Stupid Liar

CAST :

Han (Kwon) Hoshi

Kim Mingyu

Choi Vernon

Han Jooheon

Han (Yoon) Bomi

Seventeen

Cast milik keluarga dan Tuhan YME dan cerita milik author sepenuhnya.

Author Pov

"Selamat pagi!"seru hoshi riang.

Ia baru saja berteriak didepan gerbang sekolah, semua mata menatapnya aneh dan mencibirnya tapi tidak membuat hoshi merasa malu. Namja itu terlalu senang, akhirnya ia bisa masuk sekolah setelah tiga hari tersiksa dirumah. Walaupun tangan kirinya masih memakai Arm Sling tidak membuat hoshi berhenti bertingkah aktif.

"Temanmu memalukan."gumam woozi yang melihat hoshi bertingkah bodoh. Seungkwan menutup wajahnya dibalik tubuh woozi.

"Dia temanmu. Aku tidak sudi berteman dengannya."rajuk seungkwan. Hoshi mendelik sebal menatap kedua sahabatnya.

"Kalian tidak mau memelukku?"tanya hoshi, wajahnya dibuat semenyedihkan mungkin. Woozi mencibir.

"Kau seperti baru bangun setelah koma seumur hidupmu."ejek seungkwan.

Hoshi mempoutkan bibirnya. Kemarin saat dirumah sakit dan ia dirumah, teman-temannya begitu mengkhawatirkannya namun saat ia masuk sekolah, semua temannya malah ngejek dan bertingkah menyebalkan.

"Biarkan aku yang memelukmu."ujar mingyu yang tiba-tiba merangkul bahunya. Hoshi menoleh menatap mingyu kaget.

"Astaga! Sejak kapan kau disini?"tanya hoshi horor.

"Semenjak kau berteriak."jawab mingyu jail. Hoshi kembali mendelik. Apakah teriakannya besar? Ugh! Memalukan.

"Ya! Kalian! Empat namja yang selalu menarik perhatian yeoja!"seru k saem dari jauh. Keempat namja segera menoleh menatap salah satu guru killer mereka.

"Apa yang kalian lakukan disana eoh? Kalian tidak berniat masuk kekelas?"tanya kim saem menakutkan.

"Kami akan segera kekelas, jangan khawatir~ Kau akan semakin tua bila marah-marah terus~" hoshi melambaikan tangannya dan tersenyum lebar pada kim saem.

"Apa kau bilang?!"murka jung saem , ia berjalan cepat menghampiri hoshi namun hoshi segera menarik mingyu berlari begitupun dengan seungkwan dan woozi.

"Ya! Berhenti kalian!"teriak kim saem.

Hoshi terus menarik mingyu berlari sebelum kim saem berhasil menangkap mereka. Senyuman jail hoshi selalu terbentuk dibibirnya, ia merindukan marathon paginya dan menjaili guru-guru menyebalkan. Seungkwan dan woozi tak berhenti menyumpah serapahi hoshi, karena hoshi mereka juga harus ikut lari marathon. Berbeda dengan mingyu, kakinya terus berlari mengikuti hoshi dan matanyapun tidak berhenti memperhatikan senyuman indah hoshi. Ia sangat bersyukur, akhirnya ia bisa menatap wajah hoshi lebih lama.

Mingyu menghentikan larinya ketika hoshi berhenti berlari dan melepas tangannya, namja berkulit putih pucat itu mengambil napasnya cepat. Tidak terasa mereka sudah berada didepan kelas 2-1. Seungkwan dan woozi sudah terlebih dahulu masuk ke dalam kelas.

"Ah hyung~ maafkan aku, karena aku kau jadi maraton pagi~ dan astaga~ kelasmu cukup jauh dari kelasku."ujar hoshi menyesal. Mata hoshi menyipit lucu, kebiasaan ketika ia sedang menyesal.

"Tidak masalah, aku senang maraton pagi bersamamu." Hoshi memiringkan kepalanya, bingung.

"Ah maksudku- Aku senang bisa lari pagi, sudah lama aku tidak lari pagi."kilah mingyu cepat. Hoshi tersenyum lebar.

"Begitukah? Omong-omong, jam pertama sudah berdering..."kata hoshi hati-hati. Pupil mata mingyu membesar. Celaka, ia telat.

