First.
Lee Jihoon
Kwon Soonyoung
Seventeen's
Other
-Genderswitch
-Romance & Drama
-Teenagers
-Seventeen punya orangtua masing-masing. Ceritanya punya saya.
.
.
Bosan.
Jihoon menopang dagunya memperhatikan guru di depan yang sedang menerangkan. Jihoon bahkan sudah mengerti apa yang di jelaskan si guru ini. Jihoon memainkan pensil di tangannya. "Bosaaan! Jihoon gak mau belajar!" Jihoon membanting pensil dan mendorong bukunya sampai jatuh. Guru yang berada di depan tersentak kaget dan berhenti berbicara. "Jihoon gak mau belajar! Ibu, Jihoon gak mau belajar!" Jihoon menoleh kearah Ibunya yang mengawasi dari dapur. Dapur dan ruang tamu dekat, dan Ibunya ada disana. Wanita yang terlihat masih muda itu mendekati keduanya dan menyuruh si guru muda itu agar pergi. Ibu Jihoon juga mengatakan tidak usah kembali dan memberikan amplop yang berisi uang.
Si guru muda membungkuk dan langsung pergi setelah membereskan barang-barangnya. Ibu Jihoon duduk di samping Jihoon dan mengelus kepalanya. "Jihoonie, kenapa hm?" dengan sabar Ibu Jihoon bertanya. "Jihoon gak mau belajar, Ibu. Jihoon sudah menguasai yang orang tadi ajarkan."
Ibu Jihoon tersenyum mendengar ucapan anaknya. Anaknya itu memang pintar, dia terbiasa belajar sendiri dan cepat mengerti. Diusianya yang 17 tahun, Jihoon bahkan sudah mengerti materi untuk anak kuliahan. Ibu Jihoon sangat menyayangi anaknya ini, dia kagum sekali dengan kemampuan Jihoon. Tapi ayahnya sering memaksanya belajar kembali, ayahnya tidak percaya kemampuan Jihoon walaupun sangat menyayanginya.
"Jihoonie, mau apa terusnya?" Ibu Jihoon bertanya dengan lembut. Jihoon langsung semangat, matanya menunjukkan binar-binar bahagia. Ibu Jihoon terkekeh melihat anaknya. Dia sudah tau apa yang anaknya mau.
"Jihoon mau jemput Wonwoo-eonni, Ibu." Tuhkan, pasti yang brrhubungan dengan sekolah dan Wonwoo. Wonwoo itu adalah kakaknya Jihoon, sangat menyayangi Jihoon melebihi apapun bahkan orangtuanya sekalipun. Wonwoo juga sangat melindungi Jihoon.
"Ibu temani?" Jihoon menggeleng. "Jihoon mau jalan-jalan juga dengan Wonwoo-eonni." Ibu Jihoon mengangguk mengerti. "Cha, ganti pakaianmu dan panggil supir. Ibu akan bereskan ini." Jihoon mengangguk dan melaksanakan perintah Ibunya. "Aku sayang Ibu!" Jihoon mencium pipi Ibunya dan pergi.
Ibu Jihoon terkekeh.
.
.
Jihoon sudah sampai disekolah kakaknya. Dia tidak turun dari mobil, melainkan hanya membuka kaca mobilnya saja. Mobil Jihoon ada di depan gerbang. Ada banyak siswa dan siswi yang keluar, tentu saja karena ini adalah jam pulang. Jihoon menatap iri para siswa yang asik mengobrol dan bercanda. Selama ini Jihoon benar-benar tidak punya teman. Dia selalu bersama keluarganya.
Jihoon tidak menuntut banyak hal. Ada atau tidak adanya teman sama saja. Wonwoo sering bercerita banyak hal tentang menyenangkan dan tidak menyenangkan mempunyai teman. Wonwoo menceritakan dunia luar yang begitu luar biasa padanya. Lagi, Jihoon tidak menuntut kepada Seungcheol appanya dan Jeonghan eommanya untuk melihat dunia luar. Jihoon bisa ke sekolah Wonwoo, bisa pergi ke kedai ramen, supermarket, atau ketama bermain, Jihoon juga sudah senang.
