Ye, aku malah bikin fict baru.

gapapa yah? ^^

Enjoy guys!

warning : humor garing, gaje, ooc, dll


Always Okuda

.

.

.

"Okuda itu…"

Akabane Karma, ia baru saja masuk ke gedung bobrok itu kemarin lusa. Dan dia masuk kelasnya telat banget. Katanya, biar keren gitu kesannya. Pliss deh, dia habis kena skorsing trus datang telat, dan dia bilang gitu keren? Halo, Karma, apa situ masih sehat?

"A-ah, sumimasen." remaja bermarga Akabane itu menatap gadis yang sepertinya merasa bersalah karena sudah menabraknya. Ia cukup heran melihat ada anak yang masuk sekolah seterlambat dia.

Berkacamata, kutu buku, rambutnya dikepang dua, ini gadis kenapa masih pakai style culun begini. "Ne, tak apa. Aku sendiri salah karena tidak lihat jalan." Karma membungkuk untuk membantu gadis itu mengambil buku dan kacamatanya yang terjatuh. "Ano, sepertinya aku kemarin melihatmu di kelas E, benar?" tanya Karma dengan tangan yang menyodorkan buku dan kacamata.

Bukannya menjawab pertanyaan, gadis itu justru lebih respek terhadap kacamata yang barusaja terjatuh dan ia pakai kini, "S-sumimasen, aku harus ke kelas sekarang. A-ano, arigatou gozaimasu." dan gadis itu meninggalkan Karma yang cengo karena pertanyaannya diabaikan dan ditinggal pergi begitu saja.

".. dia kacang banget!"

.

.

.

.

"Okuda memang kacang,.."

Tebakan si jenius sahabat Nagisa itu benar. Gadis yang menabraknya tadi pagi memang sekelas dengannya di gedung bau tanah ini. Dan Karma masih jengkel setengah mati karena ulah gadis itu. Mau dilabrak, dia juga tidak tahu namanya. Mau dimarahin, kenal aja nggak. Mau dipukul, pliss Karma nggak sekeji itu.

"Karma-kun mau ikut makan bareng kami?" Karma menoleh ke arah sahabat birunya yang manis itu. Tenang, Karma masih lurus.

Ada dua cowok termasuk Nagisa dan tiga cewek yang salah satunya adalah si gadis kacamata. Sepertinya ini bisa ia gunakan untuk cari tahu sedikit tentang gadis tadi. Dianggukkan kepalanya dan ia pun berjalan ke arah gerombolan Nagisa, tak lupa bekalnya dibawa.

"Waa, jadi ini Akabane yang terkenal ganas itu?" Karma mendelik tajam ke lelaki yang kabarnya pernah punya rencana mau bunuh si tako pake bola baseball. Sugino mengkeret seketika.

"Aa, Karma-kun, apa kau benar-benar dekat dengan Nagisa-kun saat kelas satu dan dua?" gadis berambut hijau itu menatap Karma penasaran.

Yang ditanya hanya mengangguk tenang sambil mulai memakan nasi kare buatannya, "Memang kenapa? Apa aku terlihat tidak pantas berteman dengan Nagisa-kun yang cantik ini?" tanyanya jahil sambil mengerling ke Nagisa yang langsung merinding.

"Ternyata Karma-kun tidak seperti yang Asano-kun katakan ya." Karma melirik ke gadis kacamata itu. 'Anak ini pasti dulu sekelas dengan si lipan.' gumam Karma dalam hati.

"Okuda-san.." Nagisa langsung lirik-lirik khawatir. Bisa jadi, besok Okuda tinggal nama saja.

"Malahan, Karma-kun terlihat sangat baik dan bisa dipercaya." lanjut Okuda tanpa menghilangkan senyumnya. Karma melongo mendengarnya. "A-ah, aku belum pernah mengenalkan diriku pada Karma-kun. Namaku, Okuda Manami."

Karma mendadak merutuki dirinya sendiri. Ia yakin, mukanya pasti sudah merah sekali. Dan, ia tak bisa membalas ucapan Okuda sedikitpun. Dendamnya menguap saat mendengar ucapan gadis bernama Okuda Manami.

".. tapi entah kenapa ia percaya padaku."

.

.

.

.

"Selain itu, Okuda.."

Karma yakin sekali kalau iphone-nya ia taruh di dalam tasnya. Dan, siang ini iphone-nya raib dari tas sekolahnya. Panik, ia benar-benar panik saat tahu hal itu. Mau jerit frustasi, nanti imej coolnya hilang. Mau ngamuk, dia nggak tahu pelakunya. Mau lapor, tiga sensei ajaibnya tidak ada di gedung ini. Parahnya, Cuma dia yang ada di kelas ini. Semua temannya sudah pulang sejak lima belas menit yang lalu. Terus gimana?

"K-Karma-kun belum pulang?" surai merahnya bergerak slowmotion ketika ia menoleh pintu dan mendapati gadis bermanik amethyst di ambang pintu.

