.

Trouble Maker

Naruto © Masasshi kisimoto

High School DxD © Ichie Ishibumi

Trouble Maker © DiwarX :v

WARNING : AU, OOC, OC, Typo (yang selalu ngikut),Gaje, dll (dan lainnya lupa) :v

Summary : Apa jadinya jika seorang berandalan sekolah terseret ke dalam hal-hal berbau supranatural secara tidak sengaja. Dan bagaimanakah cara dia menghadapi iblis betina yang selalu saja merecoki kehidupan sosialnya.

.

Chapter 1 : Berandalan

.

"I-itu Uzumaki!" Ucapan dari salah seorang siswa di di sana membuat antrean yang semula berderet rapi menjadi kacau balau karena mendengar bahwa sang berandalan paling ditakuti di sekolah ini datang ke kantin.

Mereka semua menatap sosok Uzumaki Naruto yang engah berjalan ke arah tempat memesan makanan itu dengan tatapan takut dan resah. Mereka yang ada di sana tidak ada lagi yang berniat mencari perkara dengan remaja berambut pirang itu, pasalnya dulu ada yang tidak terima dengan sikap sok jagoan dari Naruto, mencoba untuk mengeroyoknya sepulang sekolah. Namun semua anak yang mengeroyok Naruto harus berakhir di ranjang rumah sakit dengan luka yang tidak bisa dianggap ringan.

Semenjak saat itu sosok Uzumaki Naruto merupakan sosok paling ditakuti bagi para siswa maupun beberapa guru.

Naruto berjalan pelan ke arah meja pesanan, dia langsung mengambil sepotong roti melon dan meninggalkan tempat itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun, saat sang pemilik kantin yang ingin berteriak menanyakan uang untuk roti tadi, sudah harus di kagetkan dengan sebuah uang koin yang terlempar ke arahnya.

Dengan refleks seorang yang sudah sangat profesional dibidang tangkap-menangkap uang, karena pada dasarnya kantin sekolah adalah zona perang yang sangat mengerikan pada saat jam istirahat, bibi pemilik kantin itu dapat menangkap uang yang diberikan Naruto dengan mudah.

.

-o0o-

.

Naruto kini tengah berbaring di atas sebuah bangku yang berada di atap sekolah, ini memang telah menjadi kebiasaannya semenjak kelas satu. Dia bahkan mengabaikan bel masuk yang telah berbunyi semenjak 15 menit yang lalu.

Dia hanya berharap semoga tidak ada yang datang mengganggu kedamaiannya yang sangat jarang dia dapatkan itu. "Entah kenapa langit terlihat begitu indah dari sini." Naruto berucap entah pada siapa sambil menikmati angin yang berhembus pelan melewati wajahnya.

Baakk!

"Menikmati hari indahmu ya Uzumaki-kun?" Ucap seorang perempuan berambut hitam sebahu, dan tak lupa kacamata kecil yang membingkai di wajahnya menutupi mata violet indah miliknya. Ya Sona Sitri sang ketua OSIS dari Kuoh Akademi itu tengah memergokinya yang sedang membolos di atap sekolah.

"Cih!" Sedangkan sang tersangka hanya dapat mendecih kesal.

"Kau tahu Uzumaki-kun, ini sudah ketiga kalinya aku mendapatimu sedang membolos. Jadi kau tahu konsekuensinya kan?!" Sona berucap sambil melangkah pelan kearah Naruto yang berada di dekat pagar pembatas.

"Mungkin ini dapat membuatmu jera Uzu-"

Bruummm!

Bruummm!

Ucapan dari Sona terpotong oleh suara raungan dari sepeda motor yang berasal dari halaman sekolah, atau lebih tepatnya di lapangan sekolah. Si pengendara motor itu terus saja berputar-putar di tengah lapangan dengan beberapa senjata seperti rantai dan juga tongkat baseball di tangan mereka.