"Aku kekelas dulu, nanti jangan lupa makan bareng denganku! Bye!" Dengan cepatan kilat mingyupun berlari. Hoshi menggelengkan kepalanya setelah itu masuk ke dalam kelas.


Sebuah mobil Range Rover berwarna hitam terparkir dengan rapi di parkiran mobil yang berada di Joo SHS. Mobil itu tidak sendiri, sang pemilik ternyata masih didalam mobil. Sang pemilik mobil -Vernon- masih asik mengetuk-ngetuk setir mobil, seperti menimang-nimang antara turun dari mobil atau tidak.

"Apa aku harus memastikannya?" Vernon menatap dirinya melalui kaca spion tengah. Kepala vernon sedikit menggeleng.

"Tapi aku penasaran."gumam vernon namun kepalanya kembali menggeleng.

"Tidak tidak, tujuanmu bukan untuk memastikan. Tujuanmu kesini karena kau rindu dengan sekolahmu, hanya itu."ujar vernon meyakinkan dirinya. Senyuman vernonpun terpatri, sepertinya tubuhnya sudah setuju.

Vernonpun turun dari mobil, tidak lupa untuk menguncinya. Namja tampan itu menghirup udara sekolahnya dalam. Sudah lama ia tidak datang ke sekolah dan ah~ empat hari yang lalu ia memang mengisi acara ke sekolahnya tapi ia tidak bisa bernapas dengan nyaman seperti sekarang. Empat hari yang lalu ia begitu nervous sampai ia tidak bisa menikmati udara sekolahnya dengan benar.

"Selamat datang di masa lalumu."ujar vernon pelan.

Namja tampan itu mulai melangkah menuju gedung sekolah, ia akan berkeliling sebentar dan menemui guru setelah itu ia akan kembali melakukan kegiatan kecilnya yaitu duduk di cafe menikmati Americano. Ia rasa ekspetasinya tentang hari ini begitu mulus dan indah, vernon jadi tidak sabar.

"Hansol~ omo! Kau semakin tinggi saja."seru jung saem ketika melihat vernon berdiri didepannya.

"Ini semua berkat hukuman yang jung saem beri."canda vernon. Jung saem mendengus dan memukul kepala vernon.

"Kau masih kurang ajar nak. Ayo duduklah."ajak jung saem. Vernon tertawa pelan lalu mendudukkan dirinya disamping .

"Kau harus bercerita banyak padaku soal bagaimana bisa kau menjadi artis sebesar ini. Ibu masih tidak percaya, kau dulu sangatlah nakal dan tidak ada bakat dalam dunia entertaiment."tutur jung saem mengingat kembali seberapa nakalnya vernon dahulu.

Vernon tersenyum dan mulai menceritakan dari pertama kali ia diaudisi dipinggir jalan sampai ia besar seperti sekarang. menyimaknya dengan teliti, ia tidak mau melewatkan perkembangan murid yang selalu ia hukum ini. sangat menyayangi vernon walaupun vernon sangatlah tidak bisa diatur ketika masih bersekolah, tetapi vernon selalu memuaskan dalam hal pelajaran apapun.

"Kau sudah berubah banyak nak dan ada hal yang aku tidak suka dengan perubahanmu."gumam jung saem setelah mendengarkan cerita vernon. Guru itu mengelus rambut vernon penuh sayang.

"Senyuman jenakamu telah menghilang, tatapan matamu terlihat tidak hidup lagi. Aku sering melihatmu ditv dan akupun selalu mendapatkan tawa tidak tulusmu. Apa ada sesuatu yang kau pikirkan?"

Vernon terdiam menatap , gurunya selalu menemukan keganjalan dirinya. Sejujurnya vernonpun tidak tahu kalau ia seperti ini, yang ia tahu.. Ia hanya merasa hidupnya tanpa tujuan dan maksud. Vernon hanya menyadari itu.

"Aku tidak yakin tapi aku rasa aku kehilangan jiwaku."jawab vernon setelah terdiam lama. melemparkan senyum lembutnya.

"Cepat atau lambat kau akan menemukan jiwamu kembali. Aku yakin dia ada didekatmu."kata jung saem. Vernon mengangguk pelan.

