, supaya tidak bingung perlu diingat, di cerita ini time line kisedai, Kuroko, dan Kagami berbeda dengan time line Furihata dan yang lainnya, untuk chapter 1 sampai 2 chapter selanjutnya hanya akan berpusat pada Furihata dan tim seirin (minus Kagami).


Melepaskan pandangan sejenak dari bangunan kokoh bergaya campuran westrend dan jepang di depannya, Aida Riko mengacak pinggangnya sembari menoleh ke arah teman-temannya yang sibuk mengeluarkan muatan dari dalam mobil, senyuman antusias tidak pernah lepas dari bibirnya, "Apa semua barang kalian sudah dikeluarkan dari mobil?"

"A..ha'i," sahut trio FukuKawaFuri sembari meletakan muatan barang terakhir sedangkan Tsuchida menutup pintu bagasi.

"Riko, kau yakin mau bermalam di tempat seperti ini bersama bocah-bocah nakal itu?" dari balik kursi kemudi, Aida Kagetora menengokan kepala kearah sang anak sembari memberikan tatapan khawatir, agak tidak rela kalau putrinya harus tidur di tempat menyeramkan di depannya bersama para anak laki-laki.

"Papa tidak usah khawatir, tidak akan terjadi apa-apa kok! Lagi pula Kuroko-san bersama kami," sahut sang anak seraya menoleh kearah pria tua di sampingnya.

Pria tua yang di sebut namanya menoleh kearah kagetora, senyuman lembut senantiasa menghiasi wajahnya yang sudah dipenuhi keriput, "Kau bisa percayakan anak-anak ini padaku, Kagetora-san"

Menggaruk belakang kepalanya sembari menghela nafas pasrah, Kagetora akhirnya mengangguk sembari berucap, "Baiklah, kupercayakan anak-anak ini padamu Kuroko-san. Aku pulang dulu Riko, jangan terlalu memaksakan dirimu, oke?"

"Ha'i, papa."

"Oi, Gaki! Berani macam-macam pada anakku awas saja kalian!" ancam Kagetora sebelum menjalankan mesin mobilnya lalu berlalu dari tempat itu.

"Ha'i!" seru anak-anak Seirin kompak.

Setelah mobil Kagetora menghilang di persimpangan jalan. Hyuga Junpei memberanikan diri untuk bertanya kepada sang kantoku. "Ano, kantoku."

"Ya?"

"Bisa kau jelaskan padaku kenapa kita harus menginap di sini?" tanya sang kapten sembari melirik ngeri ke arah bangunan di depan mereka.

"Karena medan tempat ini cocok buat melatih footwork dan stamina kalian, sekalian juga…" Riko menoleh kearah Hyuga sambil tersenyum manis lengkap dengan latar pink dan balon-balon kecil imajiner di belakangnya, "Kita bisa uji nyali di tempat ini~" lanjutnya sambil bersenadung ceria. Tanpa memperdulikan Hyuga yang membeku di tempat, gadis itu mulai berjalan sambil melompat-lompat kecil memasuki mansion.

"Ini gawat," tanpa sepengetahuan sicluth shooter, temannya yang bernama Izuki Shun sudah berdiri di sampingnya dengan tangan memangku dagu, ekspresinya tak terbaca.

"A-apanya?" tanya Hyuga was-was, tahu Izuki suka sekali menceritakan hal yang seram-seram kepadanya.

"Kalau tidak salah bangunan ini mempunyai cerita kelam dimana dulunya sepasang kekasih pernah terbunuh disini, dan kabarnya di beberapa kesempatan orang-orang pernah melihat penampakkan seorang pe—"

"AAAKh! Hentikan Izuki! Tidak ada hal semacam itu disini, jangan mengada-ada!" handik Hyuga seraya menutup kupingnya rapat.

"Tapi bukankah hal semacan ini mirip seperti di film-film, sebuah mansion di kaki gunung dengan di kelilingi pepohonan rindang, masa lalu yang kelam, dan arwah-arwah penasaran menuntut balas dendam…"

"TIDAK! AKU TIDAK PERCAYA DENGAN HAL ITU! POKOKNYA TIDAK PERCAYAAA!"

"Oi, Hyuga!" dan sipemilik mata elang itu hanya bisa terpaku melihat sahabatnya lari tunggang langgang meninggalkannya memasuki mansion.

Menurunkan tangannya yang sempat menggantung diudara, Izuki berkacak pinggang dan dahinya mengerut, "Aku tidak habis pikir, kenapa Hyuga selalu lari kalau aku mulai bercerita," ujarnya bingung.

Dari belakang, teman-temannya memandanginya dengan keringat besar menggantung di kepala.

"Izuki…"

"Haruskah kita mengatakan padanya kalau Hyuga jadi takut cerita hantu karena dia?"


