Dude Looks Like A Lady

Cast:

TG!Sehun, Jongin, Chen, Tao, Luhan, dll

Rating in this chap: T+

Genre : Romance, yaoi(?), humor, genderswitch for all uke (kecuali Sehun), University-life, AU, OOC, yadong. dll

Bahasa: Indonesia campur aduk (seperti biasa^^)

Summary Lengkap: Jongin tidak pernah serius menyukai seseorang sampai akhirnya dia ditantang teman-temannya untuk menyelinap masuk ke dorm anak-anak cewek dan taklukkan Oh Sehun 'Si Singa Betina' di kamarnya. Nah, gimana jadinya kalau ternyata cewek cantik sekaligus Kapten Cheerleaders yang paling digila-gilai kaum adam di kampus punya 'rahasia besar' di bawah pusarnya?


"So never judge a book by it's cover

Or who you gonna love by your lover

Love put me wise to her love in disguise

She had the body of a venus

Lord, imagine my surprise…"


#HAPPY READING##


Chapter 1

"One, Two, One, Two, Three LET'S GOOO!"

Sepuluh cewek cantik dengan pom-pom merah hitam berlari kecil memasuki lapangan. Pom-pom di tangan mereka bergetar-getar di depan dada, sesekali diayunkan keatas membentuk tanda 'V'.

"Victory! Victory! Victory GO GO! You scream, and shout, They fight for us to win! You scream, and shout, Lets hear you yell go-GO!"

"GO GO!" gelombang manusia di bangku penonton berdiri secara patuh membentuk ombak di lautan.

"Fight Win!" kesepuluh cewek itu berseru.

"FIGHT WIN!" diikuti oleh penonton.

"Kick Them!" mereka berseru lagi.

"KICK THEM!" kembali diikuti oleh penonton.

Penonton—yang sebagian besar didominasi oleh kaum pria—bersorak-sorai meriah sambil bersiul nyaring saat rombongan cewek-cewek pemandu sorak itu berhenti di tengah lapangan sambil menghadap ke kursi penonton. Senyum-senyum gemilang terlukis di wajah ayu mereka. Tubuh-tubuh semampai itu berdiri dalam posisi tegak lurus. Menunggu aba-aba diteriakkan.

Seorang cewek paling jangkung diantara mereka tiba-tiba berbalik sambil menepuk betis kanannya lima kali, hentakkan kaki kanan ke tanah, tepuk betis kiri lima kali, lalu hentakkan kaki kiri kuat-kuat. Tepuk pundak kanan dua kali, tepuk udara, pundak kiri dua kali, tepuk udara, hentakkan kaki kanan lima kali dan kaki kiri sekali, begitu seterusnya. Gerakan-gerakan itu diikuti oleh Sembilan personil lainnya dengan tempo lebih cepat sambil pelan-pelan melangkah maju secara serentak. Sepuluh personil tambahan berlari memasuki lapangan sambil menyanyikan yel-yel. Alih-alih membawa pom-pom, mereka membawa bendera merah-hitam dengan tulisan 'Cheonsa University'. Lima personil masuk dari sebelah kanan, lima personil masuk dari sebelah kiri.

"We areee… F-E-C! Fresh-Energic-Cute! Red and Black! Beautiful and sexy!" melenggak-lenggok, jangan lupa tepuk pantat sekeras mungkin. "Stay away from us because we're pretty as much. Hey, hey, ugly boys just watch and see our Knights! Ready for tonight, cuz you will go and cry!"

Tim lawan yang daritadi berdiri di lapangan hanya tertawa-tawa meremehkan. Sudah biasa dengar yel-yel menghina lawan model begitu.

Dua orang keluar dari barisan, berdansa lincah dan meliuk-liuk seperti Rihanna lalu melakukan split mantab yang begitu keren. Sementara empat cewek ikut keluar dari barisan, mereka melakukan dua kali salto cantik melompati kedua teman mereka yang sedang split di tanah. Berdiri tegak diatas kedua kaki lalu mulai melakukan beberapa arm motion sambil meneriakkan yel-yel.

"We are here to have some fun. So SIT and WATCH. Ford Knights for number one! No one can beat the knights! Ford Knights is ONE! We never stop till you get down! S-U-C-C-E-S-S! That's the way we spell success. We wish you luck and all the rest! SUCCESS!"

Yang lain mulai beratraksi, ada yang melakukan kayang, ada yang duduk bersimpuh sambil melakukan tarian jari, dan ada yang berdansa ala Robocop. Tiga cewek naik ke pundak teman mereka untuk melakukan shoulder stand, para pembawa bendera berputar sambil berdansa ala balerina sementara kain bendera berkibar dengan anggun tertiup angin, enam orang melakukan prep and elevator, sementara seorang cewek melakukan thight stand lalu menjatuhkan diri ke tangan teman-teman timnya setelah melayang dan berputar di udara.

Piramid tinggi terbentuk, si cewek jangkung yang merupakan Kapten berdiri di ujungnya sambil melakukan pose arabesque. Kedua tangannya terentang ke samping, kaki kanannya diarahkan kebelakang, dia berdiri seimbang diatas satu kaki. Dagu cewek itu terangkat tinggi. Senyum cantiknya terpampang kemana-mana. Hal itu terang saja mengundang decak kagum orang-orang. Bahkan banyak juga yang standing applause.

Untuk mempercantik bentuk piramid, dua cewek lain yang berpijak diatas telapak tangan teman-temannya membentuk pose Liberty. Dalam hitungan ketiga, para flyer itu meloncat bersamaan, berputar dua kali di udara, lalu tubuh lincah mereka terjun bebas diatas lengan-lengan kuat yang sudah menunggu dibawah.

Si cewek jangkung—Oh Sehun—langsung berlari kedepan barisan dengan penuh percaya diri. Kembali memimpin teman-temannya melakukan beberapa gerakan penutup dan yel-yel terakhir.

"We're THE BEST DAMN THING that you're eyes have never seen!"

Ditutup dengan tepuk tangan dan sorak-sorai penonton, pertandingan sepak bola kali ini resmi dibuka.

.

.

.

.

"Aku menyukaimu."

Sebuah sendok sup terhenti secara tiba-tiba dan batal mendarat di mulut seseorang. Kedua bola mata di depan sendok sup itu melebar selama lima detik, lalu kembali ke ukuran normal saat wajah gadis dihadapannya menampakkan senyum manis dari ujung ke ujung.

Jongin meletakkan sendok sup kembali ke tempatnya. "Benarkah?"

