Salahkan DoD

.

Summary :

Gara-gara tuntutan DoD, Nagisa, Karma, dan Chiba harus mencium perempuan terdekat mereka. Nagisa harus mencium Kayano, Karma harus dengan Okuda, sedangkan Chiba harus mencium Hayami. Berhasilkah mereka? [ NagiKae KarmaNami ChibaHaya ]

.

.

.

07 : 30

Hari senin memang bisa dibilang hari yang menyebalkan oleh seluruh pelajar-pelajar. Bahkan sebagian besar berdoa agar hari tersebut hujan sederas-derasnya sampai banjir agar bisa pulang cepat. Bagaimana tidak? Udah panas, ada pelajaran MTK, ada olahraga, upacara pula! Oh, tapi anak kelas E tidak menggubris untuk kata upacara. Karena mereka berada di atas gunung, maka bisa dibilang pengecualian.

Seperti biasa, anak-anak laki-laki meributkan rencana pembunuhan di pagi hari. Serangan kejutan, yeah… itulah yang direncanakan Maehara, Okajima, dan Mimura. Sedangkan yang lainnya terlihat tak peduli. Ini sudah sering terjadi di tiap pagi hingga beberapa orang sudah mulai bosan dengan pemandangan tersebut. Misalnya Karma, Nagisa, dan Chiba. Mereka termasuk dengan anak-anak yang sudah bosan dengan kejadian biasa itu.

Berhubung masih pagi, maka yang baru datang baru mereka berenam. Entah, mereka juga bingung kenapa bisa datang di pagi hari seperti itu. Isogai juga belum datang, jadi tak ada yang bisa mengangkat topik menarik. Karma hanya bermain game, Nagisa mencoret-coret buku catatannya, sedangkan Chiba hanya bungkam. Tidak ada pembicaraan di antara mereka hingga pada akhirnya Karma yang mulai bosan memecahkan keheningan yang ada.

"Eh, eh, main DoD yuk!"

"Kenapa, Karma? Kalah main game nya?"

"Eh, vangke."

Nagisa menghentikan kegiatan mencorat-coretnya saat melihat kedua temannya adu mulut tidak jelas. Mendengarkan dengan seksama percakapan berkelanjutan dari mereka berdua. Ingin melerai, tapi malas. Ia juga tidak mau ikutan, jadilah ia hanya menonton.

Tapi lama kelamaan ia juga jadi risih dengan pemandangan tidak enak di depannya. Ia pun memutuskan untuk membuka mulutnya, berusaha menghentikan adu nyolot-nyolotan dari kedua pihak.

"Udah, udah… kalian berdua hentikan, dong. Pagi-pagi gini jangan ribut gitu…" menghela napas sejenak. Ia melihat kedua temannya itu berhenti adu kata, dan kembali melanjutkan ucapannya, "Dari pada kita bosen, mending kita ikutin kata Karma aja, ya, Chiba-kun?"

"Tapi kalau kita kena D, nanti dapet yang nggak enak lho…"

"… kita kan bisa balas dendam kalau si Karmanya kena D juga. Toh ini DoD, jadi pasti kena D semua…"

"Oh, benar juga."

"Heh, kalian berencana nyelain gue di depan gue nya sendiri."

"Kan kalau ngomong di belakang gak boleh."

"Iya, Karma. Itu namanya dosa."

"Jangan mendadak alim kalian!"

Dan dari pada menyia-nyiakan waktu untuk bertengkar kembali, maka diputarlah pensil, dan ujungnya menunjuk ke arah….

"Nagisa! Selamat! Kamu yang kena~! DoD~?"

"Ini pasti ada yang salah! Putar lagi! Putar lagi!"

"Eh, no no no no~! Tak bisa~!"

"Jadi, Nagisa, DoD?"

"Gue pilih d. Tapi d nya nggak pake huruf kapital!"

Karma dan Chiba cengok.

"Maksud lo?"

"Ini Dod, kan? Dare or dosa-"

"Persetan sama dosa!"

"Udah! Pokoknya elu pilih D!"

"Lha!? Kok gitu!?"

Setelah adu mulut beberapa saat, akhirnya Nagisa mengalah. Ia sudah pasrah dengan pilihan tersebut, "Okelah.. gue D…."

Karma menyeringai jahil khasnya, pasti ada suatu niat gila di dalamnya. Chiba yang mengetahui itu hanya bisa menatap Nagisa iba. Kasihan sekali temannya itu.

"Oke! Nagisa, dare nya adalah… kamu harus nyium Kayano-chan!"

"WHUT!? MASA GITU!?"

"Ohohohoo~! Terima saja nasibmu, Nagisa!"

"Tunggu! Ini gak adil! Seharusnya darenya diskusiin dulu dengan Chiba-kun, kan!?"

"Yah…. Terserah Karma aja, deh…" Chiba hanya bisa mengalihkan perhatiannya dengan semburat merah, ia tiba-tiba ingat dengan kejadian waktu itu. Saat Nagisa mencium Kayano di masa kritis, meski ia tahu itu dilandasi oleh niat baik…

"Kok Chiba-kun malah setuju, sih!?"

