Sekedar informasi (lagi), sekarang Jeonghan dan Seungcheol berada di tingkat tiga. Sementara Jihoon, Mingyu dan yang lainnya berada ditingkat dua. Itu berarti, isi pendatang fanmeet dadakan ini mayoritas adalah adik kelas.
"Jihoon sunbaenim! Kau Seungkwan sunbae dan Wonwoo sunbae adalah sahabat baik, bukan?"
Jihoon mengangguk seraya menoleh kepada Wonwoo yang duduk disebelah kirinya. Wonwoo tersenyum simpul karena merasa bangga. Begitu pula Seungkwan yang duduk dibawah sambil mengerjakan mading (dia ikut lomba mading, tapi tidak ingin ketinggalan fanmeet dadakan sahabatnya. maka dari itu dia bersama timnya yaitu Seokmin dan Minghao meminta izin pada panitia untuk mengerjakan madingnya di aula), diam-diam tersenyum.
"Kalau disuruh memilih, kau memilih siapa, Seungkwan sunbae atau Wonwoo sunbae?"
Jihoon melotot. "E-eh? A-aku tidak bisa memilih. Dua-duanya memiliki eksistensi penting dalam hidupku." Katanya. "Wonwoo pendengar yang baik, sementara Seungkwan penasihat yang baik, meskipun terkadang keberadaannya teramat mengganggu sih."Jihoon menyengir kikuk. Lalu detik berikutnya ia memekik karena dilempar kotak pensil oleh Seungkwan dari belakang.
"Aku mendengarnya!" desis Seungkwan kemudian kembali fokus mendekorasi mading mereka. Jihoon hanya mendengus lalu kembali fokus kepada audiense.
"Tapi kalau disuruh memilih, aku memilih Seungkwan. Karena dia adalah moodboosterku dan Wonwoo. Wonwoo itu moody dan emo sekali. Ketika aku sedang kesal dan Wonwoo dalam mood yang buruk, apabila tidak ada Seungkwan... Kalian tahu sendiri apa yang akan terjadi." Tutur Jihoon panjang yang disambut oleh ringisan para penonton- juga Wonwoo.
Wonwoo mengambil microphone nya yang berada diatas meja. "Iya, begitulah. Aku setuju dengan Jihoon. Seungkwan itu penyelamat kami berdua."
"Sudah dong. Aku jadi terharu disini!" tukas Seungkwan yang didengar oleh sebagian penonton didepan. Mereka terkekeh.
Lalu, ada yang melemparkan pertanyaan lagi. "Kalau disuruh memilih, kau pilih Wonwoo atau Soonyoung."
"Wonwoo." Jawab Jihoon langsung.
"Ya! Kenapa Wonwoo? Kenapa bukan aku?!" Itu suara Soonyoung. Jihoon masih heran, sebenarnya Soonyoung duduk dimana?
Rambut Soonyoung itu biru gelap. Sementara orang-orang disini rata-rata merah, blonde dan cokelat. Jihoon mendengus. "Karena aku sayang Wonwoo!"
"Kau tidak sayang padaku, Jihoonie?"
"Tidak!"
"Sungguh?"
Jihoon tidak menjawab, ia justru melemparkan pandangannya ke depan, kearah para audiens yang rata-rata perempuan. "Adakah yang mau bertanya lagi? Abaikan saja suara Soonyoung jelek itu!"
Soonyoung dibalik layar proyektor mendengus kesal sementara Mingyu terpingkal-pingkal. Soonyoung memukul kepala Mingyu, "Diamlah sial!"
Kembali kepada para audiens, ada satu anak yang Jihoon kenal- adik kelas yang sering membantu Jihoon kala menulis lirik lagu nya yang sekarang sedang tenar-tenarnya di soundcloud. Namanya Jung Yein.
"Kau pernah bilang kau sangat teramat menyayangi gitarmu." Kata Yein dengan nada yang membuat semua orang disana penasaran. Jihoon mengangguk pelan. "Lalu?"
