Title : My Handsome Nerd

Genre : Romance, Friendship, Drama

Cast : Wang Jackson

Mark Yi En

Lim Hyunsik

Jung Ilhoon

And others

Pairing : Markson/Jark, Hoonsik, Double B, JinKook

WARNING ! BOYS LOVE, MPREG, AU. Bagi yang mau baca silahkan:-) jangan lupa reviewnya, ya, review kalian itu semangat saya ^^

My Handsome Nerd

.

.

"Aku sudah bilang, katakan kemanapun kau pergi dengan Jinyoung." Jackson protes saat baru saja memasuki kamar Jaebum. Jaebum memang memilih menginap di rumah keluarganya karena kondisi Jinyoung yang tengah mengandung, sedang Jaebum tidak bisa meninggalkan pekerjaannya.

Jaebum yang tengah membaca buku terusik, mengalihkan perhatian sepenuhnya pada sahabatnya itu lalu melempar senyum lemah. "Kenapa?"

"Setelah semua ini kau masih tanya kenapa? Aku berusaha agar Mark dan Jinyoung tidak bertemu namun kau menghancurkannya."

"Kau harus percaya pada kekasihmu, hyung."

"Lalu kau sendiri bagaimana? kau percaya Jinyoung sudah mencintaimu dan melupakan Mark seutuhnya?"

Hening beberapa saat melingkupi mereka. Sadar kata-katanya salah, Jackson mendekati Jaebum yang kini tengah memijat dahinya. Memegang kedua pundak sahabatnya seakan memberi kekuatan. "Mianhae…"

Jackson tahu Jaebum tidak akan membalasnya, maka ia segera keluar dari kamar Jaebum menuju kamarnya untuk mulai memejamkan mata. Ia tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Yang ia tahu, Hyunsik membangunkannya untuk berpamitan ke rumah sakit dengan membopong Jaebum yang bersimbah darah dengan luka sayatan di lengannya.

Untuk itu, pertama kalinya Jackson merasakan perasaan bersalah luar biasa.

.

"Tadi itu Mark hyung, kan?" tanya Ilhoon saat Hyunsik sudah kembali menaiki motornya. Menyunggingkan sedikit senyum padanya sebelum mengangguk kecil. "Ada apa?" namja kecil itu menendang-nendang ban motor Hyunsik hingga sang kekasih beralih sepenuhnya.

"Ia mencari Mark. Cepat naik, aku antar pulang lebih dulu."

"Kau tidak memberitahukannya, kan? Jackson sudah melarang kita!"

"Aku tidak memberitahukannya, sayang, cepat naik! Kita terlambat."

"Lalu kenapa Mark hyung berlari?" jika yang ada di hadapannya saat ini bukan Ilhoon, maaf saja, Hyunsik lebih memilih mengabaikan dan langsung pergi dengan motornya.

Sayangnya yang berdiri di depannya adalah sang kekasih, calon pendamping Hyunsik di masa depan, calon menantu dari orangtuanya, calon kakak ipar dari Jaebum, dan yang terpenting; calon ibu dari anak-anaknya kelak.

"Menurutku Mark akan mencari Jackson. Dia agak sedikit pucat tadi." Telinga Ilhoon yang masih berfungsi dengan baik menangkap nada lirih di kalimat terakhir kekasihnya.

"Mungkin ia akan pergi istirahat."

Hyunsik mengangguk lagi, kemudian menatap Ilhoon. "Jadi kau mau diam di tempat atau naik motor bersamaku?"

Ilhoon merengut tak suka. Ingat bahwa Ilhoon tak suka naik motor seperti Jackson? Ia masih merajuk agar kekasihnya mau menaiki mobil. Sedangkan Hyunsik lebih memilih naik motornya karena mereka terlambat bangun.

"Aku yang akan mengendarai mobil jika kau takut terlambat."

"Tidak!"

Di tengah rajukannya, ia melihat sepasang namja tampan keluar dari rumah. Memandang heran pada mereka berdua yang masih berdebat, "Kenapa kalian belum berangkat?" tanya salah seorangnya.

"Umma, aku tidak suka naik motor." Adu Ilhoon membuat Hyunsik mendesah kasar. Tak ingin mendengar ocehan sang umma yang saat ini sudah memandangnya tajam, ia segera memasukkan kembali motornya ke dalam garasi. Berniat mengganti dengan mobil yang berjejer rapi di pekarangan rumah.