"Udah, ratapi saja nasibmu, Nagisa~"

"Huuu…."

"O-oke, aku putar lagi, ya…" Chiba memutar kembali pensil yang tadi, dan kini mengarah ke…. "Karma, DoD?"

"Lho kok gitu!? Ini pasti ada kesalahan! putar lagi!"

"Entah kenapa gue ngerasa déjà vu…."

"Udah, terima aja, Karma…. DoD?"

"Kalian pasti berklompot, kan! Waah, curang ini…"

"Jangan ngaco. Buat apa coba berklompotan buat nyelain elu? Nyelain elu tuh enaknya mencar."

"Wah wah wah! Ini melanggar Hak Asasi Manusia!"

"Nggak ada hubungannya sama HAM, bego. Udeh, Karma. DoD?"

"Mau gak mau gue musti milih D…."

Nagisa mulai senyum sinis, balas dendam ternyata.

"Oke, Karma! Kamu harus nyium Okuda-san!"

"Anjrit, balas dendam! Dosa tahu!"
"BODOOOOOO!"

"Chiba-kun! emangnya kamu setuju darenya gini?"

"Iya, aku setuju. Pake banget."

"Eh, gue ada salah apa sama elu, Chib?"

"BANYAAAAAAK"

"BRISIK KALIAN!"

Tadinya mereka berdua mau adu mulut, tapi udah keburu kena marah Maehara, Okajima, dan Mimura yang sedang siaga di depan pintu. Kemudian dengan menghela napas, Nagisa memutar pensil itu, dan tahulah arahnya ke mana.

"Chiba-kun, DoD?"

"Hohoho~ DoD?"

Nagisa dan Karma mendekat ke arah Chiba dengan senyum sinis milik mereka masing-masing, membuat Chiba harus mundur beberapa kali hingga akhirnya mentok kena dinding.

"D… o…. D…?"

"D-dare…." Setelah Chiba mengatakan ini dengan sweatdrop, Karma dan Nagisa melebarkan senyuman mereka.

"Ok, Chiba-kun! Kamu harus nyium Hayami-san!"

"Apa-apaan!?"

Dan begitulah…. Dimulailah hari mereka yang penuh dengan rasa canggung….

09 : 10

Waktunya jam istirahat pertama. Belum ada yang menyentuh kotak bekal, ini dikarenakan masih terlalu pagi untuk makan siang. Jadi, di jam istirahat ini mereka (kelas 3-E) menghabiskan waktu dengan berbincang ringan dengan teman-temannya. Ada yang sedang berdiskusi untuk melancarkan strategi meracuni Koro-sensei saat jam pelajaran PKK macam Terasaka, ada juga yang sedang mengoreksi PR bersama macam Kataoka, ada pula yang sedang bermain monopoli macam Karma.

Dan disitulah ia, Nagisa sedang mematung di tempat duduknya, melirik-lirik perempuan di sampingnya sesekali. Salahkan dare dari kedua temannya yang mengharuskannya mencium teman baiknya, Kayano. Ia saja masih merasa bersalah dengan kejadian tempo hari ketika ia mencium Kayano yang kehilangan kendali. Hei, butuh mental kuat untuk mencium seorang gadis, you know?

Kayano yang sedang berbincang ringan dengan Okano pura-pura tidak tahu bahwa ia sedang diperhatikan. Ia berpikir tengah dilihat oleh makhluk halus, jadi dari pada dia heboh, nanti makhluk itu bisa merasukinya di saat goyah –padahal Cuma tatapan ragu dari Nagisa.

Nagisa menghela napas sejenak, lalu melirik Kayano, menghela napas lagi, lalu melirik lagi. Dan tentu gerak geriknya menimbulkan tanda tanya oleh salah satu temannya, Nakamura. Si maniak inggris itu menghampiri Nagisa dengan wajah penasaran sekaligus usil.

"Nagisa, kamu ngapain ngelirik-lirik Kayano-chan~?"

Nagisa dan Kayano tersentak bersamaan saat mendengar ini. Nagisa berusaha menyangkalnya, namun tidak jadi. Ia hanya terdiam dengan tertunduk malu. Dan saat ia kembali melirik Kayano, tidak diduga mata mereka malah bertemu, membuat kedua belah pihak memerah. Kemudian Kayano tiba-tiba berdiri dan berlari meninggalkan kelas, meninggalkan Okano yang penuh dengan tanda tanya.

"? Kayano kenapa…?" gumam perempuan berambut pendek tersebut.

Nagisa pun merasa agak bersalah karena membuat Kayano menjadi malu dengan gerak geriknya. Ia kemudian melihat sekitar, menyelusuri kedua temannya yang kena dare yang sama. Dan dilihatlah seorang Chiba bergumam 'lakukan, tidak, lakukan, tidak dst' sambil menghitung jari jemarinya berkali kali hingga membuat Kimura dan Sugaya bingung dengan kelakuannya. Sedangkan Karma masih saja asyik bermain monopoli, apa dia bermaksud mengabaikan dare? Entahlah…

10 : 15

Pelajaran PKK pun dimulai. Setelah bergabung dengan kelompok masing-masing, mereka mulai berpindah ke ruang memasak. Memakai celemek masing-masing, dan memulai memasak menu yang ditetapkan, kue kering. Itung-itung dapet cemilan, pikir Koro-sensei.