Yein tersenyum manis kala melontarkan pertanyaannya.
.
.
| Frequently Ask Question No. 4
| Pilih Soonyoung atau gitar?
.
.
Hampir semua orang tahu kalau Jihoon sangat menyukai dunia tarik suara- termasuk alat-alat musiknya. Suara Jihoon tak perlu dipertanyakan lagi bagusnya. Dan kemampuan Jihoon bergitar pun juga sangat hebat.
Hari itu ada festival disekolahnya. Terbuka untuk umum. Festival itu diadakan selama seminggu penuh. Sekolahnya pun ramai mendadak, ramai oleh para pengunjung juga para penjual yang menyewa stand bazar disekolahnya. Pengunjungnya beragam, mulai dari anak SMP, SMA, hingga kuliah. Bahkan ada ibu rumah tangga yang ikut mampir. Yang dipamerkan difestival itu juga banyak, mulai dari pernak-pernik hingga makanan.
Mingyu dan Soonyoung adalah dua-duanya yang tidak bisa santai dan berbincang bersama di markas karena mereka berdua adalah anggota osis. Mereka sibuk menyiapkan ini dan itu, segala hal. Terutama Soonyoung yang ditunjuk sebagai penanggung jawab hari ini. (Setiap hari, penanggung jawab mereka berbeda-beda).
"Seungkwan hyung, katanya mulai hari ini sampai hari festival berakhir, kau mengisi acara ya?" Tanya Chan.
(Ternyata Chan adalah siswa pintar yang mengikuti program akselerasi hingga dia adalah anggota termuda semarkas.)
Seungkwan mengangguk. "Iya. Aku dengan Seokmin akan bernyanyi hari ini. Besok Hansol teman sekelasmu juga ikut meramaikan. Dia bakalan ngerapp."
"Benarkah?!" Chan memekik terkejut. "Wow... Hansol pasti akan teramat tampan." gumamnya tanpa sadar dengan mata berbinar sirat keterkaguman. Dan semuanya mendengar.
Wonwoo dan Seungkwan adalah orang pertama yang menyunggingkan senyum setan. "Tak biasanya kau se eksaited itu ketika mendengar nama orang."
Chan gelagepan bak habis disiram air dingin satu ember. "Enggak kok!" Wajahnya gugup. "Aku biasa saja dengan dia!"
"Penipu ulung. Kau menyukainya!" Tuding Wonwoo langsung. Tujuannya bercanda, tapi wajah Chan benar-benar merah hingga ketelinga sampai pada saat itu, satu fakta terkuak kalau Chan bukan lagi seseorang yang inosen. Dia sudah jatuh cinta pada seorang bule teman sekelasnya yang bernama Hansol.
Pintu markas tiba-tiba dibuka, menampakan Mingyu dengan nafas yang tak beraturan. Terengah-engah. "Seungkwan! Seokmin dan Jihoon sudah siap-siap dibelakang panggung dasar bodoh!" Pekiknya kemudian langsung menghilang dari balik pintu.
Seungkwan memekik.
Wonwoo memekik.
Bahkan Chan, Seungcheol dan Jeonghan ikut memekik.
"JIHOON?! / DEMI APA?! AKU BAHKAN BELUM MEMINUM KENCURKU!" —secara bersamaan.
Markas kosong tiba-tiba. Seungkwan memilih untuk meminum kencurnya cepat dibelakang panggung sebelum semenrara empat kawan lainnya berlari ke pinggiran lapangan.
Nyatanya, Jihoon tak bilang apa-apa kalau ia akan mengiringi tampilan Seungkwan dan Seokmin hari ini.
Pantas saja Jihoon menghilang sejak izin dari toilet tadi.
Bahkan Seungkwan yang menyanyipun tidak tahu menahu.
(Yang sebenarnya sih, Jisoo yang seharusnya mengiringi Seungkwan dan Seokmin berhalangan datang karena sepupu yang diasuhnya- Ennik Somi mendadak tipus hingga ia harus merawat sepupunya itu kalau tidak mau didamprat tantenya.
