DARK UZUMAKI NARUTO : REVENGE

Author : dark namikaze vengeance 6661

.

Rated : T (mungkin T semi M untuk adegan kekerasannya)

.

Pair : ?

.

Disclaimer : Naruto (Masashi Kishimoto) & DxD (Ichie Ishibumi)

.

Warning : banyak typo, OOC?,dll.

.

Genre : Adventure, fantasy

Yuhuuu akhirnya untuk memenuhi janji saya akan mempublishkan fanfic Naruto x Highschool DxD, untuk alasan kenapa baru bikin fanfic lagi ada di paling bawah.
maaf karena sudah hamper 2 tahun ga nulis fanfic tolong minta saran dan kritik yang membangun :)

Oke, semoga tak mengecewakan chapter pertama ini

.

.

.

.

CHAPTER 1

.

.

.

.

.

"Naruto-kun lari!" Perintah seorang wanita didepannya.

"Lari? Kenapa harus lari?" Tanya Naruto seakan masih belum paham situasinya saat ini, sedangkan wanita dihadapannya sudah memasang wajah pucat serta panik.

Blarrrrr

Kedua orang itu dikejutkan saat terdengar suara ledakan yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Sialan kau gagak, aku tak akan kalah dengan semudah itu!" Naruto mendongakan kepalanya ke udara, dan ia melihat orang-orang dalam jumlah banyak yang memililiki sayap dipunggugnya, tengah saling menatap dengan tatapan tajam satu sama lain.

"Siapa yang kau panggil gagak, kelelawar?" salah seorang pria Nampak marah,Perlahan kumpulan cahaya berkumpul dilengannya, kemudian cahaya itu membentuk suatu benda yang kelihatan seperti tombak.

"Kita habisi kelelawar ini,teman-teman!" satu persatu orang-orang bersayap dari salah satu kubu membuat tombak cahaya di tangan mereka.

"K-kita harus lari dari sini, atau kita akan terbunuh!" Wanita itu langsung menarik Naruto yang nampaknya masih syok melihat kejadian barusan.

"A-apa yang sebenarnya tengah terjadi? Da-dan orang-orang itu mempunyai sayap dipunggungnya?" Wanita disampingnya tersebut melirik Naruto dari ujung matanya saat mendengar pertanyaan Naruto.

"Kalau tidak salah aku pernah membaca buku yang berhubungan dengan orang-orang yang memiliki sayap seperti itu, dan nama mereka adalah..."

Blarrr Blarr Blarr

Naruto tak dapat mendengar kalimat terakhir barusan,karena sebuah ledakan secara berturut-turut terjadi di langit.

Naruto menghentikan langkahnya, dan ia melihat orang-orang bersayap dari dua kubu tengah saling serang. Salah seorang pria melemparkan tombak cahaya pada kubu musuhnya, tetapi dapat ditahan oleh sebuah lingkara sihir.

"Tadi tombak cahaya, dan Sekarang Lingkaran sihir? Yang benar saja!" Ucap Naruto saat melihat kejadian-kejadian diluar akal sehatnya.

"Serang balik!"

Wushh

Salah satu kubu menyerang dengan kekuatan sihir yang muncul dari lingkaran sihir didepan tubuhnya, sedangkan kubu yang lain berusaha menghindarinya dengan meliuk-liuk diudara menggunakan sayap dipunggung yang mereka miliki. Satu per satu orang yang terkena serangan tersebut jatuh kebawah dan mendarat dengan keras diatas tanah. nampaknya dari kubu yang lain tak terima melihat teman-temannya satu per satu berguguran, mereka kemudian membuat lagi tombak cahaya serta melemparkannya ke musuh.

"kalian akan membayar semua ini dengan kematian kalian!"

Salah seorang pria membuat tombak cahaya 2 kali lebih besar dari tombak cahaya yang sebelumnya ia buat, tanpa basa-basi ia langsung melemparkannya.

di kubu yang lain, mereka berusaha menghindari dan menahan tombak-tombak cahaya yang menuju kearah mereka.

Jleb jleb jleb

"Arghhh."

Naruto terkejut saat melihat orang-orang langsung menjadi abu saat terkena tombak cahaya tersebut.

'Ini mengerikan, benar-benar mengerikan.' Pikir Naruto.

Wanita yang tadi berlari bersama Naruto baru tersadar kalau Naruto sudah tak berlari lagi, ia langsung menolehkan kepalanya kebelakang.

"Naruto-kun jangan berhenti,cepat lari! Ini bukan waktunya untuk terkagum-kagum, atau kau akan ma-" Wanita itu menghentikan ucapannya saat melihat sebuah tombak cahaya tengah melaju kearah Naruto yang masih diam dengan pandangan terkejut. Wanita itu langsung berlari kearah Naruto sambil berteriak "NARUTO-KUN MENGHINDAR!"

Naruto langsung tersadar saat seseorang meneriakan namanya, tetapi ia terkejut saat tombak cahaya sudah hampir mengenai tubuhnya.

JRASH

Cipratakan darah mengenai wajah Naruto, ia memasang wajah yang sangat terkejut.

BRUK

Naruto menahan tubuh wanita didepannya yang mengorbankan tubuhnya untuk melindunginya dari tombak cahaya. Naruto langsung berusaha mencabut tombak cahaya yang menembus tubuh wanita didepannya,tetapi tombak tersebut langsung menghilang dengan sendirinya.

Ia melihat tubuh wanita yang berada dalam pangkuannya yang penuh dengan darah segar. Dengan susah payah, wanita itu mengangkat tangan kanannya yang bersimpah darah dan mengusap pipi Naruto yang memasang ekspresi tidak percaya serta syok.

"Kenapa?"hanya kalimat itu yang terucap dari bibir Naruto.

