KESEMPURNAAN CINTA [ SEVENTEEN VER ]

MAIN CAST :

Choi Seungcheol

Hong Jisoo

Yoon Jeonghan

Boo ( Choi ) Seungkwan

Lee ( Choi ) Chan

Wen Junhui

And Other SVT Member

.

.

.

.

.

Tanah itu masih sangat basah. Sama seperti kenangan mereka akan seseorang yang sangat mereka sayangi. Seseorang yang baru saja pergi meninggalkan mereka untuk selama - lamanya. Ketiga orang itu masih larut dalam suasana duka di area pemakaman itu. Seungcheol dan kedua buah hatinya masih terus menitikkan airmata mereka. Menatap sendu pusara orang yang mereka sayangi. Jang Doyoon. Istri sekaligus ibu dari dua buah hatinya, Seungkwan dan Chan yang baru saja pergi kesurga karena penyakit leukimia yang dideritanya selama setahun terakhir ini. Malaikat yang telah memberikan kebahagiaan baginya. Seungkwan, putrinya bahkan sampai berteriak ketika mengetahui ibunya telah pergi meninggalkan mereka dan tak akan pernah kembali lagi. Mata gadis itu berusia tujuh tahun itu sampai memerah karena terlalu lama menangis. Chan sendiri juga menangisi kepergian ibunya meskipun tak sampai seperti kakak perempuannya. Bocah berusia lima tahun itu memegang kemeja hitam sang ayah dengan erat. Seungcheol mengalihkan pandangannya pada kedua buah hatinya yang masih menangis. Memeluk keduanya dengan erat. Membisikkan kata - kata bahwa ibu mereka baik - baik saja disana. Mengatakan bahwa Doyoon akan sangat sedih jika melihat keduanya masih terus menangis seperti ini. Mengatakan bahwa ibunya akan selalu bersama Seungkwan dan Chan. Mengatakan bahwa mereka akan baik - baik saja. Meski batinnya sendiri masih sangat menolak kepergian Doyoon.

Titik - titik air hujan perlahan mulai turun membasahi kota Seoul saat ini. Seperti mengerti akan kesedihan yang baru saja melanda keluarga Choi itu. Ketiganya tak beranjak dari tempat mereka meskipun hujan terus membasahi ketiganya.

" Hyung, ayo pulang.", ajak Mingyu. Dirinya begitu kasihan pada kakaknya yang baru saja kehilangan istri yang sangat ia sayangi. Memandang iba pada dua keponakannya yang harus kehilangan ibu mereka pada usia yang masih terlalu kecil.

Seungcheol tak menghiraukan ajakan Mingyu. Putra sulung keluarga Choi itu masih ingin berada disini bersama jasad istrinya yang sudah tertimbun tanah.

" Hyung, kau dan kedua anakmu bisa sakit jika terus kehujanan seperti ini. Doyoon noona pasti juga tak senang kalau kau dan mereka sakit hyung.", bujuk Mingyu.

Seungcheol mengangkat kepalanya perlahan. Menatap Seungkwan dan Chan yang mulai menggigil kedinginan. Badan tegap Seungcheol perlahan bangkit dari duduknya. Memegang kedua lengan Seungkwan dan Chan yang melemas karena terlalu lama menangis ditambah dengan dinginnya air hujan. Seungcheol tak bisa egois. Kedua buah hatinya adalah prioritas utama dirinya. Apalagi saat ini ia sendirian, Doyoon sudah tak lagi bersamanya.

" Kau gendong Chan.", ucap Seungcheol sambil mengambil payung yang dibawakan sang adik untuknya.

Seungcheol segera menggendong putrinya. Mencium pipi Seungkwan yang dingin, efek terlalu lama terkena air hujan. Keempatnya memasuki mobil Mingyu. Mingyu segera menyalakan penghangat yang ada didalam mobilnya. Keheningan menyelimuti mobil mewah milih putra bungsu keluarga Choi itu. Mingyu fokus dengan jalanan didepannya. Mingyu tau sang kakak pasti masih memikirkan Doyoon. Membiarkan sang kakak dengan pikirannya sendiri adalah pilihan yang tepat menurut Mingyu. Sedangkan dua keponakannya sudah terlelap dijok belakang. Sangat terlihat jika mereka kelelahan.

" Kau menginap dirumahku dulu saja, hyung., usul Mingyu. Membiarkan sang kakak yang masih diliputi rasa duka hanya dengan dua keponakannya bukanlah hal yang bagus.

" Aku tak ingin membuatmu dan Wonwoo repot.", jawab Seungcheol pelan.

Mingyu mendesah pelan. Meskipun penyabar, tak bisa ditutupi lagi jika seorang Choi Seungcheol adalah orang yang keras kepala.

" Hyung, kau masih berduka saat ini. Anak - anakmu juga. Aku yakin kau belum bisa fokus dengan apa yang kau kerjakan. Jika kau dirumahku, setidaknya akan ada yang memasakkan makanan untuk mereka. Lagipula, Seungkwan dan Chan adalah keponakanku dan Wonwoo. Untuk kali ini, aku minta kau menurutiku.", pinta Mingyu.

