Game Over

By

17 FOSTER

(Gyupire18 & Bsion)

.

.

.

.

.

Part3 :

Tim penyidik masih disibukkan dalam mencari bukti-bukti kasus pembunuhan siswa SMA Chundam. Ruang Tim Penyidik Khusus tampak lengang, hanya ada Mingyu dan juga Junhui, sedangkan anggota yang lain masih belum kembali.

Mingyu duduk tepat di depan komputer. Ia masih mencoba mencari-cari nama pemilik yang digunakan oleh pelaku. Tiba-tiba ponselnya berdering, sebuah e-mail masuk. Mingyu langsung membukanya kemudian menyeringai senang.

"Junhui!" Teriak Mingyu

"Ada apa?" Junhui menoleh ke arah Mingyu.

"Aku sudah mendapat kabar dari penjual senjata kemarin." Junhui langsung berlari menuju meja Mingyu.

Mingyu memberikan ponselnya kepada Junhui.

"Sial! Pelakunya menggunakan kode untuk namanya." Umpat Junhui.

"Dia lumayan pintar juga. Tapi kau tenang saja, aku akan segera memecahkan kode tersebut." Ucap Mingyu dengan santainya.

"Baiklah aku serahkan padamu. Biar aku yang mencari alibi pelaku dalam pembunuhan ini." Mingyu hanya menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Junhui. Mereka kembali sibuk dalam kegiatan masing-masing.

~00000~

Matahari belum menampakkan cahaya, namun tim penyidik sudah berkumpul di markas tepat jam 4 pagi. Mereka sarapan bersama terlebih dahulu. Sambil sesekali bercengkerama. Setelah sarapan mereka semua kembali bersiap untuk bergerak.

Junghan dan Wonwoo akan kembali menyamar menjadi siswa SMA Chundam. Soonyoung dan Minghao bertugas untuk menemui tim forensik kepolisian guna mendapat keterangan baru. Sedangkan Junhui dan Mingyu akan tetap tinggal di markas untuk memecahkan kode nama pelaku.

"Aish sampai kapan aku harus menyamar seperti ini." Keluh Junghan.

"Bersabarlah Junghan, sebentar lagi semuanya akan selesai." Timpal Soonyoung.

"Tapi aku benar-benar sudah risi harus menggunakan rok seperti ini."

"Wah hyung, padahal kau terlihat sangat cantik dengan rok itu." Ucap Mingyu yang sukses menyulut emosi Junghan.

"Kau!" Junghan hampir saja melemparkan sebuah buku yang lumayan tebal ke wajah Mingyu kalau saja Wonwoo tidak menahan tangannya.

"Hei hyung jangan melemparnya, kau bisa melukai wajah tunanganku." Ucap Wonwoo.

"Ah sayang, kau yang terbaik!" Mingyu tertawa sambil mengacungkan jempolnya.

Junghan bertambah kesal, sedangkan yang lain hanya tertawa melihat pertengkaran mereka. Tidak ingin bertambah kesal, Junghan menarik tangan Wonwoo dan menyeretnya ke luar untuk segera berangkat. Wonwoo melambaikan tangannya ke arah Mingyu.

"Berhati-hatilah dan cepat pulang!" teriak Mingyu kepada Wonwoo.

"Berhentilah bermesraan begitu jika di kantor."

"Kenapa? Apa kau iri karena kau tidak punya pacar?"

"Ya! Kim Mingyu!" Soonyoung hendak berlari ke arah Mingyu namun Minghao langsung menahannya.

"Kita berangkat sekarang." Ucap Minghao

"Awas kau Kim Mingyu! Urusan kita belum selesai." Ancam Soonyoung yang justru ditertawakan oleh Mingyu.

Ruang tim penyidik kembali sepi setelah kepergian Minghao dan Soonyoung. Junhui beserta Mingyu kembali melakukan pekerjaan mereka masing-masing.

~00000~

Wonwoo dan Junghan sudah tiba di SMA Chundam. mereka langsung berpencar. Wonwoo langsung masuk ke kelasnya begitu juga Junghan. Namun saat di koridor yang cukup sepi, Junghan melihat siswa lelaki yang menjadi incaran Wonwoo sedang berbicara dengan seorang gadis. Mereka berdua tampak serius. Dan hal ini sukses memancing kecurigaan Junghan.