"J..jangan mema...sang wajah sep..erti itu,Na..ru..to-kun.." balas wanita itu. Air mata langsung mengalir dari kedua mata Naruto. Dengan gerakan pelan, tangan wanita itu berusaha menyeka air mata Naruto dan menyebabkan air mata Naruto bercampur dengan darah.

"haha Ja..jangan mena..ngis, bukan..kah seorang laki...laki..tak bol..eh menangis.."

"Jangan terlalu banyak bicara dan ini bukan waktu yang pas untuk bercanda,bodoh! Aku akan menelpon rumah sakit untuk segera membawa ambulan kesini!" Sang Wanita hanya menggelengkan kepalanya dengan lemah dengan senyum lembut diwajahnya.

"Sela...mat ti..tinggal,Naruto...kun."

.

.

.

.

"Naruto-kun,Naruto-kun!"

"Arghhhhhhhhhh." Naruto langsung terbangungun dari mimpinya,nafasnya tersenggal-senggal dan keringat membasahi tubuhnya seperti sudah berlari marathon belasan kilometer.

"Hah..hah..hah.."Naruto mengatur nafasnya agar kembali normal. Ia menyeka air mata yang membasahi pipinya.

'Mimpi itu lagi.' Batin Naruto.

Srett

"Mimpi yang sama lagi,Naruto-kun?" Seorang wanita memeluk tubuh Naruto dari belakang, dan menahan kepalanya dipundak Naruto. Naruto seolah baru menyadari keberadaan wanita yang tengah memeluknya dari belakang tersebut.

"Yah, aku bermimpi tentang mimpi itu kembali..entah sudah berapa puluh kali aku memimpikan hal yang sama." Jawab Naruto tersenyum masam sambil melirik pada wanita yang memeluknya dari belakang tersebut dari ujung matanya.

"Aku tak akan pergi atau meninggalkanmu, Naruto-kun." Ucap wanita tersebut dengan sebuah senyum diwajah cantiknya tersebut.

"Ya, aku percaya padamu...Hinata." jawab Naruto dengan senyum tipis.

'Tentu saja itu tak akan terjadi, itu hanya sebuah mimpi.' Batin Naruto.

"Baiklah, sekarang pergi Mandi. Akan kubuatkan sarapan selagi Naruto-kun mandi." Ucap Hinata sambil melepaskan pelukannya pada Naruto.

"Seharusnya kau tak perlu repot-repot datang ke apartemenku setiap pagi,Hinata. Aku menjadi merasa tak enak,karena setiap pagi kau datang kesini dan memasakan sarapan untukku." Hinata yang mendengar ucapan Naruto hanya tersemyum simpul.

"Tak apa, aku tak merasa terbebani. Malah aku menikmatinya. Kalau aku tak kesini, pasti Naruto-kun akan bangun kesiangan." Naruto yang mendengar itu hanya tersenyum.

"Cepat mandi, Naruto-kun!" Perintah Hinata.

"Baik,baik." Hinata terkikik geli saat mendengar ucapan Naruto barusan. Hinatapun lalu bersiap memasak sarapan untuk Naruto seperti biasa.

.

.

.

.

.

Naruto dan Hinata tengah berjalan bersama menuju sekolah. Naruto dan Hinata bersekolah di sekolah swasta yang sama yaitu SMU Kuou. Sebelumnya, sekolah ini adalah SMU khusus anak perempuan, tetapi sekarang menjadi campur. Jadi rasio perbandingan siswa perempuan lebih besar dari pada siswa laki - laki, tetapi tahun demi tahun jumlah siswa Laki - laki terus meningkat. Namun secara keseluruhan, tetap jumlah siswa perempuan lebih banyak dari pada siswa laki - laki. Hinata dan Naruto adalah siswa kelas XI, dan rasio perbandingan perempuan dan laki laki adalah 7:3. Dikelas XII malah OSIS pun kebanyakan adalah perempuan, bahkan ketua OSIS sekolah juga perempuan.

"Nee, Naruto-kun?"

"Hmm ada apa Hinata?" Tanya Naruto sambil menolehkan kepalanya kearah Hinata, tanpa menghentikan langkah kaki mereka.

"Apa kau percaya bahwa ada mahluk astral di dunia ini?"

"Hah?" Naruto memiringkan kepalanya sambil membetulkan letak kacamata tebalnya. Ia tak bisa mendengar perkataan Hinata,karena Hinata berbicara begitu pelan atau karena situasi dijalan ini begitu ramai sehingga tak terdengar.

Yah, Naruto saat sekolah selalu menggunakan kacamata tebal miliknya dengan alasan pandangan matanya kurang baik dalam melihat objek tanpa menggunakan Kacamata.

Hinata hanya menghela nafasnya, saat Naruto yang nampaknya tak mendengar pertanyaannya barusan.

"Lupakan."

Setelah itu,Naruto dan Hinata berjalan dalam keheningan. Dan tak terasa mereka sudah sampai didepan kelasnya.

"Bocah gila."

"Mati saja kalian binatang kotor!" Hinata dan Naruto dapat melihat para wanita dikelasnya tengah mencaci maki ketiga orang siswa yang nampaknya tengah asik dengan dvd dan majalan porno? Ya, majalah porno. Mereka bertiga adalah Hyoudou issei,Matsuda dan Motohama.

"Diam! ini adalah hiburan kami! perempuan dan anak - anak menyingkir saja dan tidak boleh lihat! kalau tidak kuperkosa kalian dalam imajinasiku nanti!" Balas Matsuda. Para Wanita lalu meninggalkan trio mesum tersebut, mereka lalu tersenyum sambil melihat kearah Naruto dan Hinata seolah-olah kejadian barusan itu tak ada.

"Ohayou Hinata-chan,Naruto-kun."

