Hai lagi readers! /nih author nggak ada bosen-bosennya hai-hai terus/

Kembali lagi bertemu dengan author terkeren(?) dengan fic GaJe nya.

Alhamdulillah, sampai saat ini, dari 3 chapter yang telah saya publish, sudah ada 21 review. Dari review-review inilah saya tetap semangat melanjutkan fic ini. Nah, sebelum lanjut membaca, terlebih dahulu saya akan membalas review.

sherin :Terima kasih telah mengkritik fic ini. Saya akan usahakan untuk membuat fic ini supaya tidak aneh lagi. Dan masalah saya bisa bikin ff atau nggak, jelas saya bisa bikin ff. Ya fic ini yang membuktikan saya bisa bikin ff. Urusan isinya, aneh atau tidak, tergantung saya. Terimakasih juga karena sudah mau mereview!

himecool :ide fic ini sebenarnya ya dari imajinasi saya. Bisa juga dibilang terinspirasi, soalnya saya setelah baca banyak fic di fandom Boboiboy jadi pengen bikin fic juga, nah, karena itu saya terinspirasi untuk membuat fic ini. terima kasih sudah mau mereview!

siti wulandari :syukurlah kamu senang baca fic ini. ini udah lanjut. Makasih reviewnya!

Disclaimer :Boboiboy hak cipta Animonsta Studio

Warning :Alur sedikit kecepetan, typo, sedikit aneh, adegan agak boring, dan tatabahasa masih amburadul.

Boboiboy's POV

Aku berjalan pulang dari sekolah dengan wajah lesu dan langkah gontai. Jujur saja, aku merasa bersalah karena telah menjauhi kedua sahabatku, Yaya dan Fang, yang selalu ada bersamaku, dalam kondisi suka dan duka. Apalagi kini Fang sangat marah padaku. Jika Fang bertemu denganku saat ini, aku tidak bisa membayangkan kemarahannya yang akan dilampiaskan padaku.

Apakah aku harus minta maaf kepada mereka sekarang juga? rasanya tidak mungkin, tapi untuk Yaya, aku yakin dia pasti mau memaafkan kesalahanku ini. Walaupun dia telah kujauhi selama 3 hari hingga hari ini, tapi dia masih berusaha agar aku mau kembali bertegur sapa dengannya. Hah, betapa jahatnya diriku ini. Aku harus minta maaf padanya sore hari nanti.

Tidak terasa aku sudah sampai di kedai Tok Aba. Aku segera meletakkan tasku di kursi yang masih kosong, kemudian seperti biasa mengucapkan salam kepada Atok dan Ochobot.

Wajah Atok yang tadinya berekspresi biasa saja tiba-tiba berubah menjadi khawatir saat melihat wajahku yang sedang murung. "Boboiboy, ada apa ini dengan kau? apa ada masalah?" tanyanya. Aku hanya menggelengkan kepala. Maaf tok, kali ini. aku berbohong.

"Terus, kenapa?" tanya Atok lagi.

"Tidak ada apa-apa, Tok. Tenang aja" jawabku. Kalau aku cerita tentang masalahku ini, Atok pasti marah.

"Ooo, jangan-jangan nilai ulanganmu rendah, ya?" tanya Atok lagi curiga.

Aku menghela napas. "Tidak kok, Tok. Mana ada ulangan tadi."

"Atok kira kamu dapat nilai jelek tadi. Ya sudah, nih, makan dulu!," Atok menyerahkan sebungkus nasi lemak kepadaku.

Tanpa buang-buang waktu, dengan segera kubuka bungkusan nasi tersebut, lalu kulahap isinya hingga habis. Maklum, kali ini perutku benar-benar kelaparan. Atok hanya geleng-geleng kepala melihat tingkahku yang seperti orang tidak makan selama tiga hari.

Setelah makan, aku beristirahat sebentar, masih di bangku yang sama. Kuperhatikan Ochobot yang sedang mencuci gelas-gelas kotor. Biasanya, dia pasti mengajakku mengobrol, apapun temanya. Tapi, kali ini dia diam saja. Aku memutuskan untuk bertanya kepadanya.