Junghan langsung bergerak menuju tempat loker siswa. Keadaan saat itu juga cukup sepi karena pelajaran sudah dimulai. Junghan bergerak mencari nama Park Hae Jin di loker tersebut. Setelah menemukannya, Junghan mencoba membobol pintu loker tersebut sehalus mungkin agar tidak terlihat jika dibuka paksa.

Setelah terbuka Junghan hanya menemukan beberapa buah buku pelajaran, novel dan komik. Ia terus mencari benda-benda yang kemungkinan bisa menjadi bukti. Namun kegiatannya terhenti saat sebuah suara mengagetkannya.

"Apa yang kau lakukan di lokerku?"

Junghan membeku dan juga terdiam. Kemudian ia perlahan menoleh dan mendapati siswa laki-laki yang menjadi incaran mereka sedang menatapnya penuh tanya. Junghan belum menjawab, ia mencoba mencari alasan yang tepat.

"Aku-"

"Haejin-ssi." Perkataan Junghan terpotong oleh seseorang yang memanggil Hae Jin.

"Ah, Jae Min." Hae Jin menoleh dan mendapati Wonwoo memanggilnya.

"Kenapa kau di sini?" Tanya Wonwoo sambil berjalan mendekati Hae Jin.

"Wanita ini, dia membuka lokerku." Tunjuk Hae Jin ke arah Junghan.

"Kau! Hei apa hobimu itu selalu membuka loker milik orang lain? Kemarin kau membuka lokerku, sekarang loker temanku." Ucap Wonwoo kesal.

"A-ah maafkan aku, aku salah mengenali loker, tapi aku juga bingung kenapa kuncinya bisa pas."

"Sudahlah Hae Jin-ssi, kita ke kelas saja." Wonwoo menarik Hae Jin yang langsung menurut. Untungnya dia tidak curiga sama sekali.

'Hampir saja.' Batin Junghan

~00000~

Minghao dan Soonyoung sudah berada di Laboratorium Forensik. Mereka bergegas menemui beberapa ahli yang ikut menangani kasus pembunuhan masal ini. Kedua polisi laki-laki itu berpencar guna mempersingkat waktu.

Di tempat lain Junghan sedang berada di kantin. Ia menatap Wonwoo dan Park Hae Jin dari kejauhan. Mencoba membaca gerakan tubuh dari siswa lelaki tersebut. Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya. Junghan menoleh dan mendapati ada seorang siswa perempuan.

"Boleh aku duduk disini?" Ucap siswa perempuan tersebut.

"Ah tentu saja, silakan."

"Kau siswa baru ya? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya."

"Iya, aku baru masuk beberapa hari yang lalu."

"Kenalkan aku Choi Jung Ah." Jung Ah mengukurkan tangannya.

"Aku Yoon Min Seo, senang berkenalan denganmu." Ucap Junghan sambil menyambut uluran tangan Jung Ah.

"Kau sangat cantik Min Seo."

"Terima Kasih." Jawab Junghan sambil tersenyum juga.

Setelah makan di kantin, Hae Jin mengajak Wonwoo untuk ke kelasnya. Wonwoo hanya menurut dan mengikutinya. Wonwoo duduk tepat di sebelah bangku Hae Jin. Wonwoo mendapat pesan dari Junghan, setelah membacanya ia langsung bertanya kepada Hae Jin.

"Hae Jin, apa kau kenal dengan Choi Jung Ah?." Tanya Wonwoo.

"Jung Ah? Ia aku kenal. Ada apa Min Jae?"

"Tidak kok, aku sering melihatmu diam-diam memperhatikannya." Ucap Wonwoo.

"E-eh? Sebenarnya aku memang menyukainya. Sudah lama aku memperhatikannya. Dia orang yang pintar dan juga baik, hanya saja dia selalu membenci orang yang lebih cantik dan menonjol darinya. Hingga akhirnya ia memintaku melakukan sesuatu. Akhir-akhir ini kami mulai akrab karena hal tersebut." Ucap Haejin

"Sesuatu? Apa itu?" Tanya Wonwoo penasaran.