Ia menggelengkan kepalanya, "HP hilang dan aku tidak tau siapa yang ambil." ucap Karma sambil terduduk lemas di bangkunya. "Okuda-san sendiri, kenapa belum pulang?" tanya Karma balik.

"Aku baru saja bangun. Setelah pelajaran olahraga tadi, aku tidur di UKS seharian." jelas Okuda yang berjalan menuju bangkunya dengan sedikit tertatih.

Karma ingat, gadis itu tadi terpeleset saat latihan melompat di medan gunung. Kata teman-teman, kaki kanannya keseleo cukup parah. Untung saja Karasuma-sensei dan Bitch-sensei segera menolongnya.

"A-ano, Karma-kun." gadis itu terdiam sejenak. Ia tampak seperti menimbang apakah ia akan berbicara atau tidak. "Sepertinya, HP mu dibawa oleh Terasaka-kun. Tadi saat ia dan geng-nya melewati UKS, aku tidak sengaja mendengar percakapan mereka." lanjut Okuda sambil menunduk takut.

Mata mercury Karma terbelalak, "Kau yakin, Okuda-san?" sambil menaikkan kacamatanya, Okuda mengangguk mengiyakan. "Berarti aku harus ke rum-"

"T-tidak perlu, Karma-kun." kalimatnya dipotong, Karma mengernyit heran ke maniak kimia itu. "S-soalnya, aku.. aku sudah mengambilnya dari mereka." Karma langsung terperangah mendengar lanjutannya.

Gadis itu kakinya keseleo parah dan ia mengambil HP nya dari Terasaka dekaka? Yang benar saja? Gadis ini juga bertubuh kecil dan terlihat rentan. "Kau bercanda kan, Okuda-san?"

Okuda menggeleng, "A-aku tidak bercanda." Karma masih menatapnya tak percaya. Tau bahwa si surai merah masih meragukan ucapannya, Okuda mengeluarkan benda yang dimaksud dari saku celana olahraganya, "Ini milik Karma-kun, kan?"

Karma langsung menghampiri tempat duduk Okuda, "Ya, ini milikku." ucapnya ketika sang HP sudah kembali padanya. Setelah itu manic mercury-nya menatap Okuda tajam, "Tapi, aku tidak yakin Terasaka mau memberikannya secara gratis padamu." Okuda menunduk semakin dalam. "Jadi, Okuda-san, kau dapat apa dari Terasaka Ryouma?"

Yang ditanya langsung menyembunyikan kedua tangan dibalik tubuhnya. Ia tersenyum hambar, "T-tidak ada, Karma-kun. T-Terasaka-kun memberikannya tanpa perlawanan." jelas Okuda sambil sesekali tertawa gugup.

Karma mendengus mendengar jawaban palsu Okuda. Tangannya menarik tangan Okuda yang disembunyikan dan kembali menatap Okuda yang masih tidak berani mengangkat kepalanya, "Lalu lebam ini kenapa? Saat kau jatuh tidak ada lebam ini loh, Okuda-san."

"A-aku didorong s-sampai membentur dinding. Lebam ini karena aku menahan p-pukulan Terasaka-kun." jelas Okuda dengan suara lirih.

Sang Akabane geram. Aura hitamnya keluar memenuhi ruangan itu. Bahkan, Koro-sensei yang baru saja kembali dari Hawaii, langsung pergi lagi karena tidak kuat terkena aura Karma. "Wah, wah, sepertinya Terasaka-kun ingin kehilangan nyawanya." Karma langsung bergegas mengambil tasnya dan berlalu keluar kelas. Tujuannya Cuma satu, rumah Terasaka.

"K-Karma-kun." langkahnya terhenti karena genggaman dua tangan kecil yang menahan lengannya. "Kalau kau ingin ke rumah Terasaka hanya karena ia habis menyakitiku, lebih baik jangan." cewek gila macam apa yang setelah disakiti, malah memaafkan dengan tulus orang yang menyakitinya.

"Tapi, itu pantas bagi dia, karena dia baru saja menyakitimu dengan alasan yang tidak jelas, Okuda Manami-san." jelas Karma sambil menatap gadis yang tingginya hanya sebatas pundaknya itu.

Okuda menggeleng kuat, "Aku tidak dendam padanya, Karma-kun. A-aku memaafkannya. L-lagipula, mungkin aku juga salah karena telah mengganggu kesenangannya." ujar Okuda sambil tetap memegang tangan Karma. "J-jadi, tolong jangan lakukan itu, Karma-kun."

Akabane Karma terdiam. Ia tidak tahu pemikiran gadis di depannya ini seperti apa. Tapi, ia lebih memilih mengalah daripada ia harus dibenci gadis ini karena telah menghajar Terasaka. "Arigato, Okuda-san."

".. ia terlalu baik dan pemaaf."

.

.

TBC (?)


.

.

Ululul, entah kenapa aku suka banget bikin fict yang bersangkutan dengan Gakushuu, Manami, Karma, sama fem!Nagisa.

Rasanya, really something gitu ,

last, mohon review-nya minna!