Move On?

Assassination Classroom/Ansatsu Kyoushitsu

Milik Yuusei Matsui

.

.

.

.

.

Kesunyian sangat terasa diseluruh sudut ruangan. Jam sudah menunjukan pukul 11 malam. Seorang gadis bermata lavender itu masih tetap membuka matanya, ia sudah bersusah payah agar bisa tertidur dengan lelap, tetapi hasilnya nihil. Ingatannya terus berputar tentang kejadian yang ia alami.

Tidak. Lebih tepatnya, kejadian yang telah merenggut nyawa orang yang ia sayangi. Gadis yang bernama Okuda Manami itupun beranjak dari kasur yang sedari tadi ia tiduri. Langkah kakinya berhenti didepan cermin. Terlihat dirinya menatap kosong pada cermin tersebut, matanya yang sembab, rambut hitam panjang yang cukup kusut.

"Asano-kun, aitai." Bisiknya pelan dengan air mata yang turun secara perlahan.

.

.

.

Flashback

Seorang gadis tengah berlari dikerumunan yang sangat ramai, ia terlihat memakai dress berwarna putih, rambut hitam lurusnya ia biarkan tergerai, sembari membawa tas kecil berwarna ungu. Matanya melirik ke segala arah seperti sedang mencari seseorang. Gadis itu berhenti berlari ketika melihat sesosok pemuda yang berdiri didepan sebuah supermarket.

"Asano-kun!" teriak Manami yang kemudian menghampiri pemuda tersebut.

"Manami, kau terlambat sepuluh menit." Ujar pemuda tersebut dengan nada tenang.

"Gomen ne, a-aku harus membeli sesuatu terlebih dahulu untuk kaa-san. Makanya aku sedikit terlambat."

Dengan wajah lugu kekasihnya, Asano Gakushuu tidak dapat menahan senyumnya. Dia memang gadis yang baik, lugu, dan sedikit pemalu. Dalam hati, Asano bersyukur dapat bertemu dengan Minami. Dia tidak seperti gadis lain yang hanya mementingkan penampilan saja. Tetapi kekasihnya tersebut menurutnya sangat natural.

Tanpa basa-basi, pemuda itu langsung menggenggam tangan Minami dan memulai kencannya. Sedangkan Manami hanya bisa menahan rasa malunya. Tidak biasanya Asano melakukan hal seperti ini. Baginya, kekasihnya itu adalah orang yang tenang dan dingin. Kemudian ia membalas genggaman tersebut. Tidak lupa dengan pipinya yang dihiasi rona merah.

Langitpun sudah berubah menjadi gelap. Kedua pasangan yang sedari tadi menikmati kencannya berhenti dipersimpangan jalan.

"Kau mau aku antar sampai rumah?" tanya Asano.

Manami menggeleng pelan, "Tidak perlu, Asano-kun. Aku bisa pulang sendiri, lagipula jalan menuju rumahku sepertinya ramai."

"Kau yakin? Baiklah. Hati-hati, jika ada sesuatu telfon aku."

"Kau juga, ne." Balas Manami dengan tersenyum.

Asano pun melambaikan tangannya. Tetapi, entah kenapa ada sesuatu yang mengganjal dihati Manami. Dia tetap diam menatap punggung kekasihnya tersebut dari belakang. Sedetik kemudian ia refleks berlari mendekati Asano lalu memeluknya dari belakang.

Tubuh Asano sedikit kaget saat dirasanya ada yang memeluknya. Ia membalikan badan dan memegang lengan Minami, "Ada apa, Minami?" bisiknya.

"Wakaranai. Aku ingin seperti ini sebentar saja, Asano-kun."

Dikeramaian tersebut, mereka pun saling memeluk satu sama lain. Sebelah tangan Asano bergerak untuk mengelus rambut orang yang disayanginya itu. Dan itu membuat pelukan Minami menjadi semakin erat, rasanya ia tidak ingin melepas semua ini. Ia ingin terus berada disisi Asano.

Setelah dirasa cukup, Minami melepaskan pelukannya. Beberapa detik kemudian, tangan Asano mengangkat dagunya dan mendaratkan bibirnya dikening Minami. Gadis itupun membulatkan matanya.