"Dia menyuruhku-." Tiba-tiba ponsel Hae Jin berbunyi. Ia pun pamit kepada Wonwoo untuk ke luar sebentar.

Sepeninggal Hae Jin, Wonwoo memikirkan sesuatu. Kemudian matanya terpaku kepada tas Hae Jin. Dengan cekatan ia langsung menggeledah tas tersebut. Wonwoo berhasil menemukan sesuatu, ia pun menyeringai.

~00000~

Tim penyidik khusus sudah berkumpul di markas besar. Mereka mulai bertukar informasi dan saling menghubungkannya. Ada beberapa bukti yang ditemukan. Wonwoo dan Junghan masih menyelidiki hasil CCTV sekolah. Saat sedang berdiskusi tiba-tiba seorang wanita memberikan pengumuman.

"Rapat dadakan. Ruang rapat telah dipersiapkan." Informasi wanita tersebut.

Tim penyidik langsung beranjak dari kursi mereka. Tidak lupa membawa beberapa berkas yang telah mereka persiapkan. Mereka mulai bergerak menuju ruang rapat. Sesampainya mereka langsung mengambil tempat duduk masing-masing. Tidak lama kemudian Ketua Lee Jihoon memasuki ruangan.

"Aku ingin mengetahui perkembangan kasus pembunuhan di SMA Chundam."

"Aku dan Junghan beberapa hari ini menyamar menjadi siswa. Aku mencurigai salah satu siswa bernama Park Hae Jin, menurut beberapa informasi yang aku dapat siswa tersebut merupakan salah satu korban pembullyan dari siswa yang dibunuh. Aku berhasil menggeledah isi tasnya dan menemukan sebuah kartu nama tempat latihan penembakan. Setelah dipastikan, memang benar bahwa nama Park Hae Jin terdaftar sebagai member yang sudah bergabung selama 1 tahun." Ucap Wonwoo

"Choi Jung Ah, siswi paling pintar di SMA Chundam, ia termasuk salah satu siswi terpopuler. Selain itu ia juga diketahui berasal dari keluarga kaya, namun gosip mulai beredar di sekolah yang mengatakan bahwa selama ini Jung Ah adalah pesuruh salah satu kelompok siswi yang dibunuh. Melihat dari gerak-geriknya dia adalah tipe orang yang tidak ingin disaingi dalam hal kecantikan." Ucap Junghan.

"Apa ada yang mencurigakan dari siswi tersebut? Tanya Jihoon

"Ada ketua. Aku melihatnya beberapa kali berinteraksi dengan Park Hae Jin. Dan juga Wonwoo mengatakan bahwa Hae Jin pernah bercerita padanya jika ia menyukai Jung Ah dan pernah melakukan sesuatu. Tapi kami tidak berhasil mengetahui apa yang mereka lakukan." Jawab Junghan.

"Baiklah, lalu bagaimana dengan Minghao dan Soonyoung?"

"Korban di bunuh dengan cara berbeda. Dua belas orang ditembak pada bagian kepala. Lalu 8 orang ditikam dengan menggunakan pisau dapur, sedangkan lima orang lainnya dipukuli hingga mati karena hanya terdapat luka lebam. Aku juga berhasil menemukan ada gumpalan kulit di salah satu kuku korban. Kemungkinan itu adalah kulit pelaku. Korban mencoba membela diri dengan mencakarnya. Namun potongan kulit tersebut tidak bisa diidentifikasi untuk menemukan DNA pelaku." Lapor Minghao.

"Jung Ah juga memiliki luka gores di lehernya. Kemungkinan ini ada hubungannya." Ucap Junghan.

"Aku berhasil menemukan sebuah ponsel di tempat kejadian." Soonyoung mengeluarkan sebuah ponsel.

"Tapi ponsel ini di kunci dengan kode. Aku belum bisa membukanya, kemungkinan besar ini adalah ponsel pelaku. Karena terdapat sedikit bercak darah dan juga ditemukan di bawah lemari kelas. Sedangkan ponsel para korban ada di kantong dan juga tas masing-masing."