Dan Soonyoung bersama Seokmin pun mati-matian meminta Jihoon menggantikan Jisoo. 30x ditolak hingga Jihoon akhirnya menyanggupi dengan satu syarat.
"Pulang festival harus menraktirku makan di Mcd sepuasku."
Seokmin lagi-lagi mati-matian untuk meminjam uang dari kakaknya— Lee Taemin dengan alasan tugas.)
ㅡㅡㅡ
"Tadi kau keren sekali." Soonyoung membuka pembicaraan setelah meneguk es lemon tea nya.
Soonyoung dan Jihoon sedang berada di mcd, dibagian meja untuk empat orang. Seokmin hanya sempat beli es krim karena mendapat telepon dari kakaknya untuk segera pulang. Jadilah tinggal Soonyoung dan Jihoon yang berada disana.
Dalam hati, Soonyoung berterimakasih kepada Seokmin karena dengan begini, ia mempunyai quality time dengan Jihoon.
Jihoon mengunyah kentang goreng yang ia pesan sebelum membuka bungkus cheese burgernya. "Apanya keren. Aku bahkan berkali-kali salah chord karena tidak tahu lagunya!"
"Hehehe." Soonyoung terkekeh. "Biarpun banyak yang salah, tapi setidaknya kalian mendapat tepuk tangan dari pengunjung kok."
"Formalitas doang, kali." Jawab Jihoon seraya mengunyah cheeseburger nya. Ugh, Jihoon jadi ingat Wonwoo kalau makan burger. Teman emonya itu sangat menyukai burger- tapi akhir-akhir ini ia lebih sering diganggu oleh Mingyu.
"Bukan formalitas. Kalian memang keren!"
"Terimakasih, dan jangan membahas hari ini lagi!" Ujar Jihoon dengan nada sengit.
Daripada tersinggung, Soonyoung lebih merasa gemas karena wajah Jihoon yang sebenarnya memerah. Temannya itu memiliki kulit putih segar sehingga sangat kentara apabila ia memerah. Soonyoung mengulurkan tangannya untuk mengusak rambut pink caramel milik Jihoon.
Jihoon terdiam sesaat sebelum melanjutkan sesi ngemilnya dengan cuek.
Soonyoung menjilat bibirnya. "Jihoon, besok kami masih memerlukan bantuanmu..."
"Aku tidak mau!"
Soonyoung terkesiap. Kemudian memasang wajah memelas. "Ayolah Jihoon.. Aku akan mengabulkan seluruh permintaanmu deh!"
"Aku punya permintaan." Tukas Jihoon yang membuat Soonyoung merasa senang dan bertanya, "Apa?"
"Jangan memintaku untuk mengiringi kalian bernyanyi karena aku tidak akan mau."
Soonyoung sweatdrop. "Ayolah. Jihoon. Please. Kumohon."
Soonyoung mengambil tangan Jihoon yang berniat mengambil tisu dan mengenggamnya dengan erat menggunakan dua tangannya. Tangan Soonyoung bahkan meremas tangan kecil itu lembut dan terus memasang wajah melas.
Jihoon terpaku. Jantungnya berdetak tak karuan ketika Soonyoung mengenggam tangannya erat. Wajahnya kian memanas kala Soonyoung malah menautkan jari-jari mereka.
"O-okay- okay! A-aku akan membantu kalian!"
"Sungguhan?! UYE! Jihoon-ie memang terbaik!" Soonyoung melepas genggaman tangannya dan bersorak riang bak anak kecil.
Jihoon sebetulnya agak kecewa ketika tangan kasar Soonyoung melepas genggamannya. Tapi ini lebih baik daripada jantungnya yang berdetak hingga terasa hampir meledak.
"Katakan padaku lagu yang akan dibawakan."
"Lagunya Winner yang Empty. Tolong kami ya Jihoon-ie. Gomawoo!"
Jihoon melotot sebal kearah Soonyoung sebelum menghabiskan es milo nya. "Aku mau pulang."