"Ah Ohayou." Balas Naruto sambil tersenyum tipis.

"Ohayou." Hinata juga membalas sapaan temannya dengan sebuah senyuman. Naruto lalu berjalan mendekati trio mesum tersebut.

"Ohayou Issei,Matsuda,Motohama." Sapa Naruto. Issei yang tengah asik dengan majalah porno ditangannya langsung menoleh kearah Naruto.

"Ah Ohayou Naruto." Balas Issei. Naruto Lalu duduk dibelakang bangku Issei,sedangkan Matsuda dan Motohama memandang sengit Naruto.

"Mati saja kau,Naruto!"

"Ya, walaupun kau itu anak yang sama tidak populernya seperti kami, tapi...tapi..kenapa Hinata-chan yang merupakan idola sekolah selalu dekat denganmu, pirang sialan!" Rutuk Motohama denga air mata yang mengalir dari kedua matanya. Naruto hanya menggaruk-garuk belakang kepalanya sambil tersenyum kikuk.

Hinata memang merupakan idola sekolah, dengan rambut biru gelapnya yang panjang serta sifatnya yang ramah menjadikannya idola disekolah, seperti Rias Gremory,Himejima Akeno, dan Sona sitri yang ketiganya merupakan kelas XII.

Sedangkan Naruto hanya murid biasa-biasa saja,dan itulah yang membuat Matsuda dan Motohama iri.

Issei menutup majalah porno yang ia pegang,dan

Sret

"Ilmu apa yang kau gunakan Naruto?" Iseei langsung mencengkram kerah baju Naruto sambil memandanginya dengan serius.

"Diam kau Issei! kau juga sekarang dikelilingi oleh wanita-wanita cantik seperti Rias senpai,Akeno senpai dan maskot sekolah,Koneko-chan!"

"Ya,mati saja kalian berdua!" Bentak Matsuda dan Motohama.

.

.

Issei Pov

Akhirnya setelah kegiatan disekolah selesai, tadinya aku akan melihat video koleksi terbaru dari Matsuda. Tetapi, Buchou memintaku untuk datang ke ruang klub, klub penelitian ilmu gaib.

Yah karena aku adalah anggota dari klub penelitian ilmu gaib dan juga seorang...iblis.

Aku sudah cukup lama saat diriku berubah menjadi iblis, haha alasan aku menjadi iblis? Haha kalian mungkin tak akan percaya, tapi aku dibunuh oleh pacarku sendiri saat kencan. Ironis? Tentu saja, Amano Yuma-chan merupakan pacar pertamaku dan seorang malaikat jatuh...itulah yang dikatakan Buchou padaku.

Tetapi, Buchou atau Rias Gremory datang menyelamatkanku dan menjadikanku iblis dan pelayannya.

Kenapa alasan nyawaku diincar oleh malaikat jatuh? Itu karena ditubuhku ada yang namanya Sacred Gear.

Menurut penjelas Buchou padaku, Sacred Gear adalah kekuatan tidak alami yang diberikan kepada manusia tertentu. Kebanyakan Sacred Gear punya fungsi yang hanya bermanfaat di dunia manusia. Tetapi ada beberapa Sacred Gear yang bisa menjadi jerat bagi iblis atau malaikat jatuh.

Hehe tapi aku tak menyesal , karena sekarang aku punya tujuan untuk menjadi iblis kelas tinggi dan membuat harem.

Aku sudah cukup terbiasa hidup sebagai iblis, kekuatanku akan meningkat pada malam hari sedangkan pada siang hari merupakan kelemahan iblis, iblis lemah terhadal cahaya.

Pekerjaan sebagai iblis adalah seperti ini:

Pertama kami dipanggil, dan kemudian kami mengadakan kontrak dengan mereka yang memanggil kami. Setelah itu, kami memenuhi keinginan mereka. Sebagai gantinya, kami menerima sesuatu yang senilai dengan keinginan yang mereka buat. Hal itu bisa berupa uang, benda, dan bahkan kehidupan mereka. Tetapi dewasa ini, tidak ada kontraktor yang mau menggunakan nyawa mereka memenuhi keinginan mereka. Bahkan jika ada seseorang seperti itu, jika harga yang mereka berikan tidak setimpal dengan keinginan yang mereka inginkan, maka keinginan tersebut tidak dapat dikabulkan. Menurut Buchou, "Nilai dan harga setiap individu tidak sama".

Dan satu lagi, diantara yang lain, posisiku sebagai pelayan buchou adalah yang terendah karena aku hanyalah seorang...pion. Kiba adalah "Bidak Kuda". Koneko-chan adalah "Bidak benteng". "Akeno-san adalah "Bidak Ratu", Dia adalah yang terkuat setelah Buchou dan yang terakhir Buchou adalah "Bidak Raja".

Issei Pov End

Issei masuk ke dalam bangunan tua diwilayah sekolah , dan kemudian menuju ke ruang di lantai dua.

Issei lalu membuka pintu ruangan tersebut sambil mengatakan "Aku masuk."

Semua orang sudah ada disana, seperti Rias Gremory,Himejima Akeno,Yuuto Kiba, dan Toujo Koneko. Issei lalu duduk dikursi kosong disebelah Kiba.

Rias mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru ruangan, ia lalu berdiri sambil memandang pelayan-pelayannya.

"Hari ini aku mendapat laporan bahwa para Eksorsist dari pihak gereja telah bergerak." Ucap Rias.

"Eksorsist?" Issei hanya memasang wajah bingung. Rias lalu menolehkan kepalanya pada Issei.

"Para eksorsist ditugaskan gereja untuk membunuh musuh terbesar kita. Dan Issei jangan pernah terlibat dengan orang gereja." Ucap Rias.

"Baik Buchou." Balas Issei tegas.