Setelah bertemu dengan beberapa guru, vernon kembali melakukan acara single tour di sekolah lamanya. Sesekali vernon akan bersmirk ketika melewati tempat yang membuatnya berkesan. Ia jadi merindukan teman-teman bodohnya yang sudah sibuk dengan dunia kuliah dan kegiatan mereka. Senyum tipispun terukir dibibir vernon ketika mendengar suara bel istirahat, dulu ia sangat senang menunggu suara bel istirahat bersama keempat temannya.

Satu persatu murid yang baru keluar dari kelasnya memekik girang dan kaget ketika vernon melewati mereka dengan santai. beberapa gadis mulai mengambil foto vernon dan mengiriminya di grup sekolah. Tanpa perlu menunggu lama para gadis yang kelasnya di lantai empat dan tigapun mulai mengisi lorong lantai dua.

"Lihat! Ada vernon sunbae!"seru seorang gadis.

"Astaga~ Vernon sunbae!"

"Kenapa dia tiba-tiba berkunjung? Bukankah dia sibuk?"

"Eiy~ diakan baru selesai melakukan promosi albumnya."

Lorong lantai dua yang tadinya sepi menjadi ramai dengan teriakan atau bisik-bisikkan yang ditujukan pada vernon. Namja yang menyebabkan lantai dua menjadi ramai menghentikan kakinya didepan sebuah kelas, ia menatap ragu pintu kelas yang tertutup rapat.

"Apa yang membuat kalian meramaikan lantai dua?"

Semua orang yang meramaikan lorong lantai 2 menoleh pada seorang namja yang berdiri diujung lorong, dia adalah Joshua ketua kedisplinan sekolah yang terkenal kejam sekaligus ramah, memang aneh. para murid yang melihatnya berbisik pelan dan buru-buru pergi meninggalkan lantai 2, kembali ke aktifitas mereka masing-masing. Dalam sekejap lorong lantai duapun menjadi sunyi.

"Hei~ Akukan hanya bertanya, kenapa mereka langsung pergi begitu?"gumam joshua main-main. Vernon memberikan senyuman miringnya pada joshua.

"Ah! Hyung! Ternyata kau ya yang membuat semua murid memenuhi lantai dua? Kau senang sekali membuatku banyak kerjaan.."sindir joshua sambil berjalan menghampiri vernon.

"Itu kaunya saja yang sok sibuk."ejek vernon. Joshua mendengus pelan.

"Kau tidak ke rooftop?"tanya joshua dengan smirk tampannya. Vernon menatap adik kelasnya datar.

"Kau sedang memancingku?"tanya vernon. Joshua tertawa pelan, ia merangkul vernon dan mengajak mantan kakak kelasnya berjalan.


"Hei~ hoshi-ah!" Hoshi menghentikan acara makannya, ia menatap mingyu yang melambaikan tangan ke arahnya.

"Hyung~ ayo kesini~"ajak hoshi riang. Mingyu mengangguk dan menghampiri meja keempat sahabat absurd.

"Boleh aku bergabung?"tanya mingyu. Woozi dan seungkwan menatap mingyu sekilas, sekalipun mereka bilang tidak mingyu akan tetap dipaksa gabung oleh hoshi.

"Duduklah mingyu sunbae."ujar seokmin. Mingyu tersenyum lalu mendudukkan dirinya disamping hoshi.

"Apa tadi pelajarannya seru?"tanya mingyu yang mulai menikmati makanannya. Hoshi menggelengkan kepalanya pelan.

"Gurunya sangat membosankan. Aku hampir tertidur dikelas."jawab hoshi. Mingyu tersenyum.

"Kenapa kau tidak tertidur saja?"tanya mingyu.

"Kau mau aku dihukum ya?"kesal hoshi. Mingyu tersenyum lembut.

Selama menikmati makan siang, mereka terus berbincang membicarakan hal-hal yang disukai hoshi, yaitu games dan fashion. Sebisa mungkin mingyu mengikuti pembicaraan aneh keempat sahabat akrab itu, sesekali mingyu akan tersenyum canggung melihat woozi dan seungkwan bertengkar atau melihat seokmin mengambil makanan seungkwan saat seungkwan meributkan hal kecil dengan kekasihnya. Namun ketika mingyu melihat hoshi tertawa, mau tidak mau senyumannyapun mengembang.