"Ochobot, kenapa kau dari tadi diam saja?"

Ochobot menoleh sekilas ke arahku, sebelum ia kembali melanjutkan kegiatannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Ada apa sih sebenarnya dengan Ochobot?

Oh, iya, aku baru ingat. Pasti dia diam dari tadi karena tim favoritnya kalah tadi malam. Dia juga sepertinya siap menerima ejekanku kepadanya.

Tapi, aku juga sedang ada masalah, jadi kuputuskan untuk tidak mengejek Ochobot. Kasihan dia, masa' sudah kelelahan menjaga kedai malah mendapat ejekan?.

"Ochobot" panggilku. Ochobot tidak menggubris panggilanku.

"Sudahlah, lupakan saja masalah Real Madrid-Barcelona. Lagian, nggak ada gunanya kan ejek-ejekan masalah klub bola?"

Kali ini, Ochobot menoleh ke arahku. "Eh, serius?" tanyanya, sepertinya ia merasa lega karena tidak mendapat ejekan yang menyakitkan tentang klub kesayangannya.

"Iya, Ochobot" jawabku meyakinkannya.

"Terbaiklah kau Boboiboy! itu baru namanya kawan" ucapnya gembira. Aku pun tersenyum senang, hingga akhirnya masalah di sekolah kembali teringat di pikiranku.

.

.

Aku kini sudah berada di depan rumah Yaya. Kukumpulkan seluruh keberanianku untuk meminta maaf kepadanya. Aku juga siap jika dia menolak permintaan maafku. Kutekan tombol bel yang ada di dekat kusen pintu depan rumah Yaya. Tidak lama kemudian, ibu Yaya yang membuka pintu.

"Bi, bisakah saya bertemu dengan Yaya?" tanyaku.

"Mmm, Kamu sudah pulang sekolah, tapi Yaya kok belum pulang, ya?"

Eh, Yaya belum pulang? ke mana dia?

"Oh, jadi Yaya belum pulang, Bi?"

"Iya Boboiboy. Biasanya kalo dia pulang lambat, pasti sebelumnya sudah ngomong sama bibi".

"Oh, ya sudah bi, saya mau pergi dulu. Assalamu'alaikum!" ucapku.

"Wa'alaikum salam!" jawab ibu Yaya membalas salamku. Aku pun melangkah pergi meninggalkan rumah Yaya.

Author's POV

Boboiboy bertanya-tanya dalam hatinya, 'ke mana perginya Yaya? kenapa jam segini dia belum pulang ke rumahnya?.'

Ia kemudian memutuskan untuk menghubungi Yaya melalui jam kuasanya, namun ia terlihat ragu-ragu. Ia tidak yakin Yaya mau menjawab panggilannya.

Tidak memakan waktu yang lama, jam kuasa Boboiboy terhubung dengan jam kuasa milik Yaya. Baru saja Boboiboy hendak membuka mulut, ia terkejut. Bukannya wajah Yaya yang muncul di hologram jamnya, melainkan sosok yang amat ia kenali sebagai musuh utamanya sampai saat ini, alien pendek berkepala kotak, siapa lagi kalau bukan Adu Du.

"Hai Boboiboy! lama sudah tidak berjumpa." ucap Adu Du dengan seringai jahat khasnya.

"Adu Du?! kenapa kau yang pegang jam kuasa, hah?!, di mana Yaya?!" tanya Boboiboy secara beruntun dengan marah.

Adu Du masih menyeringai jahat. "Kalau kau mau Yaya selamat, sebaiknya cepat kau ke sini! bertarunglah lawan aku! muahahahaha!."

Apa? Yaya sedang ditahan Adu Du?

"Jangan kau apa-apakan Yaya! atau kau tau akibatnya nanti!" ancam Boboiboy. Ia bergegas menuju markas kotak seorang diri tanpa memberitahukan hal ini kepada siapapun, untuk melawan Adu Du sekaligus menyelamatkan Yaya. Ia berharap agar Yaya baik-baik saja di sana.