Cewek manis berambut panjang itu mengangguk antusias. Kuncir kudanya ikut bergoyang-goyang mengikuti gerakan kepalanya. "Ya, aku menyukaimu, oppa. Tidakkah kau bahagia jalan bersamaku selama tiga bulan ini? Aku selalu merasakan itu jika berada di dekatmu…" Joy menatap wajah tanpa ekspresi di depannya yang sampai sekarang ekspresinya masih sama. Datar. "Kau juga merasakan hal yang sama kan? Ehm… maksudku, kita tidak bisa begini terus, aku ingin kepastian dan… yeah, maksudku…" Joy berdehem, dia grogi bukan main sementara cowok di hadapannya tetap memasang satu ekspresi. Datar. "Apa kau juga… menyukaiku?"

Sedetik…

Dua detik…

Tiga detik…

Empat detik berlalu dan rasanya bagaikan empat abad bagi Joy. Seperti duduk diantara para hakim dan juri kontes menyanyi dan mereka semua bisa menjobloskan dirinya ke balik jeruji besi jika dia salah bergerak sedikit saja.

Akhirnya Jongin bergerak juga dari pose patung datar menyebalkan. Dia bersandar ke kursi, melipat kedua tangan di depan dada, kemudian berdehem. Wajahnya kini menampakkan garis melengkung keatas dari ujung ke ujung yang sering kita sebut dengan senyuman, "Aku juga menyukaimu, Joy."

Joy makin cerah.

"Aku juga merasa senang berada di dekatmu."

Kedua mata gadis itu membulat penuh harap, "Benarkah?"

Jongin mengangguk.

"Berarti sekarang kita pac—"

"Maksudku, aku menyukaimu sebagai teman. Dan, yeah, aku juga senang jalan bersamamu sebagai teman. Jadi bisakah kita tetap seperti ini selamanya?"

Joy yang biasanya ceria dan selalu bersemu-semu cerah, kini terlihat mendung dan tidak bersahaja. Jongin tahu dia sudah merontokkan hati seseorang lagi hari ini, tapi dia memang tidak merasakan apapun dengan gadis ini. Hanya teman. Itu saja. Tidak lebih.

"Aku sudah bilang padamu, dari awal aku tidak ingin suatu hubungan serius. Kau bilang kau tidak masalah dengan itu." tukas Jongin tanpa merasa bersalah.

Sekarang Joy terlihat seperti sedang menahan banjir bandang air mata. Senyum pahit menggantikan posisi senyum ceria tadi, "Ya kau benar. Maaf. Kurasa… sebaiknya kita tidak usah berteman lagi saja."

"Oh.." Jongin hanya berkedip dua kali. "Sayang sekali." Nada dan ekspresinya tetap sama.

Datar.

Joy tersenyum getir. "Ya. Terima kasih banyak. Mungkin aku harus mencari teman lain. Teman yang tidak takut dengan hubungan serius."

"Joy, Joy… tunggu…"

Joy buru-buru meraih tasnya dari meja dan beranjak pergi.

"Joy, kau salah. Aku menyukaimu. Joy! Kau salah! Aku suka kau sebagai teman. Kau masih mau jadi temanku kan? Hei!" Joy tidak menoleh dan membanting pintu keras-keras, menyebabkan sebagian besar pengunjung café terlonjak kaget dan nyaris tersandung karena ulah premannya.

Selesai sudah. Hubungan pertemanannya kali ini kandas begitu saja. Tidak berjalan dengan baik.

.

.

.

.

Jongin sudah lama mati rasa. Sudah lama sekali. Semenjak pernikahan kedua orangtuanya gagal dan berujung dengan perceraian lalu salah satu diantara mereka gantung diri secara tragis, semenjak saat itulah dia tidak pernah merasakan apa-apa ketika ada seorang gadis menyatakan cinta padanya. Jantung berdebar-debar? Hati berbunga-bunga? Wajah berseri-seri? Menghirup aroma bangkai serasa menghirup aroma taman bunga? Kapan ya terakhir kali dia merasa begitu?

Orang bilang semua hal di dunia ini terasa indah jika seseorang sedang jatuh cinta. Tapi Jongin sendiri bahkan sudah lupa kapan terakhir kali dia mengalami hal seperti itu. Atau memang tidak pernah?

Jongin hanya ingin bebas menikmati hidup sendirian tanpa terikat dalam suatu hubungan berlabel 'pacaran' dan kawan-kawan. Begitulah dia. Dengan falsafah hubungan yang terikat itu bikin kacau dan ujung-ujungnya semua orang akan terluka, Jongin otomatis telah berkubang dengan lebih dari lima belas hubungan tanpa status selama enam tahun belakangan ini. So, patah hati karena diputusin pacar? Jongin tidak pernah merasakan hal seperti itu sebelumnya. Never. Ever.

Hei. Come on! Who wants that shit? Selagi masih muda jalani saja. Why so serious? Hidup ini harusnya dijalani dengan bersenang-senang dan hal-hal serius seperti hubungan bisa dilakukan nanti saja. Slow but sure. Flow like a water. Benar kan? Itulah motto hidupnya. Keyakinannya. Dan selama ini tidak ada yang bisa merubah itu.

Well…

Belum.

Belum ada yang bisa merubah itu.

"Sepertinya ada yang salah dengan otak cewek-cewek di dunia ini." Jongin berbicara pada layar komputer.

Tao menoleh dan menaikkan satu alis, "What?"

"Yaa… cinta dan segala hal dalam dunia dongeng. Happy ending? Itu cuma fantasi!" Seperti biasa. Jongin menyuarakan suara pesimis dalam dirinya. "Beauty and the beast? Wanita cantik jatuh cinta pada monster buruk rupa? Aku berani bertaruh Belle terpesona pada monster jelek itu karena harta kekayaannya. Jadi, kesimpulannya, selalu ada udang dibalik batu. Tidak ada seorangpun yang tulus di dunia ini. Dongeng itu benar-benar racun! Mengotori pikiran anak-anak dan membuat mereka semakin lemah. Terbuai dengan hal yang tidak nyata. Kurasa film action dan thriller jauh lebih baik daripada dongeng-dongeng bullshit itu. Karena mereka menunjukkan usaha penyelamatan diri dari para monster. Bukannya malah jatuh cinta dan menikahi mereka."

Tao berdecak-decak, "Dasar teroris. Kaulah monsternya. Kau si pembawa pengaruh buruk bagi anak kecil."

Jongin berbalik "Itu bukan pengaruh buruk, man! That's reality. Life is cruel. They're monster. They can eat you and ripped you apart. And… that is life."

Tao berlagak standing applause. "Okay, professor. Pidato menyedihkan yang sangat bagus. Aku begitu terkesan sampai ingin menampar wajah seseorang."