"Hoam~ Aku mengantuk sekali."ujar soekmin setelah menghabiskan jatah makan siangnya. Seungkwan segera memukul mulut seokmin dengan buku yang ia baca.

"Mulutmu bau! Apa kau tidak menggosok gigi?"kesal seungkwan. Seokmin menutup mulutnya, mencoba merasakan bau mulutnya.

"Hehehe~ Sepertinya aku lupa menggosok gigi.."ujar seokmin yang langsung disambut dengan wajah jijik dari ketiga temannya, mingyu menahan senyumnya ia masih menjaga mannernya.

"Kau menjijikkan!"seru hoshi.

"Tsk! Pantas saja kau tidak pernah mendapatkan kekasih."ejek woozi.

"Sialan!"Seokmin mengumpat kecil, woozi dan seungkwan adalah pasangan tersialan yang pernah ia temui. Sepasang kekasih itu senang sekali mengejek atau menghina orang.

"Hahahaha! Kau tidak pernah laku seokmin-ah~"Hoshi tertawa heboh, ia merindukan percakapan tidak penting ketiga sahabatnya. Sedangkan mingyu sedang terpana dengan wajah cantik hoshi.

"Ya! Memangnya kau pernah memiliki kekasih eoh?"tanya seokmin. Seketika hoshi menghentikan tawanya, ia juga senasib dengan seokmin.

"Ya~ aku memang tidak pernah punya kekasih, tapi banyak tahu yang suka denganku sayangnya belum ada yang cocok denganku."jawab hoshi percaya diri.

"Memangnya siapa yang suka denganmu?"tantang seokmin. Hoshi menggigit bibir bawahnya, ia skakmat.

Jujur saja seumur hidup ia hidup, tidak ada yang pernah menyatakan cinta padanya malah ia selalu kena kasus cinta bertepuk sebelah tangan, seperti tahun lalu. Ugh! Mengingatnya saja membuatnya malu. Ia sangat menyedihkan.

"Kau memang si mulut besar."ejek seungkwan. Hoshi mendengus kesal. Mingyu menatap wajah hoshi dalam.

"Aku yakin, pasti ada yang menyukainya. Semua orang pasti akan jatuh pada pesonanya. Akupun jatuh pada pesonanya dan aku menyukainya."gumam mingyu, matanya tetap menatap wajah hoshi lembut.

"Tuhkan lihat! Mingyu hyung saja bilang seperti itu! Astaga hyung~ kau memang hyung terbaikku."seru hoshi senang, iapun memeluk tubuh mingyu.

Ketiga temannya saling bertatapan, mereka tersenyum kikuk. Bukan rahasia umum lagi kalau mingyu menyukai hoshi, itu sangat terlihay dari perlakuan dan tatapan lembut mingyu kepada hoshi. Mereka juga tahu kalau secara tidak langsung mingyu menyatakan perasaannya namun sepertinya hoshi tidak paham maksud ucapan mingyu. Ia terlalu bodoh atau polos si?, batin ketiganya.


Stupid Liar

Joshua dan vernon berdiri dipembatas dinding rooftop, keduanya sibuk menikmati angin dingin yang menerpa muka mereka. Joshua tersenyum lembut merasakan terpaan angin yang terasa halus dipipinya, Kebiasaan joshua tidak pernah berubah, suka menikmati semilir angin. Vernon menatap joshua dan tersenyum kecil.

"Uh.. Apa yang membuatmu kesini?"tanya joshua. Vernon kembali menatap langit, pertanyaan ini yang selalu ingin ia abaikan.

"Aku tidak tahu."jawab vernon telak. Tidak ingin dipertanyakan lagi. Joshua mengangguk-anggukkan kepalanya seperti berpikir. Keheninganpun kembali tercipta diantara mereka.

"Kemarin jooheon menemuiku dan memukulku. Aku yang membuat adiknya celaka." Joshua menatap vernon tidak percaya.

"Han Hoshi? Jadi penyebab hoshi tidak masuk tiga hari karena kau? Kenapa bisa?"tanya joshua.

"Ceritanya panjang dan aku tidak sengaja mencelakainya."jawab vernon.

"Hoshi. Apa dia terluka parah?"gumam vernon. Joshua mendesah kasar.

"Kau pikir alasan apa yang membuat jooheon memukulmu dan anak itu tidak masuk tiga hari?"sinis joshua.

