.

.

"The Magic School – My Lovely, Scarlet"

Fairy Tail Fanfiction

By Karura-Clarera

...

Disclaimer: Fairy Tail adalah milik Mashima Hiro-sama

Rated: T

Genre: Romance, Supernatural, Friendship, Action

Warning: AU, OOC, ceritanya panjang, alurnya ga tentu, cerita supra-imajinasi, typo

A/N =

Halo semuanya! Sebelumnya Karu ingin mengucapkan Happy New Year 2017! Yeay~

Akhirnya bisa ketemu dengan Karu lagi! Maaf maaf bangettt. Gomenne karena Karu ga bisa update selama bbrp bulan ini karena sibuk kuliah dan sebenernya ada kendala sm internet. Huhh, tapi akhirnya Karu bisa update lagi. (Akhirnya!)

Terima kasih untuk yang telah fav & follow fic ini :") Karu sangat terharu.

Makasih juga yang masih setia menunggu dan masih mengingat MLS sampai saat ini (krn udh lama ga update) :') Mungkin udah pada lupa bagaimana cerita sebelumnya. It's okay! Karu juga lupa (PLAK!) Karu kasih selipan chapter lalu2 yaa, biar readers segar kembali ingatannya. Yupps, silakan tulis kesan dan pesan kalian direview, ya! Thanks, HAPPY READING! :)

CERITA SEBELUMNYA...

Setelah menjalani kerja keras, susah payah sejak lama... Akhirnya Erza dapat menapak ke anak tangga berikutnya, yakni Double-S Class Wizard Competition!

Kompetisi untuk menentukan siapa yang pantas mendapat gelar double S sekaligus menjadi Penyihir di bawah naungan Dewan Sihir (penyihir yang diperkenankan untuk bekerja di Istana Era). Kompetisi ini pun tidak bisa dibilang mudah. Ada beberapa babak, dan setiap babak akan selalu mengejutkan.

Babak pertama dan kedua, Erza bersama Jellal dan Hibiki, dapat melewatinya dengan lancar. Di akhir babak random mereka juga akhirnya mendapatkan teman baru yang tak terduga. Oracion Seis dari Special Magic High School (SMHS). Namun, ternyata sang Erik, si telinga tajam itu berhasil mengetahui rahasia Erza!

"Oi, kau tahu dia wanita, kan?"

Pertanyaan itu sangat mengejutkan hati Hibiki.

Jadi kesimpulannya, apakah murid-murid Special itu memiliki niat buruk terhadap Fairy Tail?!


Babak Random... Babak tak terduga...

Pertarungan tak terduga...

Ikatan yang mungkin saja tak dibayangkan...

Siegrain tersenyum lebar dengan liciknya. Pertarungan luar biasa tim A yang ditampilkan melalui Lacrima di depannya ini sungguh menggetarkannya.

Matanya sempat melebar berkali-kali.

Kekuatan penyihir era ini memang luar biasa.. dan ia sungguh tidak mengira, menjadikan Jellal sebagai raja adalah pilihan yang salah. Ia bahkan tak mengira, Hibiki tetap menjalankan perannya meski kekuatannya dibatasi. Erik pun demikian.

Tidak ada kata berbelit lagi..

Kerja sama tim ini telah mengalahkan segala kemungkinan!

"Kerja sama untuk tim... atau untuk pemuda manis bernama Akaishi, hah...?" meski melihat dari kejauhan dan indirek, tapi jangan remehkan Siegrain.

Statusnya sebagai petinggi Dewan Sihir memang bukan untuk main-main. Bahkan banyak yang segan padanya dan mengatakan bahwa dirinya memang benar-benar pantas untuk jabatan itu.

Ada sesuatu yang janggal..

Dan itu sudah ditandai dengan jelas oleh Siegrain...

Kerja sama ini, hanya untuk melindungi satu orang. Yeah, satu orang..

Bukan Jellal ataupun Hibiki apalagi Erik..

Melainkan... Akaishi.

Seringai gelap kembali mengembang pada wajah mulus Siegrain. "Mereka pasti menyembunyikan sesuatu."

Di sisi lain, masing-masing tim yang sudah kembali berkumpul di area indoor dua saling mengobrol satu sama lain setelah diberikan pengarahan untuk esok hari oleh Jura. SMHS berbincang dengan Fairy Tail, tim Quatro juga ikut mengobrol bersama mereka.

Bacchus sempat mengajak Fairy Tail dan SMHS untuk minum bersama. Tapi, Fairy Tail yang diwakili Jellal langsung menolak begitu saja beralasan ingin merawat Akaishi. SMHS yang diwakili oleh Macbeth juga menolak, beralasan ingin berendam di onsen penginapan mereka.

Yeah, meski mereka bertarung sengit sebelumnya, bagaimanapun saat ini suasana terasa lebih hangat serta santai dari sebelumnya. Walaupun tim Sabertooth langsung pergi begitu saja dengan wajah kecut usai pengarahan. Berbeda dengan tim Raven yang menatap Fairy Tail dari kejauhan.

Raven Tail langsung menunduk tiap kali Jellal Hibiki ataupun Erza sempat bertemu pandang dengan mereka.

Macbeth memang sedikit cerewet. Ia berbicara ini itu bahkan sampai ke luar topik. Jellal dan Hibiki memutuskan untuk pamit terlebih dahulu dan kembali menggotong Erza di punggungnya sampai ke penginapan.

Di penginapan, tentu saja kembali bertemu dengan orang yang lebih bawel. Yang tak lain dan tak bukan adalah Gildarts-sensei. Dan lagi, lihat yang lain, penginapan ini benar-benar ramai saat ini. Mata Jellal sempat membulat tak percaya...

Precht-sensei

Natsu

Gray

Loke

Gajeel

Eve

bahkan Ren!

Mereka semua berkumpul di lobby penginapan dengan memenuhi sofa yang berjejer. Begitu melihat Jellal yang menggendong Erza, mereka langsung berdiri dan melontarkan segala pertanyaan yang beranekaragam.

Hibiki langsung memotong semua pertanyaan. "Maaf, sebaiknya kami kembali ke kamar dulu untuk mengobati luka Akai-kun." Ucap Hibiki seraya mendorong-dorong Jellal agar segera pergi dari kerumunan orang cerewet tersebut.

Bersyukur tidak dibuntuti, Jellal bersama Erza dan Hibiki sampai di kamar yang disewa selama ajang Double-S Class Wizard ini. Karena Precht terlalu pelit, ia hanya menyewakan dua kamar. Satu untuk Gildarts dan dirinya, satu lagi untuk ketiga murid mereka. Benar sih, kamar ini memang cukup luas dan muat untuk tiga orang. Tapi tetap saja Precht itu sangat pelit!

Jellal mendudukkan Erza di sisi tempat tidurnya dan membantunya melepas sepatunya. Sedangkan Hibiki mengambil kotak obat dan menaruhnya di sebelah Erza.

Hibiki merasa sedikit aneh. Canggung dan ia sadar kalau tidak mungkin dia yang membantu Erza untuk mengobati lukanya memutuskan untuk kembali keluar. "Ka-kalau begitu, aku ingin mengobrol sebentar dengan Eve dan Ren." Hibiki keluar begitu saja setelah melemparkan senyuman aneh kepada Jellal. Seolah berkata, 'Manfaatkan kesempatan emasmu kali ini, Jelly-kun!'.

Jellal benar-benar hanya berdua dengan Erza saat ini!