Ilhoon dan appa Im tertawa kecil melihat kepatuhan Hyunsik. Namja sipit kesayangan Ilhoon ini tak pernah berani pada sang umma. "Umma dan appa mau mengunjungi Jaebum?"

"Hanya umma, namja menyebalkan di sampingku ini mana ada waktu." Sindirnya tajam. Sementara sasaran kemarahannya hanya tersenyum sambil mengacak rambut namja yang di sebut umma tadi.

Sifat yang di turunkan pada Hyunsik dengan baik. Tenang dan berwibawa.

.

Bobby terbangun dan langsung mencari handphone-nya, tangannya bergerak mencari satu kontak yang baru tadi malam ia hubungi. Tapi ia tak puas, tepatnya ia tak pernah puas mendengar suara Hanbin.

Ia tersenyum saat panggilannya di jawab oleh orang di seberang sana.

"Morning, Princess. Kau sekolah hari ini?"

"Tentu saja. Aku tidak ingin di marahi Appa lagi. Dan hyung, aku namja! Jangan panggil aku princess."

Bobby tertawa kecil. Jangan heran dengan panggilan Hyung yang Hanbin gunakan untuknya. Anggap saja itu panggilan sayang dari Hanbin. "Kau princess-ku, Binnie."

"Aku jijik mendengarnya. Cepat mandi, aku tahu kau masih di tempat tidur sekarang."

Bobby mengangguk, meskipun tahu Hanbin tidak bisa melihatnya. "Nanti malam kau ada les?"

"Hm, wae?"

"Aku akan ke club. Aku jemput di tempat les."

"Arra, jangan minum terlalu banyak. Jangan bermesraan dengan yang lain!"

"Baiklah, noona Choi. Nice day, love you." Bobby mematikan panggilannya sebelum Hanbin protes. Segera melompat dari tempat tidurnya menuju kamar mandi untuk bersiap sekolah.

Sejak kejadian 'tidur bersama' mereka, Bobby mencoba untuk menjadi lebih baik. Ia tidak mau lagi tidur dengan sembarang orang, toh Hanbin sendiri yang senang hati menawarkan jasa tidur untuknya.

Bobby tersenyum setan.

Ah, ia tidak tahu akan seindah ini jadinya.

.

Dering ponsel yang terjadi terus menerus membangunkan Mark dari istirahatnya. Kepalanya masih di dera pusing, dan tubuhnya seolah semakin lemas. Matanya menyipit saat layar handphone menyorot ke pupilnya. Terdapat 10 panggilan tak terjawab dari Hyunsik, Bobby dan Jin serta lebih dari 30 pesan line.

Dengan susah payah ia memposisikan tubuhnya duduk bersandar pada headboard untuk membaca pesan-pesan itu. Mendesah malas saat lagi-lagi pengisi pesannya di dominasi ketiga sahabatnya, walaupun pada akhirnya ia membaca satu persatu.

Jin

Dimana? 08.47

Hyunsik bilang kau terlihat pucat, kau baik-baik saja? 09.55

Katakan sesuatu! 10.30

Bobby

Piiip piiip. 08.44

Ini line orang tampan. Balas Ya jika kau tidak ingin kontakmu terhapus. 08.54

Sekali lagi, ini orang tampan. Balas Ya jika kau tidak ingin kontakmu terhapus. 09.01

Ya! akan ku bantu carikan kekasih yang lebih tampan dari pemuda Hongkong itu. Kau mau yang mana? Uke seksi? Imut? Galak? Seme yang manly?atau yang cool sepertiku? 09.14

Mark terkekeh kecil. Ia sedikit menyesal mengabaikan sahabat-sahabatnya sejak tadi.

Hyunsik

Hai Mark, ini Jackson kekasihmu mumumu :* 08.24

Mark mendelik, sedikit geli dan… lucu.

Kau tidak membalasku? Yasudah, kita selesai! 08.30

Kau pasti sedang merenung karena aku memutuskanmu,kan? 08.44

Aku merasakan air matamu. 08.47

Tidak membalas juga? 08.53

Baiklah, akan ku beritahu di mana Jackson 09.10

Dia ada di… 09.11

di… 09.11

di… 09.11

di… 09.12

Hatimu :* 09.12

Tolong siapapun jangan salahkan Mark jika ia akan menelan Hyunsik hidup-hidup setelah ini.