"Nah, ini sudah malam, sebaiknya kau pulang. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Ucap Asano sembari tersenyum kecil.

"Um, jaa-ne, Asano-kun. Terima kasih untuk hari ini."

.

.

.

Tangannya mengepal erat, kemudian ia menggigit bibirnya pelan. Manami tidak pernah menduganya, bahwa malam itu, dimana ia menghabiskan waktu bersama orang yang ia sayang merupakan malam terakhirnya dapat bertemu dengan Asano.

Setelah malam itu, keesokan harinya ia melakukan kegiatan sehari-hari yaitu bersekolah. Saat itu Manami duduk dibangku kelas 3 sekolah menengah pertama. Bahkan ia melihat kursi yang biasa ditempati Asano kosong. Manami sempat berpikir kekasihnya telat sekolah.

Tetapi dugaannya salah, saat wali kelas 3-B masuk kekelas dengan wajah yang sedih. Dan mengumumkan bahwa Asano Gasukhuu telah meninggal dunia kemarin malam karena kecelakaan. Dan saat itu juga, Manami merasa nafasnya berhenti seketika. Jantungnya berdetak kencang. Air mata terus mengalir, tidak menyangka bahwa semalam adalah pertemuan terakhirnya dengan Asano.

Manami terus menangis, betapa sakitnya menerima kenyataan bahwa ditinggal untuk selama-lamanya oleh orang yang ia sayangi.

.

.

.

Beberapa bulan kemudian setelah ujian kelulusan. Sekarang ia telah menginjak sekolah menengah akhir. Okuda Manami kini bersekolah di Kunugigaoka High School, tepatnya dikelas 1-A. ia pun merubah penampilannya, ia bertekad harus melupakan kenangan tersebut walaupun rasanya sangat sulit, dan ia masih terus mengingat Asano.

Manami merubah penampilannya dengan cukup drastis. Rambut yang dulu ia biarkan tergerai, kini ia mengepangnya menjadi dua. Lalu sedikit kacamata dengan minus kecil dipakainya. Orang-orang yang melihat pasti menganggap bahwa ia adalah orang yang culun.

Ia berjalan menelusuri koridor kelas dan memasuki kelas yang sekarang ia tempati. Hal yang pertama ia lihat adalah murid-murid yang tampaknya sedang berbincang, tetapi adalah segelintir yang memilih untuk membaca sebuah buku.

Langkah kakinya berhenti dikursi paling belakang, tepatnya ditengah. Manami lebih memilih kursi ini daripada duduk dikursi paling depan.

"Ohayou." Sapa seseorang.

Manami menoleh kedepan, dilihatnya gadis berambut hijau tersenyum ramah kearahnya. "O-ohayou." Balasnya.

"Salam kenal, namaku Kaede Kayano. Kau bisa memanggilku, Kayano!"

"Namaku Okuda Manami, senang berkenalan denganmu, Kayano."

"Semoga kita bisa berteman dengan baik, ne, Manami. Boleh aku memanggilmu Manami?" Tanya Kayano.

"U-um, tentu." Ucap Manami dengan tersenyum.

Rasanya lega, ada seseorang yang mau berteman dengannya. Ia kira dengan berpenampilan seperti ini, tidak akan ada yang mau berteman dengannya. Tapi bagaimanapun juga, Manami tetaplah Manami. Walaupun penampilannya berbeda dengan dulu, sifatnya tidak berubah.

Sebagai orang yang baru dikenal, Kayano merupakan orang yang baik hati dan ramah. Bahkan dia lebih mendominasi saat-saat mereka sedang berbincang. Kemudian suara pintu kelas terdengar bergeser, dilanjutkan dengan masuknya dua sosok pemuda yang berbeda fisik tersebut.

"Tidak sangka kita bertemu lagi dikelas yang sama eh, Nagisa-kun." Ucap pemuda berambut merah.

"A-ah, aku juga tidak menyangka, Karma." Balas pemuda berambut biru.

Keduanya menempati kursi dibelakang, tepatnya disamping seberang kursi Manami dan Kayano. Saat menduduki kursi itu, pemuda yang bernama Karma itu melihat sebuah gantungan kunci yang terjatuh dibawah, lalu ia pun mengambilnya. Dilihatnya gadis berkepang disebelahnya.