Jongin berhenti mengetik dan menatap Tao. "Siapa?"

"Kau." jawab Tao enteng.

Jongin terkekeh geli. "Kedengarannya menarik. Kau harus mencobanya kapan-kapan."

Tao memutar mata sebal. "Dasar sinting."

Tawa Jongin makin lebar. "Sinting? Yeah, my middle name."

Chen muncul dari dapur sambil menenteng mug berisi coklat panas di tangan kanannya. "Kau begitu menghujat kehidupan dan percintaan. Lantas kenapa kau masih jalan dengan cewek-cewek itu jika kau tidak percaya dengan 'cinta'?" Chen meletakkan mug di meja ruang tamu lalu membentuk tanda kutip di dekat telinganya.

Jongin mengendikkan bahu santai, "Aku tidak menghujat. Lagipula aku jalan dengan mereka karena aku mau. Apa itu masalah buat kalian?"

Luhan yang daritadi asik nonton bola mulai ikut tertarik nimbrung, "Begitu saja? Kau gonta-ganti 'partner jalan' karena 'kau mau'? Tidak pernah ya kau memikirkan perasaan cewek-cewek itu?" tanyanya geleng-geleng kepala.

"Sudah kubilang aku tidak ingin komitmen serius seperti dalam hubungan normal kebanyakan. Mereka tahu itu dan mereka tahu konsekuensinya." ujar Jongin penuh keyakinan.

Chen mencibir, "Mungkin cewek-cewek itu berpikir mereka bisa mengubahmu."

Jongin menjentikkan jari kearah Chen, "Itu dia! Menganggap segala hal semudah membalikkan telapak tangan bayi. Dongeng dan segala film cinta-cintaan itu benar-benar racun."

Tiba-tiba saja tawa Tao meledak, "Selalu saja menyalahkan cinta, cewek dan dongeng. Pret! Kusumpahi kau jatuh cinta pada pria dan tergila-gila setengah mati padanya!"

"Hanya karena Ibumu berselingkuh dan Ayahmu bunuh diri, tidak berarti kau harus menyalahkan semua orang." timpal Chen dengan nada bijak.

"Tidak ada penjelasan lain. Kau itu homo, ya kan? Jadi tidak pernah merasa cetar-cetir kalau lihat belahan dada. Sudahlah akui saja!" ledek Tao kurang ajar.

Pletak! Jidat Tao kena sambit tutup pulpen, "Goddamnit! Aku bukan homo, sialan!" bantah Jongin.

Luhan mendengus sinis, "Then you what?"

"Ya, hanya para homo yang mempunyai pemikiran sama sepertimu." Tao masih kekeuh menuduh Jongin homo.

Jongin mengerang. Gemas setengah mampus kalau teman-temannya ini selalu sampai pada kesimpulan kalau dia seorang gay in denial yang takut menerima kenyataan. "Ayolaah, teman-teman. Kalian sangat kekanakan! Menempatkan label pada sebuah hubungan itu hanya dilakukan oleh bocah labil. Kita ini sudah sama-sama dewasa. Aku tahu apa yang kurasakan. Maksudku, 'boyfriend', 'girlfriend'… semua itu terlalu anak-anak banget," cibir Jongin.

Tao melongo, sok takjub. "Whoa, that's sounds gay."

Luhan menggangguk sepakat, "Benar sekali."

"Dia bahkan belum pernah berciuman dengan cewek manapun." ledek Chen tertawa menghina.

Tao dan Luhan kompak melempar tatapan penasaran ke Jongin, menuntut jawaban. Yang ditatap malah melempar pelototan pembunuh berdarah dingin ke Chen. Dasar mulut ember bocor! Seenaknya saja membeberkan rahasia Negara ke orang-orang. Tidak heran kalau Chen lebih banyak tahu dari siapapun, soalnya dia sudah berteman dengan Jongin sejak mereka masih pakai popok bareng dan hobi merangkak kesana kemari.

Alih-alih berusaha mengklarifikasi kebenaran soal bibir perawannya, Jongin malah menatap satu-persatu tiga wajah di depannya. Seolah-olah hanya dengan menatap bisa membuat kulit kepala mereka rontok dan jatuh berguguran.

"Xi Luhan…" Jongin melangkah mendekati Kris lalu menatapnya, "Yura, cewek lesbian yang pernah kau pacari saat semester awal. Masih ingat apa yang dia lakukan padamu? Berciuman dengan cewek lain di sebuah bar. Setelah itu apa? Kau merengek dibawah selimut selama seminggu. Masih ingat?"

Kena serangan telak begitu, Luhan langsung gelagapan salah tingkah.

Tatapan hakim Mahkamah Agung Jongin beralih ke Tao, "Hyejin, anak elektro sekaligus teman main bulu tangkismu tiap sore. Cewek yang kau bilang punya senyum tulus dan mau menerima kau apa adanya. Lihat yang terjadi padanya sekarang? Tidur di ranjang cowok lain dan bermandikan uang dari dompet cowok itu? Itu yang namanya tulus?"

Cengiran Tao lenyap tanpa bekas.

Terakhir, Jongin menghampiri Chen sambil bersiul panjang, "Eunji, anggota padus yang kau bilang cantik dan punya suara menawan bak bidadari surga itu. Lihat dia sekarang. Pulang pergi diantar-jemput cowok bermobil mewah yang katanya musuh bebuyutanmu. Bagaimana perasaanmu, hm?"

Chen menundukkan kepala mengheningkan cipta, refleks bernostalgia sambil bergalau ria.

Jongin menatap berkeliling dengan senyum mengejek penuh kemenangan di wajahnya, "See? Tidak ada gunanya kan?"

"Baiklah, orang dewasa, kami para anak kecil masih meragukan orientasi seksualmu." ujar Tao melirik tajam.

"Aku ini normal, bodoh! One hundred thousand percent! Count on me." tukas Jongin lamat-lamat dan penuh penekanan. Tidak terima dirinya disangka gay.

"Dan bagaimana jika tidak?" tantang Luhan.

"Yeah, apa buktinya? Aku sudah lama berteman denganmu dan belum pernah sekalipun melihatmu bercinta dengan siapapun. Jangankan bercinta, berciuman saja tidak pernah." dengus Chen.

"Idiot. Sudah jelas kau tidak pernah melihatku bercinta, tidak mungkin juga mau kupertontonkan di depan matamu! Mikir dong!" sembur Jongin keki.

Tao menggeleng sambil berdecak-decak, "Tidak bisa dipercaya."

Chen bersorak mengejek, "Huuu! Pembual. Mana buktinya?"