Ada yang mengerjakan dengan antusias yang menggebu, ada yang memasukkan material anti sensei dalam adonan yang dipisahkan, ada juga kelompok yang biasa-biasa saja seperti kelompoknya Karma. Di dalam kelompoknya tak ada yang benar-benar antusias, namun tak ada juga yang malas. Normal, yeah…

Chiba merutuk dalam hati, kenapa harus sekelompok sama iblis merah itu? Nggak IPA, IPS, PKK, atau apalah selalu sekelompok. Ya, tapi karena dirinya sendiri malas membuat grup baru, jadilah ia tidak mengucapkan protesnya. Toh, yang penting di kelompoknya ada orang normal seperti Hayami dan Okuda. Pengecualian untuk Okajima, dia termasuk abnormal dalam daftar Chiba. Namun sebaiknya dia juga harus bercermin, karena di daftar Hayami ketiga lelaki dalam kelompoknya tersebut seluruhnya masuk daftar abnormal.

Abaikan pernyataan di atas, dan kita balik ke cerita.

Setelah selesai dipanggang, dikeluarkanlah kue kering tersebut dari oven. Membiarkannya mendingin dulu sebelum mereka memulai mencicipi hasil kerja mereka. Kalau dilihat-lihat kue yang dipanggang terlihat enak, apalagi baunya yang menggoda ingin dimakan langsung dari nampannya. Tapi tenang, mereka nggak akan se-liar itu sampai-sampai makan kue yang baru matang.

Okuda mengambil salah satu kue kering, dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Hayami yang berada di sampingnya menunggu tanggapan dari Okuda, "Bagaimana, Okuda?"

"Mm… enak kok!" ucap Okuda senang dengan hasil kue yang mereka panggang. Keempat anggota kelompoknya menghela napas lega setelah mendengar ini. Si kacamata itu mengambil satu lagi, dan tiba-tiba Karma menahan tangan Okuda yang berada di atas kue. Terkejut, Okuda melirik teman yang memegang tangannya sebelum akhirnya Karma menarik tangannya lembut, dan…

*CUP* ia mencium pipi kiri Okuda. Menjilatnya sesaat sebelum ia melepas ciumannya.

"Ada remah," ucapnya tersenyum puas melihat wajah sang gadis yang kini benar-benar seperti kepiting rebus.

"Aaaah, eeh…. Uhh…. T-terima kasih, Karma-kun…"

Adegan ini sukses membuat anggota kelompoknya yang lain langsung memerah. Bagaimana tidak? Seorang Karma tiba-tiba mencium Okuda, itu tentu membuat tanda tanya di kepala Hayami dan Okajima. Andai Koro-sensei tidak sedang berlarian di luar karena keracunan makanan, ia pasti sudah menjerit kesenangan melihat momen langka tersebut.

Karma'S DARE : CLEAR!

Aku gak bisa kayak dia!

Batin Chiba dan Nagisa dalam hati. Ternyata Nagisa diam-diam melihat kejadian tadi.

Hayami menghela napas, mencoba menjauhkan gambaran kejadian tadi dan mulai memakan salah satu kue kering. Chiba pun begitu, ia mengalihkan perhatiannya dari arah kirinya. Tidak sengaja ia menangkap remah di sudut bibir Hayami. Setelah menelan ludahnya, ia membuka mulutnya, "Hayami, ada remah."

"Dimana?" gadis itu bertanya demikian mencari-cari remah di wajahnya.

"Itu, di sudut mulutmu…."

"Mana, sih?"

"Seben-"

Baru saja Chiba ingin menggapai remah yang ada, Hayami sudah lebih dulu menyeka remah tersebut, "Oh, kau benar. Makasih sudah diperingati… Chiba? Kamu kenapa?" ia keheranan saat melihat gerakan tangan Chiba terhenti seketika.

"Pfft-"

Terdengar suara tawa dari arah kiri, amarah Chiba mulai naik, "Sialan kau, Karma! Jangan ketawa!"

Nagisa terkekeh kecil melihat pertengkaran dari kedua temannya tersebut. Dan saat ia kembali melihat hasil kue yang dipanggang oleh kelompoknya, ia tak sengaja bertatapan kembali dengan Kayano. Dan seperkian detik kemudian Kayano langsung mengalihkan pandangannya. Membuat Nagisa ber-negative thinking.

12 : 00

Jam istirahat siang. Beberapa mengambil bekal makanannya, dan beberapa sudah kekenyangan karena memakan kue kering hasil dari PKK tadi. Dan tentu saja Nagisa tidak termasuk ke kategori yang kenyang karena ia hanya memakan sedikit kue, takut bekalnya terbuang percuma pikirnya.

