You've prisson myheart

genre : hurt/comfort, romance

rate : T

disclaimer : MK

warning : many typo, fast alur, boring saat awal maybe dll

.

.

.

prolog

Sakura adalah seorang model terkenal. Wajah cantik, kulit putih mulus bagai poreselen, mata emerald yang menawan. Tentu sajah semua orang memuja Sakura. Siapa yang tidak terpikat dengan pesonanya? Siapa yang tidak akan jatuh hati padanya dengan semua kelebihanya itu? Hanya pria bodoh saja yang tidak akan terpikat dengan Sakura. Sakura ingin pria seperti apa tentu saja dia bisa mudah memilih, semudah membalikan telapak tangan pria akan tunduk padanya.

Namun.. semua berubah saat Sakura bertemu dengan pria pirang bernama Namikaze Naruto. Yang untuk pertama kalinya telah memporak-porandakan hati seorang Haruno Sakura..

.

.

Sorot kamera blitz dan seorang fotographer fokus mengambil foto dengan seorang model cantik yang menjadi fokus seorang fotographer

"ganti pakaianmu, kita akan mengambil gambar selanjutnya"

Fotographer itu menyuruh Sakura, kemudian membereskan kameranya dan beristirahat

"forehead ini"

Ino menyodorkan airmineral kepada Sakura

"apa aku ada jadwal nanti malam?"

"eh.. sebentar biar aku cek dulu"

Ino meraih tabnya

"sepertinya tak ada"

Sakura mendesah merasa lega. Dia memang membutuhkan istirahat. Sakura pulang dengan tubuh yang lemas usai pemotretan. Badanya terasa pegal

.

.

Saat tak ada jadwal Sakura menyempatkan waktu untuk bersama keluarganya. Akhir-akhir ini dia jarang sekali berbicara kepada ayah dan ibunya

"jadi begini Sakura"

Kazashi mendesah terasa berat untuk mengatakan sesuatu kepada putri satu-satunya

"ayah dan ibumu telah membuat perjanjian untuk menjodohkanmu"

"a-pa?!"

Sakura tercengang. Baru sajah dia dan orangtuanya makan malam dengan suasana yang syakral dan khidmat penuh kekeluargaan, dia dikejutkan dengan apa yang disampaikan oleh ayahnya

"Sakura tolong mengertilah, ini demi keluarga kita dan demi kebaikanmu"

"omong kosong apa yang mengharuskanku dijodohkan? Apa kalian hendak menjualku?!"

"Sakura dengarkan ayahmu dulu"

Sergah mebuki untuk menenangkan putrinya

"kita tidak mungkin menjualmu Sakura. Kau putri kami dan saat kau masih dalam kandungan kita sudah sepakat untuk menjodohkanmu dengan anak dari sahabat kami"

"Sakura.. ibu tau ini mengejutkanmu. Tapi tolong sekali ini sajah dengarkan kami sebagai orangtuamu. Dan mungkin ini satu-satunya permintaan kami Sakura"

Sakura yang semula tersulut emosinya tiba-tiba terpekur melihat kesungguhan dari orangtuanya. Sakura ingin menolak tentu sajah. Mana mau dia dijodohkan? Tapi melihat kesungguhan orangtuanya bahkan Sakura melihat ibunya berkaca-kaca membuat hatinya terasa pedih. Sebagai anak kita tentu saja harus membahagiakan orang tua kita. Tapi lain lagi kalau urusanya menyangkut hati, apa lagi menyangkut masa depan Sakura kelak. Usai percakapanya dengan orangtuanya, Sakura menyibukan dirinya dengan berbagai macam kegiatanya sebagai model. Mulai dari peragaan busana, model video, pemotretan majalah apa saja Sakura pasti terima tawaran pekerjaanya. Sekaligus untuk melupakan fikiranya yang sedang kalut menyangkut hubungan dengan kedua orangtua sakura. Sekarang Sakura pindah dari rumahnya ke apartemen dengan alasan pekerjaan. Pada hal jelas sekali bahwa Sakura menghindari pembicaraan dengan kedua orangtuanya mengenai perjodohan. Sakura sebisa mungkin menghindarinya. Sampai Sakura mendengar kabar bahwa ibunya sakit. Awalnya Sakura sempat tak percaya dan tetap menenggelamkan dirinya dalam kesibukanya sebagai seorang model. Sehingga ayahnyapun datang dan mengatakan hal yang memilukan bahwa ibunya sedang kritis di RS. Sakura segera berangkta menuju RS tempat ibunya dirawat. Perasaanya sungguh tidak karuan

"ayah bagaimana kondisi ibu?"

