"Jeon sunbaenim!"

Teriakan itu terus terdengar sejak dua menit yang lalu, ramainya koridor tak menghentikan seorang namja tampan dan bertubuh tinggi untuk memanggil kakak kelasnya yang berjarak lima belas meter didepannya.

"Jeon sunbaenim!"

Namja yang dipanggil itu bernama Jeon Wonwoo. Jangan pikir Wonwoo tidak mendengar teriakan gila itu. Ia hanya terlalu cuek atau mungkin tidak sadar jika panggilan itu ditujukan padanya.

Dukk!

"Aww..." Wonwoo merintih pelan ketika sebuah gulungan kertas mengenai dahinya. Tidak terlalu sakit, tapi ya cukup untuk membuat Wonwoo sadar, kalau sedari tadi yang dipanggil 'Jeon sunbaenim' adalah dirinya.

"Dasar bodoh! Hoobae itu sudah memanggilmu sejak tadi!" Itu Jihoon, yang melempar gulungan kertas pada Wonwoo.

Wonwoo menoleh pelan. Namja tinggi dan tampan itu berdiri masih lima belas meter dibelakangnya. Suara bisik-bisik mulai terdengar ketika mata Wonwoo dan mata namja itu bertatapan. Wonwoo menunjuk dirinya sendiri. "Aku? Kau memanggilku?"

Namja tampan itu sedikit terdiam menatap wajah Wonwoo. Jihoon sudah kesal sejak tadi, memang dasar Wonwoo saja yang terlalu bodoh -polos mungkin.

Banyaknya kerumunan siswa-siswi yang penasaran dengan Wonwoo dan siswa kelas satu itu bertambah. Pasalnya Wonwoo adalah orang yang cuek -meskipun ia sebenarnya cukup ramah- dan namja tampan yang memanggilnya itu adalah seorang hoobae yang popular. Wonwoo juga sebenarnya cukup memiliki banyak fans, karena wajah tampannya dan sifat dinginnya mampu memikat banyak siswi.

Namja itu menggaruk tengkuknya canggung. Wonwoo terdiam, lalu berbalik hendak kembali berjalan menuju kelasnya. Sedetik kemudian apa yang didengarnya membuat matanya melebar. Suasana menjadi hening, hingga akhirnya riuh oleh bisik-bisik tajam dari siswa-siswi yang berkumpul di koridor.

"JEON SUNBAENIM! AKU AKAN MENGHAMILIMU!"

.

.

.

"Ahh..." Wonwoo membaringkan kepalanya di atas meja. Jihoon yang duduk di sampingnya menghela nafas bosan. "Kau kenapa lagi, Jeon?" Tanyanya sedikit malas.

Wonwoo langsung menegakkan kepalanya. "Apa kau tidak bingung? Maksudku... dia kan adik kelas, baru masuk tahun ini, lalu sudah menjadi terkenal dalam sekejap karena wajahnya yang... ehem... kuakui ia cukup tampan. Tapi dia gila, kau tahu? Berteriak akan menghamiliku bahkan disaat hampir seluruh warga sekolah berkumpul, dan parahnya lagi dia tahu aku laki-laki! Camkan itu Jihoon, LAKI-LAKI!"

Jihoon menatap Wonwoo dengan tatapan datar andalannya. "Abaikan saja." Ujarnya sambil meraih satu buku untuk dibaca. "Mungkin dia hanya iseng."

"Ya. Aku tak berharap apapun darinya. Tapi aku malu astaga..." Wonwoo kembali membenamkan wajahnya di atas meja. Memperhatikan Jihoon yang sedang membaca buku dengan seriusnya. "Maksudku... bagaimana jika itu terjadi padamu? Ada seorang hoobae yang tidak kau kenal tiba-tiba berteriak akan menghamilimu di muka umum? Apa yang akan kau lakukan?"

"Kutendang wajahnya." Jawab Jihoon asal. Tapi Wonwoo tau, Jihoon bisa saja melakukannya.

Wonwoo menghela nafas. "Abaikan saja..."

Disisi lain, Kim Mingyu -sang pembuat kehebohan di sekolah pagi ini- berjalan santai menuju kelasnya. "Haahh.. walaupun aku harus menanggung malu, setidaknya Jeon Wonwoo sunbaenim tidak menendang atau memukulku dengan jurus-jurusnya. Dan setidaknya bebanku sudah hilang.."

Mingyu melirik sekilas kearah jendela kelas Wonwoo. Ya, saat ini ia hendak berjalan menuju kantin dan pastinya ia akan melewati kelasnya Wonwoo.

Mingyu tersenyum kecil melihat Wonwoo yang sedang mengganggu Jihoob membaca buku. "Kalau saja bukan dare dari Seungcheol hyung... aku mana mau melakukannya."

Kaki Mingyu mulai melangkah kembali. "Untungnya Jeon Wonwoo sunbaenim terlihat tidak begitu peduli."

END