"Ara ara, itu adalah semangat yang bagus Issei-kun." Akeno hanya tersenyum sambil melihat Issei.

'Eksorsist ya...beberapa waktu lalu aku pernah melihat pertarungan untuk memusnahkan iblis liar dan sekarang eksorsist, hah nampaknya untuk menjadi iblis tertinggi dan mempunyai harem sendiri masih sangat jauh.' Batin Issei.

Dhuagh

"Dilarang berpikir mesum!" Ucap Koneko dengan wajah datar sambil memukul kepala Issei. Issei hanya mengaduh kesakitan sambil memegang kepalanya.

.

.

.

.

Srett

Naruto membuka pintu apartemennya, dan tidak ada siapapun didalamnya. Ia lalu melemparkan tasnya tepat diatas kasur miliknya. Ia berhenti tepat didepan sebuah cermin.

Naruto terdiam cukup lama didepan cermin, ia lalu membuka kacamatanya dan memperlihatkan mata biru lautnya yang indah. Tiga goresan yang waktu kecil menghiasi kedua pipinya sudah lama hilang, dan rambut pirangnya sudah tumbuh cukup panjang.

"Kencan dengan Hinata ya..."

Flashback

Naruto dan Hinata tengah duduk disebuah cafe, mereka berdua memutuskan untuk diam terlebih dahulu dicafe tersebut saat hujan turun dengan derasnya.

"Nee, Hinata?" Hinata yang dipanggil oleh Naruto langsung menolehkan kepalanya.

" hmm ada apa Naruto-kun?" Tanya Hinata dengan wajah penasaran.

"Besok kau ada tidak ada kegiatan apa-apa?"

"Tidak, memangnya kenapa Naruto-kun?" Naruto Lalu merogoh sakunya seperti sedang mencari sesuatu didalam saku celananya. Dan ia mengeluarkan dua buah tiket dari saku celananya.

"Aku punya dua buah tiket film, bagaimana kalau kita menontonnya besok?"

"Apakah ini ajakan untuk berkencan?" Hinata tersenyum lembut kearah Naruto, sedangkan Naruto hanya tersenyum lebar sambil menggaruk belakang kepalanya.

"Mungkin ya seperti itu."

"Tentu dengan senang hati Naruto-kun." Balas Hinata dengan wajah sumringahnya.

FLASHBACK END

Naruto lalu mengambil handuk, dan pergi menuju kamar mandi. Setelah itu, Naruto memutuskan untuk tidur.

.

.

.

.

Disebuah rumah kecil ditengah hutan,Seorang anak kecil berambut pirang dengan tiga goresan dikedua pipinya tengah menggoyang-goyangkan tubuh seorang wanita tua yang tergeletak diatas tanah dengan luka cakaran hewan besar diperutnya. Luka tersebut tak berhenti mengeluarkan darah segar dalam jumlah banyak.

"Bertahanlah,kaa-san." Anak pirang tersebut tak kuasa menahan air matanya.

"Hiks...kaa-san."

"Ja..ngan menangis,Naruto. Bukan...nya kau seorang laki-laki?" Wanita paruh baya, yang dipanggil 'kaa-san' oleh bocah pirang tersebut tersenyum lemah.

"Kalau aku tadi tak bermain didekat danau..hiks...kaa-san tak akan mengalami hal seperti ini."

"Uhuk...sudahlah,Naruto..Nee,.Naruto...mendekatlah, ada sesuatu yang kaa-san ingin beritahukan padamu! Uhuk.." Perintah Kaa-san Naruto, Narutopun makin mendekatkan tubuhnya pada Kaa-sannya.

"Sebenarnya...kau bukanlah anakku, Naruto. Aku menemukanmu sewaktu bayi didepan rumahku, sampai sekarang aku tak bisa menemukan siapa kedua orang tuamu. Maafkan aku karena baru memberitahumu, maafkan aku Naruto... sebenarnya... aku.. ingin... sekali... melihatmu..tumbuh... dewasa... Na..ru..to." Naruto hanya diam membatu, pandangan matanya kosong seperti tanpa ada sebuah kehidupan didalamnya. Tubuh kecilnya tak bisa menerima semua kejadian yang baru saja terjadi.

Naruto langsung berlari meninggalkan rumah tersebut menuju danau didekat rumahnya, ia berdiam disebuah ayunan tua didekat danau, wajahya tampak kosong serta bekas air mata masih terlihat dipipinya. Mata birunya yang biasa terlihat seperti lautan, sekarang menggelap.

Ia menatap kosong pada danau didepannya, Perkataan terakhir dari kaa-sannya terus terngiang-ngiang dikepalanya

"Siapa aku sebenarnya?" gumamnya.

Siang dan malam terus silih berganti, hari-hari Naruto dilalui dalam kesepian.

"Hey sedang apa kamu disini?" Naruto menolehkan kepalanya kearah asal suara, dan ia melihat seorang perempuan seusianya.

"Siapa..kau?" dengan suara datar dan pandangan mata yang begitu kosong, Naruto menatap perempuan tersebut.

"Perkenalkan Namaku Hinata Hyuuga. " Jawab gadis tersebut yang diketahui bernama Hinata dengan senyum diwajahnya. Naruto memandang Hinata yang menjulurkan tangannya mengajak untuk bersalaman.

"Aku Uzumaki...Naruto." Hinata yang tak melihat tanda-tanda bahwa Naruto akan menjabat tangannya, langsung menarik salah satu tangan Naruto. Naruto tersentak kaget, dan Hinata hanya tersenyum melihat ekspresi Naruto.

"Baiklah Naruto-kun, mulai sekarang kita adalah teman."

"Te…man?"

.

.

.

"Ughh." Naruto langsung terbangun dari mimpinya barusan, ia memegang kepalanya yang sedikit sakit.