Drt! Drt! Drt!

Vernon meraih ponselnya dari saku jaketnya, 'Appa' tertera pada layar ponsel. Namja tampan itu mendesah pelan dan menggeser tombol hijau di layar ponsel.

"Ada apa?" Joshua mencoba menyibukan dirinya, dia tidak mau di cap sebagai orang yang suka menguping pembicaraan orang lain sekalipun itu teman dekatnya.

"Kau dimana? Aku ingin bertemu denganmu, secepatnya." Vernon menaiki sebelah alisnya.

Hal yang langka mendengar ayahnya menghubunginya untuk sekedar mengajaknya bertemu, biasanya ayahnya tiba-tiba muncul di Apartementnya dengan ramen yang ayahnya buat.

"Aku akan segera ke kantormu."jawab vernon cepat.

"Cepatlah, aku menunggumu dan bawakan aku makanan."

Tut! Tut! Tut!

Vernon menggigit daging dalamnya, ayahnya selalu melakukan dan menyuruh apa yang ia inginkan. Iapun memasukan ponsel kesaku jaketnya lalu beralih menatap joshua.

"Kau harus pergi, right? Aku akan mengantarmu."ujar joshua. Vernon mengangguk pelan.


Setelah menyantap makan siang, hoshi dan mingyu memutuskan untuk sedikit berjalan menikmati udara segar. Keduanya terlihat sangat akrab, berkali-kali hoshi berteriak mengumpat mingyu yang terus mengganggunya sedangkan mingyu selalu tertawa. Mingyu sangat bahagia.

"Hyung~ Berhenti menggangguku! Rambutku jadi jelek!"pekik hoshi sebal. Baru saja mingyu menarik-narik helaian rambut hoshi gemas.

"Tapi kau selalu terlihat cantik dimataku."goda mingyu dengan mensejajarkan wajah mereka. Hoshi mendelik.

"Aku tampan!"teriak hoshi marah. Mingyu semakin membesarkan suara tawanya.

"Aigoo~ aigoo~ lihatlah wajah menggemaskanmu."ujar mingyu sambil mencubit kedua pipi hoshi gemas. Hoshi kembali mengumpat. Demi tuhan, kalau saja kedua tangan hoshi bisa digunakan dengan baik maka hoshi akan memukul mingyu sampai ia kehabisan napas.

"Brengsek, kau mau ku pukul ya?!"

Mingyu kembali mendekatkan wajah mereka.

"Kau mau memukulku dibagian mana?"tanya mingyu.


Mingyu menatap mata hoshi dalam membuat hoshi menahan napasnya, ia merasa gugup. Udara yang tadinya sejuk berubah menjadi hangat, tubuhnya memanas dan keringat mulai keluar dari pori-pori wajahnya. Mingyu mengambil napas sebanyak-banyaknya. Mingyu sangat menyukai wangi tubuh hoshi yang seperti bayi, sangat menenangkan. Aku akan semakin gila, batin mingyu.

"Kalian mau berbuat mesum di lingkungan sekolah huh?"sindir seseorang.

Mingyu dan hoshi menoleh menatap dua orang yang berdiri setengah meter dari mereka, yang satunya dengan wajah menyeringai dan satunya menatap mereka datar. Hoshi segera menjauhkan tubuhnya dari mingyu sedangkan mingyu tersenyum lebar kearah dua orang itu.

"Hai joshua!"sapa mingyu bodoh, matanya beralih menatap namja disamping joshua.

"Dan hyung! Kenapa kau ada disini?"seru mingyu riang. Vernon meliriknya sekilas lalu matanya beralih melirik yang lain.

"Aku ada urusan dengan Jung saem."ujar vernon, masih tetap memperhatikan sesuatu. Joshua bersmirk ria.

"Bukannya kau harus pergi hansol?"tanya joshua. Vernon mengalihkan matanya menatap joshua.

"Benar. Aku harus pergi. Mingyu, nanti malam jangan lupa."

"Ok! Hati-hati hyung." Mingyupun melambaikan tangannya kepada vernon dan joshua yang sudah berjalan pergi. Hoshi menggaruk tengkuk belakang kepalanya sambil menatap kepergian joshua dan vernon.