Jihoon mempunyai lemah jantung. Dia tidak beraktifitas selayaknya orang lain, sekolah, berlari, bermain, atau yang lainnya. Jihoon hanya anak perempuan lemah yang harus kuat melawan penyakitnya. Jihoon jauh dari dunia luar, appanya sungguh luar biasa protektifnya hingga tidak pernah mengenalkan pada dunia luar. Jihoon sadar itu untuknya juga. Jihoon tidak meratapi kesedihannya tidak bisa sekolah dengan belajar sendiri, atau melakukan aktifitas kesukaannya, bernyanyi, membaca buku, mendengarkan musik. Jihoon tidak berontak kepada orangtuanya cuma karena ingin keluar, ingin sekolah. Home schooling tidak berarti padanya. Dia sudah menguasai yang diajarkan si gurunya. Sia-sia saja baginya.
Jihoon bukan tipe orang yang menyusahkan orang lain. Lemah jantung sungguh membuatnya merasa menjadi anak yang merepotkan. Jadi, Jihoon tau diri untuk tidak memaksakan diri.
Dia melihat Wonwoo eonninya sedang mengobrol dengan beberapa temannya. Rata-rata adalah laki-laki. Perempuan hanya beberapa saja. Jihoon tersenyum melihatnya.
"Wonwoo eonni!" Teriaknya. Wonwoo dan teman-temannya tidak terlalu jauh dari mobil milik Ibunya ini. Wonwoo dan teman-temannya itu menoleh kearahnya. Wonwoo tersenyum ceria melihat Jihoon. Padahal tadi dia terlihat cemberut. "Jihoonie!" Panggil Wonwoo. Tangannya membuat gesture memanggil Jihoon. "Jihoonie, kemari sayang!" Teriaknya lagi. Teman-teman Wonwoo terlihat tersenyum melihat interaksi Wonwoo dan perempuan mungil dengan rambut warna coklat. Lantas, Jihoon keluar dari mobil Ibunya. Jihoon berjalan dengan hati-hati sekali. Untung tadi sebelum kesini, Jihoon sempat makan dan meminum obatnya.
Ketika sampai, Wonwoo langsung memeluk adiknya itu dan mencium keningnya. Wonwoo melepaskan pelukannya. Memperlihatkan adiknya. "Teman-teman, ini adikku. Lee Jihoon." Jihoon lantas membungkuk dan tersenyum. Teman-teman Wonwoo ikut membungkuk juga.
"Aigoo, kau lucu sekali. Wonwoo eonni sering bercerita tentang kamu." Seseorang perempuan dengan gemas mencubit pipi Jihoon sebentar. "Aku Seungkwan, Jihoon eonni. Dua tahun dibawah eonni." Jihoon tersenyum. "Halo, Seungkwan-ssi." Jihoon memeluk Seungkwan. Kemudian langsung sadar, Jihoon tertawa canggung. Seungkwan makin gemas dengan Jihoon. "Astaga, tidak apa. Eonni bisa memelukku sesuka eonni. Dan tolong jangan terlalu formal." Jihoon tersenyum mendengarnya. Dia menoleh kearah Wonwoo, di balas anggukan Wonwoo dengan senyuman.
"Jihoon noona, aku Lee Seokmin! Wah, marga kita sama! By the way, aku satu tahun di bawah noona."
"Noona, tolong restui hubunganku dengan Wonwoo noona. Aku pacarnya, Kim Mingyu." Dengan itu, Wonwoo memukul lengan Mingyu dengan pipi merona. Jihoon tertawa. "Kita lihat bagaimana nanti, Mingyu-ssi." Mingyu langsung cemberut. Seokmin dan satu orang lagi memukul kepala Mingyu. "Sok imut, astaga. Kalo Jihoon noona yang melakukannya itu akan imut!" Mingyu yang terbully makin cemberut. Semuanya tertawa.