"Sebaiknya kita juga ikut masuk, barang bawaan kalian tidak ada yang tertinggal 'kan?" tanya Kiyoshi sambil memangku tas selempangnya.

"Ha'i senpai, sudah ti— eh?" Furihata terkejap ketika ekor matanya tidak sengaja menangkap sesuatu dari arah jendela bagian atas mansion, tapi begitu ia memfokuskan penglihatannya sesuatu yang ia kira sosok seseorang itu tidak ada.

"Ada apa Furi?" tegur Kawahara begitu melihat temannya seperti terpaku memandang sesuatu.

"Ti-tidak apa-apa" ujar Furihata sambil menggelengkan kepalanya canggung, 'mungkin perasaanku saja," ujarnya dalam hati sembari berjalan menyusul teman-temannya, sesekali matanya melirik jendela dimana bayangan itu muncul.

Begitu mereka memasuki mansion, yang pertama kali menyambut mereka adalah ruangan ball room yang luas dengan ujung ruangan terdapat dua buah tangga yang saling menghadap satu sama lain, dari atas tangga karpet merah menjulur menuruni tangga seakan menyambut ke datangan mereka, dinding ruangan di balut dengan wallpaper mozaik floral yang indah berwarna hijau turqois di permanis dengan beberapa lukisan-lukisan yang tertempel disana, bagian atas ruangan di hiasi lampu-lampu kristal putih.

Terpaku dengan apa yang ada di depan mata, anak-anak seirin hanya bisa melototkan mata mereka tanpa bisa berkata apa-apa, Koganei malah sudah menjatuhkan tas selempangnya.

"Ki-kita beneran bisa menginap di sini?" ujar Fukuda takjub.

"Minna tolong perhatikan sebentar," tegur Riko sambil menepuk tangannya meminta perhatian kearahnya, "Seperti yang kalian tahu kita akan mengadakan traning camp di sekitar sini, dan Kuroko-san di sini memperbolehkan kita menginap di mansionnya untuk beberapa hari kedepan, dan juga beliau mengizinkan kita memakai ruang atas sebagai tempat uji nyali untuk hari terakhir traning camp nanti."

"Dia beneran serius dengan ucapannya tadi," gumam Hyuga lemas.

"Saya Kuroko Kenji pemilik mansion ini, kalau kalian memerlukan sesuatu kalian bisa datang kepada saya," ujar pria tua di samping Riko sambil membungkukkan punggungnya.

"Ano Kuroko-san, boleh aku bertanya sesuatu?" Furihata mengajukan pertanyaan sembari mengacungkan tangan.

"Ya?"

"Kenapa Kuroko-san mau mengizinkan kami menginap di sini,"

"Saya dan kakeknya Riko adalah sahabat karib, dan saya menganggap keluarga Aida sudah seperti keluarga sendiri. Jadi kalian tidak perlu sungkan menginap di sini karena pintu rumah ini akan selalu terbuka bagi teman-teman Riko."

"Apa keluarga anda tidak keberatan dengan keberadaan kami?"

"Tidak apa, aku di sini hanya tinggal bersama pelayanku, kebetulan saat musim panas cucuku selalu berlibur kesini tapi aku yakin ia tidak akan keberatan, kurasa ia malah akan senang kalian di sini ia juga seumuran dengan kalian."

"Kalau begitu kami mohon kesediaannya," ujar Hyuga mewakili yang lain sembari membungkukkan punggung diikuti oleh anak-anak seirin.


"Makan malam akan di mulai pada pukul 8 nanti, jadi sebelum jam 8 kalian bebas mau melakukan apapun yang kalian suka," itu pesan kantoku mereka. Furihata mendesah gusar sembari berguling-guling di ranjang. Mereka baru saja selesai latihan sekitar jam setengah enam dan rencananya ia ingin mengistirahatkan tubuh barang sejam saja, tapi entah kenapa matanya susah sekali terpejam.

Sudah dicoba berbagai cara seperti membuka matanya di depan ac, mengikat matanya, menghitung Chihuahua, sampai terbesit keinginan untuk lari berkeliling halaman mansion namun tubuhnya terlalu lelah untuk bergerak.

Menyerah untuk mencoba tidur, ia pun memutuskan untuk berendam, setidaknya dengan begitu ia bisa merilekskan otot-ototnya yang letih, untungnya ada bak mandi umum di pojok lorong, mungkin ia bisa mengajak Kawahara dan Fukuda untuk berendam air panas bersama.

Setelah usai berendam Furihata berencana kembali kekamarnya, namun ketika melewati jendela yang menghadap taman, tanpa sengaja ia melihat seseorang sedang berdiri di depan serumpun bunga mawar.

untuk beberapa saat agaknya ia ragu untuk pergi ketaman bunga untuk menemui orang itu teringat kata-kata Izuki tentang penampakkan hantu di siang tadi, namun karena terkalahkan dengan rasa penasaran, Furihata membuang pemikiran negativenya jauh-jauh dan memutuskan untuk menyapa orang itu. Siapa tahu ia pelayan yang tinggal di sini, ya 'kan?, 'kan?