Dan jika dilihat dari pakaian yang dikenakan oleh mereka, jelas-jelas bukan berasal dari Kuoh Akademi.

"Uzumaki, keluar kau!"

Sayub-sayub Sona mendengar beberapa kata yang keluar dari salah satu dari mereka. Dan itu membuatnya mengalihkan pandangannya ke arah sosok remaja di sampingnya. Dan apa yang dia dapati hanyalah wajah bosan dari remaja pirang itu pada beberapa orang pembuat masalah itu.

"Ini tidak bisa dibiarkan!" Ucap Sona seraya berniat berbalik dan turun ke bawah guna mengatasi masalah itu. Tapi sebuah tangan yang memegang pergelangan tangannya itu memaksa Sona menghentikan langkahnya. "Mau ke mana kau, cebol?" Sebuah perempatan muncul di kepala Sona saat dia dipanggil dengan julukan yang dapat dikatakan menyebalkan itu.

"Siapa yang kau bilang cebol, hah!" Teriak Sona tidak terima.

"Kubilang kau mau ke mana?" Untuk ke sekian kalinya Sona harus dibuat kesal oleh laki-laki di depannya itu. Bukan hanya memberikannya julukan yang menyebalkan, dia juga mengabaikan pertanyaannya dan malah balik bertanya.

"Kau buta ya, ya ke bawah lah. Menyelesaikan masalah yang sudah kau perbuat!" Jawab Sona.

"Urusi saja urusanmu sendiri. Ini adalah masalahku, jadi akulah yang harus Menyelesaikannya sendiri," ucap Naruto sambil naik ke atas pagar pembatas yang berada di atap. "Mau apa kau?" Tanya Sona.

"Bersenang-senang!" Balas Naruto sambil melompat dari atap gedung setinggi puluhan meter tanpa pengaman sedikit pun. Dan itu membuat mata Sona terbelalak kaget karena tidak percaya dengan apa yang dilakukan remaja pirang yang selalu menjadi buronan dari OSIS itu.

Jika dia yang melompat dari ketinggian setinggi itu dia pasti akan baik-baik saja karena dia merupakan iblis yang memiliki kekuatan berkali-kali lipat dari manusia. Tapi jika manusia biasa yang melompat dari ketinggian seperti itu pasti mautlah yang akan menjemputnya.

Dia langsung berlari ke arah pagar pembatas guna melihat hasil dari aksi nekat siswa yang terkenal sebagai berandalan sekolah itu. Namun kekawatirannya itu sepertinya tidak berguna sama sekali, pasalnya sang pelaku kini malah sedang bergelantungan di salah satu cabang pohon yang berada di samping gedung.

"Ck,, dia itu..." Sona merasa geram dengan perilaku dari laki-laki itu. Bukan hanya membuatnya kesal dengan sikapnya. Dia juga harus di buat mengeluarkan emosi yang bahkan jarang sekali keluar dari dirinya yang terkenal akan sifat dingin serta tegasnya.

.

-o0o-

.

Naruto berjalan santai dengan kedua tangan yang berada dalam sakunya. Blazer yang biasanya di pakai oleh semua siswa Kuoh Akademi itu kini tergantung dengan apik dibahunya.

Seluruh anggota geng tadi tersenyum saat melihat orang yang mereka cari-cari langsung muncul sendiri tanpa perlu adanya ancaman dari mereka. "Akhirnya kau muncul juga Uzumaki," pernyataan itu keluar dari mulut salah seorang di sana.

"Jadi apa mau kalian?" Naruto berucap dengan nada bosan pada keempat sosok itu. Sedangkan salah satu dari mereka langsung tertawa dengan sangat keras saat mendengar pertanyaan dari Naruto.

"Mau apa katamu? Tentu saja yang kami mau adalah kepalamu!" Ucap pria itu yang Naruto simpulkan sebagai ketua dari geng itu. Pria itu langsung menerjang Naruto dengan tongkat baseball ditangannya.