Kemudian Jihoon memandang satu orang lagi. Satu orang dengan mata sipit yang terlihat unik. Jihoon penasaran sekali. Orang itu mendekati Wonwoo dan bersalaman dengan Wonwoo. Wonwoo dengan bingung ikut saja dengan orang ini. "Astaga, Wonwoo-ie. Aku tertarik dengan adikmu!" Jihoon mengernyitkan dahinya. Wonwoo langsung melepaskan tangan orang itu dan diam. "Ih, tidak mau. Apa-apaan kau, Soonyoung-ah. Tidak sudi." Jihoon menghapalkan nama orang itu di kepalanya. Soonyoung. Namanya Soonyoung. Seungkwan merangkul Jihoon. "Jangan mau, eonni. Dia itu usil!" Soonyoung berbalik menghadap Seungkwan.
"Ya! Ya! Kau pikir kau tidak usil, Seungkwan-ah? Enak saja." Seungkwan mehrong.
Soonyoung menghampiri Jihoon yang tersenyum. "Lihat, Jihoon tersenyum padaku. Manis sekali astaga~ gulalikuu!" Soonyoung mencubit pipi Jihoon pelan. Wonwoo menggelengkan kepalanya. Jihoon masih tersenyum sambil memegangi pipinya yang dicubit Soonyoung.
"Aku Soonyoung, Jihoonie. Kwon Soonyoung!" Jihoon mengangguk. "Halo, Soonyoung. Aku Jihoon." Soonyoung mengajak Jihoon salaman. Jihoon menyalami. Soonyoung hampir tidak mau melepaskan jika saja Wonwoo dan Seungkwan menarik tangan masing-masing. Seokmin dan Mingyu tertawa jahat. Soonyoung menggaruk belakang kepalanya. Dia malu di depan gulalinya. "Sudah, ayo ah. Nanti keburu sore." Itu adalah Wonwoo.
Setelah itu mereka berjalan kearah mobil Ibunya Wonwoo dan Jihoon. Soonyoung dengan semangat duduk di sebelah Jihoon. Jihoon di pojok, dia di sebelahnya, sebelahnya adalah Wonwoo. Di belakang ada Seokmin, Seungkwan dan Mingyu. Soonyoung ketika naik, berteriak. "Aku di dekat Jihoon, aku dekat Jihoon!" Wonwoo menghela nafas dibuatnya.
"Ajjhusi, kerumah ya!" Pekik Wonwoo. Supir keluarga Lee itu mengangguk, dan mobil melaju. "Maaf, Jihoon. Hari ini cancel dulu ya jalan-jalannya. Besok kita jalan-jalan seharian penuh! Aku harus mengerjakan tugas bersama Soonyoung. Selain Soonyoung, mereka hanya ikut-ikutan. Katanya ingin melihat dirimu." Jelas Wonwoo. Jihoon mengangguk saja, tertawa kecil ketika mendengar kata terakhir.
Seungkwan di belakang menyambar. "Wonwoo eonni sering sekali bercerita tentang adiknya tapi tidak pernah dikenalkan. Aku kan penasaran! Makanya tadi eonni kelihatan cemberut, soalnya kita memaksa." Jihoon tertawa. "Pantas saja, eonni seperti itu. Itu ya sebabnya."
Mereka mengobrol tentang Jihoon sampai dirumah. Sebenarnya Seungkwan, Seokmin dan Mingyu pernah kerumah Wonwoo dan Jihoon. Cuma tidak ketemu Jihoon. Jihoon sedang dirumah sakit saat itu. Penyakitnya kambuh, jadi tidak bertemu.
Kalau Soonyoung sering ke rumah sepasang saudara itu. Tapi baru pertama kali ketemu sama Jihoon juga. Jihoon kadang tidak mau keluar dari kamarnya atau studio yang memang di siapkan untuk Wonwoo dan Jihoon.