"Biar kuantar." Kata Soonyoung langsung berdiri dan menyambar tas sekolah Jihoon. Kemudian laki-laki berambut biru gelap samar itu berjalan lebih dulu meninggalkan Jihoon yang mendengus kasar.
Meskipun setelahnya, Jihoon mengulum senyum karena nyatanya ia menyukai semua hal yang dilakukan Soonyoung padanya.
ㅡㅡㅡ
Jihoon ingin terlihat luar biasa. Bukan hanya didepan para penonton. Tapi juga didepan teman-teman yang mengenalnya terutama Soonyoung.
Malam itu setelah ia selesai mengerjakan presentasi sejarah, Jihoon meraih gitarnya dan mempelajari chord lagu Empty. Sebenarnya tidak terlalu susah- bagi Jihoon, tapi ia sering kali miss karena ia memang belum pernah mendengarkan lagu itu secara seksama.
Tapi, Jihoon adalah Jihoon. Salah satu sifat buruknya adalah ia teramat ceroboh. Ia lupa kalau kuku tangan kirinya belum dipotong hingga ketajaman kuku Jihoon membuat senar gitarnya loncat dan melengkung tiba-tiba— alias putus.
Jihoon panik dan keringat dingin.
Demi Apapun, gitar itu adalah gitar hadiah undian daripada beli 10 eskrim sekitar 4 tahun yang lalu. Dan ia belum punya cukup uang untuk membeli gitar yang baru. Dan sekarang? Ia dengan cerobohnya sukses membuat senar gitarnya putus. Dan sialnya pula, esok hari akan dipakai.
Jihoon loncat dari kasur dan mengobrak-abrik nakasnya, berharap akan ada satu bungkus senar baru, namun nihil. Tidak ada. Ia teramat lupa kalau dulu senar yang juga hadiah undian ia jual dengan harga murah karena ia percaya gitarnya takan rusak.
Jihoon dengan panik meraih ponselnya. Tak ada orang lain yang berada di otak kepanikannya selain Kwon Soonyoung. Jihoon mendiall nomor Soonyoung berkali-kali dan mengumpat karena tak ada respon. Dan ketika ia melihat jam digital diponselnya, ia merasa teramat bodoh. Jam setengah sepuluh malam, man!
Jihoom meletakkan ponselnya dikasur dan menghela napas parah. Soonyoung pasti sudah tidur.
Tapi tiba-tiba, ponsel yang terletak dekat pahanya bergetar dan menampilkan id caller Soonyoung.
"Ada apa, Jihoon?" Suara Soonyoung khas bangun tidur. Jihoon merutuki dirinya sendiri (lagi) karena sudah mengganggu waktu tidur orang.
"T-tidak apa-apa kok!" Jawab Jihoon.
"Bohong." Soonyoung berucap datar dan Jihoon gugup seketika. "Kau terdengar panik. Ada apa? Sesuatu terjadi?" Nada suara Soonyoung melembut.
"T-tapi... tapi berjanjilah jangan marah padaku!"
"Arrasseo arraseo. Sebenarnya apa yang terjadi?"
Jihoon menggigit bibirnya. "A-anu... Gitar.."
"Gitar?"
"Senar gitarku..."
"Senar gitarmu...?"
"Senar gitarku putus!"
Soonyoung terdengar shock dan putus asa. "...Jihoon..."
"KAU SUDAH BERJANJI UNTUK TIDAK MARAH PADAKU!"
"JIHOON?! KAU BELUM TIDUR?!"
"Bye Soonyoung." Jihoon memutuskan panggilannya dan segera menggelungkan dirinya dalam selimut.
Ia lupa kalau ini hari Rabu, dimana semua keluarganya akan berkumpul dan melakukan movie marathon semalaman.
Dan Jihoon berhasil membuat kakaknya kebingungan karena Jihoon tidur dengan lelap.
"Rasa nya tadi aku mendengar suara Jihoon." Gumam kakaknya sebelum pergi.