.

Dengan gerakan kilat, Boboiboy Halilintar sampai di markas kotak dalam waktu sekejap. Adu Du telah menanti kedatangan Boboiboy. Adu Du yakin, dengan kuasa gravitasi yang sekarang ia pakai bisa mengalahkan Boboiboy.

*Flashback On*

Saat pulang dari sekolah, Yaya berjalan seorang diri setelah berpisah dari Fang, Ying dan Gopal di sebuah persimpangan, karena rumah mereka berbeda arah dengan rumah Yaya.

Yaya berjalan dengan gontai. Wajahnya yang ceria kini tergantikan dengan wajah murung. Ia sudah putus asa memikirkan cara agar Boboiboy mau kembali bertegur sapa dengannya.

Tanpa Yaya ketahui, Adu Du dan Probe bersembunyi di semak-semak yang cukup lebat di pinggir jalan, bersiap untuk menculiknya. Ketika Yaya tepat berjalan di hadapan mereka, Adu Du melemparkan sebuah bola berisi gas tidur ke arahnya. Tepat setelah bola tersebut membentur jalanan, gas tidur tersebut langsung mengepul keluar dan terhirup oleh Yaya. Akhirnya Yaya pun kehilangan kesadarannya. Setelah memastikan bahwa Yaya benar-benar tidak sadar, Adu Du dan Probe membawa Yaya ke markas kotak untuk disekap. Jam kuasanya diambil dan langsung dipakai oleh Adu Du. "Sebentar lagi kau akan kalah, Boboiboy! muahahahahahaha.!"

*Flashback Off*

Boboiboy Halilintar menggeram marah. "Di mana Yaya, hah?!."

"Kalau kau ingin menyelamatkan Yaya, lawan aku dulu!" tantang Adu Du dengan sok.

"Ha'ah. Kau harus kalahkan Incik Bos terlebih dahulu. Muahahahahaha..!" timpal Probe lalu tertawa dengan tawa khasnya.

"Bersiaplah untuk kalah lagi, Adu Du!"

"Kau yang kali ini akan kalah Boboiboy!"

Pertarungan sengit pun dimulai. Boboiboy menyerang Adu Du dengan mengarahkan pedang halilintar ke arahnya. Adu Du menghindar dari serangan tersebut tanpa kesulitan.

Kini giliran Adu Du yang menyerang balik Boboiboy Halilintar. "Tumbukan Padu!." Boboiboy Halilintar tidak sempat mengelak dari serangan Adu Du. Alhasil, ia pun terpental.

Boboiboy Halilintar bangkit dengan marah. Ia kembali menyerang Adu Du dengan tebasan halilintar. Tebasan pertama dapat Adu Du hindari, namun tebasan-tebasan berikutnya, Adu Du tidak dapat mengelak sehingga ia pun tersetrum. Boboiboy Halilintar tersenyum puas. "Rasakan kau!."

Adu Du bangkit dalam keadaan masih tersetrum listrik yang masih tersisa di tubuhnya. "Kurang ajar kau Boboiboy!" kata Adu Du dengan marah. Ia lalu mengambil sebuah mobil rongsokan yang ada di dekatnya kemudian melemparkannya ke arah Boboiboy Halilintar. Dengan menggunakan gerakan kilat, Boboiboy Halilintar dengan mudah menghindari lemparan tersebut. Boboiboy Halilintar tersenyum sinis. "Huh, sudah menggunakan jam kuasa saja masih tidak bisa mengalahkanku, dasar LEMAH!."

Emosi Adu Du memuncak. Ia akhirnya mengeluarkan pemberat gravitasi untuk melumpuhkan Boboiboy Halilintar. Kini Boboiboy Halilintar tidak dapat berkutik. Tubuhnya hanya tertelungkup di tanah.

