Disclaimer :

Diabolik Lover : Seiko Nagatsu (Anime writer)

Rejet (Developer)

Naruto : Masashi Kishimoto

Rate : T

Genre : Romance, Hurt/Comfort, Supranatural, Drama

Bride of Vampire

WARNING : AU, TYPO'S, CRACK PAIR, OOC, OC, EYD AMBURADUL, NO BAKU, ALUR KADANG CEPAT DAN LAMBAT, DLL

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

X0X0X0X0X0X0X0X0X0X0X0X0X0X0X0X0X0X0X0X

Suasana malam ini begitu tenang juga hening, langit nampak begitu indah berhiaskan bulan purnama ditemani ribuan bintang menghias langit.

Berdiri di tengah-tengah taman bunga mawar putih yang sedang bermekaran, tubuh tinggi tegapn terbalut kemeja putih panjang bermandikan cahaya sinar rembulan, wajah pemuda bersurai kuning itu menengadah ke atas menatap kosong bulan di atas langit. Helain surai kuning miliknya berterbangan terkena terpaan hembusan angin, warna emas nampak jelas dari surai kuningnya ketika terkena cahaya bulan, dimana di dapatkan dari warisan mendiang sang ibu termasuk iris mata seindah langit, sekilas dirinya seperti jiplakan dari wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini, tak ada sama sekali bagian tubuh dari sang ayah seakan menegaskan kalau dirinya bukanlah anak dari pria dingin dan kejam berlabel ayah kandungnya tersebut.

Merentangkan kedua tangan ke samping seakan-akan tengah merasakan sinar cahaya rembulan yang menyelimuti seluruh tubuh.

"Hinata." Sebuah nama keluar dari bibir tipisnya setelah sejak tadi hanya berdiri diam tak mengeluarkan sepatah katapun.

Memanggil penuh rindu sekaligus penuh sesal mendalam pada gadis berhamkota indigo dengan iris seperti bulan, "Hinata." Panggilnya lagi dengan nada lirih.

Saat ini seluruh pikirannya terfokus pada satu gadis berwajah cantik nan manis dengan surai indigo panjang sepinggang, bermata indah seperti rembulan yang sedang ditatapnya kini. Gadis istimewa nan spesial itu bernama Hinata Hyuga, seorang gadis manusia biasa pada umumnya yang beberapa bulan lalu datang ke kediaman Sakamaki, dimana sang Ayah memang sengaja mengirimnya untuk menjadi 'pengantin' bukan sebagai korban persembahan seperti Yui Komori tapi menjadi istri sah dari salah satu anak keluarga Sakamaki.

Ketika pertama kali Shuu melihatnya tak ada hal istimewa dari Hinata, hanya kedua iris bulannya saja membuat Shuu merasa penasaran sekaligus takjub dengan warna matanya yang tak biasa selebihnya tidak ada perasaan khusus. Hati Shuu sudah mati karena cintanya telah kandas bersama Yui, dimana gadis bersurai kuning bergelombang itu memilih melabuhkan hati pada Ayato padahal dulu mereka berdua sudah berjanji akan hidup bersama selamanya namun janji tinggalah janji, kini Yui menjadi milik Ayato sedangkan dirinya menikahi Hinata. Bagi Shuu perasaan cinta itu merepotkan dan hanya mendatangkan kesengsaraan juga kesedihan contohnya dirinya sendiri dimana hatinya selalu merana melihat gadis pertama dalam hidupnya harus berdamping dengan adiknya sendiri.

Bersikap dingin, selalu mengacuhkan dan tak pernah sekalipun menganggap kehadiran Hinata selalu di lakukannya berharap suatu saat nanti Hinata akan pergi lari meninggalkannya sama yang di lakukan oleh Yui, tapi nyatanya tidak. Hinata selalu berusaha bersikap baik, lembut, tak pernah bosan menunjukkan perasaannya walau semuanya selalu dibalas dengan perlakuan dingin oleh Shuu, hingga puncaknya dimana Hinata mengetahui rahasia terbesarnya bersama Yui beberapa tahun silam.

Seharusnya Shuu merasa senang ketika Hinata mengetahui hubungan rahasianya bersama Yui tapi mengapa hatinya merasa sedih sekaligus di hantui perasaan bersalah apalagi setelah insiden Hinata yang berusaha mengakhiri hidupnya sendiri membuat hatinya merasa takut, jika nantinya Hinata pergi meninggalkannya sama seperti yang dilakukan Yui serta sang ibu. Perasaan ini muncul dengan sendirinya entah kapan benih-benih cinta mulai tumbuh di hatinya dan kini tengah mekar memenuhi seluruh hati serta jiwanya yang dulu kosong juga hampa.