Jihoon membuka selimutnya hingga sebatas dada, "dasar kakak beloon. gatau istilah pura-pura tidur apa!"
setelah mengumpat, Jihoon melirik gitarnya dengan wajah tak rela. "masa bodoh lah!"
Lalu Jihoon tertidur.
Meninggalkan Soonyoung yang panik akan acaranya besok.
ㅡㅡㅡ
Esok paginya, Jihoon menangis. Ia memikirkan apa kabar acaranya hari ini apabila ia tidak ada gitar. Mana kakaknya— Jinki sialan tidak meminjamkan gitarnya. Jihoon menangis didepan mamanya seperti anak kecil. Si lelaki berambut pink itu mengumpati semua hal. Pertama yaitu kukunya, lalu senarnya yang ia tuduh begitu lemah, lalu gitarnya yang sialan, lalu si Jisoo, kemudian Jinki, dan terus begitu hingga bel rumah keluarga Lee berbunyi.
Jihoon yang masih memakai piyama kuning bergambar ayam juga isakannya yang masih berdengung berjalan kedepan untuk membuka pintu. Ketika ia mendongak, yang ia dapatkan adalah wajah datar Soonyoung. Tangisan Jihoon mengeras (lagi).
"Ya! Jihoon-ah!"
"Soonyoungie, mianhae. mianhae. Aku harus bagaimanaa?" tangis Jihoon. Soonyoung mengusak rambut Jihoon lembut. "Berhentilah menangis. Sekarang cuci wajahmu dan mandi. Bersiaplah. Aku sudah meminjam gitar Chanyeol sunbae."
"Nde?" Tukas Jihoon dengan mata yang membengkak. Soonyoung tersenyum lembut. "Cepat bersiaplah. Nanti terlambat."
"A-arrayo.."
Jihoon berbalik dan berjalan kekamar mandi dengan gontai. Soonyoung tersenyum simpul dan memutuskan untuk menunggu Jihoon disini. (Padahal sebenarnya dia teramat panik karena bel sekolah akan berbunyi kurang lebih 20 menit lagi.)
"Hey, apa kamu Soonyoung?"
Soonyoung terlonjak kaget. Ia menghadap kebelakang dan mendapati wanita yang ia ketahui sebagai ibu Jihoon tengah menatapnya dengan datar. Soonyoung lagi-lagi bergidik ngeri- benar-benar berbeda dengan ibu Jihoon yang berbicara lewat telepon tempo hari.
Soonyoung mengangguk pelan. "I-iya tante. Saya Soonyoung." Soonyoung membungkuk ketika berbicara.
Ibu Jihoon tersenyum. "Mau berangkat bareng Jihoon ya? Tunggu didalam aja."
Ibu Jihoon merangkul bahu Soonyoung dan mengajaknya berjalan kedalam rumah. Soonyoung susah payah menahan wajahnya yang memanas dan bibirnya yang memaksa tertarik keatas.
Uh-yeah, siapa pula yang tidak gugup saat dirangkul ramah oleh orang tua si doi?
ㅡㅡㅡ
Soonyoung menghela napas lega, bahkan teramat lega. Dikarenakan; Chanyeol sunbae (senior mereka yang sudah lulus tahun lalu) belum berangkat kuliah, jadi mereka masih sempat meminjam gitar untuk Jihoon pakai. Dan yang kedua, hari ini kan masih festival. Tentu saja pintu gerbang dibuka lebar-lebar sampai sore.
Sesampainya disekolah, Jihoon langsung membawa gitar pinjamannya kearah belakang panggung ketika melihat Seungkwan dan Hansol berjalan kearah panggung.
Sementara Soonyoung meletakkan pantatnya dideretan kursi panitia, tepat disebelah Oh Hayoung, teman seperosisannya juga.
"Tumben kau terlambat." Kata Hayoung. Soonyoung mengangguk. "Iya. Tadi menunggu Jihoon dulu."
"Aku penasaran, sebenarnya apa hubunganmu dengan Jihoon?"