"Kenapa kalian tidak sekalian kerjakan tugas kalian? Seungkwan? Seokmin? Mingyu?" Soonyoung menegur mereka. Tiga orang yang di panggil mengangguk. "Benar, kami ada tugas." Mingyu dan Seungkwan mengeluarkan bukunya. Seokmin juga. Sementara Soonyoung dan Wonwoo sudah mulai mengerjakan tugas. Ada makanan di bawah meja. Kenapa taruh dibawah? Meja sudah penuh dengan buku, kertas, laptop. Haha.
Jihoon melihat mereka dari ujung ruangan. Tangannya aktif mengusap darah yang keluar dari hidungnya pakai tissue. Tadinya Jihoon ingin meminta tolong Wonwoo. Tapi ternyata Wonwoo sedang sibuk.
Dia terlalu kelelahan hari ini.
Jihoon memegangi dadanya. Sakit sekali. Terakhir kali penyakitnya kambuh adalah dua bulan yang lalu, dan sekarang penyakitnya kambuh lagi? Jihoon memikirkan kegiatannya dari pagi. Semakin memikirkannya, jantungnya semakin sakit. Jihoon berlutut. Sungguh tidak kuat, darah terus keluar dari hidungnya. Orangtuaya pergi dinas. Pembantu juga sedang cuti semuanya. Satu-satunya cara adalah meminta bantuan pada Wonwoo.
"W-Wonu eonni. Hukz sakit." Jihoon mendongak menatap keempatnya yang masih sibuk belajar. Wajahnya terlihat pucat. Tangannya mengepal.
"W-Wonu eonni!" Jihoon berteriak. Walau tidak terlalu keras tapi berhasil membuat Soonyoung menoleh kearahnya. Soonyoung kaget melihat Jihoon, langsung saja dia menghampiri Jihoon. Yang lain menoleh dan kaget mendapati Soonyoung sedang berusaha menggendong Jihoon.
"Astaga, Lee Jihoon!"
"Jihoon noona?!"
"Eonni!"
Jihoon pingsan dan digendong Soonyoung yang panik mencari ruangan.
TBC
- Waaaa! Apa yang aku buaaaat? Aku buat ff chaptered lagi :(. Padahal yang satu belum update. Aku stuck di ff yang satu lagi. Kenapa aku senang sekali membuat Jihoon kesakitan? Haha. Ini hanya di ceritaku saja. Dan aku membuat genderswitch lagi. Akan aneh jadinya jika cerita dengan bentuk pasaran ini jadinya yaoi. Tapi lebih aneh lagi membaca ff dengan karakter yang aslinya cowok malah jadinya cewek haha. Maafkan aku.
- aku bingung dengan rambut Jihoon lebih bagus dengan rambut strawberry nya, kuningnya atau rambut dia yang baru. Dan aku salah menulis Soonyoung yang memanggil Jihoon gulali ku padahal aku bilang Jihoon dengan rambut coklat. Sekali lagi, maafkan aku.
- aku tadinya mau memasukkan Junhui di teman-teman Wonwoo. Tapi aku baru ingat ketika sudah menulis setengah adegan perkenalan. Ah, aku banyak sekali kesalahanku.
- sekolahku sedang banyak libur, aku punya kesempatan menulis banyak. Tapi nyatanya aku terlalu malas. Haha. Btw, aku ganti penname ya. Haha. Aku suka sekali dengan Soonyoung, Wonwoo dan Jihoon. 96 line sungguh lucu! Tapi mereka jarang sekali bersama, bertiga gitu. Aku menemukan moment mereka hanya saat trainee, yang main pukul-pukulan itu. Haha. Kalau Wonwoo dan Jihoon, Wonwoo dan Soonyong atau Soonyoung dan Jihoon itu banyak. Kalau bertiga, susah sekali.
- Tolong berikan aku tanggapan, aku senang sekali membaca review kalian. Hehe.
-Sampai jumpa di chapter depan!
By, novalizaar.