Naruto langsung menunduk saat pria itu menyabetkan tongkat itu ke arah kepalanya. "Oi oi, jangan cuma menghindar. Aku jadi tidak bisa mengenai kepalamu tahu," pria itu berucap dengan nada mengejek.

Sedangkan Naruto tetap diam tak menggubris semua ejekan yang di keluarkan pria itu. Dia merasa bosan, pada awalnya dia berpikir bahwa lawan kali ini bisa membuat darahnya mendidih. Namun sepertinya harapan itu tidak pernah terkabul. Karena lawannya kali ini hanya pandai bicara saja alias modal bacot doang.

Saat rasa bosannya sudah mulai tidak dapat ditahan lagi, Naruto berniat Menyelesaikan masalah ini dengan cepat lalu kembali menikmati hari santainya. Dia dengan cepat menghindari pukulan tongkat baseball tadi dengan berguling ke samping lalu menyiapkan kakinya ke arah belakang. Dengan cepat dia langsung menghantamkan ujung sepatu keras miliknya pada wajah jelek pria itu.

Dan siapa sangka tendangan itu sukses merontokkan setidaknya enam buah gigi dari mulut pria itu. Melihat pemimpinya dikalahkan dengan mudah, kedua anggota yang lain langsung menyerang Naruto dengan melemparkan sebuah rantai berujung tajam itu ke arah Naruto. Meski dapat di hindari olehnya tapi pipinya masih tergores oleh ujung tajam dari rantai tadi. Karena kehilangan fokus akibat goresan pada pipinya, Naruto tidak menyadari sebuah pisau lipat yang kini terlempar ke arahnya.

Dan pisau iu tepat mengenai bahu kanan dari Naruto hingga membuat kemeja putihnya kotor oleh cairan merah yang merupakan darahnya sendiri.

Seluruh siswa dan siswi Kuoh yang melihat kejadian itu menatap prihatin pada Naruto. Meski mereka membenci laki-laki berandalan itu, mereka masih memiliki hati nurani yang merasa kasihan saat melihat teman satu sekolahnya di lukai di depan mereka.

Namun Naruto bukannya merintih kesakitan malah tersenyum senang seakan dia baru saja mendapat sebuah mainan yang sangat asik untuk dia mainkan. Dengan cepat Naruto menangkap rantai tadi dan menariknya ke arahnya. Yang sukses membuat si pemilik rantai tertarik ke depan dan langsung di hadiahi oleh sebuah bogem mentah yang sukses mengenai wajahnya.

Salah seorang yang tadi melemparkan pisau lipatnya ke arah Naruto kini berdiri dengan kaki gemetar, dia tidak menyangka bahwa musuhnya sekuat ini. Apalagi dia sudah tidak memegang senjata apa pun.

Saat Naruto hendak menyerang pria tadi, dia harus dibuat berguling ke samping karena terjangan dari pengendara motor yang berniat menjadikannya lumpia gepeng.

"Menyerang dari belakang, huh. Sepertinya itu merupakan ciri khas kalian," ejek Naruto. Dia lalu mengambil sebuah ancang-ancang dengan menundukkan badannya sedikit. Saat dia melihat sang pengendara motor itu melaju ke arahnya dengan kecepatan penuh, Naruto langsung melompat ke atas dengan sebuah tumit yang siap menghantam sang pengendara motor.

Dengan gerakan slow motion terlihat dengan sangat jelas jika tendangan dari Naruto telah sukses mengenai wajah dari sang pengendara motor, dan tak lupa dengan beberapa gigi yang rontok.

Motor yang di kendarai pria itu langsung terhantam ke arah pohon yang berada di pinggir lapangan menyisakan sang pengendara yang terkapar tak berdaya akibat tendangan yang tadi dilancarkan Naruto.

