Desclaimer: Animonsta Studios.
Rated: T
Warn: Slash, Shonen Ai, Yaoi, OOC, Aneh, Abal, Alur berantakan, judul tak nyambung, Typo(S), AU, Senior High School, dll..
.
.
.
First Time Romance
.
.
.
"Boboiboy,"
"Ada apa?"
"Jadilah pacarku!"
"Eh?"
.
.
.
Seorang pemuda bersurai ungu tengah termenung di meja belajarnya, iris caramelnya yang terlindungi oleh lensa violet menatap langit dengan tatapan kosong. Fang bergidik ngeri ketika iris caramelnya tidak sengaja menatap lapangan yang terdapat segerombol murid laki-laki yang sedang bermain sepak bola di lapangan. Ia tak bisa membayangkan bagaimana nasibnya jika berada diantara gerombolan tersebut.
Diantara segerombolan murid laki-laki tersebut.
Sebenarnya Fang memiliki trauma pada laki-laki membuatnya takut berhadapan atau bahkan berdekatan dengan mereka. Yah.. Meskipun Fang salah satu dari mereka tapi tetap saja namanya juga trauma.
Saaat sedang asyik melamun tiba-tiba saja pundak Fang di tepuk cukup keras, membuat sang empunya tersentak kaget, dan tubuhnya agak gemetar.
Bagaimana jika yang menepuk pundaknya salah satu murid laki-laki di kelasnya?
Fang menyakinkan dirinya sendiri sebelum akhirnya menoleh dengan perlahan.
"Tenang, Fang. Ini hanya kami kok," Ujar seorang gadis berkerudung merah muda yang tangan kanannya masih berada diatas pundak Fang.
"Kalian membuatku terkejut, tahu!" Ujar Fang ketus, namun meskipun begitu dia diam-diam menghela napas lega.
"Kami sudah berulang kali memanggilmu tapi tak mendapat respon," Ujar seorang gadis lainnya yang memiliki surai raven kuncir dua dan memakai kacamata bulat sambil mendengus kesal.
"Apa yang kau lamunkan, Fang?" Tanya Yaya dengan lembut.
"Hm Yaya, kita sudah tahu apa yang Fang lamunkan," Ujar Ying sambil mengarahkan pandangannya menuju lapangan.
Yaya menghela napas, "Fang, kau itu salah satu dari mereka loh..,"
Fang yang mendengar ucapan Yaya, mendengus kasar, "Ya, terserah!"
"Kau itu harus berubah Fang!"
"Apapun itu,"
"Fang! Bagaimana bisa kau lindungi kekasih atau bahkan istrimu dari laki-laki jika kau saja takut laki-laki?! Kau harus hilangkan rasa takutmu itu, Fang!"
Fang sedikit tertegun mendengar bentakan Ying.
"Ying, pelankan suaramu. Bagaimana kalau ada yang mendengar?"
"A-ah.. M-maaf!"
Fang sama sekali tak mengkhawatirkan hal tersebut mengingat ini masih jam istirahat, hanya ada mereka bertiga dikelas ini.
"F-fang?" Panggil Ying agak gugup saat melihat Fang sedikit menundukkan kepalanya. Apa Fang marah padanya?
"Tak apa. Hanya ada kita bertiga disini," Ujar Fang mengangkat kepalanya dan menatap seisi kelas. Ya, hanya ada mereka bertiga.
"Tapi aku setuju dengan perkataan Ying," Ujar Yaya membuat Fang mendengus pelan.
"Ini tak semudah yang kalian kira!" Ujar Fang kesal.
"Setidaknya cobalah dulu, Fang." Ujar Yaya lagi.
"Untuk saat ini mungkin hanya kita berdua, dan pihak sekolah saja yang tahu akan ketakutanmu pada laki-laki. Tapi bagaimana jika ada yang tahu lagi?"
Fang terdiam begitu mendengar penuturan Yaya. Selama ini setiap ada murid laki-laki yang mendekatinya pasti Ying atau Yaya akan mendekatinya juga dan bilang jika mereka ada urusan penting dengan Fang, lalu membawa Fang menjauh dari anak laki-laki tersebut. Benar... bagaimana jika ada yang menyadari keanehan itu?