Dulu alasan sebenarnya Shuu menikahi Hinata adalah demi tahta kerajaan dimana ayahnya sendiri mengatakan akan memberikan tampuk kekuasaan kerajaan Vampir kepada siapa saja yang menikahi Hinata dan satu-satunya yang mengetahui hal ini hanyalah Shuu seorang karena surat berisikan titah sang ayah sudah terlebih dahulu dibacanya kemudian di bakar hingga menjadi serpihan debu demi menghilangkan jejak. Namun kini dirinya benar-benar mencintai Hinata, ingin menjaga, melindunginya dari apapun dengan sekuat tenaga membuat Shuu bersikap tidak seperti dirinya sendiri dimana sangat emosional bahkan dengan terang-terangan menunjukkan seluruh isi perasaannya dimana hal itu tak pernah terjadi termasuk dengan Yui dulu.

Apa ini terjadi karena hubungan antara Shuu dan Hinata di masa lalu yang membuat mereka berdua memiliki keterikatan satu sama lain.

Dimana Hinata bukanlah gadis biasa karena reinkarnasi dari Byakugan No Hime, orang yang sudah menyegel Toneri sekaligus calon istri dari penguasa kerajaan bulan tersebut ribuan tahun lalu. Sedangkan Shuu adalah kekasih Hinata di masa lalu, dimana ikut mati bersama sang kekasih demi menyegel Toneri.

Dan seteleh ribuan tahun berlalu kini Naruto terlahir kembali ke dunia sebagai Shuu Sakamaki, anak dari seorang politikus sekaligus pengusaha terkenal Tougou Sakamaki atau sosok sebenarnya dari pria itu adalah seorang Raja Vampir, adik kandung dari Byakugan No Hime bernama Tougo.

Walau terdengar membanggakan menjadi anak seorang plolitikus ternama sekaligus Pangeran atau Putra mahkota kerajaan Vampir tapi hal itu tidak membuat Shu menjadi senang sama sekali, malah merasa tertekan, terbebani dengan nama keluarga Sakamaki dibelakang namanya, apalagi sejak kecil sang ibu, Beatrix selalu menekankan dirinya untuk selalu belajar, dan belajar agar menjadi yang terbaik, serta nomor satu, tidak pernah sekalipun mengijinkan Shu untuk bermain, menikmati masa kecilnya layaknya anak pada umumnya, pernah sekali Shu bertanya kepada sang ibu mengapa hidupnya harus berbeda dari anak-anak seusianya, tak boleh bermain bahkan memiliki teman sekalipun itu binatang peliharaan membuat Shuu merasa kesepian tak memiliki siapa-siapa, dan sebuah jawab terucap dari bibir ibunya kalau nantinya posisi keluarga Sakamaki akan diberikan pada Shuu, dan demi mempersiapkan hal itu di masa depan sang ibu melakukan segalanya agar bisa dianggap mampu tidak kalah bersaing dengan Ayato, anak dari Cordelia yang merupakan istri pertama dari Karlheinz, ayah dari mereka berenam.

Sejak kecil mungkin dari lahir Shuu sudah harus merasakan persaingan di antara kelima saudara laki-lakinya demi bisa menduduki posisi tertinggi di keluarga, mengukuhkan diri sebagai yang terbaik dari yang terbaik bahkan kalau perlu melampui ayahnya sendiri agar bisa di akui banyak orang.

Sang ayah sebenarnya tak hanya memiliki satu orang istri melainkan tiga istri sekaligus, dan Shuu sendiri memiliki lima suadara laki-laki satu saudara laki-laki satu ibu bermana Reiji, sedangkan empat lainnya berbeda ibu dari dua orang wanita berbeda, bernama Cordelia dan Chirsta. Walau bisa dikatakan saudara sedarah karena satu ayah tapi mereka berenam terlahir dari tiga ibu berbeda, dan ketiga ibu mereka begitu cantik, memiliki kepribadian berbeda satu sama lain.