Di dalam kamar! (biasanya memang begitu, sih)

Erza pun melihat ke arah lain dan terdiam. Jellal duduk di sebelah Erza, membuka kotak obat, mengambil selembar kapas lalu mencelupkannya dengan cairan obat antiseptik. "A-akaishi.. li-lihat aku.." saking canggungnya karena masih malu dengan kejadian sebelumnya, ia sampai bicara tergagap. Jarang padahal mendengar Jellal tergagap begini.

Meski Erza tidak mau, tapi ia menurut dan langsung menoleh pada Jellal. Pemuda di sebelahnya itu malah sedikit terkejut dengan melebarkan kedua matanya sekilas.. hanya sekilas. "Ke-kenapa seperti itu? Kau yang menyuruhku melihatmu, bukan?"

"O-oh, ya. Ma-maaf.. aku hanya kaget."

Erza mendengus pelan. Kemudian Jellal menempelkan kapas di tangannya ke wajah Erza yang lebam di beberapa tempat. Mengganti kapas, mencelupkan dengan obat, menempelkannya ke luka di wajah Erza, begitu seterusnya.

"A-aku sebenarnya bisa melakukannya sendiri.." ucap Erza lirih, di saat Jellal sedang serius menempelkan kapas ke luka di pelipisnya. Jellal terlalu dekat.. terlalu intens.. membuat Erza hanya berani menatap ke bawah.

Ia bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi jika ia bertemu pandang dengan Jellal di jarak sedekat ini. Oh astaga, kenapa Erza jadi berkhayal yang tidak-tidak?

"Sudahlah. Aku senang melakukan ini." perkataan Jellal membuat jantung Erza berdetak lebih cepat entah kenapa. Ia benar-benar tidak berani melihat Jellal saat ini, bahkan hanya untuk sedetik saja. "lagian kau terluka seperti ini, juga untuk membebaskanku dari istana labirin itu, bukan? Sama saja, kau terluka untukku. Hal ini, sepantasnya aku lakukan untuk berterimakasih padamu."

Benar juga.. Jellal merasa hutang budi, bukan?

"Jadi kelak kalau aku terluka karena untuk melindungimu, kau juga harus bertanggungjawab mengobatiku, mengerti?"

Jellal menyingkirkan beberapa bulatan kapas yang sudah tak terpakai lalu mengambil salep dari kotak obat. Jari telunjuknya mengambil sedikit salep, tangan kirinya memegangi dagu Erza lalu mengoleskan salep di jarinya itu ke ujung bibir Erza yang pecah-pecah, memerah dan bengkak itu.

"Ish, perih! sakit!"

"Tahanlah, Akaishi."

Meski Jellal mengoleskannya dengan lemah lembut dan penuh rasa sayang, tetap saja terasa perih bagi Erza. Selagi Jellal masih mengoleskan salep itu di beberapa bagian, tak sengaja ia menatap lurus dan bertemu pandang dengan Erza...

Sedekat ini...

Erza langsung menarik diri dan memalingkan wajah. Jellal juga demikian dan mengacak-acak rambut sendiri saking canggungnya. Degup jantungnya tidak bisa diredamkan dengan mudah saat ini. Jellal melirik diam-diam pada Erza yang masih memalingkan wajah.

"A-akaishi.." ujarnya. Menanti wajah Erza berputar dan menoleh kepadanya.

"Hn?" Jellal jadi tambah grogi begitu melihat Erza yang berusaha menghindari matanya berulangkali.

"A-ada yang ingin kukatakan.. padamu.."

Meski suara Jellal pelan, tapi karena hanya ada mereka berdua di dalam kamar yang tertutup, Erza dapat mendengarnya dengan jelas. Erza memiringkan kepalanya dan terlihat bertanya-tanya.

"Se-sebenarnya..."

Mungkin memang rahasia.. tapi tidak baik juga jika disimpan untuk selamanya.

Lagipula, siapatahu hubungannya semakin jelas begitu mengakui rahasia itu...

Mengakui..

Bahwa Jellal tahu, siapa sebenarnya Akaishi itu..

'Aku tahu, kau adalah wanita dan kau adalah Erza. Oleh karena itu, aku bersedia untuk selalu melindungimu, termasuk menjagamu dan mengobati segala lukamu.'

Kata-kata itu sudah terprogram dengan sistematis di dalam otak Jellal. Melihat kedua mata indah itu, Jellal tidak bisa menahan diri. Ia harus bisa mengatakannya.

Ada pepatah, rahasia pada akhirnya akan terbongkar.

Daripada menunggu akhirnya, lebih baik kau mengatakannya sekarang, Jellal!

"Ada apa?" Erza bertanya tanpa ragu. Wajahnya benar-benar polos dan sangat bertanya-tanya. Jellal sudah tidak ingin pura-pura tidak tahu lagi, itu sama saja dengan membohongi Erza, bukan?

"A-a-akaishi... se-sebenarnya.. aku.."

Oh Tuhan, mengapa kalimat yang begitu lancar dibenaknya ini sangat sungguh sulit dilontarkan dari tenggorokannya. Menyangkut dan sangat sulit diungkapkan.

"A-aku... aku tahu..."

Udara di ruangan ini terasa cukup dingin. Meski begitu, keringat Jellal turun perlahan dari pelipisnya. Punggungnya juga mulai berkeringat karena kegugupannya.

"A-a-aku tahu..." Jellal tidak menyerah. Memilih untuk menghela napas sesaat dan kembali menatap Erza intens setelah mengumpulkan seluruh keberaniannya.

Yang benar saja Jellal, kau bukan menyatakan cinta. Kau hanya mengatakan kau tahu rahasia yang dimiliki gadis yang kau sukai, hanya itu Jellal. Hanya itu!

Erza memiringkan kepalanya ke sisi lain. Merasa pegal karena terlalu lama menunggu, mungkin. Mau bagaimana lagi. Jellal terlihat sangat serius dan Erza sudah terlalu lelah, jadi tidak berniat untuk memutus pembicaraan ini begitu saja.

"Akaishi... sebenarnya aku tahu," nada bicara Jellal yang terputus-putus sebelumnya berubah menjadi lebih lancar. Erza masih mendengarkannya dengan serius. "Aku tahu, Akaishi. Kau sebenarnya adalah wa-..."

BRAK!

Hancur sudah!

Momen yang sudah Jellal bentuk matang-matang, keberanian yang sudah Jellal kumpulkan dengan seluruh kekuatannya saat ini... dihancurkan, dipotong begitu saja oleh suara berisik akibat pintu yang terbuka lebar tiba-tiba.

Pembicaraan terputus, Erza juga langsung melongo siapa yang membuka pintu ramai-ramai itu. Jellal benar-benar lelah! Tuhan benar-benar tidak mendukungnya saat ini.

"JELLAL! AKAISHI! AYO KITA BERMAIN KARTU!" dengan nada bodoh dan nyaringnya, Natsu datang begitu saja. Datang dengan tatapan tak berdosa bersama Gray, Loke, Gajeel, Eve, Ren dan juga Hibiki.

Mungkin, ini memang bukan saatnya yang tepat untuk mengatakannya Jellal. Oh, kasihan dirimu, Jellal.

Hari Ketiga Ajang Double-S Class Wizard

Sesuai dengan pengarahan kemarin, para peserta telah tiba tepat sekali pukul sepuluh pagi di halaman depan istana. Beberapa ada yang berdiri dekat pintu, beberapa ada yang duduk-duduk dekat pot-pot bunga besar.

Mereka menunggu ketua pelaksana babak selanjutnya dengan sabar.

Babak yang akan ditempuh selanjutnya adalah babak survival!