"Tentu saja teman, kau fikir apa?"
"Kalian lebih mirip sepasang kekasih yang menjalani hubungan backstreet, tahu!"
Soonyoung menempeleng kepala Hayoung. "Yeh, memangnya aku seperti kau dengan Ilhoon sunbaenim?"
Hayoung meringis dan membalas Soonyoung dengan pukulan beruntun. "Ilhoon sunbaenim itu sasaeng!"
"Ha! Teruslah mengelak! Padahal status pertunanganmu dengannya sudah menjadi rahasia publik!"
"YAA KWON SOONYOUNG!"
Hayoung bergerak untuk memukul Soonyoung, tapi cowok berambut biru gelap itu lebih dulu kabur. Hayoung sebenarnya ingin melempar wedgesnya, tapi terlalu sayang kalau cuma buat dilempar ke Soonyoung.
Jadi Hayoung hanya mengumpat. "Pergi saja kau sialan!"
Soonyoung tertawa kemudian tersenyum jahil. Setelah Hayoung memutus pelototan matanya, Soonyoung terkekeh manis. "Aku harap, aku dengan Jihoon dapat segera menyusulmu, Hayoung."
ㅡㅡㅡㅡ
Festival hari itu lebih ramai daripada hari biasanya. Jihoon pening bukan main. Kepalanya bak diputar dan perutnya terasa dikocok. Ia tahu betul kalau pusingnya ini dimulai karena ia menangis tadi pagi. Lalu ia belum sarapan. Dan beberapa pengunjung festival ini merokok sembarangan plus bau keringat mereka yang membuat Jihoon putus asa.
Ia sebenarnya ingin ke markas. Tapi Seungcheol bilang markas kita dikunci oleh satpam dan Seungcheol tak punya replika kunci gembok. Wonwoo memekik kesal karena hal tersebut dan mengumpati pak satpam sialan itu. Sedangkan Jihoon hanya menelan ludah, menahan ke-mual-annya.
Dan masalah lapar, sebenarnya bisa saja ia ke kantin dan membeli tteokboki. Tapi masalahnya, ia tak membawa uang sepeserpun selain kartu bus yang memang selalu ada didalam tasnya. Karena tadi pagi, kan, ia dijemput Soonyoung.
Jihoon ingin menangis dipojokan koridor ini.
Setelah berpikir matang-matang, dan kebetulan ia melihat Soonyoung berjalan didekatnya, Jihoon pun memanggil Soonyoung untuk mengatakan keinginannya.
"Apa?"
"Aku boleh pulang duluan kan? Aku kan sudah selesai tampil!"
"Eh?" Soonyoung langsung memberikan seluruh perhatiannya kepada Jihoon. "Kenapa tiba-tiba sekali?"
"Jawab saja! Aku benar-benar pusing dan rasanya ingin muntah. Aku mau pulang! Lagipula, aku sekalian ingin beli senar baru." Tukas Jihoon yang lebih mirip merengek. Dan Soonyoung harus mati-matian menahan rasa gemasnya.
"Biar kutanya Jimin dulu."
Jimin itu ketua osis yang selengean tapi tegas. Dan begitu beruntung ketika Jimin sedang berdiri tak jauh dari mereka. Hingga Soonyoung langsung bertanya kepada Jimin.
Jihoon memerhatikannya dari jauh. Dan ketika Jimin mengangguk, Jihoon menghela napas lega. Soonyoung berlari kecil menghampirinya dan menggandeng tangan kecil Jihoon. "Katanya boleh. Ayo ambil tas lalu pulang."
"Loh, kau ikut pulang?"
Soonyoung tanpa menjawab, dia hanya tersenyum tipis lalu membawa Jihoon untuk mengambil tas mereka berdua, juga gitar mereka.
Dan Jihoon teramat menyukai debaran dadanya ketika tangan Soonyoung menggenggamnya semakin erat.