Sedangkan sang pelaku kini berjalan dengan santai ke arah satu-satunya orang yang tersisa dengan pandangan kosong layaknya psikopat yang tak memiliki perasaan sama sekali. Satu-satunya pria yang tersisa menatap Naruto dengan keringat dingin yang keluar dengan deras, apalagi saat dia melihat Naruto memutar-mutar pisau lipat yang tadi dia lemparkan kepada pemuda pirang itu.

Syuuttt!

Jleebb!

Pemuda itu berjengit kaget saat Naruto dengan cepat melemparkan pisau lipat itu ke arahnya. Dan menancap tepat di tanah yang berada di antara selangkangannya.

"Aku memberimu dua pilihan, yaitu kau boleh lari terbirit-birit sambil membawa temanmu itu. Atau bonyok karena melawanku?" Tunjuk Naruto pada ketiga orang yang sudah tergeletak tak berdaya akibat berani melawan seorang Uzumaki Naruto.

Mendengar perkataan dari Naruto pemuda itu langsung lari terbirit-birit tidak lupa menyeret ketiga temannya yang sudah tidak sadarkan diri. Sedangkan Naruto hanya dapat mendesah pelan. Dia berbalik berniat kembali ke arah kelasnya, namun saat dia berbalik malah mendapati perempuan bermata violet yang sedang berdiri di depannya dengan tatapan seakan meminta penjelasan tentang peristiwa tadi.

"Bisa kau jelaskan apa maksudnya ini, Uzumaki-kun?" Sona berucap lengkap dengan tatapan tajam yang dia tunjukan pada pemuda pirang di depannya. Sedangkan sang pelaku sekaligus orang yang dimintai jawaban oleh perempuan di depannya itu hanya memasang wajah datar seakan dia tidak melakukan apa-apa.

"Itu bukan urusanmu," jawab Naruto dengan sinis.

"Tapi kejadian ini terjadi di wilayahku, dan aku sebagai ketua OSIS di sekolah ini wajib mengetahuinya!" balas Sona tidak mau kalah.

"Ya ya ya. Terserah kau saja Kaichou-san." Kalimat itu terdengar seperti sedang mengejek perempuan di depannya itu. Naruto tidak peduli jika harus beradu mulut dengan sosok perempuan di depannya itu. Tapi dia tidak ingin jika masalah pribadinya di campuri oleh orang lain, termasuk perempuan di depannya itu.

"Mau ke mana kau?" Tanya Sona dengan sengit saat melihat sang target berjalan melewatinya. "Tentu saja ke kelas. Masak mau ke hotel cinta, kau ini ada-ada saja ya." Kalimat menggurui dari Naruto itu sukses membuat sebuah perempatan lahir di kepala dari perempuan itu.

"Aku tidak mau mendengar itu dari siswa yang sering bolos sepertimu. Dan setidaknya biar aku obati lukamu itu," tunjuk Sona pada bahu Naruto yang sepertinya masih belum berhenti mengeluarkan darah itu. Namun Narutonya malah acuh-tak acuh seakan luka seperti itu sudah tidak memiliki rasa sakit lagi.

Sedangkan Sona memasang ekspresi seperti tidak boleh melawan. Dia langsung menarik Naruto ke arah tempat kesehatan yang letaknya masih berada di lantai satu Kuoh Akademi.

.

-o0o-

.

"Buka bajumu." Ucap Sona.

"Apa?"

Sona hanya dapat memutar matanya bosan menghadapi remaja pirang itu. Sepertinya dia akan selalu habis kesabaran jika harus bersama laki-laki itu lebih dari satu jam, apalagi di ruangan tertutup seperti ruang kesehatan.

Naruto yang mendengar perkataan dari Sona tadi tentu saja kaget. Bagaimana mungkin seorang remaja perempuan menyuruh remaja laki-laki untuk membuka bajunya, bukannya itu terbalik.