Kali ini Adu Du yang tertawa puas. "Masih meremehkan kemampuanku? sekarang, siapa yang lemah, hah?!."

Boboiboy Halilintar tidak berkata apapun. Namun sorot matanya menunjukkan bahwa ia belum menyerah.

"Sekarang, rasakan ini! tumbukan padu!."

"Tanah Tinggi!." Adu Du terpental jauh, namun jatuh dengan mulus. Dilihatnya Boboiboy Halilintar masih berada di lingkaran pemberat gravitasi yang ia buat. "Siapa yang menyerangku tadi?" kata Adu Du bingung.

Baru saja Adu Du menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba...

"Tanah Ceraka!"

"Aaaaakh!." Adu Du terlempar ke atas. "Serangan bertubi-tubi!" tanah tersebut menghantam Adu Du berkali-kali. Setelah serangan tersebut berhenti, Adu Du jatuh dari ketinggian. Namun berkat kuasa gravitasi, ia mendarat di tanah dengan selamat.

Adu Du masih berdiri walaupun sedikit sempoyongan. Di hadapannya kini ada tiga pecahan diri Boboiboy.

"Sejak kapan kalian sudah berpecah tiga, hah?!"

"Hehe, sebelum Halilintar ke sini, kami sudah berpecah" sahut Boboiboy Taufan.

"Gempa, penyekkan alien ini dengan golem tanah!" perintah Boboiboy Halilintar.

"Jangan, dia sudah..." Belum selesai Boboiboy Gempa bicara, Adu Du ambruk ke tanah dan pingsan.

"Aik, dah pingsan?" kata Boboiboy Taufan heran.

"Sudah. Ayo kita kembali bergabung!" komando Boboiboy Gempa. Boboiboy Halilintar dan Boboiboy Taufan mengangguk lalu bergabung semula hingga kembali menjadi Boboiboy normal. Boboiboy mengambil jam kuasa Yaya dari pergelangan tangan Adu Du, kemudian ia segera bergegas masuk ke dalam markas kotak. Probe segera mendatangi bosnya yang masih pingsan tanpa mempedulikan Boboiboy yang masuk ke dalam markas kotak.

Boboiboy memeriksa seluruh ruangan yang ada di markas kotak untuk mencari keberadaan Yaya.

Semenit kemudian, akhirnya Boboiboy menemukan tempat di mana Yaya disekap. Boboiboy masuk ke dalam ruangan itu dan segera menghampiri Yaya dalam kondisi terikat. Yaya yang sebelumnya menundukkan kepala, mengangkat kepalanya. Seketika matanya melebar tanda ia terkejut. 'Boboiboy ke sini menyelamatkanku?' batin Yaya.

"Boboiboy..."

Tanpa berkata apapun, Boboiboy mendekati Yaya dan melepaskan ikatan tali yang mengikat tangan dan kaki Yaya. Setelah semua ikatan tali dilepas, Boboiboy mundur sedikit menjauhi Yaya. Boboiboy beranggapan bahwa Yaya kini marah padanya karena permintaan maafnya selalu ditolak. Sementara Yaya beranggapan bahwa Boboiboy masih belum mau bertegur sapa dengannya.

Tanpa diduga oleh Boboiboy, Yaya langsung memeluk Boboiboy disertai isakan kecil.

"Boboiboy, sampai kapan kau terus-terusan menjauhi aku? apa salahku? apa kesalahanku begitu besar? hiks...hiks..."

Mendadak wajah Boboiboy merah karena dirinya dipeluk Yaya. Namun, perasaan bersalah kepada Yaya masih menyelimuti dirinya.

"Kau tidak perlu minta maaf, Yaya. Tapi aku yang harus minta maaf. Aku minta maaf sudah menjauhimu" kata Boboiboy.

"Boboiboy, mulai sekarang, jangan jauhi aku ya..." pinta Yaya. Kali ini Yaya sudah tidak menangis lagi.

"Iya, Yaya" jawab Boboiboy.