"Aku rasa aku ingin kembali kekelas."gumam hoshi. Mingyu menatap hoshi khawatir.

"Kau baik-baik saja?"tanya mingyu. Hoshi tersenyum ganjil dan menggelengkan kepalanya.


Vernon menatap geli melihat ayahnya yang asik menikmati Ramyun dengan lahap seperti orang yang tidak pernah makan. Apakah ayahnya anak yang tertukar di rumah sakit? Sifat dan kelakuan ayahnya sangat berbeda dengan nenek-kakeknya, tetua Choi sangatlah orang kelas atas.

"Ya! Mau sampai kapan kau mendiamkan ramyunmu bodoh?"tanya Mr Choi dengan mulut penuh ramyun. Vernon bergidik ngeri.

Vernon kadang berpikir, bagaimana bisa ayahnya menjadi seorang Direktur Utama sedangkan kelakuan dan ucapannya seperti orang rendahan. Anehnya lagi ketika ia ikut ke beberapa acara pesta Perusahaan, semua kolega selalu tunduk dan selalu menarik perhatian ayahnya. Apakah para kolega itu matanya buta? Tidak bisakah mereka melihat tingkah liar menyebalkan di diri ayahnya?

"Ada apa kau memanggilku?"tanya vernon. Nafsu makannya hilang melihat ayahnya memasukan seluruh sisa ramyun ke mulutnya dan meminum soda disaat mulutnya masih penuh.

"Akh-"

"Telan dulu ayah."ujar vernon mengingatkan. Mr Choi melemparkan cengiran bodohnya, perlahan iapun mulai menelan makanan. Vernon mendesah pelan, ia harus sabar menghadapi ayahnya.

"Jadi.. Aku memanggilmu untuk menyerahkan surat padamu."ujar Mr Choi.

Mr Choi mengambil amplop putih yang ia selipkan di kantung dalam blazernya lalu menyerahkannya pada vernon. Surat? Vernon mengkerutkan dahinya, iapun membuka amplop dengan wajah penasaran.

"Ini apa?"tanya vernon.

"Surat dari ibumu, sebelum ibumu meninggal ia menuliskan surat itu untukmu. Ibumu menyuruh ayah untuk memberikannya saat kau sudah siap dan aku rasa kau sudah siap."tutur Mr Choi.

Vernon mengeraskan wajahnya. Mendengar nama 'Ibu' membuat ia merasa putus asa, ia merindukan ibunya. Sudah satu tahun lamanya setelah ibunya meninggal dan sekarang ia mendapatkan surat dari ibunya. Sepenting apa surat ini? Hmm.. Vernonpun mulai membaca tulisan yang berasa di kertas putih.

Hallo, Hansol my love

Apakah kau baik-baik saja?

Pasti kau sangat sedih ketika membaca surat ini karena ibu sudah tidak ada lagi untukmu, namun kau tidak boleh bersedih, ibu selalu menjagamu dari jauh. Selalu ingatlah kalau aku sangat mencintaimu dan menyayangimu, tidak ada yang lain selain dirimu. Karena ibu sangat sayang sama kamu, ibupun memutuskan untuk menjodohkanmu dengan seseorang yang berperilaku baik dan sesuai sebagai istri yang baik untukmu. Ibu jamin dia tidak akan pernah mengecewakanmu. Ibu sangat senang dengan dia dan keluarganya. Ayahmu akan menjelaskan lebih jelasnya padamu. Ibu mohon jangan mengecewakan ibu dengan menolak perjodohan ini, jangan membuat ibumu menanggung malu ketika disurga.

I Love You, Hansol

Vernon menahan napasnya ketika membaca kata-kata terakhir surat dari ibunya. Vernon meletakkan kertas dimeja dan menoleh menatap ayahnya yang juga sedang menatapnya dengan wajah penasaran, ia penasaran dengan respon vernon.

"Kapan, ibu melakukan perjodohan? Dengan siapa?"tanya vernon. mendesah pelan.

"Semenjak ibumu mulai sakit-sakitan. Besok malam kau akan tahu."jawab Mr Choi. Apa ia harus menolaknya? Vernon mendesah pelan, ia harus melepas angan-angannya untuk menikahi cinta pertamanya.

"Kau tidak perlu khawatir, ia adalah anak yang baik dan ayahpun menyukainya."ujar Mr Choi. Ia meremas bahu anaknya yang terlihat khawatir.