Ia menghela napas sebelum membuka bekalnya. Dan ia berhenti saat melihat ke samping, ada Kayano yang juga sedang membuka bekal makannya. "Ano, Kayano, mau makan bareng?" tawar Nagisa agak mendekat ke gadis surai hijau itu. Namun, Kayano dengan cepat menggelengkan kepala dan lari keluar kelas dengan membawa bekalnya, "Tunggu, Kaya- hhh…." Nagisa benar-benar merasa bersalah di sini.

Tanpa mempedulikan keadaan Nagisa yang menghela napas, Chiba berjalan menghampiri Hayami yang baru saja mau pergi makan di luar. "Hayami," sapa Chiba pada Hayami yang langkahnya terhenti. Gadis itu membalikkan badannya untuk berbicara bertatapan dengan rekannya tersebut, "Ya? Ada apa?"

"Err… pulang sekolah nanti mau latihan bareng nggak?"

Ucap lelaki itu menggaruk tenguknya, mencoba menghilangkan groginya.

Pasalnya kan malu kalau mencium Hayami di depan teman sekelas. Jadi ia berencana melancarkan dare-nya di waktu pulang sekolah dimana para murid sudah pulang ke rumah masing-masing. Well, dia nggak senekad Karma yang mencium Okuda saat praktek PKK, dan ajaibnya dia malah nggak ketahuan sama teman sekelas, hanya beberapa yang melihat kejadian tersebut.

"Pulang sekolah?"

"Iya."

"Maaf, nggak bisa. Aku ada piket," ucap Hayami datar yang sukses membuat Chiba nge-JLEB kembali mengingat sudah 2 kali ditolak olehnya (yang pertama adalah saat jam PKK tadi)

Nggak mau menyerah, Chiba kembali membuka mulutnya, "Kalau begitu, boleh kubantu kamu piket?"

"Bantu? Boleh saja…. Eeh- tapi jangan salah paham, ya! Aku bukannya mau berduaan denganmu!"

"? Iya, aku tahu…"

"Kalau begitu Daah!" setelahnya, Hayami langsung pergi keluar kelas bersama Fuwa dengan membawa kotak bekalnya.

13 : 00

Karma bosan.

Setidaknya begitulah inti dari perbuatannya ini. Ia membolos pelajaran olahraga dan pergi tidur di bawah rindangnya pohon yang berada tak jauh dari wilayah sekolah. Dare-nya sudah selesai, dan kini ia terbebas sehingga bisa mengambil banyak momen-momen lucu dari Nagisa dan Chiba. Tadinya sih ia berpikir begitu, namun ia kecewa dengan kedua temannya yang tidak bisa diandalkan dengan keadaan romantisme itu –sebenarnya dia juga, sih. Tapi setidaknya dia lebih peka sedikitlah.

Ia memandang langit kebiruan yang agak terhalang oleh dedaunan pohon. Meregangkan tangannya sebelum akhirnya ia mengubah posisinya menjadi miring, kemudian mencoba menutup mata.

"Karma-kun..."

Tapi suara itu terdengar sampai di telinganya, seakan melarang matanya tertutup rapat kali ini. Ia yakin sekali dengan suara itu, Okuda.

"Ngh…? Okuda-san, ya?"

"Iya... Etto… Karma-kun sedang apa di sini? Teman-teman sedang mencarimu, lho…" ucap Okuda berjongkok di dekat lelaki itu.

Karma mendelik, tumben dia dicari-cari, "Mencari…?"

"Iya… Karasuma-sensei bilang kalau ada yang berhasil menemukan Karma-kun, nanti boleh dapat free time…"

"Ooh… jadi kepala batu itu menjadikanku sebagai bahan pelajaran, ya…"

Pantas ia dicari-cari, ternyata semuanya mengincar free time di pelajaran olahraga ini. kalau dipikir-pikir, ia memang sering kabur ke dalam hutan, jadi mungkin Karasuma-sensei mengira ia berada di dalam hutan dan menjadikannya latihan free running. Padahal Karma berada tak jauh dari sekolah, mungkin tidak ada yang kepikiran kalau ia bakal bolos di dekat situ. Oh, terkecuali Okuda tentunya.

"Jadi? Kau tidak mau melaporkan bahwa sudah menemukanku? Kalau melapor sekarang, kau bisa mendapat free time selama 20 menit, lho~" ucap Karma ngode. Berharap sang gadis bilang mau nunggu dia bangun.

"Oh, benar juga, ya… kalau begitu aku mau melapor dulu, ya," dengan gak pekanya, Okuda berdiri dan melangkah untuk melapor. Tidak suka dikacangin, Karma menarik tangan Okuda dan menjatuhkan tubuh mungil itu di atas tubuhnya, kemudian ia memeluknya erat layaknya bantal. Melingkarkan kedua lengannya di pinggang sang gadis, "Huaaa…. Kok jadi ngantuk, ya…"

PSSSHHHH

"K-Karma-kun?"