'Mimpi barusan..bukannya itu adalah kejadiaan dulu saat aku bertemu dengan Hinata untuk pertama kalinya. Dia adalah penyelamat hidupku, ia yang menarikku dari jurang kesepian. Dan setelah itu ayah Hinatalah yang membiayai hidupku. ' Batin Naruto.

Naruto melirik jam di dinding, dan ia langsung memasang wajah terkejut.

"Sial, aku bangun kesiangan!" Jam tersebut menunjukan pukul jam 8.50. Ia langsung mengambil handuk dan berlari ke kamar mandi.

.

Naruto sekarang tengah berlari dengan tergesa-gesa menuju tempat yang kemarin telah ditentukan untuk bertemu.

"Hah..hah..maaf aku telat." Ucap Naruto saat sudah berada tepat didepan Hinata.

"Jangan khawatir Naruto-kun, aku juga baru sampai kok" balas Hinata dengan senyum diwajahnya. Wajah Hinata sedikit memerah saat melihat Naruto yang nampak keren dengan pakaian casualnya,rambut pirang panjangnya yang nampak sedikit berantakan dan tanpa menggunakan kacamata yang biasanya Naruto pakai.

"Apa aku terlihat aneh?" Tanya Naruto pada Hinata yang memperhatikan pakaiannya.

"Ti-tidak kok, Naruto-kun. Bisa kita pergi sekarang?" Naruto hanya menganggukan kepalanya dengan senyum tipis diwajahnya.

Naruto dan Hinata lalu pergi dari sana sambil bergandengan tangan. Setelah itu, Hinata dan Naruto menghabiskan hari dengan melihat film dan pergi ke berbagai tempat yang terkenal di kota. Naruto dan Hinata nampak menikmati kencan mereka, sehingga mereka berdua tak sadar waktu sudah sore.

Saat ini Mereka berdua tengah berjalan menuju taman yang lumayan jauh dari kota.

Cukup jauh didepan Naruto serta Hinata, Issei nampaknya tengah berbicara dengan seorang wanita yang memiliki rambut pirang.

"Ummm sedang bepergian?"

"Tidak, bukan begitu. Saya ditunjuk ke Gereja di kota ini. Anda pasti penduduk kota ini. Senang bertemu Anda."

ISSEI POV

Hmm seseorang dari gereja ya..apa aku harus menolongnya?

"Sejak sampai disini saya bingung. saya tidak bisa berbahasa Jepang dengan lancar... Saya tersesat dan orang lain tidak bisa mengerti apa yang saya katakan..."

Dia meremas tangannya didepan Dadanya dan terlihat sangat sedih. Jadi itu berarti dia tidak bisa berbahasa Jepang... Alasan mengapa ia bisa berbicara denganku saat ini adalah karena pengaruh kekuatan Iblis. Itulah yang Buchou katakan kepadaku sebelumnya.

"Setelah kamu menjadi Iblis, kamu juga mendapatkan kemampuan unik yaitu "antar bahasa" Begitu kamu menjadi Iblis, semua orang di dunia dapat memahami apa yang kamu katakan.. Orang-orang juga bisa mendengarkan apa yang kamu katakan dalam bahasa ibu mereka. Orang Amerika mendengar suaramu dalam bahasa Inggris, Orang Spanyol maka mereka akan mendengarnya dalam bahasa Spanyol.. Dan sebaliknya, walaupun mereka berbicara dengan bahasa asing, Kamu akan mendengarnya sebagai bahasa Jepang."

Ya, memang terjadi yang seperti Buchou katakan. Tapi sekarang bagaimana? Buchou memperingatkanku untuk tidak berhubungan dengan orang-orang dari gereja. Apakah aku harus meninggalkan perempuan ini? Tapi aku tidak bisa membiarkan seorang perempuan dalam kesulitan begitu saja,mungkin Buchou akan mengerti kalau aku menceritakannya secara baik-baik nanti.

"Sepertinya aku tahu dimana tempat Gereja."

Seingatku ada sebuah gereja tua di bagian luar kota. Mungkin maksudnya gereja itu. Tetapi apa gereja itu masih digunakan?

"Benarkah!? Terima kasih! Ini semua pasti berkat Tuhan!"

Dia tersenyum padaku dengan air mata mengalir dari matanya. Perempuan ini benar-benar imut. Tapi ketika aku melihat Rosario di dadanya, rosario itu memberiku reaksi yang sangat negatif. Yah, tentu saja, karena aku iblis. Begitulah aku mengantar Suster-Gereja ini ke gereja.

ISSEI POV END

suster-gereja yang tengah berjalan bersama issei, menghentikan langkahnya saat melihat seorang anak laki-laki menangis sambil memegang kakiknya yang berdarah akibat tersandung.

Suster gereja itu lalu menghampiri anak laki-laki tersebut, Issei yang tadinya akan memanggil suster gereja itu mengurungkan niatnya saat suster gereja itu berhenti didepan anak laki-laki yang tengah menangis. Isseipun berjalan menghampiri suster gereja dan anak laki-laki tersebut.

"Apakah kamu baik-baik saja? Anak laki-laki tidak boleh menangis hanya karena luka ringan seperti ini."

Suster-Gereja itu membelai kepala anak itu. Anak itu mungkin tidak mengerti apa yang dia katakan, namun Suster-Gereja itu punya ekspresi yang sangat lembut. Suster- Gereja itu menaruh telapak tangannya di luka anak laki – laki itu. Kemudian Ada cahaya hijau yang muncul dari telapak tangan Suster- Gereja itu dan berkedip didekat lutut anak itu. Secara perlahan luka anak tersebut sembuh tanpa ada bekas sedikitpun. Issei nampaknya terkejut saat melihat kejadian barusan.