Tim Fairy Tail datang paling akhir. Mata setiap orang yang sudah menunggu di halaman istana terarah pada tim Fairy Tail. Erza, Jellal dan Hibiki sedikit heran mendapat tatapan dingin dan sedikit menakutkan dari tim lain. Meski begitu, mereka jadi tidak terlalu menghiraukan ketika mendapati Macbeth-Sawyer-Erik tengah melambai kepada mereka dengan tersenyum ramah. Erza membalasnya dengan ramah pula.

Di belakang tim Fairy Tail, beberapa pemuda membuntuti tanpa tujuan yang jelas.

"Hei, siapa mereka?" tanya Gray seraya memakan es krim monas yang baru saja ia beli di toko es krim terdekat.

"Entah. Pacar baru Jellal, mungkin." Ucap Loke asal.

"Jangan seenaknya bicara!" protes Jellal.

"Hoh, tiga-tiganya pacar baru Jellal? Jellal benar-benar sudah hilang akal sepertinya." Tambah Gajeel.

"Kalian tidak mendengarkanku, ya?!"

Hibiki dan Erza tertawa renyah. Terlebih melihat Jellal yang sudah menyingkir seraya melipat kedua tangannya di dada. Hibiki dapat dengan jelas melihat seberapa kesal yang dipendam Jellal. Kedatangan teman karibnya mengapa jadi malapetaka baginya saat ini?

"Hoi, kalau tidak ada hal penting, sebaiknya cepat pulang ke Magnolia dan lebih baik gunakan keluangan kalian itu untuk membersihkan asrama!" tukas Jellal dari kejauhan. Semua Fairy Tail menatapnya heran.

"Kau sudah bukan ketua asramanya, tahu! Jangan memerintah seenaknya!" balas Gray yang disetujui oleh yang lain.

Jellal mendengus dan memilih untuk duduk di tembok pagar seraya mendengarkan musik dengan headset.

Erza dan Hibiki hanya geleng-geleng prihatin. "Tapi, sebenarnya apa tujuan kalian datang ke sini?" tanya Erza penasaran.

"Hm, kami hanya ingin memberi dukungan untuk kalian!" terang Eve.

"Tidak, tidak seperti itu juga.." cetus Loke mengoreksi.

Ren berdeham pelan kemudian. "Kami dengar sore ini adalah berlangsungnya babak semi-final dan besok adalah babak final. Di dua babak itu, akan dibuka untuk umum dan siapapun boleh menyaksikannya."

"Benar sekali. Kami tidak ingin melihat kalian kesepian, tidak ada yang menyoraki, jadi kami datang untuk menyoraki kalian." Imbuh Natsu menambahkan. Kalau dipikir, Natsu memang semangat sekali kalau soal menyoraki temannya sendiri.

Hibiki dan Erza terdiam. Mereka tidak tahu harus tersipu atau senang. Haha, kadang temannya memang reseh menyebalkan, tapi mereka ada manisnya juga ternyata.

"Baka, jangan percaya! Mereka hanya mau mencari pacar di Crocus ini, tahu." Cetus Jellal tiba-tiba. "kalau tidak, paling ingin ikutan unjuk gigi seperti Natsu di babak penyisihan hari lalu."

Natsu, Gray, Loke dan Gajeel tertawa licik. Jellal memang tidak bisa dibohongi. Tapi, sebenarnya mereka datang memang untuk tujuan memberi dukungan untuk tim Fairy Tail, selain tujuan lain mereka yang tidak jelas.

Setelah beberapa gurauan singkat yang dilontarkan Natsu dan Gajeel, tiba-tiba pintu depan istana itu terbuka dan beberapa orang keluar dari dalamnya. Seketika para peserta langsung berbaris rapi untuk memberikan hormat kepada ketua pelaksana.

Teman-teman Fairy Tail pun mengucapkan selamat tinggal dan berjanji akan menonton mereka di babak semi-final sore nanti, jika lolos.

"Halo, apa kabar semua? Aku adalah ketua pelaksana babak survival yang berlangsung paling singkat ini. Namaku Mirajane Strauss. Senang berkenalan dengan kalian semua..."

Para peserta tercengang, tepatnya terperangah. Mata mereka tak berkedip sedikitpun bagai membeku melihat ketua pelaksana yang amat di luar dugaan ini.

"Mi-mira-san..." gumam Hibiki tercengang.

"Ada apa? Semua orang sedang terperangah, atau hanya perasaanku saja?" ungkap Jellal dengan polos. Ia benar-benar tidak tahu siapa Mirajane itu.

Erza yang tahu pun menyikut Jellal. "Dia adalah model wanita yang paling terkenal cantik di Fiore ini, tahu! Kau tidak tahu? Tidak usah berakting tidak tahu seperti itu!"

"Mo-model..? Cantik..?" ulang Jellal.

Sungguh... Jellal benar-benar tidak tahu..

Apakah Jellal sekudet itu?

Bukan, bukan itu tahu alasannya!

Selama ini ia pikir tidak ada wanita yang lebih cantik dari Erza. Hanya itu, jadi ia tidak memikirkan orang lain semenjak ia menyukai Erza. Lucu, bukan?

.

.

"Sebagai ketua pelaksana babak survival ini, sebenarnya aku cukup bingung." Mirajane mengatakannya dengan lemah lembut serta kedua tangan yang ditautkan di depan rok panjangnya dengan anggun dan masalahnya lagi, bukan hanya dia yang bingung akan hal ini. "aku sudah ditugaskan menjadi ketua pelaksana babak survival ini selama 3 tahun berturut-turut." Mendengar penjelasan tambahan yang tidak terlalu penting itu, beberapa terkesima dan nyaris lupa menutup mulutnya yang terbuka setengah.

Tiga tahun berturut-turut.. ternyata sosok gadis lemah lembut dan rupawan ini sangat ahli dalam melaksanakan kewajibannya sebagai ketua pelaksana. Beberapa berpikir demikian.

"Dan selama tiga tahun berturut-turut, babak survival bukanlah babak yang ada di pikiran kalian semua. Bertahan hidup di tengah hutan yang penuh gorilla buas, atau mencari jalan keluar dari padang pasir yang sangat terik, apalagi mencoba hidup selama satu minggu di samudera luas yang tak bertepi..." penjelasan berbelit itu cukup membuat Jellal mulai bosan. Ia memang tidak terlalu antusias.

"Babak ini adalah babak spesial dan babak paling menyenangkan!"

"Hah..!" Jellal hanya mampu membuang napas dengan tidak ikhlas. Benar-benar bosan. Erza yang menyadari itu langsung menjewer Jellal dan membuat Jellal mengerang kesakitan.

Mirajane tersenyum manis sebelum kembali menjelaskan lebih lanjut. Kemudian tangannya meraih sebuah kertas gulung yang dipegang oleh pengawal di belakangnya, membuka gulungan perlahan dan membacakan dengan seksama. "Sebelumnya, aku akan umumkan hasil akhir dari babak random kemarin. Dimenangkan oleh tim A, masing-masing kelompok dari tim A mendapatkan 20 poin. Sedangkan tim B masing-masing mendapatkan tambahan 5 poin."

Tim Sabertooth mendengus dan memalingkan wajah. Sekilas melirik ke arah tim Fairy Tail yang tengah bersenandung senang bersama tim Special.

"Tidak ada tim yang tersisih di babak random, memang. Namun, di babak survival ini ada, loh. Jadi kalian harus berhati-hati! Bagi yang tidak mendapatkan 30 poin total, maka tidak diperkenankan masuk ke babak semi-final." Di bagian ini, tim dari Quatro mendesah pelan dan merasa sedikit waswas karena mereka adalah tim yang mendapat poin terendah.

Terlalu banyak basa-basi, Mirajane hendak menyelesaikannya dengan cepat. "Baik. Kalau begitu akan kujelaskan Babak Survival ini. Di babak ini aku namakan 'Oh My, Prince!'"