Putra tertua dikeluarga Sakamaki adalah Shuu, kemudian Reiji yang terlahir dari Beatrix yang merupakan istri kedua, lalu si kembar tiga Ayato, Kanato dan Laito, terlahir dari Cordelia, istri pertama sedangkan si bungsu Subaru terlahir dari Christa, istri ketiga yang di kenal sebagai White Rose karena keindahan, kebaikan hatinya namun Christa atau ibu Subaru masih ada hubungan kerabat dengan Tougo tetapi dari kabar yang banyak beredar kalau sebenarnya Christa di culik lalu di perkosa sehingga menyebabkan gadis cantik bersurai perak itu hamil lalu melahirkan Subaru.

Setelah melahirkan Subaru mental Christa menjadi labil bahkan bisa di bilang mengarah ke depresi dengan keadaan yang menimpanya, karena keadan mentalnya lah membuat Tougo harus mengurung Christa di atas menara membiarkan Subaru tumbuh seorang diri tanpa ada siapapun untuk melindungi, menjaga termasuk Tougo sendiri, sebagai ayah kandung Subaru.

Subaru kecil tumbuh dan besar di tengah-tengah pertikaian antara kedua ibu tirinya berserta ke lima saudara laki-lakinya yang berusaha memposisikan diri sebagai yang terbaik sekaligus calon penerus keluarga Sakamaki selanjutnya. Namun Subaru sendiri tidak tertarik sama sekali dengan posisi yang di perebutkan oleh para saudarnya malah terkesan acuh, cuek. Setiap hari selama sang ibu masih hidup, Subaru selalu datang ke menara yang mengurung tubuh sang ibu membuatnya herus terpisah dari wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini, dan satu-satunya benda pemberian dari ibunya adalah pisau belati perak yang sampai sekarang menjadi benda paling berharga baginya.

.

.

.

.

Setelah kejadian mengerikan seminggu lalu, keadaan di kediaman Sakamaki berubah tegang bahkan dingin di tambah dengan berita yang berhembus kencang di kerajaan Vampir kalau Toneri sudah bangun dari tidurnya, dan mereka semua hanya tinggal menunggu waktu saja kapan Raja bulan itu akan datang ke kediaman Sakamaki mengambil calon pengantinnya untuk di bawa pergi ke kerajaan bulan dimana seharusnya para klan Vampir tinggal serta hidup bukan di bumi.

Ketika jam makan malam tiba semua orang memilih diam, duduk dibangku masing-masing dan tak ada satu pun mengeluarkan suara termasuk Laito yang sering sekali menggoda Yui di sebelahnya tapi kali ini gadis bersurai kuning bergelombang tersebut tidak nampak di ruang makan sejak kemarin malam mungkin masih duduk menemani Ayato di kamar tahanan karena Reiji sengaja mengurungnya disana sebagai salah satu hukuman.

"Lagi-lagi gadis manusia itu tidak makan," gerutu Reiji menatap ke arah ujung meja makan dimana biasanya Yui duduk berhadapan dengan Shuu.

"Apa kau sudah memanggilnya untuk makan?" tanya Reiji seraya melirik ke arah pemuda bersurai merah kecokelatan yang selalu mengenakan topi sebagai ciri khasnya.

"Sudah. Tapi Bitch-chan berkata kalau dia tidak lapar," jawab Laito santai tak ada rasa khawatir sama sekali.

"Merepotkan," celetuk Reiji.

Membenarkan kaca matanya Reiji mendesah pelan, "Jika dia sampai jatuh sakit itu akan menambah masalah bagi kita." Sambungnya dengan nada kesal.

"Kalau memang merepotkan kenapa tak kau saja yang membujuknya untuk makan bukankah kau sangat peduli padanya," Subaru membuka suara yang secara tak langsung menyindir sikap Reiji dulu pada Yui ketika pertama kali datang.

"Kenapa harus Reiji bukannya Shuu," timpal Laito dengan seringai di wajah menambah runyam suasana yang tadinya memang sudah tegang sejak awal.

Memiringkan kepala Laito tersenyum manis ke arah Shu, "Maukah kau membujuk Bitch-chan untuk makan, Shuu~" godanya dengan seringai nakal.

Pemuda yang di goda oleh Laito hanya diam tak menanggapi, ekspresi wajahnya terlihat begitu tenang bahkan wajahnya tak ada ekspresi sama sekali membuat Laito semakin ingin menggodanya lagi, "Sikapmu dingin sekali, Shuu. Apa kau lupa kalau Bitch-chan dan dirimu pernah-"

SRUUUUUK

Shu langsung bangun dari kursi saat mulai di singgung masa lalu bersama Yui," Aku sudah selesai." Kata Shu seraya beranjak pergi meninggalkan ruang makan dengan ekspresi wajah datar.