"Jangan bilang kalau kau mau memperkosaku?!" Ucap Naruto sambil memasang pose protektif pada badannya.

Perkataan Naruto itu sukses membuat Sona terjengkang dengan tidak elit. Pasalnya mana ada seorang perempuan yang ingin memperkosa laki-laki. Yang ada laki-lakilah yang biasanya melakukan hal itu pada perempuan.

"Memperkosa gundulmu. Aku cuma mau lihat luka yang ada di balik bajumu itu. Jika terlalu lama dibiarkan nanti darahnya akan lengket dengan bajumu."

"Oh. Bilang dong, jangan bikin orang salah paham," gerutu Naruto.

'sabar, kau harus sabar Sona. Ingat posisimu sebagai ketua OSIS di sekolah ini' batin Sona. Karena jujur sepertinya dia selalu merasa emosi setiap berbicara dengan pemuda itu. Dia melihat Naruto yang dengan perlahan melepaskan seragam sekolahnya, tanpa dia sadari dia terus menatap setiap lekuk tubuh Naruto tanpa berkedip sedikit pun. Bukannya memperhatikan tubuh Naruto yang dapat dikatakan cukup terbentuk bagi remaja seusianya, melainkan menatap bekas luka yang berada di tubuh Naruto.

Sona tidak tahu jika kehidupan di jalanan lebih mengerikan dari apa yang dia bayangkan, dia tahu bahwa berandalan pada saat ini selalu membuat kekacauan, tawuran di mana saja, dan bahkan ada yang sampai melakukan tindak kriminal yang tidak bisa di katakan ringan. Tapi jika untuk ukuran anak SMA pasti yang terbesit hanyalah tawuran. Tapi ini. Tubuh remaja di depannya itu penuh akan luka jahitan, bekas sayatan senjata tajam, memar akibat cambukkan, bahkan ada satu luka yang dia tahu berasal dari muntahan senjata api.

"Mesum."

Pernyataan itu sukses membuat sebuah perempatan kembali muncul di kepalanya.

"Siapa yang kau panggil mesum bodoh," bentak Sona pada Naruto.

"Pak RT kompleks sebelah. Ya kaulah. Siapa coba yang menatap tubuh orang lain dengan penuh gairah seperti itu," ucap Naruto lengkap dengan wajah tanpa dosanya. Yang sepertinya membuat Sona semakin ingin membekukannya di dalam balok es kutub utara.

Tanpa suara Sona langsung menuangkan alkohol ke atas kapas di tangannya dan tanpa perasaan dia langsung menempelkannya pada luka yang berada dibahu kanan Naruto.

"ITTAAAIII!"

Teriakan menggelegar dari mulut Naruto itu seakan berniat ingin menghancurkan semua kaca sekolah dengan frekuensi tingkat tingginya. Sedangkan Sona hanya membenarkan kacamatanya yang terjatuh akibat teriakan dari Naruto tadi.

"Kau mau membunuhku ya?" Sungut Naruto tidak terima dengan perlakuan Sona pada bahunya yang masih terluka itu. Sedangkan sang pelaku hanya tersenyum, bukannya sebuah senyum manis, melainkan senyuman penuh dengan janji akan siksaan yang tiada tara.

"Tidak. Aku hanya ingin mengobatimu." Jawab Sona masih dengan senyum sadisnya.

"Bohong. Semuanya tergambar jelas di wajahmu," sangkal Naruto.

"Sungguh. Aku hanya ingin mengobatimu," ucap Sona sambil mengikatkan kain kasa yang telah dia siapkan pada bahu Naruto, dan tentunya dengan sangat kuat.

"Aaarrrgghh!"

Sona kembali mengikatkan kain kasa itu dengan sangat kencang hingga membuat sang korban kembali menjerit tak berdaya. "Baiklah... baiklah, aku tidak akan mengulanginya lagi, dan aku akan mencoba untuk tidak membolos lagi!"