Jongin meremas rambutnya frustasi. "I'M NOT GAY!" pekiknya gondok.

Tao ngorek-ngorek kuping sambil mendesis malas, "Shut up, gay. Ini sudah larut malam."

"He's right, faggot." Luhan mengangguk-angguk kalem. "Bicara pelan-pelan saja kenapa? Kami tidak budek kok." timpalnya sambil cengengesan nyebelin.

Chen menyeruput coklat panasnya sebentar lalu bergumam, "Homo."

Kedua mata Jongin menyipit makin tajam, "No, I'm not!" bantahnya sebal.

"Well, then, let's prove it," todong Tao merasa mendapat celah dari kekalutan Jongin.

Luhan manggut-manggut, "Tao benar, kami butuh bukti. Bukti otentik. Yang bisa kami lihat secara jelas dan kasat mata. Bukan cuma di mulut."

"Sebagai sahabatmu, aku bertaruh kau bisa mencium bibir cewek manapun yang kau inginkan hanya dengan sekali kedipan mata. Melihat track recordmu sebagai playboy selama ini cukup bagus." ujar Chen mulai merogoh dompet.

"Aku bertaruh lima puluh ribu won kau tidak bisa mencium siapapun kecuali bibir pria kesepian!" seru Tao dengan gaya urakan.

Luhan masih manggut-manggut kalem, "Aku di pihak Tao."

Jongin sudah duduk manis depan komputernya lagi, "Dan aku menolak!"

"Pengecut." ledek Luhan.

"Pussycat." cibir Tao.

"Chicken." desis Chen.

"Tempe." ucap Luhan.

"Agar-agar benyek." ledek Tao.

"Ayam betina." tambah Chen makin sadis.

Tao melompat-lompat diatas sofa sambil mengepak-ngepakkan ketek ala ayam tolol kesurupan cacing pita lalu berlari mengelilingi Jongin sambil berkotek-kotek heboh.

"Petok, petok, petok, petok! Pokk, pokk, pokk, pokk, pokk, pokkk—"

"SUDAH CUKUP!" teriak Jongin menggelegar. Bagai teriakan tarzan memanggil teman-teman simpansenya.

Tao berhenti berkotek-kotek.

Chen dan Luhan berhenti tertawa.

Jongin sebenarnya masih ragu, tapi kalau menolak, label homo akan melekat di jidatnya seumur hidup bersama julukan lain yang nggak banget kayak 'banci', 'penakut', 'pecundang' dan beribu julukan nyesek lain yang tak bisa diterima oleh naluri cowok tulennya.

"Oke. Terserah saja. Apa yang kalian inginkan, hah?!" bentaknya emosi.

Ketiga pasang mata di depannya saling tatap, seolah ada ribuan kode berterbangan diantara tatapan-tatapan itu. Setelah berunding lewat kontak batin dan berhasil mencapai kesepakatan, Tao menoleh dan menatap Jongin, "Dengar baik-baik, jagoan. Ini yang harus kau lakukan."

.

.

.

.

Ini gila! Tidak seharusnya Jongin menyetujui permainan bodoh teman-temannya. Ayolah, semua orang tau kalau dia itu normal! Jongin kan termasuk playboy yang paling terkenal di kampus. Dengan rekor masa pacaran paling singkat dan jumlah mantan yang sulit dihitung jari saking banyaknya. Yaa… walaupun hubungannya yang dulu-dulu tidak bisa disebut pacaran sih karena interaksi paling intim yang dilakukan Jongin adalah gandengan tangan. Cium pipi? Tidak pernah!

Oke, oke. Silahkan tertawakan saja playboy gadungan ini sepuasnya.

Kok bisa ya dia dapat julukan laknat begitu kalau pengalaman bercinta saja tidak punya? Berani bertaruh lihat cewek ganti baju pun Jongin bakal mimisan. Begitu tadi kata Tao saking bahagianya bisa mengetahui rahasia terdalam—atau kita sebut saja—aib terdalam yang paling memalukan dari 'Don Juan' terkenalnya kampus, Kim Jongin.

Jika semua orang tahu soal ini, mungkin Kim Jongin akan terlempar dari posisi mulia 'Penakluk Kampus' menjadi 'Pecundang Kampus'.

Ya… bagaimana ya kira-kira kalau semua orang tahu soal itu?

Dulu Jongin selalu menolak berhubungan intim apabila cewek-cewek itu sudah mulai ngelunjak atau memaksanya. Lagi-lagi dengan alasan yang sama: Takut melukai hati gadis yang dia sukai dan bahwa perasaanya benar-benar tulus, bukan karena nafsu.

Demi penguasa laut, cewek mana yang tidak mau menyematkan gelar 'Pahlawan Kaum Hawa' atau 'Tuan Gentleman' di depan nama Kim Jongin?

Lalu bagaimana reaksi orang-orang kalau Don Juan yang selalu mereka elu-elukan ternyata tidak pernah bercinta dengan seorang wanita selama dua puluh dua tahun masa hidupnya? Sedangkan Jongin mengaku pada seluruh dunia kalau terakhir dia pernah melakukannya di SMP dan gara-gara hasil perbuatan mereka, gadis yang dia hamili terpaksa menggugurkan kandungannya sendiri.

Kalau kata Chen: ITU BULLSHIT.

Jongin tidak pernah begituan sama sekali! Maksudnya begituan dengan manusia asli. Bukan dengan manusia bayangan setelah tepar nonton film porno seharian. Dia mengarang kebohongan demi gengsi. Dan baru-baru saja Kim Jongdae a.k.a si mulut ember Chen membongkar 'topeng penyamaran' Jongin ke dua orang sekaligus. Bukan orang-orang sembarangan, tapi orang-orang paling bobrok di seantero kampus. Tao dan Luhan.

Dan ngomong-ngomong, jumlah itu masih akan terus bertambah seiring dengan perkembangan zaman kalau Jongin tidak cepat-cepat bertindak.

Gimana caranya dia bertindak? Ya dengan menuruti permainan tolol tiga orang itu. Karena kalau Jongin berani menolak, ancamannya sudah pasti: Rahasia terbongkar dan harga diri buyar.

Jadi begini tantangannya, Jongin harus menyelinap ke Dorm White-X—asrama para wanita—lalu 'taklukkan' Oh Sehun di dalam kamarnya.

Kenapa harus Sehun?