Stupid Liar

"Ayah! Bagaimana bisa ayah dan ibu menjodohkanku dengan seseorang!"

Sore ini semua keluarga Han sedang berkumpul di Tea House menikmati teh hangat dan beberapa cookies. Pertama-tama acaranya berjalan dengan hangat, semuanya tertawa dengan ceria menikmati waktu luang mereka. Namun seketika berubah setelah Mr Han menjelaskan mengapa mereka berkumpul, mengatakan bahwa ia akan menjodohkan anak bungsunya dengan anak koleganya yang tentu saja mendapatkan tolakan keras dari hoshi.

"Kau tidak bisa menolaknya hoshi. Itu sudah perjanjian, lagipula dia akan menjadi pendampingmu yang baik."ujar Mrs Han.

"Ibu! Aku bisa mencari calon pendamping sendiri, aku tidak perlu dijodohkan seperti ini! Lagipula masa depanku masih panjang! Aku masih sekolah!"seru hoshi frustasi. Bomi mengelus punggung hoshi pelan. Ia merasakan apa yang hoshi rasakan, tertekan tentu saja.

"Kau bisa meraih masa depanmu. Aku yakin ia akan membebaskanmu untuk meraih masa depanmu."kekeh Mr Han. Hoshi membrantaki rambutnya frustasi. Jooheon mendesah.

"Apa memang harus dilakukan perjodohan itu? Tidak bisakah hoshi menolaknya?"tanya jooheon hati-hati. Mr Han menatap anak pertamanya.

"Tidak. Perjanjian harus ditepati, besok malam kalian harus ikut makan malam bersama."jawab Mr Han setelah itu berlalu pergi bersama istrinya.

Hoshi menutup wajahnya frustasi, isakannyapun mulai terdengar dan tubuhnya bergetar. Bomi yang duduk disamping hoshi segera memeluk adiknya erat dan ikut menangis sedangkan jooheon menjatuhkan wajahnya dimeja, wajahnya terlihat sangat putus asa.


Dentuman keras musik yang DJ mainkan membuat suasana di dalam sebuah club mewah semakin panas. Semuanya menari dengan gilanya, ada beberapa orang yang saling menggoda. Namun vernon terlihat tidak tertarik, ia memilih duduk dikursi bar menatap kosong isi gelas cocktailnya. Hidupnya terasa kacau. Ia harus menuruti permintaan terakhir ibunya, ia harus menikahi dan menjaga seorang gadis, diapun juga harus melepaskan cinta pertamanya.

"Tsk, Tsk, Tsk, kau terlihat sangat kacau hyung."ujar wonwoo yang sudah mendudukkan dirinya dikursi disamping vernon. Vernon melirik sekilas lalu tertawa hambar.

"Hidupku memang hancur, hatiku lebih hancur."gumam vernon. Wonwoo tersenyum miring, ia menatap hyung satu grupnya.

"Apa yang membuatmu hancur?"tanya wonwoo.

"Dia."jawab vernon.

"Siapa?"tanya wonwoo, vernon berhenti memainkan gelas cocktailnya.

Wonwoo menaiki sebelah alisnya. Sudah ribuan kali wonwoo mendengar vernon mengatakan 'dia' ketika mabuk tapi saat ia bertanya siapa dia itu, vernon selalu diam dan mengalihkan pembicaraan ataupun lebih parahnya akan marah mengeluarkan kata-kata kasarnya. Yang wonwoo tahu, vernon sangatlah sensitif setiap kali seseorang menanyakan siapa si 'dia' itu.

"Kau sangat mencintainya?"tanya wonwoo hati-hati. Vernon kembali melirik wonwoo dan tertawa mengejek.

"Untuk apa aku mencintai seseorang yang sudah memiliki kekasih?"tanya vernon balik, dengan senyuman mengejek. Wonwoo mengangguk pelan. Ia tahu jawabannya kalau vernon mencintai si 'dia' itu.

TBC

HALLO!

akhirnya aku balik lagi bawa chap 3! Yey!

Makasih yang udah mau baca walaupun sider, ya gapapa kok~ yang penting kalian mau buka ff abal-abal ini. Makasih juga yang udah review!

Jangan lupa direview ya! Makasih!