Mark men-scroll line-nya mencari pesan dari seseorang yang ingin ia lihat, namun sayangnya tak ada satupun pesan Jackson yang masuk ke akun linya-nya.

Ia mendesah malas saat perutnya mulai mengeluarkan suara-suara aneh. Segera beranjak keluar apartemen untuk mengisi kekosongan perutnya sebelum sakitnya semakin menjadi.

.

Bukan mau Mark mengangkut Jinyoung dalam mobilnya seperti ini. mereka tak sengaja bertemu di sebuah restoran kecil pinggir jalan dan Jinyoung dengan tampang polos mengatakan Jackson ada di rumahnya, menemani Jaebum yang sedang sakit sejak kemarin.

Ia merutuki Hyunsik sepanjang jalan karena membohonginya, walaupun ia tahu Jackson yang memintanya –ini juga informasi Jinyoung—tapi tetap saja Mark kecewa. Suasana mobil tak pernah sepi dengan celotehan Jinyoung tentang bagaimana ia mulai menyukai Jaebum, hingga pertemuan mereka kemarin malam. Entah apa saja yang di katakan Jinyoung, Mark tidak terlalu peduli. Selain karena ia ingin cepat bertemu Jackson, kepalanya terlalu pening mencerna kalimat-kalimat yang ia dengar.

Yang ia tangkap hanya Jinyoung yang mengajak Jaebum ke tempat itu kemarin malam, seperti Mark yang mengajak Jackson dan menimbulkan kemaran keduanya. Belum lagi ternyata Jackson sempat bertengkar dengan Jaebum ketika mereka pulang dari kencan gagal mereka.

"Tapi kenapa Jaebum tidak di rawat di rumah sakit?"

"Jaebum hyung tidak suka rumah sakit, jadi dokter keluarga yang mengurusnya di rumah kami. Lagipula rumah kami dekat dengan rumah sakit."

.

Mark tidak bisa menahan kecanggungannya saat melihat umma dari Hyunsik dan Jaebum menyambut mereka. Walaupun berteman lama dengan Hyunsik, tapi Mark jarang sekali bertatap muka dengan orangtua para sahabatnya termasuk Hyunsik. Mereka semua biasanya lebih memilih bertemu di luar rumah daripada menghabiskan waktu dalam rumah.

"Mark? apa kabar?" jarang bertemu bukan berarti tidak pernah bertemu, kan? Junhyung—umma Hyunsik—masih menyambutnya dengan hangat walau ia tahu permasalahan anaknya berkaitan dengan Mark.

"Baik, ahjumma bagaimana? lama tidak bertemu."

Junhyung mengangguk setuju. Rasanya memang sudah sangat lama dari terakhir mereka bertemu. "Kau tidak sekolah?"

Mark menggaruk kepalanya sambil tersenyum malu. Tidak tahu harus menjawab apa, sampai akhirnya sebuah suara mengalihkan perhatian mereka. "Mark hyung? Mencari Jackson hyung?"

Mark mengalihkan pandangan ke asal suara dan menemukan Jaebum yang tersenyum kecil di tengah anak tangga. Senyum yang mengingatkannya pada Hyunsik. Entah mengapa perasaannya tertohok. Jackson benar, Mark belum mengenal Jaebum dengan baik. Walaupun Mark menganggapnya rival selama ini, tapi Jaebum tetap dengan hangat menyambutnya.

"Ya! hyung jangan keluar kamar, aku baru mau mengantarkan makanan yang kau pesan."

"Jaebum, masuk kamar!"

"Jackson hyung ada di kamar atas kedua sebelah kanan." Sahutnya mengabaikan perkataan Jinyoung dan ummanya.

Mark yang semakin canggung memilih pamit, menuju tempat yang Jaebum katakan. Namun langkahnya terhenti di dua anak tangga di bawah Jaebum. Mark tidak bisa menahan senyum saat Jaebum tersenyum tulus ke arahnya. "Jaebum, mianhae."

"Tidak apa, hyung, aku mengerti."