Dengan jumlah mahasiswi yang mencapai 500-600 untuk setiap Departemen, sebenarnya menetapkan Oh Sehun sebagai target itu bukan tanpa alasan. Tentu saja ada beberapa faktor yang membuat dia jadi target incaran utama dari permainan tolol yang dibentuk oleh keempat cowok ini. Seksi dan cantik jelas-jelas alasan umum. Sehun itu jangan ditanya lagi soal keseksiannya. Siapa sih yang tidak kenal Oh Sehun? Sampai cowok-cowok dari kampus lain pun mengidolakan cewek itu. Lantas apa yang membuat perempuan itu begitu spesial di mata para kaum Adam?

Pertama, dia Kapten Cheerleaders.

Kedua, dia anak dekan.

Ketiga, dia masih virgin.

Virgin. Coba bayangkan! Tidak seperti Jongin yang banyak membual soal kisah gadis yang pernah dia hamili, Sehun justru terang-terangan menunjukkan pada cowok-cowok yang pernah dia kencani kalau 'area sensitif' di tubuhnya adalah tempat paling keramat yang tidak boleh dijamah oleh sembarang orang. Terbukti sudah banyak yang jadi korban patah hati gara-gara dicampakkan oleh Sehun dengan tidak terhormat setelah tangan-tangan iseng mereka mencoba membuktikan rumor yang beredar. Nah, yang itu belum ada apa-apanya. Bagaimana dengan korban yang dicampakkan plus dapat satu tendangan gratis di selangkangan? Oke. Itu juga jelas belum ada apa-apanya. Bagaimana dengan korban yang dicampakkan, dapat tendangan gratis di selangkangan plus dilempar dari lantai dua setelah dapat bogem mentah di pipi kanan? Nah, itu baru LUAR BIASA!

Sehun itu kuat. Kadang terlalu kuat untuk ukuran cewek. Itulah mengapa banyak cowok yang akhirnya jadi segan dan respect sama dia. Cantik, seksi, dan tenar. Namun disaat bersamaan dia juga bikin cowok-cowok gemas dan blingsatan sekaligus. Itulah Sehun. Tipe-tipe cewek yang sulit ditaklukkan, tapi di sisi lain bikin orang gigit jari dan bersedia melakukan apa saja demi mendapatkan hati sekaligus… sesuatu yang ada dibawah kostum Cheerleader ketatnya. Malah sampai ada yang menjuluki dia 'Singa Betina'. Bukan untuk menjelek-jelekkan, justru untuk menunjukkan rasa kagum dan hormat.

Tentunya hal itu bukan masalah kecil bagi Kim Jongin, bukan? Dia kan Playboy handal! Apa susahnya sih 'Singa Betina'?

"Ya, apa susahnya sih Singa Betina?" tuntut Chen dengan cengiran paling menyebalkan yang pernah Jongin lihat. "Kau kan Raja Buaya. Lahap saja si Singa. Beres deh."

"Kami bersedia tutup mulut dan baru akan mengakui kehebatanmu setelah kau berhasil menggagahi Sehun di ranjang terus bawa kabur bra-nya sebagai bukti," tantang Luhan yang langsung diangguki setuju oleh Tao dan Chen. Chen! Bayangkan, cowok cupu yang dulunya manis itu sekarang ikut ketularan brengsek setelah keseringan bergaul dengan Pakar Pornoaksi Kris Wu.

"Oke, oke!" Jongin meremas rambutnya frustasi. "Lalu bagaimana caraku menyelinap masuk?"

Tao menyeringai. "Itu sih terserah kau. Sebagai Playboy yang dikaruniai bakat 'khusus', kau pasti makhluk sangat kreatif. Mikir dong! Gimana sih? Katanya Playboy!"

Jujur saja, Jongin sekarang muak setengah mati dengan status sialannya itu. "Fine! I'll do it. Happy?"

.

.

.

.

Berkat otak kreatif yang dimilik Jongin dari lahir, dia berhasil melacak dimana kamar Sehun berada dan bagaimana caranya masuk dengan aman lewat pintu depan tanpa ketahuan Mr. Hulk.

Mr. Hulk ini penjaga pintu gerbang dorm anak-anak cewek. Nama aslinya Shindong. Tapi Mr. Hulk tidak sembarang menyandang gelar 'Hulk' kalau bukan gara-gara badan besar dan keberingasannya dalam mengusir para penyamun dari sarang perawan. Bukan hanya beringas, Mr. Hulk ini juga terkenal ahli dalam mematahkan tulang. Dia menguasai bela diri Hapkido, Karate, Kungfu, Taekwondo dan Sumo. Ya. Itu benar. Makanya tamu-tamu tak diundang yang berniat macam-macam, silahkan langkahi dulu nyawa Monster ganas berkostum security itu! Gimana? Masih ada yang berani mencoba?

Tidak ada?

Baiklah. Berarti Kim Jongin tidak ada saingannya malam ini.

"Kenapa cuma segini?" protes Jang ahjussi—si cleaning service. Satu-satunya pria yang diizinkan bebas keluar masuk selain Mr. Hulk, tukang ledeng, tukang keran air, tukang listrik, dan pengantar pizza.

Jongin menatap lima lembar uang ditangan pria paruh baya itu. "Aku cuma punya segitu, Paman. Kau ini tidak tahu ya bagaimana kantong anak mahasiswa?"

"Pokoknya aku tidak mau tahu! Masalahnya misi ini sangat beresiko. Menyangkut masa depan pekerjaanku. Kalau sampai ketahuan, kan aku juga yang susah. Nanti anak-anak dan istriku makan pakai apa kalau aku dipecat?" Jang ahjussi curhat.

Haaaaaaaaa. Jongin paling tidak tega mendengar omongan yang model begini.

"Ya sudah, ya sudah!" ketusnya. "Ini kutambah." Jongin mengeluarkan dua lembar uang kertas lagi untuk telapak tangan Jang ahjussi yang terulur. "Sudah cukup kan? Puas?"

Jang ahjussi tersenyum bahagia.

Astaga, sesulit inikah menggagahi satu perawan? tanya Jongin dalam hati, sambil mengumpat diam-diam karena dompetnya sukses dikuras pak tua ini. Kalau sampai dia gagal, mungkin selain malu, Jongin juga akan jadi gembel yang terlunta-lunta dan rela mengemis kiri-kanan demi sesuap nasi.

"Cepat masuk!" perintah Jang ahjussi tegas. "Setelah jam Sembilan jadwal bersih-bersihku selesai. Kau tidak akan punya kesempatan lagi."

Jongin garuk-garuk kepala bingung. "Masuk kemana?"

Jang ahjussi membuka pintu lemari dorong ajaibnya. "Kedalam sini."