Semburat merah kembali terlihat di wajah Okuda, sedangkan Karma mulai menutup matanya dan tertidur, tentu tanpa melepas pelukannya dari Okuda. Dan mereka sama sekali tidak menyadari bahwa Koro-sensei yang dengan menggunakan mata supernya menyaksikan momen tersebut dan menyatatnya di buku catatan miliknya. "Nyuyaaaa! Bahan novel desu! Skandal desu!"

"Brisik lu gurita!"

14 : 30

Bel pulang sekolah telah usai berbunyi, dan para murid mulai berhamburan keluar sekolah. Ada yang langsung menuju ke rumahnya, ada juga yang berencana mampir ke suatu tempat sebelum pulang, Koro-sensei contohnya. Katanya dia mau pergi ke Indonesia untuk membeli ketoprak dan tempe. Namun sebelum ia pergi dengan mach 20-nya, ia menitipkan pesan pada Hayami. Ia bilang bahwa mereka mendapat buku sumbangan dari gedung utama, jadi ia meminta tolong pada Hayami yang sedang piket untuk menatanya di perpustakaan yang baru saja dibuat oleh Koro-sensei.

Hayami hanya bisa mengiyakan permintaan dari gurunya tersebut dan segera pergi ke perpustakaan setelah selesai membersihkan kelas, yang tentu Chiba juga ikut bersamanya. Dengan membawa kardus berisi buku-buku, mereka berjalan berisisian menuju perpus. Sesampainya di sana, mereka segera menata buku-buku yang ada. Tadinya sih mereka ingin mematung sebentar untuk sekadar mengagumi perpustakaan yang terbilang luas tersebut, namun karena keduanya merasa bahwa itu tak perlu, jadi mereka langsung saja menata buku dari kardus yang mereka bawa.

Sesekali Chiba melirik-lirik Hayami dengan malu. Ia ragu ingin menciumnya hanya gara-gara dare absurd dari dua iblis beda warna (baca : Karma dan Nagisa). Meski ia memang ada rasa terhadap rekannya tersebut, namun ia tak pernah berniat untuk melakukan hal-hal yang mengarah ke sana, sekalipun tidak pernah.

"Chiba?"

"Y-ya!?"

Chiba tersentak saat Hayami menyebutkan namanya. Ia segera menoleh ke arah gadis tersebut dengan beberapa buku yang ia bawa. Dan saking terkejutnya, ia bahkan tak sengaja melepaskan genggamannya dari buku yang tengah ia tata hingga salah satu buku terjatuh dan mengenai ujung jari kaki-nya. "Aduh!"

"... kenapa kau sekaget itu, sih?"

"Ah, nggak ada apa-apa, kok… tadi kamu mau bilang apa?" Chiba bertanya sembari mengambil buku yang tadi ia jatuhkan.

"Oh… itu, aku mau bilang kalau ini sudah jam setengah lima, jadi mungkin sebaiknya kita lanjutkan menatanya besok saja…"

"Setengah lima!?" Chiba melihat jam dalam ponselnya, dan waktu yang ditunjukkan memang jam 16:45. Ternyata menata buku bisa membuat mereka lupa waktu. Dengan segera Chiba mengiyakan pendapat Hayami dan segera membereskan buku yang ada ke dalam kardus kembali.

"Ini ditaruh dimana, nih?" tanya Hayami mengangkat kardus berisi buku yang belum ditata. Chiba yang mendengar ini berpikir sejenak. Masalahnya, jika kardusnya ditaruh di lantai, kemungkinan besar ada seseorang yang tersandung dan isinya pun berhamburan keluar. Setelah berpikir, ia kemudian menunjuk ke arah rak bagian atas yang belum berisikan buku, "Disitu saja gimana?"

"Oh, benar juga, ya…"

"Pakai tangga ini, bisa kan?"

"Iya… eh! Jangan lihat, ya!"

"? 'lihat'? …. Eh! Iya, iya! Aku nggak bakal lihat, kok! Tenang aja!"

"Sungguh…?"

"I-iya! Seriusan!"

"… baiklah…"

Hayami memegang perkataan Chiba dan menaiki tangga yang ditahan oleh rekannya tersebut, kemudian menaruh kardus yang dipegangnya di rak atas. "S-sudah?"

"Belum! Jangan lihat ke atas dulu!"

"Iya, iya…"

Chiba hanya bisa mengalihkan pandangannya ke arah lain. Hei, menahan tangganya dengan mengalihkan pandangan itu tidaklah mudah. Namun, ternyata Chiba berhasil melewatinya dan mengembalikan tangga ke tempatnya semula.

Lagi, kesunyian menyapa pada mereka berdua. Tak ada percakapan di antara mereka setelahnya. Benar-benar hening, membuat perasaan tidak enak saja, setidaknya itulah yang dipikirkan Chiba. Benar-benar merasa canggung, ia berniat untuk mengobrol ringan dengan gadis di sebelahnya. Dan kemudian, ia memutuskan untuk membuka sebuah topik."Ah, mumpung kita lagi di sini, kau tidak mau meminjam buku?"

"Eh?"

"Hei, besok kita juga kesini juga, kan? Jadi bisa sekalian mengembalikan buku yang kau pinjam."