"Terima kasih Boboiboy" ucap Yaya. Ia semakin mempererat pelukannya. Tapi Boboiboy malah tersenyum jahil.

"Ekhem, Yaya, sampai kapan kamu terus peluk aku?" goda Boboiboy.

Begitu mendengar perkataan Boboiboy, Yaya langsung melepaskan pelukannya. Wajahnya terlihat merah semerah cabai(?) karena malu kepada Boboiboy.

Karena hari sudah semakin sore, Boboiboy menarik lengan Yaya. "Ayo kita pulang" ajaknya. Yaya mengangguk lalu berjalan bersama Boboiboy.

Biasanya, orang yang baru saja berbaikan usai bermusuhan pasti diliputi rasa canggung untuk berbicara kepada 'mantan' musuhnya', namun hal tersebut tampaknya tidak berlaku untuk Yaya, yang kini tengah berjalan pulang bersama Boboiboy.

"Boboiboy..."

"Hmm..."

"Aku mau tanya..."

"Tanya apa, Yaya?"

"Mmm, tapi kamu jangan marah, ya?"

"Iya-iya!"

"Aku kan sudah minta maaf sama kamu, nah sekarang aku mau tanya, aku salah apa sama kamu?"

Pertanyaan Yaya membuat Boboiboy teringat kembali saat Fang secara tidak sengaja mencium pipi Yaya. Boboiboy ragu untuk mengatakan hal tersebut. Setelah berpikir cukup lama, ia memilih untuk tidak mengatakan hal tersebut kepada Yaya.

"Kamu tidak perlu tau, Yaya. Yang penting kan aku sudah maafkan kesalahanmu" kata Boboiboy. 'Kau tidak salah, Yaya. Tapi Fang yang salah' lanjutnya di dalam hati.

Yaya kecewa karena Boboiboy tidak mau menjawab pertanyaannya. "Kamu jahat, Boboiboy. Kenapa kamu tidak mau kasih tau apa salahku?" tanya Yaya dengan nada seperti orang mau menangis.

Boboiboy diam seribu bahasa, walaupun kakinya masih melangkah. 'Maaf Yaya, aku tidak bisa kasih tau kamu' batinnya.

Yaya menyangka Boboiboy marah padanya karena terlalu memaksa untuk menjawab pertanyaannya. "Ma-maaf Boboiboy, aku terlalu memaksa kamu. Lupakan saja pertanyaan itu" kata Yaya.

Boboiboy menoleh ke Yaya. "Nah, gitu dong, Yaya yang maniiisss!" goda Boboiboy.

Rona merah kembali menghiasi pipi Yaya. "Ih, gombal!" kata Yaya dengan sebal, tapi bibirnya mengulas senyum. Boboiboy pun ikut tersenyum. Namun, senyum Boboiboy memudar saat ia teringat kembali saat ia sempat bersitegang dengan Fang sebelum ia keluar kelas saat jam pulang sekolah.

"Boboiboy, kamu kenapa?" tanya Yaya, tanpa melepaskan pandangannya ke wajah Boboiboy.

Boboiboy menghela napas. "Tidak apa-apa" jawabnya.

"Benarkah?"

"Iya. Aku tidak apa-apa."

Kemudian keduanya diam. Hening. Mereka mencari topik pembicaraan yang pas. Hingga akhirnya Boboiboy teringat sesuatu.

"Yaya, di mana jam kuasamu?" tanya Boboiboy pura-pura tidak tahu.

Yaya mengangkat pergelangan tangan kanannya, kemudian tiba-tiba ia menepuk dahinya. "Oh, iya!. Jam kuasaku masih ada pada Adu Du! kenapa aku baru ingat sekarang?"

Boboiboy menatap Yaya dengan tatapan sinis. "Itulah, ngatain aku pelupa, tapi kamu sendiri juga pelupa."

"Tapi, aku 'kan tidak pelupa sesering kamu!" kata Yaya tidak terima disebut pelupa.