Kazashi terdiam, Sakura menoleh ibunya yang terbaring lemas dengan infusan, selang dan jarum yang melekat ditubuhnya. Sakura meneteskan air matanya, salahnya yang selalu menghindar dan mengacuhkan orang tuanya

"Sakura.."

Kazashi memanggil lemah anaknya. Kemudian setelah dokter dan perawat keluar dari ruangan ibunya Sakura masuk dan menangis tersedu sambil menggenggam tangan ibunya

"ibu maafkan Sakura"

Masih menangis. Baru kali ini Sakura melihat ibunya terbaring lemah

"Sakura biarkan ibumu beristirahat"

"ayah.. ini semua salahku. Aku.. aku telah mengabaikan ibu sampai ibu sakit"

Kazashi mengelus pundak anaknya

"tidak apa-apa nak, ibumu pasti akan sehat"

"tapi bagaiman kalau aku terlambat ayah?"

Sakura sampai berfikiran yang tidak-tidak

"sekarang biarkan ibumu beristirahat dulu"

Sakura menurut. Sakura tetap berada di RS menunggu ibunya sadar. Rasa bersalah menghampiri Sakura. Apa karena perbuatanya yang menolak perjodohan itu sehingga membuat ibunya sakit? Sakura termenung memikirkanya, tapi Sakura telah menguatkan hati dan tekadnya bahwa dia akan menerima perjodohan itu. Apapun untuk menembus kesalahanya dan membuat orang tuanya senang

"ibu.."

Sakura melihat ibunya perlahan membuka mata dan tersenyum sumringah padanya

"aku.."

Sakura meneguk ludahnya terasa tercekat

"aku.. akan menuruti keinginan ibu. Tentang perjodohan itu aku sudah memikirkanya aku mau bu"

"be-benarkah itu Sakura?"

Mebuki melebarkan matanya seolah tak percaya sekaligus senang

"iya bu"

Sakura memeluk ibunya haru. Apapun yang terjadi Sakura ingin menjadi anak yang baik dan berbakti kepada kedua orangtunya. Maka dengan segala pertimbangan yang ada Sakura menerima perjodohan tersebut. Kondisi Mebuki berangsur-angsur membaik. Bahkan besok dia sudah diperbolehkan oleh dokter. Sakura senang dan akan tinggal dirumah merawat ibunya. Sakura mengcancel pekerjaanya demi ibundanya. Tak ada yang lebih membuat Sakura merasa lega selain kesembuhan ibunya.

"nah Sakura pakai gaun terbaikmu. Hari ini kita akan bertemu dengan calon tunanganmu"

Mebuki berkata penuh antusias dan mengajak Sakura ke butik dan salon. Acara pertamanya untuk bertemu calon yang dijodohkan untuk Sakura. Hampir satu jam Sakura memakai berbagai model gaun, namun Mebuki menggeleng merasa kurang cocok dengan gaun yang sedang dipakai Sakura. Akhirnya setelah berganti-ganti gaun dan Sakura bulak-balik menuju ruang ganti pilihanya jatuh kepada gaun berwarna peach diatas lutut dengan aksesoris pita di pinggang dan taburan manik berkilau yang elegan dan pas ditubuh Sakura. Sakura mematut dirinya didepan cermin

"cantik"