Untuk sesaat, Jongin terpana horror menatap seluruh penghuni lemari kecil itu. Ada kain lap kumal, keset kaki, kain pel yang sudah gimbal ujungnya, ember berisi air keruh, vacuum cleaner, sapu lidi, sapu ijuk, dan segala macam perkakas bersih-bersih yang baunya campur aduk menjadi perontok bulu hidung yang ampuh.

"Berani masuk?" tantang Jang ahjussi sambil terkekeh menyebalkan.

Jongin tarik-buang napas dalam-dalam. Yah, sudah sejauh ini. Isi dompet juga sudah ludes. Sayang kalau mundur.

Dengan setengah hati, Jongin melangkah masuk dan berjongkok diantara kain pel dan gagang sapu. Meringkuk sedalam mungkin. Untung saja dia muat masuk dalam benda ini.

"Jangan berisik. Aku akan membawamu sampai ke depan kamar Nona Oh Sehun. Setelah dari situ aku lepas tangan."

"Beres, Paman." sahut Jongin sambil nahan napas. Supaya bau kain pel tidak masuk dan mencemari kesejahteraan hidungnya.

Jang ahjussi mulai mendorong lemari serbagunanya masuk melewati pos penjagaan. Berhenti sebentar setelah dipanggil oleh Mr. Hulk. Mereka terlibat dalam obrolan seru. Disini Jongin mulai berdebar-debar tak karuan. Sensasinya seperti mau ngapel di rumah anak guru fisika yang killernya bukan main.

Jongin berdoa dalam hati. Harap-harap cemas. Semoga Mr. Hulk tidak melakukan razia lemari, semoga Mr. Hulk tidak melakukan razia lemari, semoga Mr. Hulk tidak melakukan razia lemari, dia komat-kamit dengan kalimat yang sama sebanyak dua puluh tujuh kali, hingga akhirnya Jang ahjussi mengatakan sesuatu seperti "Aku masuk dulu ya" lalu kembali mendorong lemari serbagunanya menjauhi pos penjaga.

Selamat. Jongin selamat dari makhluk buas tadi.

Tapi bukan berarti dia sudah terbebas dari ancaman. Karena di dalam sana masih ada Bu Leeteuk. Kepala asrama super galak yang katanya sering berpatroli di lorong dan berkeliling dari kamar ke kamar untuk memastikan semua anak kembali ke habitat mereka di jam sepuluh teng. Kalau Jongin sampai ketahuan, maka berakhirlah masa-masa tenangnya di Cheonsa University. Bukan hanya dapat skorsing dari pihak kampus, dia juga akan menjalani serangkaian hukuman yang—percayalah—tidak ada keren-kerennya sama sekali.

Roda agak bergetar saat melewati gundukan batu di tangga pintu masuk, membuat lemari serta seluruh isinya ikut berguncang dan miring ke kanan dua puluh lima derajat. Jongin buru-buru menahan ember agar tidak tumpah sambil memekik protes karena kakinya sempat kecipratan air bekas kain lap.

"Hei, Paman! Hati-hati!"

Jang ahjussi menggebrak atap lemari. "Berisik kau, bocah!"

Jongin mengintip sedikit dari celah-celah pintu lemari. Ada banyak paha-paha mulus berseliweran. Ahh~ segarnya pemandangan disini! Beda dengan Dorm Black-O. Tidak ada kaki-kaki mulus disana. Yang ada hanya kaki-kaki penuh otot dan hutan lebat yang sama sekali tidak ada indah-indahnya.

Jongin juga sempat menangkap beberapa pembicaraan dari cewek-cewek itu saat mereka melewati deretan kamar.

"Kyung! Dimana alat pencukur bulu ketiak?"

"Pinjam eyelinermu dong, Baekki!"

"Tuh ambil sendiri, lagi di pinjam sama Taemin!"

"Tunggu dulu… aku belum… Yah! Key! Aku belum selesai."

"Hei, lipgloss ku mana?!"

"Tuh lagi dipake sama Minseok."

"Minseok cepat kembalikan! Aku juga mau pake!"

"Tidak mau ah! Sana pinjam punya yang lain."

Jika kalian berdiri di Dorm Black-O, maka teriakan-teriakan tadi akan berubah menjadi:

"Jooong! Apa kau masih punya kondom?"

"Tidak ada! Terakhir dipakai Tao!"

"Hei, kalian tahu? Kemarin aku mencium Xiumin di toilet dosen lho!"

"Halah! Cuma di toilet dosen. Aku kemarin mencium Kyungsoo di depan ruang dosen!"

"Aku tidak menyangka Brazil akan kalah dalam piala dunia."

"Sudah jelas lebih hebat Portugal!"

"Jagoan kalian itu payah! Lebih hebat Argentina lah!"

"Brengsek! Siapa yang kemarin pinjam majalah xx ku? Kembalikan!"

Yah. Tentu saja itu jenis teriakan yang tidak bisa kalian dapati di surga kaum hawa seperti ini.

Lemari yang didorong Jang ahjussi memasuki sebuah lift. Ketahuan dari bunyi roda pintu yang bergeser, pintu lift menutup dan pria itu menekan angka dua pada panel tombol. Menunggu hingga lift berhenti dan membuka. Jang ahjusi mendorong lemari beserta isinya keluar dari lift. Disaat dia merasa suasana aman terkendali, Jongin tiba-tiba mendengar suara langkah sepatu mendekat. Langkah yang sangat berat dan terburu-buru. Disusul kemudian suara seorang wanita yang kedengarannya sangat familier. Jongin kenal suara itu. Bu Leeteuk!

"Kenapa kau tidak mulai membersihkan dari kamar depan?" tanya wanita itu dengan nada curiga.

"Kebetulan hari ini Nona Oh sudah berpesan khusus pada saya untuk mulai dari kamarnya," Jang ahjussi beralasan.

"Oh ya? Memangnya kau dibayar berapa sampai mau menuruti permintaannya?"

Jongin refleks mengurut dada mendengar pertanyaan sinis wanita itu. Perasaan dia juga punya Kepala asrama tapi tidak begini-begini amat. Pak Kangin malah orang yang sangat fleksibel dan santai. Malah sering diajak main tenis meja bareng sama teman-temannya.

Tidak sia-sia dia bayar mahal Jang ahjussi, karena pria tua itu pintar berkelit dari pertanyaan-pertanyaan paling sulit dan menjebaknya Bu Leeteuk.

"Ya sudah sana. Ingat ya, satu menit untuk perbaiki kloset! Tidak lebih."

Selamat. Selamat dua kali. Jongin berhasil lolos dari rintangan kedua.

Akhirnya penantian Jongin pun tiba. Lemari dorong berhenti di depan sebuah pintu. Jongin mengintip sedikit dari celah dan melihat angka '094' tertera pada pintu kamar. Jongin melihat Jang ahjussi mengetuk pintu.