Mark kembali melanjutkan langkahnya. Terdiam saat tiba di depan pintu kamar yang di maksud. Dengan ragu, tangannya terulur mengetuk pintu kamar. Tanpa sadar, bibirnya terangkat mendengar suara Jackson yang menyuruhnya masuk.

Mark mendorong tubuhnya untuk masuk, menemukan Jackson yang tengah berbaring di kasur dengan posisi membelakanginya. Ia mengarahkan tangannya mengusap kepala Jackson dengan lembut.

Jackson sadar, ia tahu siapa pemilik tangan hangat ini. Matanya memejam meresapi sentuhan Mark, namun tak berniat menyambut kedatangan Mark sama sekali. "Kau sakit?"

Jackson bergumam.

"Kau benar, aku salah menilai Jaebum, mianhae."

"Kau hanya ingin mengatakan itu?"

"Kau masih marah padaku?"

"Marah atau tidak, aku rasa kau tak akan peduli."

Mark berdiri, berbalik menuju pintu untuk mengunci pintunya kemudian kembali duduk di sebelah Jackson. Ia menyentak tubuh Jackson untuk berbaring seperti biasa lalu menindihnya. Di kecupnya seluruh area tubuh Jackson dengan lembut, dengan satu tangan yang masih mengusap tubuh di bawahnya.

Jackson tak suka ini. Ia mau memberi Mark pelajaran. Ia mau mengabaikan Mark dan semua hal tentangnya. Namun sepertinya rencananya hanya tinggal angan-angan. Terlalu sulit menghindari tingkah Mark yang sekarang.

Jackson tersentak saat kening dan bibir mereka bertemu. Bukan, bukan karena ciuman Mark yang tidak seagresif biasanya, tapi karena suhu tubuh Mark yang jauh berbeda darinya. Ia segera membalik posisi mereka, membuat mantan kekasihnya—walaupun Jackson masih tak rela memanggilnya begitu—meringis.

"Kau sakit. Sudah minum obat?"

Mark menggeleng sambil tersenyum. Jackson peduli dengannya.

"Sudah makan?"

Mark menggeleng lagi. Memandang tubuh Jackson yang menjauh hingga menghilang di balik pintu. Ia sempat mendengar gerutuan 'bodoh' yang keluar dari mulut Jackson. Biarkan saja. Mendengar suara Jackson saja Mark sudah senang.

Tak lama Jackson kembali ke kamar dengan sebuah nampan kecil berisi nasi, sup, segelas air dan obat demam. "Kau bisa makan sendiri, kan?"

"Tidak."

Jackson mendengus. Duduk berhadapan dengan Mark yang kini tengah bersandar di headboard tempat tidurnya. Matanya fokus memperhatikan suapan, mengabaikan Mark yang sejak tadi menatapnya.

"Aku merindukanmu, Jack."

Jackson tidak bisa untuk tidak tersenyum. Ia akhirnya menatap Mark untuk pertama kali di hari ini. "Hyunsik memberitahumu aku ada di sini?"

"Tidak." Jackson mengerutkan keningnya, bingung. "Jinyoung yang memberitahuku."

Jackson memebuang muka. Senyumnya hilang seketika mendengar ucapan Mark. ialupa fakta bahwa Mark masih mencintai Jinyoung. "Aku juga bertemu dengan Jinyoung semalam. Membicarakan perasaan kami masing-masing."

Mark menolak saat Jackson menyuapkan makanan, "Jinyoung bilang ia mencintai Jaebum, dia hanya belum bisa melihat kita bersama. Dan aku pikir aku juga sama."

"Aku tidak mengerti dan tidak tertarik untuk mengerti."

"Aku mencintaimu."

Jackson kembali mengeluarkan senyum sinisnya. Senyum yang amat sangat di benci Mark sejak pertama ia melihatnya. "Jika itu karena Jinyoung menolakmu, lupakan saja."

"Aku memang belum sepenuhnya melupakan Jinyoung. Tapi kau hampir sepenuhnya menempati posisi Jinyoung di hatiku, aku- ugh. Aku benci melankonis seperti ini. yang jelas aku mencintaimu."

Kali ini Jackson tersenyum tulus. Ia tidak mengeluarkan satu katapun, yang ia lakukan hanya menyuapi Mark hingga nasinya habis. Mark itu namja sejati, ia mana mau terlihat lemah saat sedang sakit. Apalagi bertingkah manja dan menyisakan makanan. Tapi tadi Mark manja ingin di suapi? Itu bukan manja, itu alibi.