Herannya, sepulang dari rumah Chanyeol sunbaenim untuk mengembalikan gitar, Soonyoung malah membawa motornya kearah rumah Jihoon. Jihoon ngamuk diatas motor karena ia merasa dibohongi. Jihoon mengumpati Soonyoung sialan, penculik, dan lain lain sebagainya. Ia betulan butuh senar itu hari ini sekarang juga karena ia tak bisa hidup tanpa gitar dirumah!
Lebih sialannya lagi, sesampainya dirumah Jihoon, Soonyoung justru menyeret Jihoon masuk kekamarnya dan membiarkan Jihoon berteriak dengan umpatan kasar. Ibu Jihoon mengernyit heran. Terlebih ketika Soonyoung meminta tolong ibu Jihoon untuk tidak membiarkan Jihoon keluar dari rumah untuk alasan apapun.
"KWON SOONYOUNG SIALAN! DASAR TITISAN IBLIS! AKU MEMBENCIMU!" Jerit Jihoon dari dalam kamarnya.
Soonyoung pamit pulang. Ibu Jihoon terdiam bingung. Dan Jihoon hampir membanting gitarnya sendiri karena kesal.
Esok paginya, Jihoon membuka dengan brutal pintu kamarnya ketika ibunya pamit kerja (Jihoon memilih tidak masuk hari ini karena ia ternyata betulan sakit) dan bilang kalau Soonyoung tadi datang dan meninggalkan sesuatu diruang tamu.
Moodnya masih jelek dan kepalanya pusing. Ia berjalan dengan menghentak ke ruang tamu. Kenapa tiba-tiba Soonyoung meninggalkan sesuatu untuknya? Tidak masuk akal kalau itu cuma permintaan maaf! Jadi ia berpikir kalau sebenarnya itu cuma akal-akalan Soonyoung saja.
Tapi, yang ia dapatkan diruang tamu adalah sebuah gtar lengkap dengan sarungnya yang dibungkus plastik kado. Jihoon terhenyak. Ia memutuskan untuk berlari ke kamar mandi untuk mencuci muka dan kembali keruang tamu. Dan demi apapun, itu betulan sebuah gitar ketika ia memegang plastiknya dan merasakan kenyataan fisik saat menekannya.
Jihoon cepat-cepat membuka pita yang mengikat plastik diujungnya dan mengeluarkan gitarnya. Jihoon masih tidak percaya dengan apa yang berada dihadapannya sekarang ini. Ketika menyusuri setiap inchi sarung gitar, matanya menangkap sebuah kartu ucapan yang tergantung di resleting.
ㅡㅡㅡㅡ
"Teruntuk Lee Jihoon. Maafkan aku karena bertingkah menyebalkan kemarin. Aku sebenarnya memang berniat untuk membelikanmu gitar untuk hadiah ulang tahunmu. Tapi kufikir-fikir, akan lebih baik memberikanmu sekarang. Maafkan aku dan semoga kau senang juga menyukainya! Dari Kwon Soonyoung. P.S. Jangan membenciku!"
Jihoon terkekeh manis ketika melihat seisi ruangan tertawa gemas setelah ia membacakan surat dari Soonyoung yang bahkan ia tempel di binder terdepannya.
"Jadi, daripada memilih Gitar atau Soonyoung, aku memilih kenangan daripada gitar kesayanganku."
Jawaban Jihoon sukses membuat Soonyoung memerah total.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅅㅡㅡㅡㅡㅡ
saya terlambat update. maaf. tapi chapter ini panjang kan? semoga tidak mengecewakan.
seventeen2ndwins! mereka gak lagi menangis bombay. tapi mingyu sama scoups terlihat masih terharu. vapp dear carat mingyu nya nangis yaampun. sakit hati ini lihatnya. hari ini music bank semuanya berkacamata seperti kacamata wonwoo. seboongie manis-manis banget. tapi aku gak lihat seungkwan di preview fansite nuna. this is the truly wonwooprotectionsquad. scoups kejam mukul kepala mingyu wkwkwkw.
review yah! ^^ senang banget baca komentar positif dari kalian ehehehe!