"Setelah ini cepat cari kode ponsel tersebut." Perintah Jihoon.

"Baik ketua." Jawab Soonyoung.

"lalu bagaimana dengan Mingyu dan Jun?"

" Jun dan aku berhasil menemukan kode nama pelaku di tempat pembelian senjata ilegal. Kode nama pelaku adalah R320M JC7 12KP. Aku berhasil memecahkan kode nama tersebut berdasarkan kisah detektif yang ada di novel dan komik. Setiap angka dan huruf di kurang dengan jumlah pelaku yaitu dua meskipun baru kemungkinan. Dan kode nama tersebut adalah milik Park Hae Jin. Junghan juga berhasil menggeledah loker Hae Jin dan menemukan ada banyak novel dan komik tentang detektif." Lapor Mingyu.

"Tunggu.. Mingyu aku juga menemukan kode nama seperti itu di pintu loker Jung Ah. Kode namanya L23PI3J." ucap Junghan.

Mingyu mulai mencoret-coret di kertas. Dan benar hasilnya adalah 'Jungah'.

"Soonyoung coba buka ponsel itu menggunakan kode tersebut." Perintah Jihoon.

"Baik ketua." Soonyoung langsung memasukkan angka kode tersebut ke dalam ponsel. Tidak lama kemudian ponsel tersebut terbuka. Soonyoung langsung menatap anggota yang lain. Ia kemudian membuka galeri foto dan menemukan foto-foto Jungah di sana.

"Siswi tersebut patut dicurigai dan diselidiki lebih lanjut. Aku ingin besok adalah hari terakhir penyelidikan. Kalian adalah tim yang dipilih secara khusus, aku tidak ingin kinerja kalian lamban. Mengerti?"

"Mengerti ketua." Ucap anggota tim penyidik serempak.

"Rapat saya tutup. Selamat sore dan selamat bekerja."

Ketua Lee Jihoon meninggalkan ruang rapat. Sedangkan anggota tim penyidik memilih untuk beristirahat sejenak.

"Setelah ini bagaimana? Kalian ada ide?"

Soonyoung, Minghao, Mingyu, Junhui serta Junghan menggeleng pelan. Mereka menyandarkan tubuh pada kursi. Soonyoung memainkan berkasnya. Menurutnya, sebenarnya ini termasuk kasus mudah. Dengan pelaku yang gampang mereka lacak itu benar-benar menguntungkan.

"Kita harus mulai menyusun rencana. Kasus ini sudah benar-benar menemukan titik terang. Tinggal sedikit lagi, maka tim bawah sudah dapat mengambil alih."

Wonwoo menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Minghao. Junghan memainkan ponselnya yang sempat bergetar saat rapat tadi. Junhui memperhatikan karena dia duduk tepat di samping laki-laki cantik itu.

"Ada apa?"

Junghan meletakkan ponselnya di atas meja. "Jung Ah memintaku menemuinya malam ini di sekolah."

Soonyoung terbelalak. "Kau memberikan dia nomor ponselmu?! Kau tahu itu cukup berbahaya kan?!"

Laki-laki cantik di sana mengibaskan rambut panjangnya. "Biarkan saja. Lagi pula aku berfirasat ini malam terakhir yang akan aku habiskan bersama ponselku."

Mingyu mengernyit, "Apa maksudmu?"

~00000~

Junghan melangkahkan kakinya dengan tenang. Malam ini cukup dingin. Dengan pakaian wanitanya, Junghan menghampiri seseorang yang duduk tenang di hadapan sungai.

Laki-laki itu duduk secara tiba-tiba, membuat orang itu terkejut dan menjerit tertahan. Junghan terkikik.

"Ya! Yoon Min Seo!"

Junghan tertawa keras memegangi perutnya. "Maaf.. maaf.."

Perempuan muda itu cemberut. Memukul bahu Junghan pelan.

"Jadi.. Jung Ah.. ada apa menyuruhku ke sini malam-malam? Aku sempat panik karena tidak menemukanmu di sekolah."