"Eleh, pelupa ya tetap pelupa. Mau jarang kek, mau sering kek, sama saja." sahut Boboiboy.

"Huh!" Yaya hanya mendengus kesal mendengar sindiran Boboiboy.

Boboiboy merogoh kantong jaketnya, mengambil sesuatu, yang ternyata adalah jam kuasa milik Yaya. Ia kemudian memperlihatkannya kepada Yaya.

Yaya terkejut. "Eh, kapan kamu mengambilnya dari Adu Du?" tanyanya.

"Tadi, aku bertarung dengan Adu Du sampai dia kalah. Terus, kuambil deh jam ini."

"Terima kasih Boboiboy!" ucapnya sambil mengulurkan tangannya hendak mengambil jam kuasa miliknya yang masih berada di tangan Boboiboy, namun Boboiboy malah menariknya kembali.

"Coba ambil kalo bisa, weee!" kata Boboiboy sambil memeletkan lidahnya seperti kodok.

"Sini kau Boboiboy!"

Boboiboy berlari meninggalkan Yaya. Dan adegan kejar-kejaran pun tak bisa terelakkan lagi.

.

Yaya' POV

Mataku terasa lelah setelah membaca buku-buku pelajaran yang baru saja kupelajari. Aku berbaring di spring bedku yang empuk. Sambil menatap langit-langit kamar, aku mengingat kembali momen-momen saat bersama Boboiboy tadi sore, terutama saat aku kejar-kejaran dan berhasil menangkapnya saat ia tersandung kayu di dekat pohon. Aku berhasil mengambil jam kuasaku darinya, dan aku mencubitnya dengan puas. Hah, lega sekali rasanya bisa membalas kejahilannya. Aku juga senang karena ia sudah mau kembali bertegur sapa denganku.

Sejenak kemudian, aku teringat sesuatu. Besok aku berencana pergi ke toko buku di kota untuk membeli buku-buku pelajaran yang tidak disediakan di sekolah. Tapi, siapa ya yang mau ku ajak pergi bersamaku ke sana?.

Pilihan pertamaku jatuh kepada sahabat sekaligus sainganku dalam pelajaran, siapa lagi kalau bukan Ying. Mungkin dia mau kuajak pergi ke kota. Yah, sekedar menemaniku saja.

Kuambil jam kuasaku yang tergeletak di meja di dekat kasurku. Kemudian kuhubungi Ying. Tidak lama kemudian, wajah Ying muncul di hologram. Langsung saja kusapa dia.

"Hai Ying!"

"Hai Yaya!"

"Ying, apakah kau sudah belajar?"

"Sudah, dong! terus, apa kau juga sudah belajar?"

"Sudah"

"Baguslah. Nah, ada perlu apa kau menghubungiku malam-malam begini?"

"Eemm, Ying, besok aku kan mau pergi ke kota, mau beli buku-buku pelajaran. Mau tidak kau ikut denganku? lagian, aku nggak ada teman ke sana. Gimana? mau tidak?"

"Mmmm, maaf Yaya, aku tidak bisa. Besok ada kerabatku datang dari Shanghai untuk berkunjung ke rumahku. Jadi, aku tidak bisa ikut denganmu. Sekali lagi, maaf ya Yaya?"

"Nggak apa-apa kok. Aku tidak maksa. Ya sudah, Bye, Ying!"

"Bye, Yaya!"

Hologram di jam kuasaku lenyap. Hah, siapa ya yang mau kuajak ke kota besok selain Ying?

Mungkin Boboiboy mau. Dia 'kan jarang menolak permintaanku?. Buktinya, dia mau membantuku membuat biskuit di hari biskuit sedunia, tidak seperti Gopal, Ying dan Fang yang selalu mencari alasan. Ya, aku harus mengajaknya.

Author's POV

Boboiboy baru saja masuk ke kamarnya, sementara Ochobot masih menonton televisi bersama Tok Aba. Baru saja ia hendak merebahkan diri di kasurnya, jam kuasa miliknya berbunyi. Dilihatnya hologram yang muncul dari jamnya.