Ibunya berkata senang. Sakurapun tersenyum setuju dengan pendapat ibunya. Mereka menuju salon langganan ibunya, tepat tujuh malam Sakura beserta orang tuanya menuju hotel tempat pertemuanya dengan calon tunangan Sakura. Degup jantung Sakura mulai memacu cepat. Bagaimana nanti kalau calon tunanganya tidak sesuai dengan apa yang dia bayangkan? Bagaimana kalau calon tunanganya ternyata om-om yang sudah tua? Ah fikiran-fikiran aneh mulai bermunculan diotak Sakura

"eh ayah ibu aku mau ketoilet dulu"

Mebuki menganggul setuju. Sakura berjalan menuju wastafel kamar mandi

"tenang.. jangan gugup Sakura"

Sakura melihat pantulan dirinya dicermin dan menghapus sedikit lipstik di bibirnya. Sakura berjalan menuju lift, di dalam lift ada pria blonde yang terlihat dewasa dengan setelan jas dan sepatu hitam yang mengkilap. Dan mata azure yang memikat

"lantai berapa?"

Sakura seolah tersihir dengan tatapan mata sang pria dan tak menyadari pertanyaanya

"eh iya lantai 15"

Jawabnya gugup

"kalau begitu kita sama"

Maka ketika lift berdenting dan membuka Sakura langsung keluar dari pintu tanpa sengaja sepatu high heelsnya terseleo.

Brug!

Tangan kekar itu dengan sigap menopang tubuh langsing Sakura dalam dekapanya. Sakura dapat mencium wangi parfum yang maskulin dari pria itu.. jantungnya kembali berdegup kencang

"maa-af"

Betapa malunya Sakura terlihat bodoh dihadapan laki-laki tersebut. Sakurapun berjalan mencari-cari orangtuanya

"ah Sakura akhirnya kau datang juga dan kau bersama..."

"perkenalakan ini putraku Namikaze Naruto"

Jawab Minato santai

"halo paman bibi nama saya Namikaze Naruto"

"Sakura jangan diam sajah, ayo perkenalkan dirimu kepada calon tunanganmu"

Apa Sakura tidak salah dengar? Pria yang menolongnya di lift ternyata calon tunanganya sendiri?

"ah ia perkenalkan nama saya Haruno Sakura"

Sakura duduk didekat ibu dan ayahnya dengan posisi menghadap ke depan pemilik mata azure itu

"jadi bagaimana tentang pertunangan anak kita?"

"lebih cepat lebih baik Minato. Lagi pula kami sudah tidak sabar ingin menggendong cucu"

Sakura tersedak dengan ucapan ayahnya

"kalau saja Kushina ada disini... dia mirip denganmu Sakura"

"yah kau benar Mebuki. Sakura ini mirip dengan istriku"

Naruto menghentikan aktifitas makanya. Dan meletakan garpu dan pisaunya ke piring menimbulkan bunyi sedikit nyaring

"Naruto kau dari tadi hanya diam saja.. kenali calon tunanganmu lebih dalam"

Naruto merogoh sakku jasnya. Dan secara mengejutkan memperlihatkan kotak biru navy beludru berisikan cincin bertahtakan berlian ke hadapan semua orang terutama Sakura

"Naruto kau.."

"aku ingin pertunangan ini secara privasi ayah. Hanya keluarga kita dan keluarga Haruno saja. Lagi pula aku sudah melihat foto Sakura yang ayah berikan"

Naruto menatap langsung ke mata emerald Sakura dengan tatapan tidak terbaca.

"jadilah pendamping hidupku Sakura"

Sakura melebarkan bola matnya dan ternganga dengan pernyataan Naruto. Naruto menyematkan cincin ke jari manis sakura. Sakura terdiam, Naruto mencium punggung tangan sakura. Laki-laki ini.. sungguh mengejutkanya

"aku rasa keluarga kita resmi bersatu Kazashi"

"selamat ya nNruto Sakura. Wah Naruto aku tak menyangka kau sebegitu cepatnya melamar Sakura"

Mebuki tersenyum lebar

"aku rasa kita bisa langsung merencanakan pernikahan anak kita"

Jawab Minato. Sakurapun tidak percaya atas apa yang telah terjadi. Sungguh diluar dugaan Naruto telah menyiapkan cincin yang pas dijarinya

.

.

.

TBC