"Oh, benar juga, ya…"

Hayami mulai mencari-cari buku yang menurutnya menarik sembari bergumam dengan nada senang. Mumpung di rumahnya sedang tidak ada buku yang seru, pikirnya.

"Hm… buku apa, ya…"

Chiba menghela napas, setidaknya sekarang suasana tidak canggung kembali. Dan setidaknya mereka bisa berada di sana sebentar lagi karena tujuannya belum juga terpenuhi.

Ng? tujuan? Oh iya! Dare-nyaaaaa!

Ia kembali memerah saat memikirkan ini lagi. Namun, setelahnya ia segera menggelengkan kepalanya cepat agar ia tak terpikir pikiran mesum. "Err… Hayami, sudah selesai belum?"

"Belum, sedikit lagi…!"

Chiba menoleh ke arah rekannya dan di dapatilah Hayami sedang berusaha menggapai sebuah buku yang berada di rak atas yang tak terjangkau olehnya. Ia bahkan sampai berjinjit untuk bisa menyentuh bukunya. Dan lelaki ini mengetahui bahwa tindakan Hayami menyebabkan rak tersebut bergoyang, dan menjatuhkan kardus yang ia taruh di atas. "Hayami! bahaya!"

"Eh?"

Segera Chiba memeluk Hayami sehingga isi kardus yang berjatuhan hanya mengenai tubuh sang lelaki. Setelah tubuh mungil Hayami telah menyentuh tanah, Chiba langsung bertanya dengan nada yang agak panik, "Kau tak apa-apa, Hayami?"

Namun yang didapati olehnya bukanlah sebuah jawaban. Ia hanya mendapatkan Hayami yang memerah sempurna di bagian wajahnya. Heran, Chiba mencoba menangkap maksud dari reaksi si surai senja tersebut. Posisi mereka yang berhimpitan dan Chiba sebagai yang berada di atas ikut bersemu merah karena malu.

"Chi-Chiba?"

Hayami membuka mulutnya dengan terbata. Jelas terlihat wajahnya memerah, seakan meminta Chiba agar segera menarik diri dari posisi awkward itu. Tapi ia pura-pura tidak tahu. Justru ekspresi manis yang ditunjukkan Hayami makin menarik dirinya untuk mendekati wajah merah sang gadis. Perlawanan Hayami menjadi sia-sia karena Chiba menahan kedua tangannya menempel di lantai kayu. Sang lelaki mempersempit jarak antara kedua wajah. Masih belum bisa menangkap maksud dari kelakuan Chiba, Hayami hanya menatapnya bingung, kemudian…

*CUP*

Sebuah kecupan singkat mendarat di kening Hayami. Setelah beberapa saat, sang lelaki menjauhkan wajahnya dari wajah sang gadis, kembali menjaga jarak.

Chiba's DARE : CLEAR!

Di kening nggak apa-apa, kan ya?

Pikirnya menahan malu. Ia belum siap mencium tepat di bibir Hayami, ia terlalu malu untuk melakukan itu –meski sebenarnya ia memang menginginkannya. Lagipula mereka masih kelas 3 SMP yang masih belum matang untuk masalah seperti itu, terus itu juga terlalu klise.

Ia kemudian berdiri, lalu membantu Hayami untuk bangun. Meski malu, ia tetap mencoba menatap rekannya tersebut. Kemudian ia terheran saat melihat Hayami hanya tertunduk ke bawah sembari memegang keningnya. Mungkinkah ia merasa malu? Atau mungkin kesal karena dicium olehnya yang bukan pacaranya? Dengan pemikiran ini, Chiba kembali membuka mulutnya meminta maaf.

"Hayami, maa-"

BLUSH

"!?"

Setelah rona merah sukses menghiasi wajah Hayami, ia langsung pergi keluar dan meninggalkan Chiba. Tidak mempedulikan rekannya itu penuh tanda tanya dengan kelakuannya.

A-apa maksudnya ini!? Kenapa dia tiba-tiba mencium keningku!?

"Ah.. err… jadi aku harus membereskan semua ini sendirian?"

Chiba kini hanya bisa menatap buku-buku yang berserakan karena kecelakaan kecil tadi.

15 : 00

ZAAAA

Suara hujan yang deras terdengar jelas menggema koridor, memenuhi satu gedung. Seakan-akan semua suara selain itu tertelan hingga lenyap dibawa oleh rintikan hujan. Benar-benar mencerminkan musim panas ideal. Namun sayang sekali, sekarang sudah awal bulan februari, jadi hujan di musim ini benar-benar membuat suasana semakin mendingin.

"Huwaaa! Kenapa musim dingin begini malah hujan, sih?"

Perempuan bersurai hijau itu ada di sana, merutuk hujan yang membuatnya membeku oleh suhu yang benar-benar dingin. Baru saja ia selesai membantu Hayami dan Chiba piket membersihkan kelas, dan sekarang bencana menghampirinya.