'Sacred gear? Apa perempuan ini pengguna sacred gear?Tapi aku baru melihat pertama kalinya sacred gear yang memiliki fungsi untuk menyembuhkan luka.' Batin Issei.

"Selesai, lukamu sudah sembuh. Sekarang pasti tidak sakit lagi." Anak tersebut menghentikan tangisannya saat lukanya sudah sembuh.

"Arigatou." Ucap anak tersebut dan pergi meninggalkan mereka berdua.

"Maafkan saya. Tadi tanpa sadar saya-"

"kekuatan itu..."

"Ya, ini adalah kekuatan untuk menyembuhkan. Kekuatan khusus yang Tuhan berikan kepada saya." Jawab perempuat tersebut dengan senyum kecil.

'Nampaknya perempuan ini tidak tahu kalau itu adalah kekuatan dari sacred gear.' Pikir Issei.

"Baiklah kita lanjutkan perjalanannya...umm..." perempuan itu nampak bingung beberapa saat, tetapi ia langsung memasang wajah kaget.

"Ma-maafkan aku, aku lupa memperkenalkan diriku. Namaku Asia argento. Sekali lagi aku minta ma-maaf." Ucap Asia dengan wajah memerah.

"Tak apa, namaku Hyodou Issei. Teman-temanku suka memanggilku Issei, jadi panggil saja Issei. Baiklah, ayo kita lanjutkan perjalanannya sebelum matahari terbenam." Mereka berdua lalu melanjutlkan kembali perjalanan yang sedikit terganggu oleh insiden barusan,tetapi Baru beberapa langkah berjalan, Issei menghentikan langkahnya saat melihat dua orang yang dikenalnya tengah berdiri dihadapannya.

"Naruto dan Hinata-chan?" Ucap Issei dengan wajah terkejut.

"Yo Issei."

"Konnichiwa Issei-kun!" Issei tambah terkejut saat Naruto dan Hinata tengah bergandengan tangan.

"Ka-kalian tengah berkencan?" Tanya Issei yang nampak tak percaya.

"Umm begitulah." Balas Naruto dengan senyum tipis diwajahnya.

'Sialan kau Naruto. Kau sudah bisa mengencani salah satu idola sekolah, Hinata-chan.' Rutuk Issei dalam hati.

Hinata mengalihkan pandangannya pada gadis Issei yang nampaknya malu-malu tersebut.

"Issei-kun apa ini pacarmu?" Tanya Hinata pada Issei.

"B-b-bukan Hinata-chan, dia suster gereja dikota ini dan aku akan mengantarnya karena ia tengah tersesat. Namanya Asia argento." Issei menjawab pertanyaan Hinata dengan gelagapan.

"Kukira dia pacarmu, karena dia sangat manis." Balas Hinata.

"Matsuda dan Motohama pasti akan sangat marah kalau besok kuberi tahu tentang hal ini." Ucap Naruto dengan nada jahil. Sedangkan Issei yang mendengar itu hanya memandang kesal Naruto.

"Cih lanjutkan saja kencanmu,Naruto. Ayo pergi Asia!" Issei lalu pergi meninggalkan Naruto serta Hinata,diikuti oleh Asia.

Naruto dan Hinata hanya terkikik geli melihat kelakukan Issei barusan. Issei bersama Asia sudah menghilang dari pandangan merekan berdua.

"Naruto-kun kita duduk disana." Naruto mengalihkan pandangannya ke sebuah kursi yang ditunjuk oleh Hinata, mereka berduapun lalu duduk disana sambil melihat matahari terbenam.

Langitpun sudah berganti dengan malam.

"Umm Naruto-kun aku ingin ke toilet sebentar." Naruto menganggukan kepalanya, Hinata lalu pergi meninggalkan Naruto seorang diri disana.

Naruto tengah melihat bintang-bintang dilangit dengan senyum tipis diwajahnya.

'Mimpi tadi pagi, tidak biasanya aku mimpi seperti itu. Apa ini pertanda baik? Semoga saja. Aku sungguh-sungguh beruntung bertemu dengannya, akan kulindungi dia dengan seluruh hidupku.' Pikirnya.

Naruto sedikit bingung saat langit berubah warna menjadi warna jingga.

"A-ada apa ini? Kenapa langitnya berubah?" Wajah Naruto tampak sedikit panik, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru taman untuk mencari Hinata.

Blarr

"Naruto-kun lari!" Naruto akhirnya menemukan Hinata yang tengah berlari kearahnya, dan ia menyuruh dirinya untuk lari.

"Lari?" Naruto hanya memasang wajah bingung saat Hinata menyuruhnya lari.

"Aku akan menjelaskannya nanti...pokoknya sekarang kita harus lari dulu!" Hinata menarik tangan Naruto, Naruto yang masih tak mengerti mau tak mau ikut berlari.

Blarr Blarrr

"Bukankah itu suara ledakan? S-sebenarnya apa yang tengah terjadi?" Hinata yang sedang berlari disamping Naruto meliriknya dari ujung matanya.

"Saat aku keluar dari toilet tadi, aku me-" "Hinata awas!"

Blarrr bruk

Hinata tersentak kaget saat Naruto menarik lengannya untuk menyelamatkan nyawanya. Disamping tubuh mereka berdua tercipta lubang berukuran sedang.

"Tsk ternyata kau membawa pasukan yang cukup banyak juga, Malaikat jatuh sialan!"

"Hahaha tentu saja iblis, kami akan melenyapkan kau dan pasukanmu itu disini!"

Hinata dan Naruto langsung mengalihkan pandangannya ke udara, mereka berdua melihat orang-orang yang memiliki sayap seperti burung-atau malaikat jatuh dan orang-orang yang memiliki sayap seperti kelelawar-atau iblis.

"Cih bicaramu sangat tinggi sekali untuk ukuran malaikat jatuh!"