"Baguslah kalau begitu." Ucap Sona datar lalu melanjutkan mengikatkan perban itu dengan lebih pelan. 'Cewek ini iblis!' batin Naruto ngeri melihat sifat Sona yang seperti itu. Jika saja semua perempuan di dunia ini memiliki sifat seperti dia pasti semua laki-laki di dunia ini tidak akan ada yang berani menikah. Dan seandainya dia tahu bahwa ternyata cewek di depannya itu memanglah seorang iblis, andai saja dia tahu.

.

-o0o-

.

Sang surya kini telah tergantikan oleh sang ratu malam untuk menerangi malam yang dingin ini. Namun hal itu tidak membuat kota Kuoh ini terasa sepi, pasalnya meskipun jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, kota ini masih ramai oleh kendaraan yang berlalu lalang maupun pejalan kaki yang memenuhi setiap sisi jalan.

Dan salah satu dari mereka adalah Naruto yang kini tengah berjalan santai mengenakan kaos biru tua yang dilapisi dengan jaket hitam ber-hoodie yang tengah membungkus kepalanya. Tak lupa sebuah headphone yang tersambung dengan ponsel yang berada di kantongnya.

Dia kini sedang pergi mencari udara segar, pasalnya dia sendiri bingung mau apa jika berada di rumah pada jam-jam segini. Dia tidak perlu kawatir jika harus terkena marah oleh orang tuanya, karena yah. Dia adalah seorang yatim piatu.

Bukannya tidak memiliki siapa-siapa, dia sebenarnya memiliki seorang kakak laki-laki dan juga adik perempuan. Sang kakak yang menghilang entah ke mana sedangkan sang adik yang kini berada di luar negeri dan juga tanpa kabar yang jelas akan keberadaannya.

Pernah sekali dia mencoba untuk mencari keberadaan sang adik, namun hasilnya nihil tidak menghasilkan apa pun. Kabar terakhir yang dia terima bahwa sang adik berada di Italia namun dia sudah tidak memiliki apa-apa lagi untuk sekedar pergi menemui adiknya itu.

Karena orang tuanya pergi meninggalkan hutang yang menumpuk dan harus dia lunasi tahun ini. Dan jika tidak maka semua hal yang dia miliki akan di sita serta dia akan berakhir ditangan dep kolektor yang siap menghabisinya kapan pun mereka mau.

"Dinginnya," ucap Naruto sambil menghembuskan nafasnya sehingga menghasilkan sebuah embun yang membentuk semacam asap di depan mulutnya. Entah mengapa dia merasa bahwa malam ini terasa begitu dingin dan bahkan lebih dingin daripada biasanya, seakan akan terjadi sebuah peristiwa buruk yang akan menimpanya.

Naruto langsung menggelengkan kepalanya guna mengusir pikiran aneh dan juga tidak logis itu, dia mengarahkan pandangannya ke samping dan melihat sebuah poster bergambar penyihir berpakaian merah muda dan hitam serta tulisan besar di bawahnya yaitu "Mahou Shojou Seven Alternative".

"Hanya orang bodohlah yang percaya dengan sihir," mungkin terdengar semacam kalimat sakratis namun itu adalah pernyataan jujur Naruto tentang opininya terhadap hal-hal yang berbau sihir. Karena Naruto memang tidak percaya dengan hal-hal yang berbau sihir.

Di sela-sela perjalanannya itu dia sempat melihat seseorang yang dia kenal tengah berjalan dengan perempuan cantik dengan rambut hitam panjang. Dan jika dilihat kemana mereka akan pergi tujuan mereka pastilah taman yang berada di pusat kota. Tapi bukannya taman kota sudah sepi pada jam-jam segini, itulah yang kini terngiang di dalam otak Naruto.

"Hyoudou Issei, dan pacarnya ya? Tak disangka makhluk mesum itu bisa laku juga," ucap Naruto entah pada siapa.