"Aku sudah mencintaimu sejak dulu." Jackson menghilang di balik pintu kamar, menyisakan Mark dan senyumannya yang mengembang.

.

"Appaaa!" Ilhoon berhambur ke pelukan appa-nya ketika tiba di rumah. Maklum saja, tadi pagi ia tidak sempat bertemu karena sang appa masih tertidur pulas di kamarnya, dan umma-nya melarangnya membangunkan.

Memang bukan pertama kalinya Yunho—appa Ilhoon—pergi cukup lama, malah sangat sering. Namun karena itulah Ilhoon sangat menyukai quality time bersama keluarganya yang lengkap. Sangat di mengerti mengingat Ilhoon adalah anak yang termanja di rumah.

"Appa bawa sesuatu?"

"Mianhae, appa tidak sempat memikirkan oleh-oleh."

"Dasar orang sibuk." Sindirnya, kemudian melepaskan pelukan. Kembali berdiri di samping sang kekasih yang sejak tadi ada di belakangnya.

"Ilhoon pasti sering menyusahkanmu." Yunho kini berpaling pada Hyunsik yang terkekeh pelan.

"Ne, Hyunsik oppa hampir frustari menjaganya." Sambung yeoja yang tiba-tiba muncul dari dapur. Jung Eunji, saudara kembar dari Ilhoon. "Umma bilang makanan sudah siap." Lanjutnya, "Ayo appa, oppa makan bersama."

Ilhoon mendengus kesal, "Kau tidak mengajakku?"

"Kau mengenalku?"

"Dasar yeoja sadis!"

"Dasar uke melankonis."

"Hyunsik hyung senang aku menyusahkannya. Kau enyah saja sana!" Ilhoon beringsut memeluk Hyunsik. Hyunsik dengan senang hati balas merangkul kekasihnya, sembari mengikuti Yunho menuju meja makan yang menyatu dengan dapur.

.

"Kau harus belajar masak dari hyung-mu." Ucap Jin sambil menyuapkan makanan ke mulutnya. Ia dan Jungkook berada di rumah Jungkook bersama Wonwoo, dinner bersama dengan makanan yang di buat hyung dari Jungkook itu.

"Uangmu tidak akan berkurang karena memesan makanan setiap hari."

"Hush! Bagaimana pun, masakan rumahan itu lebih baik." Wonwoo menyentil dahi Jungkook pelan, yang di sambut usapan Jin. "Lagipula apa hubungannya dengan Jin?"

Jungkook mengerucutkan bibirnya, merajuk. Benar juga, apa hubungannya dengan Jin? Dia masak atau tidak masak juga bukan masalah Jin. Itu adalah masalahnya sendiri. Iya jika mereka nantinya akan menikah, kalau tidak? Uh! Jungkook malu sendiri.

Jin yang menyadari perubahan raut wajah Jungkook segera mengarahkan bibirnya, berniat membisikkan sesuatu ke telinga Jungkook yang kebetulan berada di sebelahnya. "Akan ku pastikan kau yang menjadi istriku nanti."

Wonwoo tertawa melihat sang adik yang memerah. Dia tidak pernah melihat itu sejak dulu. Jungkook terlihat semakin manis dengan sikap malu-malunya. Lain Wonwoo, lain pula Jin. Namja tampan itu kembali membisikkan sesuatu yang membuat Jungkook membuang wajahnya dari Jin dan Wonwoo.

"Kau manis, jangan salahkan aku jika melakukannya lagi malam ini."

.

END

Mueheheheehe maafkan aku yang sering lama update ini. Maaf kalau banyak typo, soalnya aku buru2 update takut gak sempet. Buat line mungkin besok malem aku update. Akhirnya aku sudahi penantian kalian selama ini. Maaf juga ending gak memuaskaan dan Makasih buat yang mau review, review kalian berharga banget. Tulisan aku gak bagus, jadi seneng kalau ada yang baca dan kasih apresiasi.

Special Thanks:

Adetika, Peachpetals, Eunkim, Lim Chan Young, okta, markgyeombi, AXXL70, Depitannable, VampireDPS, rinaputry, riani, EunhyukJinyoung02, Valiens.