"Hmmmm...Kau belum menghabiskan makanan mu." Seru Laito dari kursinya.

Sebuah seringai menghias wajah tampan Laito, sepertinya perkataannya tadi sudah membuat Shuu tak nyaman hingga harus meninggalkan ruang makan padahal jam makan malam belum usai terlebih piring Shuu masih penuh berisi makanan hanya gelas kristal bersikan wine saja yang terlihat kosong.

Berjalan santai seraya memasukkan salah tangan ke adalam saku celana, Shuu pergi meninggalkan ruang makan tak memperdulikan tatapan tak suka sekaligus dingin Reiji padanya karena selera makannya sudah hilang terganti perasaan kesal karena Laito berusaha menyinggung masa lalunya yang sudah ia lupakan. Sebenarnya Shuu merasa menjadi pria bodoh tak berguna karena tak bisa berbuat apa-apa dalam situasi saat ini dimana dirinya sendirilah penyebab utama tragedi mengerikan yang menimpa Hinata.

Sementara itu diam-diam salah satu sudut ujung bibir Reiji terangkat membentuk sebuah senyuman sinis ketika melirik ke piring Shuu dimana makanan milik Shu masih banyak dan tak dihabiskan mungkin perasaannya tak enak ketika di singgung mengenai Yui, dan perkataan Laito barusan sungguh di luar dugaan bahkan terkesan berani tapi ia suka.

Selang lima menit kemudian, Subaru menyudahi makan malamnya namun dirinya berbeda alasan dengan Shuu karena pemuda bersurai putih keperakan ini ingin melihat kondisi Hinata sekaligus menemaninya dan hal itu sudah menjadi rutinitasnya selama beberapa hari terakhir.

Bukan tak ada alasan Subaru sampai melakukan hal seperti itu demi seorang manusia biasa, dimana darah manusia adalah sumber makanan bagi mereka para Vampir tapi baginya Hinata berbeda.

Gadis dengan mata seindah bulan itu begitu istimewa bagi Subaru, bukan sebagai renkarnasi dari Byakugan No Hime, tapi sebagai gadis teristimewa di hati menggantikan sosok Yui yang dulu pernah singgah, tak peduli kalau Hinata adalah istri dari kakak laki-lakinya sendiri dimana Shuu terlihat tidak mencintai istrinya melainkan Yui Komori kekasih dari Ayato, sekilas memang terlihat begitu membingungkan hubungan diantara mereka.

Berjalan santai di koridor rumah di lantai dua dimana satu kamar menjadi tujuan Subaru setelah menyelesaikan makan malamnya yang terasa begitu membosankan tak menarik seperti biasanya bahkan selera makannya hilang karena tak ada sosok Hinata di meja makan bersamanya walau harus di akui kalau masakan Reiji selalu enak tak kalah dari masakan koki restaurant bintang lima.

Membuka pelan pintu kamar agar tidak menimbulkan suara berisik, netra merahnya mendapati Reiji salah satu saudara laki-lakinya yang berbeda ibu sudah berdiri di samping ranjang besar dengan sprei berwarna cokelat pastel polos, padahal seingatnya tadi kalau Reiji masih duduk di ruang makan namun mengingat kalau mereka semua adalah Vampir, memiliki kecepatan luar biasa dalam berjalan atau melakukan sesuatu bukan hal aneh jika Reiji sudah berada di kamar Hinata lebih dahulu daripada Subaru yang berjalan kaki tidak menggunakan kekuatannya sama sekali.

"Sejak kapan kau disini?" tanya Subaru seraya menutup pintu kamar perlahan.

"Baru saja," jawab Reiji santai.

"Apa ada perkembangan dari Hinata?" tanya pemuda tampan bersurai putih perak ini seraya berjalan mendekat lalu berdiri diam tepat di samping Reiji ikut memandangi sosok Hinata penuh arti.

Gelengan pelan dengan raut wajah sendu yang ditampakkan Reiji sudah menjadi jawaban sekaligus membuat perasaan Subaru semakin cemas, sudah seminggu berlalu tapi Hinata belum sadarkan diri dan selama itu mereka semua menunggu dengan perasaan khawatir sekaligus berharap penuh kalau gadis bermata bulan dengan surai indigo panjang tersebut akan segera bangun, memperlihatkan kembali senyuman indahnya yang seperti mentari.

"Kita harus melakukan apa lagi untuk membuat Hinata tersadar," kata Subaru dengan nada putus asa karena merasa bingung harus berbuat apa demi kesembuhan Hinata padahal masa kritis Hinata sudah lewat.