Salahkan Nagisa yang membuat jantungnya berdebar tidak karuan. Karenanya, ia merasa ingin berjauhan dengan teman dekatnya satu itu. Dan siasat membuat dirinya menawarkan diri membantu Hayami dan Chiba yang sedang piket. Ia ingin pulang se-sore mungkin agar jadwal pulangnya berbeda dengan Nagisa. Tapi apalah daya, yang didapati olehnya malah h-u-j-a-n?

Ada niat langsung menerobos hujan, sih… tapi kalau pulang-pulang dia masuk angin kan nggak lucu. Andai dia melihat ramalan pagi, pastilah ia membawa payung untuk melindungi diri dari hujan. Dia hanya bisa menghela napas sekarang.

"Lho? Kayano?"

Ia menoleh, dan matanya mendapati sosok yang benar-benar membuatnya grogi "Nagisa!?"

"Iya?" si surai biru itu memiringkan kepalanya bingung.

"Kenapa ada di sini!?"

"Kenapa? Ooh… tadi aku mengutak atik meja Koro-sensei… tapi yah… lagi-lagi aku tidak menemukan kelemahannya yang lain…." Nagisa menghela napas kecewa setelah mengatakan pengakuannya. Ia kemudian beralih pada perempuan di depannya, "Kamu sendiri sedang apa di sini, Kayano? Tidak pulang?"

"Aku baru saja mau pulang, kok! Ahahaha~!"

Nagisa merasa janggal dengan suara tawa Kayano. Seperti dibuat-buat. Ia pun melihat ke sekeliling Kayano, mungkin ada yang salah dengannya? Tangan Kayano tidak sedang bersembunyi di belakang, berarti bukan masalah 'itu'. Setelah menelusuri hal lainnya, ia mendapati cuaca di luar sedang hujan deras.

"Kayano, jangan-jangan kamu… nggak bawa payung?"

Tawa Kayano pecah di sini. Ternyata ucapan Nagisa memang benar.

"Kalau mau, kita bisa berbagi payung, kok?"

B-BAGI PAYUNG!?

Kayano menjerit dalam hatinya saat Nagisa menawarkan dengan tanpa peka-nya. Tapi dari pada ia berdiam diri di situ sementara hujan makin deras, sebaiknya ia menerima tawaran Nagisa.

"Uum… makasih…"

"Iya, tak perlu sungkan."

Nagisa membuka payung transparant miliknya. Setelah Kayano ikut masuk ke dalam lindungan payung, mereka pun menuruni gunung.

Sedari tadi jantungnya Kayano selalu berdetak kencang karena sepayung berdua dengan Nagisa. Salahkan si pemilik payung yang telah menciumnya bulan lalu. Kalau saja Nagisa tidak melakukan itu, pasti Kayano bisa mengendalikan dirinya sekarang. Andai saja tadi ia ikut membantu Chiba dan Hayami menata buku di perpus, pasti ceritanya tidak akan seperti ini. tapi ketahuilah, kemalasan dapat mengalahkan segalanya.

*Deg deg deg* duuh… suara jantungnya berisik sekali! Dia butuh peredam suara, ya tuhan~~! Dalam hatinya, Kayano tengah berada di medan perang.

Sedangkan Nagisa, ia berusaha keras poker face dan terus melanjutkan langkahnya dengan membawa payung. Tuntutan dare dari kedua temannya benar-benar masih dipikirkan olehnya. Ia sudah melihat Karma yang sudah menyelesaikan dare dengan mencium di pipi, sedangkan Chiba… err, dia tidak tahu. Tapi, ia yakin sniper handal satu itu tidak akan mengingkari janji, jadi kemungkinan ia sedang melancarkan dare-nya, pikir Nagisa.

Nah, masalahnya sekarang adalah... apa Nagisa harus melancarkan dare absurd itu di depan umum? Mencium Kayano? Serius? Tidak, tidak. Kekuatan mentalnya tidak sekuat itu sampai-sampai harus mencium teman baiknya di depan umum, tidak.

Nagisa melirik-lirik arah Kayano, bingung dengan gerak gerik gadis itu yang biasanya membuka banyak topik kini hanya diam menunduk malu.

"Kayano…?"

"Ya!?"

Lihat, Kayano sekarang menjadi sangat kaku. Bahkan hanya disapa saja ia sudah sekaget itu. Apakah ia jadi benci pada Nagisa gara-gara kejadian tempo hari? Kalau diingat-ingat setelah kejadian itu, Kayano selalu menghindar dari Nagisa. Apa lagi gara-gara tadi ia ketahuan melirik gadis itu. Sepertinya dia memang membenci Nagisa, pikir si surai biru itu.

"Kayano… maaf yang tadi, ya…"

"Eh?"

"Apa kau jadi membenciku…?" Nagisa menoleh ke arah teman baiknya. Kayano tertegun di sini.

"Jadi… benar, ya… apa ini karena kejadian waktu itu?"

"…"

"Soalnya sejak hari itu kamu selalu menghindariku..."

"…"

"Kalau memang iya, bilang saja. Aku akan berusaha untuk tidak mendekatimu la-"

"NAGISA!"

Mereka menghentikan langkahnya saat Kayano berteriak menyerukan namanya. Spontan Nagisa tertegun karena penekanan yang diberikan oleh Kayano.