"Pemisi!"

Tok, tok, tok.

"Permisi!"

Tetap tidak ada jawaban.

Pria tua itu mengeluarkan se-bundle kunci dan memasukkan salah satu kunci ke lubang di pintu.

"Nak, keluarlah."

"Apa suasananya aman?" tanya Jongin masih was-was.

"Aman. Tidak ada yang lewat di sekitar sini. Gadis yang kau incar itu juga sepertinya sedang tidak di kamar."

Pintu lemari pelan-pelan terkuak, kaki kanan Jongin melangkah keluar, disusul kemudian kaki kiri. Jongin celingukan sebentar. Syukurlah lorong dibagian sini sepi.

"Cepat masuk sana! Sebelum ada saksi mata yang melihatmu."

"Oke, Paman. Terima kasih ya." Jongin mengacungkan dua jempol. "Kau memang agen yang paling top dan bisa diandalkan! Tidak salah aku memilihmu," puji Jongin agak berlebihan.

Jang ahjussi mengibaskan tangan. "Ya, ya, ya. Asal kau bersedia tanggung jawab saja nanti."

Jongin mengedipkan mata dengan cengiran tengil khasnya. "Kalau soal perempuan, serahkan semuanya padaku!" tukasnya bangga.

.

.

.

.

Jongin mengintip kedalam.

Wah. Kamar yang sangat rapi. Bernuansa putih dan cream. Dari pemilihan warna, dekorasi dan tata letak barang-barangnya sudah ketahuan. Menandakan kalau si empunya kamar adalah orang yang sangat berkelas.

"Permisi, aku masuk ya." meski tahu kamar itu kosong, dia tetap mengendap-endap seperti maling.

Dia harus sembunyi. Dan Jika keadaannya memungkinkan, Jongin akan keluar dari lemari lalu bicara baik-baik pada Sehun untuk menyerahkan bra-nya.

Haha. Bercanda. Jongin tidak sebodoh itu kok. Pokoknya lihat keadaan saja dulu. Apa sih yang tidak mungkin bagi orang se-kreatif dia?

Jongin sudah melewati Mr. Hulk dan Bu Leeteuk, Oh Sehun jelas bukan masalah besar.

.

.

.

.

Seorang gadis bertubuh tinggi semampai bak model dunia berjalan masuk dari pintu. Paha jenjangnya ditutupi mini skirt hitam diatas lutut. Dia memakai atasan crop tee warna putih bertuliskan "Célfie" dipadu rompi hitam berbahan jeans. Gadis berkulit putih pucat itu terpaku sebentar di depan cermin. Rambut panjangnya dia rapikan sedikit terutama di bagian poni. Casual chic, simple but sexy. Itulah dia. Setelah puas melihat pantulan dirinya di cermin, Sehun melempar tasnya di kasur lalu ikut menjatuhkan diri bersama benda kecil tersebut.

Sebuah mata mengintip sedikit dari balik lemari. Mulutnya melongo terpesona mengamati keindahan tubuh dan wajah si pemilik tubuh yang tengah bermalas-malasan diatas kasur. Dari sekian banyak wanita, harus Jongin akui, Sehun ini jelas memiliki aura yang berbeda. Entah apa. Tapi ada sesuatu yang Jongin sukai dari gadis itu.

Oh. Dasar Kim Jongin. Jangan bilang dia sudah mulai pintar jatuh cinta?

Tidak, tidak. Jangan terlalu cepat menyimpulkan. Jongin hanya kagum, oke? Kagum. Catat itu!

"Hai, Baekki!" Sehun menyapa seorang cewek di telpon, suaranya renyah mendayu-dayu. "Kamarmu hanya berjarak nol koma lima meter dari sini, kenapa lewat telpon segala sih?"

Gadis itu tertawa setelah mendengar jawabannya. "Ah, dasar kau ini! Eyelinermu terus yang kau urus! Eh, memangnya ada apa?"

"Hah?" Sehun menggelung ujung rambutnya dengan jari. "Pembalutmu habis? Aiss! Apa kau tidak bisa pergi sendiri? Kenapa musti kutemani segala?" jawab Sehun setelah terdiam sebentar mendengarkan selama kurang lebih satu menit. "Soalnya besok siang aku ada kelas, terus sorenya latihan Cheers. Kenapa tidak minta temani Chanyeol?"

"Hah? Kau sedang marahan dengan dia?" Sehun terkikik. Lihatlah. Bahkan caranya tertawa pun sangat manis dan anggun. "Iya sih, anak itu memang sibuk terus belakangan ini, banyak proyek. Maklumi saja."

"Hmm… ya sudah. Aku mau mandi dulu ya. Bye."

Sehun menyambar handuk di gantungan lalu melangkah ke kamar mandi.

Jongin menggosok-gosok wajahnya gemas. Apa dia musti menunggu lagi? Mana cewek-cewek itu biasanya lelet kalau mandi! Beruntung di asrama pria tidak ada aturan jam malam yang ketat seperti disini.

Haaa, sudahlah! Berdoa saja Sehun cuma ingin gosok gigi dan cuci muka.

Tapi sayangnya doa Jongin belum terkabul, karena selain gosok gigi dan cuci muka, ternyata Sehun juga luluran, mandi busa, creambath dan sampoan. Sehun mandi lebih lama dari Bidadari Kahyangan. Jongin yang merasa lelah dan bosan tanpa sadar jatuh tertidur di dalam lemari Sehun. Terselip diantara gantungan baju.

.

.

.

.

"GYAAAAAAA!"

Jongin nyaris terlempar keluar dari lemari. Siapa yang tidak kaget diteriaki begitu? Mana suaranya Sehun itu—

Tunggu dulu.

What the F**k?!

Jongin ternganga ngeri melihat benda panjang yang menggantung di depan sana… diantara kedua paha Sehun. Itu… itu… ada benda asing yang gelantungan…

Apa itu…

"PISANG?!" jerit Jongin tak kalah heboh.

"Apa yang kau lakukan di lemariku?!" Sehun buru-buru menutupi tubuh basahnya dengan handuk. Terlambat. Jongin sudah terlanjur lihat semuanya.

Jongin masih terdiam shock diantara tumpukan baju. Dia tidak pernah menyangka. Dia benar-benar tidak pernah menyangka. Selama ini cewek yang paling dikagumi seluruh kaum adam di kampus adalah…

Transgender.

Sehun memilikinya. Dua benda paling keramat yang harusnya ada di tubuh manusia beda jenis kelamin, tapi dia punya keduanya sekaligus. Semua dalam satu paket komplit. Two in one.