Baru mendengar namanya saja, Jellal dan Hibiki tersedak. Batuk-batuk entah kenapa.

"Mudah sekali! Kalian hanya berpose di depan kamera, difoto, lalu akan dinilai oleh juri kami!" jadi itu alasannya kenapa Jellal dan Hibiki tersedak. "Dan juri kami antara lain Bob-san dan putri kerajaan Fiore ini, Hisui-hime!"

Spontan peserta dari tim lain langsung menoleh kepada Fairy Tail dengan tatapan iri, kesal, dan tidak terima. Seolah berkata, 'Sial, lagi-lagi mereka diuntungkan.'

"Apa ada pertanyaan?" Mirajane bertanya dan Sting langsung angkat tangan untuk bertanya.

"Hey, apa gunanya dari babak ini?! Menggelikan sekali!"

Mirajane berdeham pelan sebelum menjawab. "Setiap babak pasti ada tujuannya. Jadi jangan meremehkan seperti itu, okey?" Mirajane masih tersenyum cerah disaat menjawab.

"Jadi apa tujuannya?" tanya si Rufus datar.

Model berambut silver itu berpikir sejenak, kemudian ia menunjuk spanduk besar – dengan gambar seorang pemuda berambut hijau muda sedang melipat tangan dan berdiri menyamping untuk memperlihatkan logo Dewan Sihir di lengan bajunya serta pedang yang ia sarungkan di dekat pinggangnya, bertuliskan 'Double-S Class Wizard Competition! Register Now!' – yang berkibar-kibar di depan istana. "Lihat!" semua mata melihat arah yang ditunjuk Mirajane. "setiap tahun, bulan, minggu bahkan hari, Dewan Sihir memerlukan model untuk spanduk dan brosur yang berkenaan dengan urusan Dewan Sihir. Salah satunya untuk spanduk ajang Double-S Class Wizard ini. Yeah, Dewan Sihir juga ada bagian pemasarannya, loh!"

Sting mendecih dan menjadi tak tertarik. Tepatnya ia pesimis akan babak ini.

"Ada juga spanduk atau poster Dewan Sihir yang menunjukkan maskot Dewan Sihir, loh. Biasanya yang jadi model adalah penyihir dari bagian Public Relation." Kali ini Mirajane menunjukkan sebuah poster bertajuk 'Serena & People'. Poster ini menampangkan sebuah wajah pria yang mungkin berusia 30-an, matanya menatap kamera ke depan dengan tajam dan percaya diri, bibirnya mengulaskan senyum tipis namun rupawan. Dialah yang dikenal sebagai penyihir terkuat di Fiore ini, namanya God Serena. Semua orang tahu itu dan sudah lama dikenal sebagai ketua Public Relation-nya Dewan Sihir. Tapi tak disangka dia akan jadi maskot juga...

"Jadi intinya, penampilan seorang penyihir juga dinilai. Itu sangatlah penting! Paling tidak penampilanmu bisa dipercaya oleh masyarakat." Beberapa angguk-angguk dan sedikit bengong karena mulai berangan-angan bagaimana jika suatu hari wajah mereka yang terpampang di poster, spanduk, pamflet, selebaran, brosur dan segala hal.

"Tapi bukan hanya itu saja!" tiba-tiba Mirajane menambahkan dengan keras, "babak penyisihan adalah untuk melihat kecerdikan, keberuntungan, keteguhan dan kekuatan fisik juga sihir yang kalian miliki." Jellal angguk-angguk setuju.

"Babak Random untuk membuktikan kerja sama tim yang kalian miliki sekaligus melihat bagaimana masing-masing anggota bekerjasama satu sama lain." Kali ini Erza angguk-angguk setuju.

"Babak Survival adalah untuk melihat kharisma dan potensi yang dimiliki tim kalian. Kharisma itu sangat penting! Kadang hal itu sangat berguna dalam bertarung, loh!" kali ini Hibiki yang angguk-angguk. Jellal dan Erza menggeleng tidak setuju.

"Okey, kalau begitu dimulai sekarang! Silakan masuk ke dalam istana bersamaku."

Masing-masing tim mulai melangkah mengikuti Mirajane dengan enggan. Berbeda dengan Hibiki yang langsung menyibak rambut sambil berpose aneh menurut Jellal. "Babak kali ini, serahkan kepadaku!" ujarnya sambil mengedipkan sebelah mata kepada Jellal dan Erza.

Jellal dan Erza hanya balas tertawa renyah.

.

.

Menu makan siang hari ini adalah Shirasu-don dan sup miso bakso ikan. Babak survival ini memang babak yang berlangsung paling cepat. Usai berdandan, berganti kostum yang disediakan, berpose di depan kamera, langsung keluar dan menunggu pengumuman poin yang diperoleh setengah jam kemudian. Yeah, kurang lebih babak ini hanyalah berlangsung sekitar dua jam.

Usai pengumuman dan mendapatkan hasil yang kurang memuaskan, tim Fairy Tail keluar istana dan sudah ditunggu oleh kawan-kawan mereka lalu langsung ke sebuah restoran murah terdekat.

"Heh, padahal Hibiki terlihat sangat sempurna, loh." Di tangan Loke ada selembar foto berukuran 3R yang menampilkan Akaishi, Hibiki dan Jellal yang berkostum jubah putih berlogo Dewan Sihir. Di antara ketiganya, Hibiki memanglah yang terlihat paling natural dalam berpose.

"Kurasa mereka memberikan kalian peringkat empat karena Jellal terlalu kaku dan jelek di sini."

Yang bicara barusan adalah Natsu yang duduk di sebelah Loke seraya mengunyah makanan dan melirik ke arah foto.

Jellal langsung merasa tersinggung. "Aku sangat malas dengan babak ini. Apa hubungannya berpose di depan kamera dengan sihir?!" cetusnya tanpa mengalihkan pandangan dari makanannya.

Erza menghela napas pelan. "Sepertinya kau tidak mendengarkan penjelasan berbelit dari Mirajane-san, ya?"

"Sudah-sudah." Hibiki melerai pertengkaran yang mungkin saja akan terjadi, "lagipula ini bukan salah Jellal. Justru kita bertiga sudah sangat bagus di foto ini. Hanya saja jurinya tidak adil."

"Tidak adil bagaimana?" tanya Gajeel.

"Kudengar, salah satu juri bernama Bob-san yang paling menentukan di sini. Dialah yang memberikan peringkat masing-masing peserta di babak survival. Selain itu, dia sangat menyukai pria berambut gelap terutama hitam. Itulah kenapa tim Special mendapatkan peringkat pertama, sebab Macbeth rambutnya hitam dan Erik warna maroon. Tim Quatro dan Sabertooth anggotanya juga ada yang rambut hitam, jadinya mereka dapat peringkat di atas kita." Terang Eve panjang lebar.

Hibiki kemudian nyeletuk, "Coba saja lihat tim kita! Aku memang berambut pirang tapi Jellal rambutnya biru terang begitu!"

Yang disebut menoleh kesal entah kenapa, "Sejak lahir rambutku memang begini!"

"Akai-kun juga rambutnya merah menyala seperti api!"

"Bukan salahku!" protes Erza.

"Kita sama sekali tidak punya kesempatan di hadapan Bob-san!" Hibiki seolah tidak mendengar protesan kedua temannya.

"Lalu mengapa Raven Tail dapat peringkat lima?" Gray yang bertanya.

Hibiki mengangkat bahu, "Mungkin karena mereka memiliki wajah yang aneh..." tebaknya sembarangan.