"Entahlah," sahut Reiji yang tak kalah putus asa dengan Subaru karena segala cara sudah di lakukan tapi hasilnya tetap saja nihil dan itu benar-benar membuatnya sangat stress.

Subaru mendudukan diri disamping ranjang, mengamati wajah lelap Hinata penuh arti terlebih perasaan sedih tiba-tiba menyelip di hati melihat kondisi Hinata, dan setelah puas mengamati Subaru melirik ke arah Reiji di sebelahnya, "Hukuman seperti apa yang akan kita berikan kepada Ayato?" tanyanya dengan nada dingin.

"Dia pasti akan mendapatkan hukuman berat, setimpal dengan perbuatannya tapi tidak saat ini dimana kekuatannya sangat berguna dalam perang nanti," jawab Reiji yang secara tak langsung memberitahukan rencananya.

"Perang?" dahi Subaru menyeringit bingung, "Apa aku tak salah dengar, kalau kau mengatakan perang?" tanya Subaru memastikan kupingnya tidak salah dengar.

"Iya, dan aku sangat yakin dengan hal itu," kata Reiji penuh keyakinan tak tergoyahkan sama sekali.

Menatap sendu sosok gadis bersurai indigo yang terbaring lemah dengan mata terpejam erat menyembunyikan kedua netra bulannya yang begitu indah, tangan Subaru terulur ke depan membelai lembut pipi gembil Hinata dengan gerakan sepelan mungkin, "Sekalipun harus mengorbankan nyawa akan aku lakukan demi melindungi dirimu." Ucap Subaru mantap tanpa ada keraguan sedikit pun ketika mengatakannya.

Tekat Subaru sudah kuat, tak akan goyah pada apapun sekalipun nantinya Hinata tak akan membalas perasaannya hal itu tidak masalah, cintanya tak memerlukan balasan cukup melihat Hinata bahagia dirinya sudah cukup bahagia. Mungkin kedengarannya terlalu berlebihan, atau bisa dikatakan bodoh karena mencintai seseorang begitu dalam tanpa memerlukan balasan tapi itulah cinta. Terkadang di luar logika dan akal pikiran, sulit untuk dimengerti atau dijabarkan namun bisa di rasakan. Seperti itulah perasaan cinta Subaru kepada Hinata, dimana keberadaan Hinata sudah menjadi kebahagian tersendiri bagi Subaru.

Kedua pria berbeda warna rambut ini saling terdiam tak berbicara satu sama lain hanya fokus memandang Hinata dalam keheningan setelah tadi keduanya saling berbincang, lalu sebuah hal tak terduga terjadi dimana suara jeritan memilukan dari Yui terdengar jelas menggema hingga ke kamar Hinata walau untuk ukuran pendengaran manusia biasa hal itu tak mungkin bisa terdengar tapi mereka berdua adalah Vampir memiliki banyak kelebihan salah satunya pendengaran tajam seperti kekelawar.

"AAAAAAAAA!" teriak Yui histeris dari arah ruang tamu.

Kedua pemuda berbeda warna rambut ini saling melempar pandangan satu sama lain dengan ekspresi wajah sama yaitu kaget sekaligus cemas.

"Yui?!" seru Reiji kaget.

BRAAAK!

Tak lama pintu kamar terbuka dengan kasar sehingga menimbulkan suara cukup keras membuat Subaru dan Reiji menoleh ke arah pintu disertai perasaan kaget sekaligus kesal karena merasa terganggu.

"Ada apa Kanato!" Reiji berteriak kesal tak bertanya kepada adik laki-lakinya itu.

"Dia..." wajah Kanato tampak syok malah terkesan ketakutan seperti habis melihat hantu atau hal menyeramkan.

"Dia siapa?!" teriak Subaru tak sabaran karena Kanato diam di ambang pintung dengan ekspersi wajah ketakutan seraya mendekap erat boneka teddy bear bermata satu kesayangannya yang selalu dibawa kemanapun sudah seperti bagian dari dirinya sendiri.

"Cepat katakan, ada apa?!" sambung Reiji yang ikut kesal dengan sikap aneh Kanato sejak tadi.

"O-otou-sama!" lirih Kanato dengan bibir bergetar ketakutan memanggil pria yang berlabel ayah kandung dari mereka berenam.

"Apa?! Pak tua itu datang!" seru Reiji kaget bercampur cemas.