Payudara dan penis.

Jongin menelan ludah. Masih membeku shock dan kakinya seolah menempel di lemari. Dia terlalu kaget untuk bicara. Terlalu kaget untuk berdiri. Dan terlalu kaget untuk kabur. Pokoknya terlalu kaget untuk ngapa-ngapain.

"Heh! Jawab!" desak Sehun tidak sabar. "Bagaimana caramu masuk!"

Jongin menelan ludah sekali lagi. "Kau… kau… adalah… kau adalah…" Ya Tuhan, sejak kapan dia jadi gagap begini? Jongin berusaha mengatur napasnya, kali ini berdehem untuk lebih mengontrol emosi dalam dirinya. "Kau adalah… waria?"

Sehun terdiam. Rahangnya mengeras, matanya memicing tajam dan kedua tangannya terkepal membentuk tinju. Siap mematahkan tulang hidung Jongin kapan saja.

"Keluar!"

Jongin berkedip beberapa kali. Rupanya dia masih belum sembuh dari shock. "Hah?"

"KELUAR!" pekik Sehun lebih keras dari auman dinosaurus. Dia sambar tangan Jongin lalu dia seret sekuat tenaga dari lemari. Saking kuatnya Jongin sampai tersandung di lantai. "Keluar dari kamarku, cowok mesum!"

Jongin tidak heran lagi sekarang darimana datangnya kekuatan dan ketangguhan seorang Oh Sehun. Dia bukan 'Singa Betina', melainkan 'Singa Jantan yang bingung dan memutuskan untuk jadi Singa Betina'.

"Akan kulaporkan kau pada Bu Leeteuk!" ancam Sehun hendak menendang bokong Jongin dari pintu.

"Ya, akan kulaporkan juga kau padanya!" balas Jongin, sukses menghentikan gerakan Sehun untuk membuka pintu. Jongin terpaksa mengancam balik. Karena kalau tidak, dirinya bisa berakhir dijambak dan digebuki massa. Itu tidak adil. Mengingat dia bukan satu-satunya pria disini.

"Apa yang dilakukan makhluk berpenis di Dorm White-X?" tanya Jongin membuat cengkraman tangan Sehun mengendur di pergelangannya. "Jadi ini rahasiamu? Kau menolak bercinta dengan ribuan cowok diluar sana karena itu?" dengan tidak sopannya Jongin menunjuk selangkangan Sehun.

PLAK! Tamparan Sehun mendarat telak di pipi kanan Jongin.

"Aku bisa menambahkannya di pipi kiri kalau kau mau." ancam Sehun sambil mengangkat tangan kirinya, ambil ancang-ancang mendaratkan satu tamparan lagi.

Diluar dugaan, Jongin mengusap pipinya sambil tertawa keras. Merasa mendapat celah untuk memojokkan Oh Sehun, dia memajukan tubuh hingga Sehun refleks mundur tiga langkah.

"Ngomong-ngomong, pukulanmu boleh juga untuk seorang pemandu sorak wanita." Jongin menyeringai. "Wanita berpenis, maksudku."

"Berhenti menyebut 'penis', kau membuatku muak." desisnya dengan kepalan tinju yang semakin kuat.

Jongin selangkah lebih dekat, menantang tubuh kaku Sehun yang siap berperang. "Gimana ya kira-kira reaksi teman-temanmu kalau tau kapten cantik mereka ternyata punya…" Jongin mengangkat jari-jarinya diatas kepala, membentuk tanda kutip untuk, "Pisang?"

Sehun menyipitkan kedua matanya hingga tinggal satu garis. "Kau mengancamku?"

Senyum jahil bermain-main di bibir Jongin. "Aku bisa memberimu penawaran bagus. Rahasiamu bakal aman tersimpan rapat disini." Jongin menunjukkan gerakan kunci mulut lalu dia buang kuncinya jauh-jauh. "Asalkan…"

Sehun sebenarnya ogah mengikuti permainan cowok tan jelek di depannya ini. Apalagi ini Kim Jongin. Cowok sok Playboy yang bangga mempermainkan hati wanita. Tapi jika pihak luar tahu, tidak hanya nama baik sang ayah bakal yang rusak, tapi dirinya juga tidak akan punya muka untuk muncul di tempat ini. Intinya, Sehun bisa malu besar. Dia belum siap untuk buka-bukaan pada dunia. Tidak. Tidak akan pernah! Bayangan buruk masa kecilnya yang penuh dengan penindasan dan penghinaan kembali terputar di kepala Sehun.

Jika mulut lancang cowok ini berani membocorkan rahasianya, maka dia bisa… dia bisa…

Tamat.

Sehun menelan ludah yang terasa pahit dan berat. "Asalkan apa?" tanyanya setelah berpikir matang-matang.

Smirk lihai Jongin melebar. Lihatlah. Oh Sehun si 'Singa Betina' sudah terpojok sekarang. Mangsa dengan mudahnya memakan umpan yang dia lemparkan.

"Well…" Jongin angkat bahu. "Aku tak ingin yang muluk-muluk, permintaanku cuma satu," dia melangkah lebih dekat, bau aroma tubuh Sehun yang lembut menguar ke seluruh ruangan, membuat pertahanan Jongin nyaris lumer. "Temani aku ngobrol malam ini."

.

.

.

.

~~TBC~~

A/N: FF ini sebenanrya udh lumayan lama jadi, sebelum ada berita kai dating, pengen upload tapi karena kebawa suasana galau di instagram, saya yang tadinya biasa aja jadi ikutan gak mood (-_-;). Saya sengaja potong ceritanya jadi per chapter :D.

Oh iya, ff ini saya persembahkan buat seluruh kaihun shipper yang pengen baca sehun jadi uke shemale xD. FF ini terlahir gara-gara pas saya belum nemuin ff sehun jadi Transgirl dan kebanyakan liat foto Sehun diedit-edit jadi cewek di instagram, saya jadi terdorong pengen buat xD. So, big thanks juga buat temen-temen yang jago banget editannya, kalian sumber inspirasi saya secara gak langsung xD. Dan sumber inspirasi kedua adalah Lagu dari Band rock lawas Aerosmith yang liriknya betul-betul menginspirasi. Semoga temen-temen suka dan kalau pengen saya posting lanjutannya, silahkan review :D. #bow

Kalau mau ngasih masukan/saran boleh, siapa tahu bisa saya tambah2in dikit di chap slnjutnya. Dan… oh iya, satu lagi, ternyata bikin yel-yel itu susah (-_-).

Yang gak suka plis NO BASH ya :D plis.