Gray mendecakkan lidah. "Setidaknya jika aku ikut kalian masih bisa dapat peringkat dua." Tuturnya percaya diri. Kemudian kembali melahap ekado yang ditusuk di garpunya.

"Apalagi kalau aku juga ikut." Tambah Gajeel.

"Aku juga bisa diandalkan. Fairy Tail pasti dapat peringkat satu." Sambung Ren datar.

Mendengar angan-angan ketiga temannya, Hibiki Erza dan Jellal hanya bisa menghela napas lelah. Semua mulut pun membungkam dan mungkin hanya terdengar suara pelan dari kegiatan makan mereka.

Loke kemudian menaruh foto tersebut di tengah meja lalu berkata, "Sudahlah. Yang terpenting kalian lulus dan masih boleh lanjut ke babak selanjutnya."

"Oh! Sesuai janji kita akan menyoraki kalian selama babak semi-final dan final!" tambah Natsu.

"Benar! Benar! Jangan pikirkan babak ini lagi!" cetus Ren.

"Dinamakan babak survival karena akan ke babak semi-final, bukan? Yang bertahan hidup siapa saja, entah peringkat berapa, selama mereka maju ke babak semi-final hingga final masih ada kesempatan untuk juara." Terang Eve ikut menyemangati.

Gray angguk-angguk, "Betul sekali yang dikatakan Eve. Poin di babak ini tidak akan terlalu diperhitungkan."

"Osu, jadi jangan patah semangat, Akaishi!" yang terakhir berkata adalah Gajeel.

Hibiki, Erza dan Jellal sedikit tercengang melihat teman-temannya yang tengah menyemangati mereka satu per satu itu. Meskipun Gajeel sepertinya hanya menyemangati Erza.

"Te-terima kasih, teman-teman.." ungkap Erza setelah sadar dari ketercengangannya.

Jellal tersenyum kecil lalu berkata "Yeah, aku hargai kata-kata kalian. Meski Gajeel tidak ada niat untuk mendukung kita, benar Hibiki?"

"Hm, sepertinya begitu, Jellal." sahut Hibiki.

"Woh, kalian sudah sangat kompak, ya!" seru Eve dengan bersemangat.

"Jellal sudah bisa menerima Hibiki loh ternyata." Sambung Gray.

Mendadak Jellal jadi salah tingkah, "Bu-bukan seperti itu, baka!"

"Ingat tidak Jellal saat bilang Hibiki adalah rival abadiku yang tak akan pernah kubiarkan untuk mendekati Akaishi?" kali ini Natsu ikut menimpali.

"Heh? Kenapa harus Akaishi?" Ren bertanya-tanya.

"Aku tidak pernah bicara seperti itu, Natsu!"

Dan makan siang Fairy Tail ini berlanjut dengan kata-kataan kecil yang tak ada habisnya. Sampai akhirnya, tiba waktu mereka untuk mengikuti babak selanjutnya.

Babak Semi-Final, tim yang tersisa: Special Magic High School (SMHS), Fairy Tail, Sabertooth dan Quatro Cerberus!

Babak sebelum penentuan akhir...


CHAPTER 14

Double-S Class Wizard Chapter

(4)

SEMI-FINAL

'Sabertooth Rule – Zaffera Lord!'


Kemarin malam...

Jellal keluar kamar sebentar, sementara di dalam ramai sekali akan suara teman-temannya. Padahal hampir tengah malam tapi mereka masih saja bisa berbicara berbusa. Jellal yang sedikit kelelahan ingin mencari minuman dingin di supermarket terdekat.

"Jellal..." Jellal menoleh ke belakang begitu namanya disebut. Ia sedikit menaikkan alis begitu menyadari Hibiki tengah mengikutinya dan kini telah berjalan di sebelahnya.

"Ada apa, Hibiki?" karena terlalu lelah, Jellal sudah malas berkomentar.

Hibiki terdiam dan malah menunduk. Sang berambut biru di sebelahnya semakin penasaran. Hibiki terlihat sangat lelah sekaligus cemas?

"Jellal, ayo keluar bersama. Ada satu hal yang ingin kubicarakan."

Tanpa bertanya lebih lanjut, Jellal mengangguk. Mereka berakhir ke sebuah cafe terdekat yang untung saja belum tutup. Di sana, Hibiki menceritakan semuanya.

Menceritakan, Erik sudah tahu rahasia Akaishi adalah Erza.

"Apa? Erik? Ba-bagaimana mungkin?!"

Hibiki menghela napas sebelum menjawab. "Saat dia selalu berkata 'Aku dapat mendengarmu' itu bukanlah lelucon. Itu sungguhan. Kekuatannya adalah pendengaran yang sangat tajam." Terangnya sebelum menyeruput coklat panas.

Mata Jellal beredar ke sana kemari dan ia juga menghela napas berulang kali, tak teratur. Rasa cemas menggerogotinya.

"Tapi sepertinya Erik tidak berniat untuk mengumbar rahasia itu." tambah Hibiki setelah memperhatikan tingkah waswas Jellal, "aku tidak tahu apa yang akan direncanakan olehnya."

Perkataan itu tidak membuat Jellal tenang sama sekali. Setahunya, Erik memang orang yang lumayan baik di depannya. Tapi tetap saja mereka adalah musuh yang harus dilawan sampai final nanti.

"Kemungkinannya ada dua." Jellal mengangkat tangannya dengan jari membentuk huruf V, "Erik mengetahui rahasia termasuk tujuan Erza dan memutuskan untuk menjaga rahasia atau Erik akan memberitahu rahasia Erza kepada dua temannya dan berniat untuk mengumbar rahasia itu jika kita menang saat final nanti."

Hibiki sedikit tegang mendengar pernyataan kedua.

"Yang bisa kita lakukan sekarang adalah pura-pura tidak tahu, selagi memikirkan solusi seandainya Erik melakukan kemungkinan yang kedua."

...

Pembicaraannya dengan Hibiki semalam terlintas sesaat ia tengah berjalan menuju arena untuk babak semi-final. Arenanya adalah arena terbuka di sebelah istana, luasnya sekitar 2 hektar dan kursi penonton yang tersedia kurang lebih untuk 1000 penonton.

Kurang lebih 500 kursi sudah ditentukan untuk para Dewan Sihir yang ikut menonton ajang ini, sisanya adalah untuk penonton umum termasuk wartawan, reporter dan sebagainya.

Arena ini sudah menjadi ramai dalam sekejap. Reporter tengah mewawancarai beberapa anggota Dewan Sihir yang tengah duduk di kursi balkon.

Peserta pun sedang menunggu di ruang tunggu masinng-masing yang sudah disediakan. Karena terlalu bosan, Jellal keluar untuk melihat-lihat arena.

"Sudah lama tidak bertemu denganmu, Jellal..." langkah kaki Jellal sontak berhenti begitu saja. Mendengar suara yang membuatnya merinding begitu saja. Jellal menoleh dan matanya langsung menatap dingin pada sosok yang menyapanya, Ultear.

"Kudengar kau telah berada di posisi peringkat dua saat ini. Wah, ternyata Fairy Tail cukup hebat, ya..."

Jellal mendengus.

Ultear mengangkat dagunya setiap saat berbicara dengan putra tirinya. Rambut hitamnya yang amat legam ia usahakan agar tetap rapi, jadi ia selalu merapikan rambut dengan tangannya. "Aku akan selalu mendukungmu, Jellal. Karena kau adalah anakku, aku harus mendukungmu, bukan?"

"Aku bukan anakmu dan kau bukan ibuku!" potong Jellal cepat. Matanya masih tetap dingin, serupa dengan tatapan Ultear.