Perasaan Reiji dan Subaru langsung tak enak karena ini pertama kalinya ayah mereka berenam datang setelah sekian lama tak pernah menampakkan diri semenjak kematian dari ibu mereka masing-masing. Jika ingin berkomunikasi biasanya sang ayah akan mengirimkan surat, orang suruhan ataupun video seperti waktu itu tidak pernah bertatap muka secara langsung untuk saling berbicara layaknya seorang anak kepada ayahnya sendiri membuat mereka berenam tidak dekat sama sekali, bahkan membenci sosok sang ayah karena sikapnya yang selalu dingin, kejam, tak pernah peduli pada mereka berenam sejak kecil.

Tangan Subaru terkepal erat hingga buku-buku jarinya memutih, dirinya memiliki dendam tersendiri dengan pria itu yang merupakan ayah kandungnya sendiri karena penyebab kematian sang ibu, Christa. Andai saja dulu ayahnya tidak memperkosa ibunya, Christa, hingga melahirkanya ke dunia ini mungkin saja ibunya masih hidup dan bisa menjalani kehidupan yang bahagia bersama pria lain tidak harus terjebak dengan pria brengsek bernama Karlheinz.

Reiji melirik sekilas ke arah Subaru, menyadari dengan jelas raut wajah Subaru yang tidak besahabat sama sekali ketika mendengar ayah mereka datang, Reiji tiba-tiba merentangan salah satu tangan menahan tubuh Subaru agar tidak melangkah maju keluar dari kamar untuk menghampiri sang ayah karena bukan tak mungkin kalau perkelahian akan terjadi dimana bisa dipastikan Subaru-lah pihak yang akan kalah melihat kekuatannya jauh dibawah sang ayah.

"Tahan emosimu, Subaru. Tenangkan pikiranmu, saat ini." Reiji mencoba meredam aramah Subaru.

"Tidak!" teriak Subaru dengan nada penuh amarah serta benci.

"Jangan menambah masalah dan mempersulit keadaan, Subaru." Kata Reiji dingin memperingatkan.

Jika kata-kata tak bisa menenangkan Subaru mau tak mau dengan terapaksa Reiji harus menggunakan kekerasan.

Pemuda berusurai ungu yang sejak tadi berdiri di ambang pintu berteriak kesal, "Kenapa kalian malah sibuk bertengkar sendiri!" jerit Kanato frustasi.

Wajah Kanato yang pucat kini terlihat lebih pucat bahkan hampir memutih karena saking ketakutan, "Cepat selamatkan si bodoh itu!" pekik Kanato dengan mata berkaca-kaca.

Kedua pemuda tampan ini saling memandang lalu mengangguk bersamaan, "Kanato, jaga Hinata dan jangan kemana-mana." Ujar Reiji sebelum pergi meninggalkan kamar bersama Subaru.

"Hmm." Angguk Kanato patuh.

Pemuda bersurai ungu ini duduk disamping ranjang mendekap erat boneka teddy bear miliknya, tubuhnya masih gemetaran tanda kalau dirinya benar-benar takut dan ini baru pertama kali terjadi dimana Kanato selama ini selalu bersikap kejam, tak takut pada apapun tapi kini berbeda, tubuhnya gemetar ketakutan dan hal itu karena kedatangan dari Karlheinz, ayah kandungnya orang paling kejam di dunia.

"Teddy." Lirihnya pelan mendekap erat boneka kesayangannya.

Diam-diam tanpa Kanato sadari kalau salah satu jari Hinata bergerak pelan menunjukkan pergerakan setelah di nyatakan koma oleh Reiji beberapa hari lalu.

.

.

.

Bau amis begitu menyengat hidung, karpet lantai yang tadinya bersih kini di penuhi ceceran darah segar membuat siapapun melihatnya akan gemetar ketakutan bahkan lemas menyaksikan kejadian mengerikan yang tersaji di depan mata dimana tubuh Ayato tergeletak di tengah ruangan sudah tak berdaya bahkan kemeja putih miliknya sudah basah oleh darahnya sendiri dimana benda panjang tajam berkilat dalam genggam tangan pria bersurai kuning panjang yang merupakan sang ayah terus menebas bahkan menghujam dalam tubuh Ayato tanpa ampun.

"Tidaaaak!" jerit Yui pilu.

"Aaaaaaakh~" lirih Ayato ketika pundaknya di hujam lagi menggunakan ujung pedang membuat luka baru di tubuhnya.