"Oi, apa ini milikmu?"

Manami yang sedari tadi berbincang dengan Kayano, mendengar suara seseorang dan menoleh langsung kearah tangan milik pemuda yang sedang memegang sebuah gantungan kunci berbentuk bunga.

"Astaga, ini milikku."

Tanpa melihat wajah pemuda itu, Manami langsung mengambil benda tersebut. Ia bersyukur benda itu ditemukan, gantungan kunci berbentuk bunga ini adalah pemberian mantan kekasihnya, Asano. Manami tidak tahu harus bagaimana jika benda ini menghilang.

"A-ano, terima kasih banyak sudah menemukannya." Ucap Manami menatap pemuda yang duduk disampingnya.

Deg!

Seketika ia membelalakan matanya, menatap tidak percaya. Pemuda itu, pemuda yang telah menemukan benda kesayangannya, wajahnya mengingatkan Manami dengan seseorang yang dirindukannya. Rambut merah, mata goldnya, kulit putihnya. Ia merasa sedang melihat Asano. Tatapan mereka pun sama.

'Kamisama, kenapa ada sosok yang mirip dengan Asano-kun dikelas ini?' Tanyanya dalam hati.

Karma menaikan sebelah alisnya, raut wajah gadis itu berubah. Tapi ia tidak menghiraukannya, "Aa, bukan masalah." Balasnya.

Beberapa menit setelahnya bel masuk berbunyi. Murid-murid pun menduduki kursinya masing-masing. Tak lama kemudian, pintu tergeser dan masuk sesosok gurita berwarna kuning dengan tampang anehnya. Murid dikelas sontak histeris. Mereka mengira kalau sosok itu adalah monster jahat yang turun dari planet lain.

"Ohayougozaimasu. Kalian pasti mengira aku ini monster jahat, kan? Nurufufu. Tenang saja, aku adalah wali kelas kalian sekarang. Kalian bisa memanggilku Koro-sensei." Jelasnya sembari menggerakan tentakelnya.

"Heee, ku kira kau badut yang tersesat disekolah ini." Celetuk pemuda berambut merah tersebut.

Seketika seluruh murid menertawakannya. Termasuk Manami, ia tidak habis pikir, pemuda disampingnya ini berani berbicara seperti itu.

Koro-sensei menampakan ekspresi menangis buatannya, "Aku ini guru mu, bukan badut. Sudah cukup, aku akan mulai mengabsen semua murid." Ucapnya.

Selagi guru guritanya itu memanggil nama yang ada dikelas ini. Manami diam-diam memperhatikan wajah sosok pemuda disampingnya. Ia penasaran dengan namanya. Rasanya seperti pertama kali melihat Asano dulu, tapi sayangnya dia bukanlah Asano orang yang disayanginya.

"Akabane Karma." Panggil Koro-sensei.

"Ha'i." Sahutnya.

Manami akhirnya sekarang mengetahui nama pemuda tersebut. Karma pun merasa sedari tadi ada yang memperhatikannya. Saat menoleh ke samping, gadis berkacamata itu sedang menopang dagu dan menatap sendu kearahnya. Kemudian gadis itu tersentak dan memalingkan wajahnya.

'Y-ya ampun.' Gerutu Manami dalam hati.

"Okuda Manami."

"H-ha'i, sensei."

Kini giliran Karma yang terus memperhatikan tingkah laku gadis itu. Ia berpikir ada yang disembunyikan olehnya. Sesaat kemudian, Karma menyunggingkan senyum tipisnya. Tidak. bisa dibilang ia menyeringai. "Okuda-san, ka?" ucapnya dengan sangat pelan.

.

.

.

TBC

Cuap-cuap Author:

Hallo! Saya author baru di fandom ini, dan gak tau kenapa suka bgt sama pair ini :'3 gimana gimana gimana? Gaje ya? Atau ooc? Atau abal? Huhuhu maapkeun emang gak jago bikin fic yg kewren *nangisdiketekkarmakun*.

Tapi, makasih yang udah nyempetin buat baca fic sayaaa.

Please, read and review?~~~