"Fang... tak selamanya hal ini bisa disembunyikan loh.." Ujar Ying mendapat anggukan setuju dari Yaya.
Fang masih terdiam untuk beberapa saat sebelum akhirnya menghela napas pasrah.
"Baiklah. Jadi apa yang harus kulakukan?"
Yaya dan Ying tersenyum bahagia sebelum akhirnya pudar begitu mendengar pertanyaan Fang. Mereka saling berpandang satu sama lain, mereka sebenarnya juga tak tahu apa yang harus Fang lakukan.
Melihat respon Ying dan Yaya yang semacam itu membuat Fang lagi-lagi menghela napas lelah.
Yaya mengalihkan pandangannya menuju lapangan yang masih terdapat anak laki-laki yang bermain sepak bola, ia mendapat ide.
"Kalian ini-"
"Tidak, tidak! Aku ada ide!" Ujar Yaya langsung memotong perkataan Fang.
"Ide apa, Yaya?" Tanya Ying penasaran.
"Fang, kau harus-"
Fang membelalakkan kedua bola matanya saat mendengar ide yang keluar dari mulut Yaya.
Sungguhkah ia harus melakukan hal itu?
.
.
.
.
Boboiboy baru saja selesai latihan bermain sepak bola, waktu istirahat masih ada jadi ia memutuskan untuk pergi ke loker sepatu untuk mengganti sepatunya.
"Ng?"
Boboiboy menaikkan sebelah alisnya begitu mendapati sepucuk surat diatas sepatunya yang ada didalam loker.
"Love Letter?"
.
.
.
.
Boboiboy membuka pintu atap dan tak mendapati siapapun disana.
"Apa aku kecepatan ya?" Gumam Boboiboy pada dirinya sendiri sambil menatap surat yang ada di surat tersebut memintanya untuk datang keatap sepulang sekolah.
"Kira-kira siapa pengirimnya ya? Murid perempuan atau murid laki-laki ya?" Gumam Boboiboy lagi sambil menyenderkan tubuhnya ke pagar yang ada di atap tersebut.
Setelah beberapa menit menunggu akhirnya pintu atap pun kembali terbuka, Boboiboy pun menatap kearah pintu atap yang terbuka tersebut.
Di depan pintu atap, nampaklah seorang pemuda bersurai ungu memakai kacamata ungu, dan memiliki iris caramel yang saat ini terlihat sangat gugup.
Apa yang dilakukan murid penyendiri ini di atap sekolah? Atau mungkinkah ia?
Pikir Boboiboy menaikkan sebelah alisnya tanpa mengalihkan tatapannya dari Fang yang tubuhnya mulai agak gemetaran.
Boboiboy tetap saja diam memperhatikan gerak-gerik Fang, ia menunggu pemuda bersurai ungu itu lebih dahulu untuk membuka suara.
Di pihak Fang,
Fang masih saja perang batin.
Ia sungguh tak habis pikir jika ia benar-benar menaruh surat di loker Boboiboy untuk meminta Boboiboy menemuinya di atap.
Dan sekarang mereka benar-benar bertemu.
Dan Fang sama sekali tak berani menatap Boboiboy.
Menatap saja Fang tak berani apalagi mengatakan hal tersebut.
Tubuh Fang mulai gemetaran, ia sangat takut sungguh ditatap begitu intens oleh Boboiboy.
Fang menelan ludahnya, lalu menarik napas dalam-dalam.
Oke Fang sudah siap.
"Boboiboy!"
'Akhirnya buka suara juga,' Pikir Boboiboy yang mulai jengah akan keadaan hening karena Fang yang sejak tadi terdiam.
"Ada apa?" Tanya Boboiboy dengan nada tenang, masih menatap Fang yang mulai menatapnya juga.
"Jadilah pacarku!"
Sebenarnya Boboiboy tahu apa yang ingin Fang katakan tapi tetap saja ia terkejut.
"Eh?!"
.
.
.
.
TBC?