Teriakkan memilukan terus keluar dari bibir Ayato membuat air mata gadis bersurai kuning bergelombang yang duduk bersimbuh di dekat tangga terus mengalir deras seperti hujan menyaksikan dengan kedua matanya sendiri sang kekasih di siksa atau bisa di katakan di bunuh secara perlahan-lahan oleh Karlheinz, ayah kandung Ayato sendiri.

Yui bukannya tak mau menolong, membiarkan begitu saja sang kekasih terus di siksa di depan matanya sendiri dimana membuat hati sekaligus perasaannya sedih seakan-akan dirinya ikut merasakan perasaan sakit dari pemuda bersurai merah tersebut. Andai saja tubuhnya tidak di tahan oleh kedua pria bertubuh tinggi tegap dalam balutan setelan jas hitam mungkin saja saat ini dirinya sudah berdiri di hadapan Ayato menjadikan tubuhnya sendiri sebagai tameng hidup untuk Ayato.

"Hentikan...aku mohon..." isaknya pilu.

Yui duduk bersimbuh dengan bersimbah air mata, dirinya mengiba, meminta ampunan atas kesalahan yang sudah di perbuat Ayato karena bagaimana pun semuanya adalah kesalahannya juga.

Bukan hanya Yui saja yang merasa sedih melihat keadaan Ayato tapi Laito pun sama, dirinya bahkan merasa marah pada sosok pria asing itu yang tak lain adalah ayah kandunganya dimana dengan tega dan kejam menyiksa Ayato yang juga anaknya sendiri.

Tubuh Laito juga sama di tahan kuat oleh dua orang pria bertubuh kekar, kedua pengawal pribadi Karlheinz ini bukanlah orang sembarangan satu di antaranya adalah mahkluk setengah Vampir atau biasa disebuat Dhampir sama seperti Kakashi, seorang Dhampir yang mereka tangkap lalu kurung di penjara bawah tanah karena mencoba menculik Hinata sekaligus mencelakakan Shuu, menggunakan jurus penyegel, lalu pengawal satunya lagi adalah seorang Yokai, dan kedua pria pengawal pribadi Karlheinz ini kekuatan tak bisa di remehkan sama sekali.

Laito tak pernah menduga sama sekali kalau ayahnya akan datang terlebih secara tiba-tiba disaat mereka semua akan beristirahat setelah makan malam usai, dari dulu dirinya memang tahu kalau ayahnya adalah sosok yang dingin, kejam, tak berperasaan, walau sosoknya di hadapan orang-orang di luar sana terlihat sebagai pria baik, ramah, murah senyum, dermawan namun semua itu adalah kamuflase demi menutupi jati dirinya yang sebenarnya. Hanya mereka berenam saja, sebagai anak dari Kalheinz yang mengetahui sifat asli darinya, apalagi selama ini mereka semua tumbuh tanpa pernah mendapatkan kasih sayang seorang ayah bahkan ibu mereka harus saling bersaing satu sama lain demi mendapatkan perhatian sang ayah.

Tak heran jika Laito dan kelima saudara laki-lakinya begitu membenci sosoknya.

Tes

Tes

Tes

Tetesan darah terus menetes dari ujung pedang dalam genggaman tangan Karlheinz dimana pedang di tangannya ini bukanlah pedang sembarangan karena mampu melukai tubuh manusia serigala yang terkenal keras seperti berlian bahkan membunuh mahkluk jadia-jadian tersebut.

Tubuh Ayato tergeletak tak berdaya dengan bersimbah darah bahkan sekujur tubuhnya sudah di penuhi luka, melihat keadaan Ayato yang sudah tak berdaya sama sekali bukannya merasa iba ataupun kasihan karena bisa saja Ayato mati tapi Karlheinz tetap menyerang karena pada awalnya ia memang ingin membunuh Ayato, anaknya sendiri secara perlahan-lahan sekaligus memberikan pelajaran kepada kelima anak laki-lakinya.

Nafasnya sudah agak mulai berat, pandangannya pun mulai samar tak bisa melihat dengan jelas bahkan sosok pria bersurai kuning panjang yang sejak tadi terus menyerangnya tanpa ampun secara bertubi-tubi berjalan mendekati lalu berdiri menjulang di hadapannya tapi hanya satu hal yang menjadi fokus utaman Ayato bukan kepada sosok pria di dekatnya melainkan jeritan tangis dari gadis manusia bernama Yui Komori, terus memanggil-manggil namanya dengan keras walau disertai isakan.

Senyuman miris menghias wajahnya yang mulai nampak pucat, "Chichinashi..." lirih Ayato memanggil sang kekasih.