Jung Ah menghela napasnya. Memeluk tubuhnya sendiri saat angin malam berembus. Junghan sudah akan memeluk wanita itu, tapi dia teringat akan penyamarannya.

"Aku hanya ingin menenangkan diri.. dan aku butuh teman.."

Junghan menidurkan dirinya. Melirik wanita muda yang masih duduk kedinginan di samping kanan. Lagi-lagi tubuhnya gatal ingin bergerak untuk membawa wanita itu menghangatkan diri didadanya.

Ini kelemahan yang ia benci.

"Kau sedang punya masalah?"

Jung Ah tersenyum. Membalikkan tubuhnya dan ikut merebahkan diri.

Jung Ah tidak menjawab. Junghan memutar otak untuk mengorek lebih banyak tentang remaja ini.

"Aku tahu, mungkin aku ini termasuk orang baru. Tapi kalau memang kau butuh tempat bersandar, kau bisa percaya padaku."

Jung Ah memeluk Junghan. Mengelus pipi yang dia sangka wanita itu dengan lembut. Tatapan matanya lurus memandang milik Junghan. Wanita itu tersenyum dan mencubit gemas pipi Junghan.

"Akh! Sakit!"

Jung Ah tertawa. Dia bangkit dan Junghan mengikuti wanita itu sembari mengusap pipinya yang sedikit tergores kuku Jung Ah.

"Kau lucu sekali Min Seo, aku gemas. Kau perawatan di mana? Kulitmu halus sekali! Ah, aku iri.."

Jung Ah menjerit tertahan dan kembali menyerang pipi Junghan dengan cubitannya. Wanita muda itu tertawa senang.

"Ya!"

Jung Ah tertawa semakin keras. Namun Junghan menangkap nada lain di sana. Laki-laki itu mengentak kasar tangan Jung Ah dan berdiri.

Jung Ah mendelik tidak suka. Dia menarik kaki Junghan hingga terjatuh dan menduduki dadanya. Mencekik leher Junghan dengan kuat membuat lelaki itu terbatuk karena pernapasannya sangat terbatas.

"BRENGSEK!"

Jung Ah menjerit keras. Wajahnya memerah dengan air mata membanjiri. Junghan mencoba melepaskan tangan wanita itu masih dengan penyamarannya sebagai wanita.

"Brengsek! Sialan!"

Jung Ah semakin brutal. Dia menampar Junghan dan mencakari wajahnya namun Junghan mengelak. Dia mendorong kasar tubuh Jung Ah dari atasnya dan berdiri dengan kuda-kuda.

"Kenapa kau menyerangku?!"

"BERISIK! SIALAN! TIDAK ADA YANG BOLEH LEBIH CANTIK DARI AKU! TIDAK ADA YANG BOLEH!"

Jung Ah kembali menjerit. Dia meremas rambutnya sendiri dan mengais-ngais tanah. Junghan tidak tega tapi dia tidak boleh lengah.

"Tidak ada yang boleh... tidak ada yang boleh lebih cantik dari aku... harus aku... HARUS AKU! AAAAKHHHH!"

Junghan dengan cepat menghindar saat Jung Ah melemparinya dengan batu. Laki-laki itu segera mendekat takut bila saja Jung Ah justru melukai dirinya sendiri.

"Jung Ah! Berhenti! Sadarlah!"

"TIDAK! WANITA SIALAN! KAU PIKIR KAU SIAPA! AKU BAHKAN JAUH LEBIH KAYA DARIMU TAPI KAU SEENAKNYA MEMPERBUDAKKU! BRENGSEK! WANITA SIALAN! AAKHHH!"

Jung Ah terus menjerit. Dia seperti orang kerasukan dan Junghan cukup kewalahan menghadapinya seorang diri. Tenaga gadis remaja jadi lebih kuat.

Jung Ah mendorong Junghan hingga terjatuh. Wajahnya penuh dengan air mata dan seringai. Mengambil sesuatu dari balik kantung bajunya.

Junghan menahan napasnya.

"Tidak. Ada. Yang boleh... lebih. Cantik. Dari aku.. Yoon Min Seo.."

DOR

.

.

.

.

.

-TBC-

Done.

[03/05/16 – 09/05/16]

18.07 pm