Ultear hanya melipat tangan lalu tertawa keras yang tidak diketahui Jellal apa sebabnya. Yang jelas, Jellal jadi sedikit ngeri melihat wanita bermake-up tebal itu tertawa keras tiba-tiba seperti ini.

"Aku akan selalu mengawasimu, Jellal." kali ini muncul sosok lain yang tak lain dan tak bukan adalah Siegrain.

"Toosan..."

"Sayang sekali, kali ini aku tidak bisa menginterupsi babak yang berlangsung sebab Warrod-san yang jadi ketua pelaksananya." Siegrain terus berkata tanpa mengindahkan. "yang jelas, kau akan menghadapi babak yang sulit, Jellal. Tim penilainya adalah petinggi Dewan Sihir sendiri dan semuanya telah memihak kepada tim Special..."

"Aku akan membuat kalian memihak kepada Fairy Tail." Tanpa mendengarkan kata-kata dingin Siegrain yang selanjutnya, Jellal langsung berkata begitu dan pergi dengan langkah lebar.

Siegrain dan Ultear menyeringai. "Hoh, kita lihat saja nanti..."

Tak lama, babak Semi-Final pun dimulai. Para peserta sudah berdiri di tengah arena yang dikelilingi ribuan penonton. Penontonnya banyak sekali, sampai-sampai Jellal dkk tidak bisa menemukan dimana Natsu, Gray, Loke, dll duduk. Saat ini arena tengah didominasi oleh sorakan dari para penonton, terutama suara supporter dari Special Magic High School yang jumlahnya mungkin dua ratus orang.

"Baiklah! Babak Semi-Final, dimulai!" seru sang MC dengan menggebu-gebu. Kemudian riuh penonton semakin keras. "tim tahun ini antara lain Special Magic High School yang menempati peringkat satu! Mereka memang juara absolut!"

Kali ini dari supporter SMHS bersorak sangat keras hingga terdengar di seluruh arena.

"Peringkat dua adalah tim yang berusaha mengepakkan sayapnya dan mengejar tim Special, Fairy Tail!"

"Akaishi! Hibiki! Jellal!" rombongan kecil selaku supporter Fairy Tail meneriakkan hal tersebut berulang-ulang.

"Hish, buat malu saja..." gerutu Erza.

"Peringkat tiga adalah Sabertooth dan peringkat terakhir adalah tim Quatro Cerberus!"

Masing-masing yang berdiri di tengah arena itu tengah melirik satu sama lain dengan perasaan berbeda. Kali ini, perasaan panas, semangat, tak sabar tengah menyelimuti semuannya.

Tidak ada tim yang ingin kalah. Mereka semua ingin menang!

Di saat Jellal dan Hibiki menatap tim Special secara diam-diam, Macbeth tengah menatap Erza dan melemparkan seulas senyum dimana terkandung makna, 'Semangat, Akai-kun!'. Jellal dan Hibiki hanya bisa merasakan ketegangan akan malapetaka yang mungkin saja akan datang.

Jantung mereka berdegup seiring riuhan penonton yang tak ada hentinya. Keringat dingin mereka terus keluar melalui pori-pori kulit mereka karena terlalu merasa tegang.

Bukan tegang karena takut kalah jika melawan tim Special, tapi karena takut Erik akan mengumbar rahasia Erza dalam waktu dekat ini.

Begitu mereka tengah bersitegang sendiri, sang MC sudah mengumumkan peraturan dan komponen babak semifinal ini.

"Dalam babak ini, satu tim akan berduel dengan tim lain. Tim yang dikatakan menang adalah tim yang berhasil mengalahkan Leader yang ditunjuk oleh masing-masing dan dirahasiakan. Setelah salah satu tim mengalahkan leader lawan, pertarungan akan dihentikan dengan suara gong."

"Jadi setiap tim tidak tahu siapa Leader dari tim lain?" tanya Macbeth.

"Tepat! Bisa dibilang ini adalah babak 'tebak-tebak beruntung'!" sang MC mengucapkan itu dengan enteng tanpa beban. Yah, mau bagaimana lagi, yang bertarung kan bukan dia.

"Yang berhak masuk ke babak selanjutnya adalah tentu saja dua tim yang memenangkan pertarungan!"

Jellal, Hibiki dan Erza mulai sadar peluang kemenangan mereka menipis. Tentu saja mereka harus mengeluarkan seluruh kemampuan yang telah mereka pelajari selama ini dalam dua babak ini. Ditambah lagi, mereka juga belum terlalu tahu kekuatan yang dimiliki masing-masing tim.

"Yosh, kalau begitu, pertarungan pertama adalah tim Fairy Tail melawan tim Sabertooth! Pertarungan kedua Special Magic High School melawan Quatro Cerberus!"

Perlahan tubuh Erza bergetar, masih teringat sensasi saat bertarung melawan Sting, yang mana ia selalu terkuras habis kekuatan sihirnya. Sting tengah menyeringai juga pada Erza seolah berkata, 'Kau akan kuhabisi kali ini, Akaishi!'

"Kalau begitu, silakan berunding untuk menentukan Leader dalam waktu lima menit dan pertarungan dimulai!" putus sang MC kemudian.

.

.

Lima menit berlalu bagai angin. Peserta disuruh menuliskan nama leader tim mereka dan diserahkan kepada petugas. Setelah itu, kembali ke tempatnya masing-masing.

Arena dirombak seketika, menjadi sebuah padang berbatu seluas setengah hektar. Batu untuk pelindung dan juga penghalang. Kedua tim dipisahkan ujung dengan ujung, kemudian masing-masing tim bebas menentukan pola pertarungan mereka. Atmosfer berubah drastis begitu penonton ikut hening dan merasakan ketegangan antara dua tim ini.

Pertarungan Fairy Tail melawan Sabertooth dimulai!

"Hibiki, kau tetap di sini. Tugasmu hanyalah mengatur strategi dan melacak musuh. Kau mengerti?" bahkan nada bicara Jellal terdengar sangat berat dan serius saat ini. Hibiki sampai merinding mendengarnya.

"Hn, serahkan padaku." Sahut Hibiki datar.

"Di ujung arena ini, ada dinding tinggi dan batu yang berbaris sedemikian rupa, sangat cocok untuk tempatmu bersembunyi." Tambah Erza, "dan lagi aku telah memasang jebakan di sekitarmu, jadi jika ada yang menyerangmu pasti akan ketahuan dan tidak akan mudah melewati perangkap ini."

Hibiki mengangguk pelan. "Kemungkinan, yang paling menyulitkan adalah Rufus. Dia bisa melacak keberadaan musuh juga dan yang paling merepotkan adalah sihirnya – Memory Make."

"Bukan hanya Rufus. Dua lainnya adalah Dragon Slayer, Rogue dan Sting serupa dengan Natsu dan Gajeel." Timpal Erza.

"Dan leader-nya sudah pasti Sting."

Jellal kemudian mengacak-acak rambut Erza dan terlihat memaksakan senyum tipisnya, kelihatan sekali raut wajahnya bercampur aduk antara cemas, tegang dan khawatir. "Kau tangani Sting. Rogue dan Rufus, serahkan padaku!"

Erza terdiam, belum sepenuhnya mencerna yang dikatakan Jellal barusan, belum sepenuhnya pulih dari jantungnya yang ingin meledak ketika melihat senyum menawan Jellal.

"Baka! Rogue dan Sting selalu bertarung bersama. Mereka itu naga kembar! Sekali lagi, naga kembar, Jellal!" Hibiki tiba-tiba jadi galak entah kenapa.

"Yah, kita tinggal memisahkannya saja." Balas Jellal enteng.