Sesampainya ia di taman, ia dapat dengan mudah menemukan orang yang ia lihat di dalam tadi karena rambut mencolok orang itu yang berwarna biru muda. Furihata memperhatikan tubuh kecil orang itu dari atas hingga ke bawah seperti hendak memastikan kalau sosok di depannya memang "orang".

"Ha-halo…" sapanya canggung, dalam hati ia berperang melawan keinginannya sendiri untuk lari atau menunggu orang itu berbalik dan memperlihatkan wajahnya yang rata.

Furihata menangkap pergerakan bahu orang itu berkedik sebelum kemudian kepala orang itu tertoleh ke arahnya, dan untuk kepersekian detik itu Furihata secara tidak sadar sudah menahan nafasnya sendiri hanya untuk menghembuskannya kembali dengan perasaan lega, ketika tidak mendapati ada yang aneh dari wajah orang itu.

"Fuh… ternyata memang orang," gumamnya alih-alih berbisik.

"Maaf, ada apa ya?" orang itu berkata, nada suaranya yang monotone membuat Furihata tanpa sadar bergidik, dan perasaan tertekan yang sempat dirasanya tadi kembali lagi. Ia tidak mengerti kenapa, padahal orang di depannya terlihat seperti orang biasa pada umumnya, tapi berdiri berhadapan dengannya seperti membawa perasaan tidak enak.

Mengusap tengkuknya yang entah kenapa terasa dingin, Furihata mencoba mengajak orang itu berbicara, "iya, ettoh… sebentar lagi makan malam, kau tidak ingin ke dalam, err… kau tinggal di sini, 'kan?"

Pemuda di depannya tidak langsung menjawab, ekspresi wajahnya yang datar membuat perasaan tidak enak Furihata terasa menjadi dua kali lipat. Mengedipkan matanya sekali pemuda itu akhirnya menjawab, "Em… ha'i, aku memang tinggal di sini, dan untuk pertanyaan pertamamu tadi, aku akan menundanya, aku masih ingin di luar dulu,"

Tersadar dengan pertanyaan konyolnya tadi, Furihata jadi ingin menampar pipinya sendiri. Tentu saja ia tinggal di sini kalau tidak bagaimana ia ada di sini yang notabene bangunan satu-satunya yang berdiri kokoh di kaki gunung, pantas pemuda itu tidak cepat menjawab mungkin bingung harus menjawab pertanyaannya yang ambigu, sepertinya ia sudah terpengaruh dengan cerita Izuki.

"Be-begitu? Memangnya kau di sini sedang apa?" Tanya Furihata.

"Aku… sedang mencari…" seusai mengucapkan tiga kata itu pemuda itu mengatupkan bibir merah tipisnya rapat, dan sampai di situ Furihata tahu kalau ia tidak harus menanyakannya lebih jauh, ia cukup mengerti untuk tidak mengorek urusan pribadi seseorang.

"Kalau begitu aku masuk duluan, ya? Kau juga cepatlah masuk udara di sini tidak baik untuk tubuh, loh!" ujarnya sembari mulai berjalan kembali ke dalam mansion.

Pemuda itu mengangkat kedua alisnya sebelum kemudian tersenyum lembut seraya menyahut, "Ha'i!"

Berhenti beberapa langkah Furihata kembali menghadap pemuda itu begitu ingat ia melupakan satu hal.

"Oh ya, aku lupa belum memperkenalkan diri, namaku Furihata Kouki, kau?"

"Aku? Kuroko Tetsuya… dessu."


A/N : MINNAAA! HISASHIBURIII! (di lempar bakiak karena berisik).

akhirnya Ferl bisa nulis lagi setelah sekian lama lumutan T.T. Minna-san, tolong dimaklumi bila jalan ceritanya kecepatan atau pendiskripsiannya yang kurang soalnya sense menulis Ferl agak menumpul.

sebenarnya fic ini fic lama yang rencananya akan Ferl ikut sertakan kesebuah chalenge di sebuah grub facebook tapi karena ada kendala dengan wb fic ini jadi terbengkalai. untuk konsep ceritanya sendiri Ferl agak merubahnya sedikit dari cerita aslinya tapi tetap pada inti ceritanya. Ferl mendapat ide cerita dari most haunted (Ferl lupa di season berapa), tapi Ferl akan usahakan supaya ceritanya gak terlalu mirip dengan cerita aslinya.

oh ya jika ada yang penasaran siapa Kenji disini, dia adalah penanggung jawab tim Seirin. untuk kepentingan cerita, Ferl mengubah marganya menjadi Kuroko, Nama aslinya sendiri adalah Hakeda Kenji

Ferl tunggu kritik sarannya :D

see you to the next chapter (^0^)/