"Hai Boboiboy!" sapa Yaya.

"Hai juga. Eh, Yaya, ada apa nih kau menghubungiku? kangen ya?" goda Boboiboy dengan senyum jahil.

"Huh, kangen konon! aku mau bilang sesuatu sama kamu."

"Cepat, katakan!" kata Boboiboy dengan nada memerintah.

"Iya-iya! Mmm...Boboiboy, besok kamu mau tidak, temanin aku ke kota?"

"Eh, ke kota? ngapain?"

"Aku mau beli buku-buku pelajaran di toko buku di sana."

"Oh, begitu. Tapi..."

"Ayolah Boboiboy! mau ya? mau ya?" pinta Yaya dengan ekspresi puppy eyes khasnya yang membuat Hati Boboiboy luluh seketika.

"Ngg, kenapa kamu tidak ajak Ying?"

"Dia tidak bisa ikut aku, soalnya kerabatnya dari China datang mengunjungi rumahnya besok."

"Kalo Fang? Gopal?" kenapa tidak ajak salah satu dari mereka?"

"Aku tidak mau lah. Ayolah Boboiboy, please!"

"Terus, kalo kamu nggak mau sama Fang atau Gopal, kenapa kamu mau sama aku?"

BLUSH! wajah Yaya mendadak memerah. Ia menundukkan kepalanya.

"Yaya, kenapa wajah kamu jadi merah?" tanya Boboiboy bingung.

"Ng-ng-nggak ada apa-apa kok!" jawab Yaya terbata-bata. "Ayolah Boboiboy! ayolah!" rengek Yaya.

"Ya udah deh, aku mau. Tapi, aku harus minta izin dulu sama Atok. Kalau dibolehkan, aku besok ikut kamu."

Wajah Yaya yang tadinya memerah karena malu mendadak cerah kembali. "Beneran nih, Boboiboy?"

Boboiboy mengangguk tanda jawaban 'Iya'.

"Yeey!" pekik Yaya.

"Kenapa, Yaya?"

"E-eh, nggak apa-apa. Aku tunggu kepastianmu sekarang. Nanti hubungi aku lagi, ya?"

"Iya"

Setelah hologram di jam kuasanya lenyap, Boboiboy keluar dari kamarnya menuju ke ruang keluarga untuk menemui Tok Aba. Sesampainya di ruang keluarga, hanya ada Ochobot di depan televisi.

"Ochobot, mana Atok?" tanya Boboiboy.

"Di dapur" jawab Ochobot singkat.

Tanpa banyak mengoceh, Boboiboy segera menuju dapur.

"Atok, Boboiboy mau tanya..."

Tok Aba menoleh ke Boboiboy. "Mau tanya apa?"

"Begini Tok, tadi..." Boboiboy menjelaskan apa yang sebenarnya ingin ia sampaikan. Sementara Tok Aba hanya manggut-manggut.

"Jadi, apa Boboiboy boleh menemani Yaya pergi ke kota, Tok?" tanya Boboiboy setelah bercerita panjang lebar kepada Tok Aba.

"Ya, Atok izinkan. Pergilah temani Yaya ke kota" jawab Tok Aba tanpa ragu-ragu.

"Tapi, Atok dengan Ochobot bagaimana? pasti repot, soalnya kan besok pelanggan ramai."

"Jangan kuatir. Atok dengan Ochobot masih sanggup kok melayani banyak pelanggan. Tua-tua nih Atok masih kuat!"

"Iya-iya. Atok memang terbaik!" puji Boboiboy.

Setelah mendapat izin dari Tok Aba, Boboiboy menghubungi Yaya dan memberitahukan bahwa ia telah mendapat izin dari Tok Aba.

.

.

TBC

Maaf jika chapter 4 ini masih kurang memuaskan.

Akhir kata, saya minta reviewnya. Apapun reviewnya, saya terima, meskipun flame dan sebagainya.

Sampai jumpa lagi di chapter berikutnya!