Hibiki mengacak rambutnya sendiri dengan satu tangan, tangan satunya masih sibuk di atas keyboard sihir Archive-nya. "Jangan meremehkan mereka, Jellal!"

"Sst, berisik. Kemari, aku punya rencana." Kemudian mereka bertiga saling mendekat lalu mendengarkan rencana Jellal.

"Persentase keberhasilannya hanya 70%." Terang Erza setelah memikirkan rencana Jellal.

Hibiki mengangguk dan menyetujui.

"Lebih baik daripada kita harus bertaruh 50:50, bukan?"

Hibiki dan Erza saling bertatapan lalu menghela napas. "Yah, tak ada salahnya mencoba."

"Yosh, sudah diputuskan!"

Beberapa menit setelah itu, suara gong terdengar, menandakan dimulainya pertarungan.

"Okey, di sini kuserahkan padamu, Hibiki!"

"Kami mengandalkanmu, Hibiki!"

Erza dan Jellal berlari meninggalkan Hibiki dengan menempuh arah sama. Mereka memutuskan untuk mendatangi Sabertooth secara bersamaan lalu memisahkan Rufus serta Rogue dari Sting.

Memisahkan, melemahkan kekuatan Sabertooth sedikit-demi-sedikit.

.

.

Erza dan Jellal, kini sudah berhadapan dengan trio Sabertooth.

Urutan mereka berdiri dari kiri Erza-Jellal: Rufus, Rogue dan Sting. Erza berada di sebelah kiri Jellal dengan jarak dekat.

"Tak kusangka akhirnya kalian yang menghampiri kami.." Sting berkata dengan nada angkuh, matanya menyala-nyala serasa tak sabar menghabisi Fairy Tail. "aku adalah leadernya! Kau harus mengalahkanku jika mau menang, Akaishi!"

Jellal dan Erza hanya membisu.

"Kalau dilihat, kau adalah leadernya kan, Akaishi?!" kali ini Sting berbicara penuh penekanan. Sontak Erza tersentak karena terkejut dengan tebakan Sting itu. Tubuhnya sedikit bergetar karena masih terbayang perlakuan Sting kemarin.

Jellal memandang Erza melalui sudut matanya, tangannya refleks menepuk-nepuk bahu Erza agar gadis itu tenang. Dan benar saja, Erza merasa sedikit tenang hanya dengan mendapatkan sentuhan pelan dari Jellal.

"Kalau begitu, kami yang akan memulainya!" Sting tiba-tiba saja menginstruksi. Rufus terlihat melompat ke atas batu dan Sting bersama Rogue tengah menghirup napas dalam-dalam.

"Eiryu no Hoko!"

"Hakuryu no Hoko!"

Sting dan Rogue melancarkan auman naga mereka bersamaan. Beberapa penonton menggumam kagum melihat auman itu. Tapi yang lebih mencengangkannya lagi, Jellal dan Erza berhasil menghindari serangan itu.

Tak percaya, Sting dan Rogue juga Rufus mendongak ke langit, tepatnya untuk melihat Erza dan Jellal yang melompat tinggi di udara itu.

"A-apa-apaan mereka!" ucap Sting.

Kemudian Erza menelentangkan tangan kanannya, memanggil sebuah rantai besi yang gemerincing pelan. Erza mencambukkan rantai itu ke arah Sting, namun Sting berhasil menghindar dengan melompat ke kanan dekat Rogue dan akhirnya rantai tersebut tertancap menembus tanah. "Cih!" Erza terlihat sangat kesal, lalu melesat kepada Rufus yang masih berdiri di atas batu, mengeluarkan sebuah pedangnya untuk diarahkan kepada Rufus.

SLANG!

"Memory Make: Ice Shield!" sebongkah es melindunginya dari tebasan pedang Erza.

"Es? Sihir yang sama dengan Gray?!" tutur Erza tak percaya.

Selagi Rufus sedang sibuk dengan Erza, Jellal membentuk spell dengan kedua tangannya dan tembakan cahaya bagai meriam menerjang Sting dan Rogue yang sedang lengah.

DASSS!

Debu yang beterbangan mengacaukan pandangan Rogue, ia bahkan terbatuk-batuk dan tidak menyadari satu hal penting...

Perlahan debu-debu yang beterbangan mulai turun dan area pandang mereka jadi lebih jelas. Rufus pun melepaskan kekuatan pelindung es-nya dan sontak tercekat karena Erza yang menghilang. "A-Akaishi... menghilang?"

"Kau terlalu sombong ternyata, Fernandes?!" ucap Rogue yang tidak mendengarkan pernyataan Rufus barusan.

Jellal dengan senyum lebar turun ke tanah dan berdiri di hadapan Rufus serta Rogue. "Hn, tentu saja. Setidaknya aku berhasil menyelesaikan satu tugasku."

"Jellal, Akai-kun sudah berhasil pergi membawa Sting." Ucap Hibiki lewat telepati.

"Ya, aku tahu. Sukses besar."

Baru mengerti apa maksud perkataan Jellal, Rogue dan Rufus menoleh ke sekitar mereka dengan panik. Ke kiri kanan, atas, bawah, depan, belakang.

Rogue tak tahu harus berkata apa.

"Sting juga menghilang..?" desis Rufus tak percaya.

"Ta-tapi... bagaimana?" kata Rogue juga tak percaya. Ia kembali me-reka ulang kejadian barusan.

'Akaishi menyerang Rufus tapi gagal. Saat itu Jellal mengeluarkan kekuatan sihir cahaya bintangnya. Serangannya luas dan cukup kuat juga menyilaukan, sehingga mengganggu penglihatan kami. Tunggu... kalau Jellal saat itu mengeluarkan sihir Grand Charriot-nya, bisa saja ia mengalahkan salah satu dari kami. Bisa saja Jellal menyerang Rufus dengan mudah karena Rufus sedang lemah di bagian belakang dan hanya melindungi bagian depan tubuhnya.'

Rogue berpikir keras.

'Jangan-jangan.. itu hanya untuk mengecoh! Rantai yang dicambukkan Akaishi pada saat pertama melompat, sebenarnya mengenai Sting, begitu kita semua fokus melindungi diri dari serangan Jellal juga tidak bisa melihat dengan jelas, Akaishi menarik Sting dengan rantainya lagi lalu membawa Sting pergi bersamanya...'

Rufus turun dari tempatnya lalu berdiri di sebelah Rogue. "Rantai itu, ada penjepit-nya, kan?" tanya Rufus yang memandang Jellal lurus-lurus.

Jellal menyeringai. "Hn, begitulah."

Rogue kembali mengangkat kedua alisnya. 'Penjepit? Berarti sebenarnya rantai itu menjepit bagian bawah celana Sting dengan kuat saat Sting melompat. Lalu menariknya di saat timing yang tepat, tapi... Sting ada di sebelah kiriku saat itu dan Erza ada di sebelah kanan dekat Rufus. Sehebat apapun, arah tarikannya pasti dari kanan dan mengenaiku, setidaknya aku menyadarinya. Namun Sting menghilang begitu saja bersama Akaishi, rantai itupun juga menghilang.'

'Satu kemungkinannya. Akaishi menarik Sting dengan hati-hati agar Rogue tidak sadar, memisahkan Sting dari kami untuk melemahkan formasi kami. Itu berarti sudah sangat dipastikan leader mereka adalah Akaishi. Mereka sengaja membiarkan Akaishi satu-lawan-satu dengan Sting agar memiliki peluang besar tidak terbunuh duluan. Lagipula mereka adalah tim dua penyerang, kelemahan mereka adalah kalah jumlah. Mereka juga tahu aku dan Rogue bukanlah lawan yang mudah, jadi Jellal memutuskan untuk mengalahkan kami setelah itu pergi kepada Akaishi untuk melindunginya. Tapi tidak akan semudah itu, Jellal!'