Tangis Yui semakin pecah bahkan terus menjerit histeris melihat keadaan sang kekasih yang dianggapnya sudah sekarat, jika saja Ayato bukan seorang Vampir bisa dipastikan kalau pemuda bersurai merah itu sudah meninggal dunia karena tak mampu bertahan dengan luka sebanyak itu di sekujur tubuh.

Cengkeraman di tubuh Yui sedikit mengendor membuatnya bisa juga melepaskan diri, dan tanpa membuang waktu Yui langsung berlari menghampiri tubuh Ayato yang tergeletak tak berdaya di tengah-tengah ruang tamu, "Hentikan! Jangan sakiti Ayato-kun lagi...aku mohon padamu Karlheinz-sama..." pinta Yui mengiba kepada Karlheinz.

"Minggirlah, anak manis," Karlheinz bersikap manis dan ramah kepada Yui tak ingin menyakitinya sama sekali apalagi sampai membunuhnya.

Yui menggelengkan kepala cepat, "Jika kau ingin menghukum Ayato, hukum aku juga karena sebenarnya penyebab semua masalah ini adalah aku." Yui merentangkan kedua tangan berusaha melindungi tubuh Ayato dari siksaan Karlheinz.

"Y-Yui..." lirih Ayato dengan mata setengah terbuka.

Ayato benar-benar sudah tak memilik tenaga sama sekali bahkan untuk menggerakan tubuhnya ia tak mampu.

"Dirimu begitu berharga bagiku karena di dalam tubuhmu tertanam jantung istri pertamaku Cordelia, jangan biarkan dirimu mati bersama anak bodoh tak berguna ini,"

"Tidak!" teriak Yui kencang.

Kedua matanya memandang lurus kedepan, raut wajahnya tak takut sama sekali menatap sang Raja Vampir, "Jika Ayato-kun mati aku pun akan mati bersamanya." Kata Yui mantap tak ada keraguan ataupun perasaan gentar ketika mengatakannya.

Ayato terdiam kaget kemudian tersenyum kecil karena merasa menjadi pria bodoh dengan tak mempercayai perasaan Yui kepadanya, dimana gadis itu memang benar-benar mencintainya bahkan rela mengikutinya hingga ke alam baka sekalipun.

"Dasar gadis bodoh." Batin Ayato senang.

Memejamkan mata sejenak Karlheinz mengangkat kembali pedangnya, menghunuskannya tepat ke arah Yui, "Baiklah, anak manis jika itu mau mu."

Yui sudah siap menerima serangan dari Karlheinz, dirinya tak peduli jika harus mengorbankan nyawa demi menyelamatkan Ayato akan ia buktikan kalau seluruh perasaan, cinta bahkan jiwa hanya untuk Ayato seorang tak ada pria lain.

GREET~

Tangan Karheinz tiba-tiba di cengkeram erat bahkan terasa begitu kuat hingga tulang tangannya terasa mau patah, ketika menoleh ke belakang ia mendapati Shuu berdiri tepat di belakangnya. Pemuda bersurai kuning dengan mata seindah langit itu memandang dingin sekaligus penuh benci kepada Karlheinz, "Cukup!" katanya tegas terdengar seperti perintah bukan permintaan.

"Shuu!" seru Karlheinz.

TBC

A/N : Apakah masih ada yang menantikan kelanjutan Fic ini?

Mohon maaf jika saya terlalu lama menelantarkan Fic ini#Bungkuk badan dalam-dalam.

Jika alur ceritanya agak terkesan lambat juga di paksakan serta untuk chapter ini Hinata tidak muncul sama sekali#mohon maaf.

Untuk kelanjutan Fic ini saya tidak bisa janji cepat, karena saya terbentur waktu, ide dan terkadang mood.

Saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang sudah memfavoritkan, memfolow khususnya memberikan riview mengenai Fic ini membuat saya selalu tersenyum sekaligus semangat untuk membuat chapter berikutnya.

Big thank's to :

Chiharu Kasumioji,ade854 II,Jie27,Laventa288,oortaka,Araki Ruichi,HipHipHuraHura,saihina,ryuki,sasihana,Hime,Guest,Yulia,shiny,lisane,cunta,Novita241,

olill,comi,via,sania,nala,shuuna,mina,cico,Adhelia02,Winwin,hime,Fuyu-Hime,ryuki

Saya mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya karena sudah mau memberikan Riview, tanggapan mengenai Fic ini.

Ogami Benjiro II