"Kau terlalu meremehkan malaikat jatuh, iblis!"

Naruto nampak diam membatu dengan pandangannya yang tak lepas pada orang-orang dilangit.

"Iblis...malaikat jatuh?" Hanya kata itu yang keluar dari mulut Naruto.

"Ja-jadi memang benar ada kalau iblis dan malaikat jatuh itu didunia ini." Gumam Hinata.

Naruto membulatkan matanya saat para malaikat jatuh membuat tombak-tombak cahaya dikedua tangan mereka.

"Hinata, lari!" Naruto menarik tangan Hinata dan langsung berlari meninggalkan tempat tersebut.

Para malaikat jatuh langsung melemparkan tombak-tombak cahayanya secara bersamaan, para iblis sudah siap menahannya dengan lingkaran sihir didepannya.

Blar blar blar

Naruto melirik kearah belakang dan melihat tombak-tombak cahaya dalam jumlah banyak seperti sebuah hujan tombak. Beberapa iblis langsung berubah menjadi abu saat tertusuk oleh tombak cahaya. Iblispun tak menyerah begitu saja, mereka menyerang balik para malaikat jatuh. Tetapi para malaikat jatuh terus melemparkan tombak cahaya tanpa henti.

Naruto meneteskan keringat dan wajahnya sudah pucat pasi serta tegang.

'Ini seperti didalam mimpiku, dan kalau ini benar seperti didalam mimpi yang selalu aku impikan..maka...'

Naruto yang tengah asyik dengan pikirannya, tak mengetahui ada sebuah tombak cahaya sedang menuju kearahnya. Hinata memasang wajah terkejut saat melihat tombak cahaya yang menuju kearah Naruto.

'Tombak itu akan mengenai tubuh Naruto-kun!' Batin Hinata.

"NARUTO-KUN MENGHINDAR!"

Brukkk

Naruto jatuh tersungkur keatas tanah saat Hinata mendorong tubuhnya sekuat tenaga.

Jlebb

Naruto membulatkan kedua matanya saat didepan tubuhnya,Hinata tertusuk oleh tombak cahaya.

Cipratan darah mengenai wajah dan rambut Naruto. Tombak cahaya yang menembus tubuh Hinata menghilang dalam sekejap.

Grebb

Naruto memeluk tubuh Hinata, ia melihat tangannya penuh dengan darah.

'd-d-darah…'

"Uhuk..uhuk..." Hinata memuntahkan darah segar dari mulutnya.

"Kenapa?" Hanya kalimat itu yang terucap dari mulut Naruto, air mata perlahan mengalir dari kedua mata Naruto.

"sepertinya kau baik…baik saja..Naruto...kun."Hinata menjawab dengan tersenyum lemah.

"jangan banyak bicara! Bertahanlah Hinata, aku akan menelpon-" "tak perlu,Naruto-kun." Potong Hinata sambil menahan tangan Naruto yang akan mengeluarkan sebuah handphone disakunya.

"Hey Hinata ini tidak lucu, lukamu parah sekali. Biarkan aku menelpon ambulan!" Naruto panik setengah mati sambil melihat bajunya sudah berlumuran oleh darah Hinata.

"wajahmu…uhuk..lucu sekali Naruto-kun. Tapi, tak..apa…uhuk." Hinata sedikit tertawa saat melihat wajah panik Naruto, Naruto hanya memandang tak percaya pada Hinata yang bisa-bisanya tertawa disituasi seperti ini

"Kenapa kau menyelamatkanku lagi,Hinata?"

"Apa aku harus menjawabnya?" Balas Hinata dengan tawa lemahnya. Naruto sedikit terkejut saat kedua tangan Hinata yang berlumuran darah sudah berada dipipinya dan menyeka air mata yang keluar dari kedua matanya.

"Ja..ngan menangis,Naruto-kun. Aku tak ingin melihat mata favoritku terhalangi oleh air mata. Saat aku pertama kali melihatmu, matamu tampak begitu kosong. Tetapi, aku senang sekarang mata Naruto-kun tak seperti dulu lagi. Aku sangat menyukai matamu yang sebiru lautan."

"Kau dapat melihat mataku sepuasnya-" "itu sudah tak mungkin...uhuk..Naruto..kun." Hinata menggelengkan kepalanya.

"Aku senang karena bisa melihat Naruto-kun tersenyum, dulu aku dan ayahku selalu berusaha membuat Naruto-kun tersenyum tetapi selalu gagal..." Hinata menghela nafasnya, air mata Naruto terus tanpa henti mengalir dan bercampur dengan darah Hinata.

"Berhenti bicara, kumohon berhenti bicara." Naruto tahu Hinata berbicara dalam satu tarikan nafasnya, agar kata-katanya tak terpotong.

"kau..cengeng sekali..Naruto-kun. Terima kasih Naruto-kun, aku sangat senang hari ini. Aku benar-benar menikmati kencan hari ini." Hinata mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Naruto.

Cup

"Se..lama..t...tinggal..Naruto-kun..aku...mencitaimu." Setelah sebuah ciuman singkat tersebut, Hinata menutup kedua matanya.

"Aku juga mencintaimu Hinata." Gumamnya. Naruto memeluk tubuh Hinata begitu eratnya, sambil menangis. suara ledakan-ledakan di udara bagaikan sebuah melodi yang mengiringi kepergian Hinata.

Naruto meletakan tubuh Hinata yang bersimpah darah dengan hati-hati diatas tanah, tetapi tangis Naruto seakan tak mau berhenti.

"Kenapa?kenapa?kenapa ini terjadi lagi padaku? Kenapa orang yang paling berharga bagiku kembali meninggalkanku? Kau tak adil tuhan, ini begitu menyakitkan." Naruto memegangi kepalanya dengan kedua tangannya, ia masih tak bisa menerima ini.