Melihat Rogue dan Rufus yang sedang berpikir keras trik apa yang digunakan, Jellal tersenyum puas. Dari kejauhan Hibiki pun ikut tersenyum karena trik pertama berhasil dijalankan.

"Triknya mudah sekali. Mereka terlalu bodoh atau memang tidak menyadarinya?" ledek Hibiki dari kejauhan.

Selagi kedua Sabertooth berpikir keras, Jellal kembali bersiap untuk menyerang. "Aku memang bisa mengalahkan kalian dalam waktu singkat.." Rogue dan Rufus sedikit marah mendengar pernyataan arogan Jelall barusan, "tapi aku akan bersenang-senang sebentar."

Tidak ada waktu untuk geram, Rogue seketika mendapat tinjuan keras di perutnya hingga ia terbatuk keras. Jellal melesat dengan cepatnya, diselubungi cahaya terang di sekujur tubuhnya. Rufus melihat Jellal yang melompat dan berlari kian kemari.

"Tentai Maho: Meteor... Ce-cepat juga.." komen Sawyer yang menonton pertarungan dari ruang tunggunya. Macbeth dan Erik angguk-angguk setuju.

"Waaah! Jellal mulai beraksi!" Natsu berteriak keras dari kursi penonton.

"Tidak ada yang mengalahkan Meteor Jellal sepanjang masa!" timpal Loke yang ikut bersemangat.

Penonton lain pun mulai berdecak kagum melihat Jellal yang super cepat bahkan bisa berlari di udara yang kemudian tiba-tiba meninju, memukul, menendang Rogue dan Rufus bergantian.

"Cepatnya!" protes Rufus.

Dari tempat duduk khusus Dewan Sihir, Warrod selaku ketua pelaksana bahkan ikut kagum. "Wah, kekuatanmu sepertinya diwarisi kepada putramu, Siegrain." Komennya pada Siegrain yang kebetulan duduk di sebelahnya.

Siegrain hanya mendengus pelan sambil terus fokus melihat pertarungan melalui Lacrima LCD.

Setelah berlari dan melompat kian kemari, Jellal kemudian memukul Rogue dari samping kuat-kuat yang menyebabkan Rogue terhempas ke samping lalu menabrak Rufus. Mereka berdua pun terhempas dan saat itu Jellal kembali menghempaskan serangan lasernya dengan satu tangan. Akibatnya, Rogue dan Rufus terpental hingga punggung mereka menubruk batu besar terdekat.

"Si-sial!" Rogue kembali bangkit berdiri usai terpental dan terjatuh. Ia menyeka ujung bibir yang berdarah dengan punggung tangannya. "Bersiaplah untuk skakmat, Jellal Fernandes!" Rogue berubah menjadi sebuah bayangan hitam pekat.

"Kekuatan Shadow Dragon Slayer, ya? Merepotkan.." ujar Jellal. "bukan hanya Rogue, ternyata Rufus juga merepotkan.." tambahnya begitu melihat Rufus yang mulai melayangkan sihir kunonya.

'Sepertinya aku sedikit terlambat, Erza. Bertahanlah!'

Di sisi lain, di lokasi yang berjarak sepuluh kilometer dari lokasi Jellal, Erza berhadapan dengan Sting yang kini tengah merintih pelan akibat habis terlilit rantai di sekujur tubuh.

"Sial! Kami telah termakan perangkap kalian!" Sting berteriak kesal.

'Trik ini sangat simpel. Sebenarnya yang menyerang Rufus itu hanyalah Thought Projection dan aku bersembunyi di belakang Jellal, baju berjubah ini sedikit memberi keuntungan. Begitu Jellal melancarkan serangannya dan debu terangkat semua, aku mengendalikan rantai yang meleset sebelumnya untuk mengikat tubuh Sting, setelah itu Hibiki mengeluarkan salah satu fitur sihir Archivenya dengan melemparkanku sejauh sepuluh kilometer dari posisi semula. Aku terlempar bersama Sting ke udara, tentu saja hanya Jellal yang mengetahuinya. Lagian tak sengaja rantaiku juga membekap mulutnya Sting, jadi dia tidak bisa berteriak minta tolong, deh.'

Pertarungan dramatis Sting dan Erza pun dimulai. Erza mengeluarkan dua pedang legendarisnya dengan mantap lalu mulai membalas serangan Sting.

Desingan pedang satu dengan pedang lainnya, satu serangan Sting dengan serangan bercahaya lainnya pun berlangsung silih berganti. Penonton sedikit terperangah menyaksikan pertarungan tenang kedua penyihir profesional ini.

SLANG!

Erza mendarat tepat di atas kepala Sting seraya mengacungkan pedangnnya. Sting menyadarinya dan berniat untuk melindungi dirinya dengan auman naga.

"Akaishi awas!" peringat Natsu dari kursi penonton.

Syukurlah, Erza berhasil menghindari auman tersebut dan mendarat di tanah dengan selamat.

"Oi, kau memang hebat. Aku memujimu." Ungkap Sting tiba-tiba. "sesama Leader, aku memiliki permintaan, Akaishi..."

"Permintaan tidak masuk akal tidak mungkin aku layani!"

"Mari kita bertarung tanpa sihir. Kita beradu tinju saja, bagaimana?"

Pernyataan Sting terdengar mengejutkan untuk Erza. Tanpa sihir katanya? Erza tidak habis pikir, Sting menginginkan pertarungan seperti itu.

"Baiklah, aku setuju." Sahut Erza pada akhirnya. Sting menyeringai kecil.

Erza menyimpan pedangnya dan berhadapan dengan Sting tanpa gentar sedikitpun.

Angin yang menyibak rambutnya terasa begitu kencang. Tatapan mereka saling bertemu karena rasa dendam mereka satu sama lain. Lalu, kedua kaki mereka berlari ke depan untuk memulai pertarungan tinju mereka!

Beralih kepada Jellal yang sedang hebohnya melawan Sting dan Rufus. Meski terlihat sedikit kewalahan, tapi Jellal sangat menikmatinya. Sesekali ia malah tersenyum cerah saking senangnya. (?)

Namun,...

Tiba-tiba Rogue berubah menjadi sekelabat bayangan hitam pekat, lalu pergi begitu saja dengan sangat cepat.

"Oh tidak!" pekik Jellal. ia hendak menyerang Rogue, namun gagal. Rogue menghilang begitu saja. Dan kalau tebakan Jellal benar, Rogue berniat untuk menyerang salah satu teman setimnya, entah Erza atau Hibiki.

Terlalu lama untuk berpikir dan merasa cemas, Jellal melupakan lawan lainnya.

"Hei, lawanmu ada di sini, bodoh." Rufus melancarkan sihirnya di saat Jellal lengah.

Jellal pun tumbang...

"JELLAL!" pekik rombongan Fairy Tail dari bangku penonton.

Dan sesaat kemudian, Hibiki juga ikut tumbang karena diserang dadakan oleh Rogue.

Trik awal Fairy Tail yang berjalan mulus, akhirnya dihancurkan oleh Sabertooth. Kini, hanya Erza seorang yang bertahan di tengah area yang mematikan ini...

CHAPTER 14 END!

Okey, begitulah. Setelah sekian lama tidak update, rasanya cerita chapter ini kepanjangan. Hehe. Yosh, terima kasih yang sudah berkenan untuk membaca. Semoga kalian masih menyukai fic ini. Karu tunggu review dari kalian~!