"Aku nggak benci kamu, kok…! Sungguh!"

"Eh? Lalu kenapa-"

"Itu karena aku suka pada Nagisa!"

"Eh?"

"Eh?"

BLUUUSH!

Rona merah terlihat di wajah keduanya. Nagisa dan Kayano pun saling memalingkan wajahnya masing-masing. Satu menatap aspal di bawahnya, satu lagi mendongak ke atas. Suasana kembali canggung.

"Aaah… eum… makasih, Kayano…"

"Ah, eh… s-sama-sama…."

Masih canggung, namun langkah mereka kembali terdengar. Meski wajah mereka masih berlawanan karena malu.

"K-Kayano, makan kue kering yang tadi, yuk! Aku bawa sisanya…"

Nagisa menawarkan kantung kecil berisi kue hasil pelajaran PKK tadi. Mencoba membuka topik agar perjalanan tidak begitu canggung. Mendengar tawaran Nagisa ini, Kayano segera menggelengkan kepalanya, "Ng-nggak usah! Itu kan bagiannya Nagisa!"

"Nggak apa-apa, kok. Kamu juga tadi Cuma makan sedikit, kan?"

"Aku nggak apa kok-"

KRUYUUUK

Ingin Kayano menolak, namun isi perut berkata lain. Dengan menunduk malu, ia pun mau menerima tawaran dari Nagisa. Diambillah satu kue dan memakannya. Nagisa pun turut memakan kue setelah memastikan Kayano telah menelan kuenya. Perbincangan pun dimulai dan mereka pun berbincang ringan seperti biasa. Membuat keadaan canggung hilang entah kemana.

Kue pun telah habis. Nagisa menaruh kantungnya ke dalam tas dan meminum air mineral miliknya. Saat ia kembali melirik Kayano yang berada di sebelahnya, gadis itu tengah mencari-cari sesuatu di dalam tasnya. Penasaran, ia mencoba bertanya, "Kayano? Lagi nyari apa?"

"T-tempat minumku…. Ketinggalan….!"

"Tempat minum? Mau balik lagi ke sekolah?"

"Nggak mau! Udah jauh-jauh begini masa' harus ke kelas yang berada di atas gunung?"

Nagisa turut cemas melihat Kayano yang kebingungan. Rasanya kasihan juga melihat teman baiknya itu kehausan. Ia pun menyodorkan botol minumnya, "Nih, Kayano. Silakan."

"Eh? Tapi Nagisa…"

"Aku sudah minum, kok. Sisanya buat kamu aja."

"Nggak apa-apa, nih…?"

"Nggak apa, nggak apa."

"Ok, kuminum, ya…"

Kayano menerima botol minum Nagisa dan meminum isinya beberapa teguk. Rasanya nikmat sekali saat dahaganya hilang disapu air. Setelah selesai meneguk, Kayano mengembalikan botol minum itu kepada Nagisa, dan lelaki itu menerima botolnya kembali.

"Makasih, ya, Nagisa."

"Iya, nggak apa, kok."

.

.

.

INDIRECT KISS!?

Nagisa's DARE : CLEAR!

Mereka berdua mematung di tengah jalan. Saling menghadap ke bawah dengan semburat merah di wajah. Setelah ciuman waktu itu, sekarang kembali berciuman tidak langsung. Bagaimana mereka tidak merasa malu?

"S-SAMPAI JUMPA, NAGISA!"

"E-eeh!? K-Kayano!?"

Dan kemudian Kayano jadi menerobos hujan.

.

.

.

~( '-' ~) END (~ '-' )~

HAI PARA READER TERCINTA

KENA PHP YA?! DI PHP-IN YAK?!

SAMA INI FANFIC?!

SOALNYA MEREKA NGGAK CIUMAN DI BIBIR!?

HOOHOHOHOHOHOOOOOO~! #PLAK #MALAHBANGGA #CAPSNAKCAPS

Ekhem-

Oke, maaf ya yang udah kena PHP~

Soalnya author mikirnya gini :

Mereka masih kelas 3 SMP, terus belum pacaran juga. Jadi kalau ciuman di bibir itu rasanya…. Manis pahit gitu #MAKSUD

Nagisa : Ngomong yang bener, thor

Chiba : Bisanya Cuma PHP terus

Karma : tau nih. Padahal gue pengennya ciuman di bibir. Tapi dia malah bikinnya di pipi doang. Kurang greget

Author : EMANG SITU ANAK MADHOK PENGEN GREGET-GREGETAN!?

Ok, nyampah

Karena gaje, mari kita akhiri saja dialog ini

Sampai jumpa di fanfic selanjutnya \( '-' )/

Nagisa : Emang fanfic slanjutnya apaan, thor?

Chiba : Jangan bilang fanfic gue sama Hayami lagi

Author : hehehe…

Karma : 'hehehe' ndasmu. Fanfic yang lain aja blom dilanjut, lanjutin gih

Author : KARMA, YANG KAMU BILANG KE SAYA ITU JAHAD! QAQ