"Lagi…lagi…lagi…lagi….aku akan sendirian..lagi…lagi…aku akan kesepian lagi.."

Deg deg deg

Suara detak jantung Naruto begitu cepat, ia memegangi kepalanya yang terasa begitu sakit dengan kedua lengannya.

"sendirian, kesepian Hahahaha SIALAN!"

Naruto berdiri sambil menatap kearah iblis serta malaikat jatuh didepannya. Iblis dan malaikat menghentikan aksi serang menyerang mereka, dan mereka semua melihat kearah Naruto.

Tap

Para malaikat jatuh lalu menghampiri Naruto, dan berdiri tak jauh darinya. sedangkan para iblis masih terbang di udara.

"SIALAN! AKAN KUBUNUH KALIAN SEMUA!"

Naruto langsung berlari tergesa-gesa kearah para malaikat jatuh dengan tatapan membunuh, ia mengepalkan tangan kanannya dan berniat memukul wajah pria yang berdiri paling depan.

Wush Wush Wush

Pria tersebut menghindari pukulan-pukulan yang Naruto arahkan kepadanya dengan sangat mudah.

Tap Dhuaghhh

Pukulan Naruto dapat ditahan dengan 1 tangan oleh pria tersebut, pria tersebut langsung menendang Naruto sekuat tenaga hingga terpental kebelakang.

"Hey diamlah manusia rendahan, kau kira kau bisa membunuhku? Lucu sekali."

"Guhaaaaaaa." Naruto memuntahkan darah segar dari dalam mulutnya, ia langsung jatuh tersungkur dekat tubuh Hinata.

"Grrrrrrr." Naruto kembali bangkit dan langsung berlari kembali kearah pria itu. Pria itu hanya memasang wajah malas melihat Naruto.

"Kalau kau marah karena pacarmu mati, keluarkan semua kemampuanmu manusia!" Naruto semakin bernafsu menyerang pria itu, ia menyerang membabi buta menggunakan pukulan serta tendangan tetapi tak ada yang mengenai satupun pada pria tersebut.

"SIALAN!"

Dhuaghh Dhuaghh Dhuaghh Dhuaghh

Naruto diserang secara bertubi-tubi oleh pria tersebut, Naruto tak bisa menahannya satupun.

Brukk

"Uhukkk…uhuk…sial! Kenapa pukulanku tak ada yang mengenainya!" Naruto terduduk diatas tanah dengan luka lebam disekujur tubuhnya, tubuhnya sudah tak mampu berdiri lagi.

Prokk Prokk

"Hanya segitu? Bahkan kau belum mengenaiku sedikitpun!" pria itu menatap Naruto sambil membersihkan debu dibajunya.

Dhuaghh

'Sialan! Kenapa diriku begitu lemah?' batin Naruto.

Naruto berusaha berdiri walaupun kedua kakinya bergetar, ia berjalan kearah pria tersebut dengan terpincang-pincang.

Wush Wush

Naruto berusaha memukul wajah pria itu dengan kepalan tangannya yang sudah lemah.

"Kenapa? Katakan padaku kenapa? Kenapa kau membunuhnya?" Pria itu dapat melihat air mata keluar dari kedua mata Naruto, ia terus dengan mudahnya menghindari pukulan Naruto.

"Dia tak ada hubungannya dengan kalian semua, tetapi kenapa kau membunuhnya?! KENAPA?!"

Dhuaghh

"Uhukk.." Darah segar langsung keluar dalam jumlah banyak dari mulut Naruto, saat pukulan telak mengenai perutnya.

Naruto berusaha menjaga keseimbangan tubuhnya, kesadarannya sudah hampir menghilang.

"Hanya dia yang kupunya satu-satunya di dunia ini, dan kau mengambilnya."

Grebbb

Pria itu mencengkram kepala Naruto dengan kuat, ia masih bisa melihat air mata yang masih mengalir.

"Lama-lama ku bosan mendengar ocehanmu itu manusia! Oh iya, kenapa kau tak mati saja untuk menemani pacarmu itu?" pria itu langsung membuat tombak cahaya di lengan kirinya.

Jrashh

Naruto membulatkan matanya saat tombak cahaya menembus tubuhnya, sedetik kemudian tombak itu menghilang dengan sendirinya.

"Aku tengah berbaik hati, jadi akan ku biarkan kau mati dekat pacarmu bocah."

Wush Brukk

Pria itu melemparkan tubuh Naruto, dan tubuh Naruto langsung terbaring didekat mayat Hinata. Ia lalu memegang tangan kiri Hinata yang dingin, perlahan kesadaran matanya mulai menghilang diikuti oleh kedua mata Naruto yang mulai menutup.

'ini membosankan.' Gumam sebuah suara.

.

.

.

TBC :D

Oy oy bersambung loh, santai aja ini bukan fanfic dengan 1 chapter hahaha. Sabar namanya juga chapter pembuka :D

Sudah lama hampir 2 tahun kalau ga salah hiatus soal fanfiction. Alasannya? Hmm banyak sih, dari pacar, waktu, tugas sekolah. Dan untungnya habis ujian nasional ini banyak waktu luang sebelum saya melamar pekerjaan. Jadi saya memutuskan menulis fanfic untuk menghabiskan waktu yang terbuang :D

Dan ini juga merupakan sebuah janji yang harus ditepati, serta reader yang meminta untuk menulis fanfic lagi.

Saya minta maaf karena baru sekarang di postnya, dan selamat menunggu chapter 2 nya :D

Terima saran dan kritik yang membangun, haha karena saya sudah hamper 2 tahun ga nulis fanfic.

Selamat menunggu dan semoga tidak mengecawakan chapter pembuka ini :)