Karena rasa penasaran akan teman sekelasnya itu. Naruto mengikuti mereka hingga ke taman, dia tidak peduli jika harus dipanggil stalker atau penguntit. Pasalnya dia merasa sangsi dengan perempuan itu, karena bagaimana mungkin dia mau melirik Issei yang sekarang, jika dilihat dari sudut pandang Naruto kelebihan dari pria itu hanyalah kemesumannya saja.

Namun jika ada yang ingin menjadi pacarnya maka Naruto berani bertaruh jika perempuan itu pasti buta, aneh, gak waras, atau bahkan penipu yang ingin memoroti harta dari Issei saja. Yah terdengar kejam memang tapi itulah faktanya, jika Issei tetap mempertahankan sifatnya yang sekarang maka dia tidak akan pernah dapat pacar selamanya.

"Saa te,, apa yang kudapat di sini?" Naruto terus mengamati Issei dan pacarnya yang kini tengah duduk berdampingan di bangku taman dari balik semak-semak. Dia jadi penasaran apa yang akan dilakukan bocah mesum itu di hadapan pacarnya.

Namun lidah Naruto langsung jadi kelu saat dia melihat teman sekelasnya itu tertusuk oleh sebuah benda mirip tombak yang dilemparkan oleh pacarnya tadi. Dengan cepat Naruto langsung menghampiri Issei yang kini tergeletak tak berdaya dengan lubang menganga di perutnya. Dia bahkan mengabaikan fakta bahwa sang pelaku kini masih ada di depan mereka dan tentunya memasang wajah terkejut karena tak menyangka bahwa ada saksi mata yang memergoki aksinya.

"Hoy... Hyoudou. Bangun, jangan bercanda disaat seperti ini sialan!" Bentak Naruto sambil terus menggoncang-goncangkan tubuh tak berdaya Issei. Sedangkan Issei yang masih setengah sadar hanya mampu menggerakkan tangannya sedikit.

"U-uzu-ma-ki?"

"Diam bodoh. Aku akan segera membawamu ke rumah sakit." Ucap Naruto panik. Meskipun dia seorang preman, tapi dia tidak akan melukai orang yang tidak mencari gara-gara dengannya, justru sebaliknya. Jika ada orang yang dapat dia tolong. Pasti akan dia lakukan, seberat apa pun itu masalahnya.

"Hoho,, tak kusangka ada saksi mata. Tapi maaf bocah, aku tidak dapat membiarkan ada saksi mata satu pun. Jadi,,,,," ucap perempuan itu dengan kembali menciptakan sebuah tombak yang seluruhnya terbuat dari cahaya keunguan. ",,, KAU HARUS MATI!" ucap perempuan itu seraya melemparkan tombak cahaya itu ke arah Naruto.

Sementara itu Naruto hanya dapat menatap nanar maut yang sepertinya akan menjemputnya lebih cepat dari apa yang dia perkirakan.

.

.

To Be Continue...

.

A/N : kakha.. apa kabar guys, belum update yang satunya malah bikin fic lain. Sepertinya inilah yang selalu dialami oleh setiap author ya? Atau mungkin Cuma ane doang. Ide memang datang tanpa diundang sih kan jadi ribet kalo kagak di jerumusin sekalian jadi sebuah cerita :v .

Jadi bagaimana menurut kalian? Pantas lanjut atau harus berhenti di sini saja. Aku hanya ingin tahu pendapat kalian tentang fic baruku ini. Jika bagus akan ane lanjutin, dan jika memang jelek tetep akan ane lanjutin :v .

.

Jadi... wassalam Bay.. :v

.

Oh iya hampir lupa untuk updatetan The Emperor akan ane up hari kamis ato jumat, soalnya masih banyak typo bersebaran -_-" .

.

See you next time & thanks for reading...

Keep Calm & Find Your Talent...

Kakha...