Seungcheol menatap sang adik yang fokus mengemudi disebelahnya.

" Aku tak bisa menolak kan? ", ucap Seungcheol pasrah. Mingyu tersenyum mendengar jawaban dari sang kakak.

Setelah menempuh perjalan selama hampir satu jam. Sampailah mereka dirumah milik Choi Mingyu yang ditempatinya bersama sang istri Jeon Wonwoo.

" Seungkwanniee... ireonaa..", Seungcheol menepuk pelan pipi tembam putrinya. Seungkwan membuka pelan kedua matanya. Hal yang pertama kali bocah itu lihat adalah sang ayah. Menggeliat pelan dan merentangkan kedua tangannya, memebri isyarat agar sang ayahmau menggendongnya. Seunghcheol terkekeh dan menggendong sang putri.

" Kita ada dirumah Wonie ahjumma, Kwan - ah.", bisik Seungcheol. Ia sangat tau kalau Seungkwan sangat menyukai Wonwoo. Gadis berpipi tembam itu membuka matanya lebih lebar lagi. Memandang sekelilingnya. Memastikan apakah dirinya benar - benar berada dirumah Wonwoo. Seungkwan tersenyum pada sang ayah saat mengetahui bahwa ia memang sedang berada dirumah pamannya.

" Kha, kita masuk. Adikmu sudah berada didalam.", ajak Seungcheol.

" Uwaaa... Seungkwannieee...", Wonwoo yang sedang sibuk menata meja makan segera berjalan menghampiri keponakan perempuannya yang masih berada digendongan sang ayah. Merasa namanya dipanggil, Seungkwan segera turun dari gendongan sang ayah dan berlari menuju Wonwoo. Wonwoo memeluk Seungkwan dengan erat. Dapat dilihatnya mata Seungkwan yang masih memerah. Tak dapat dipungkiri, Wonwoo juga sama kehilangannya dengan Seungcheol, Seungkwan, maupun Chan. Wonwoo sangat menyayangi Doyoon. Wonwoo sudah menganggap Doyoon kakak perempuannya sendiri. Doyoon merupakan kakak kelas Wonwoo ketika masih berada di senior high school dulu. Doyoon jugalah yang mengenalkan Mingyu pada Wonwoo. Saat melihat tubuh Doyoon yang terbaring lemah diranjang rumah sakit, Wonwoo sempat menitikkan airmatanya. Apalagi ketika kedua keponakannya menangis sampai berteriak memanggil sang ibu saat Doyoon dipindahkan menuju kamar jenazah. Wonwoo yang saat itu mencoba menenangkan Chan yang menangis dengan sangat kencang dipelukannya. Sementara Seungkwan tengah mencoba melepaskan diri dari pelukan Mingyu. Seungkwan ingin berlari menghampiri sang ayah yang tengah mengikuti dokter pribadi Doyoon ke kamar jenazah.

" Kwannie, keatas oke? Chan sudah ada disana. Kau ganti baju dulu, lalu turun kesini dan Imo beri kalian pudding cokelat.", titah Wonwoo.

Seungkwan tersenyum sambil memandang Wonwoo. Mungkin gadis itu sedikit bisa melupakan kepergian ibunya.

" Gomawo, Wonu - ya. ", ucap Seungcheol tiba - tiba. Wonwoo yang merasa namanya disebut oleh sang kakak ipar menatap bingung pada Seungcheol.

"Terimakasih untuk? ", tanya Wonwoo. Perempuan yang sebulan lalu mengubah marganya menjadi Choi itu mendudukkan dirinya disamping sang suami.

" Seungkwan. Dia agak melupakan sedikit tentang ibunya. Aku merasa makin sakit melihat mereka menangis.", jawab Seungcheol pelan.

Wonwoo mengulas senyum diwajah manisnya. " Oppa, Seungkwan adalah keponakanku. Dan bukan hanya Oppa saja disini yang berduka. Kami semua juga merasa sangat kehilangan Eonnie.", jelas Wonwoo.

Ini pertama kalinya Seungcheol hanya tidur bertiga. Ketika akhir pekan, keluarganya selalu tidur bersama. Dirinya, Doyoon, Seungkwan, dan Chan. Dipandanginya kedua wajah buah hatinya. Perlahan airmata turun membasahi wajah tegas milik direktur Choi Company tersebut. Ia merindukan Doyoonnya. Ia menginginkan Doyoonnya kembali. Anak - anaknya terlalu kecil untuk hidup hanya bersama dengannya saja. Terutama sang putri yang sangat dekat dengan istrinya. Seungcheol mendudukkan dirinya, bersandar pada headboard. Memandang wallpaper ponselnya. Fotonya bersama dengan Doyoon dan kedua anaknya saat berlibur di Everland natal kemarin. Airmata terus saja mengalir deras dari mata tegasnya. Seungcheol berusaha keras menahan isakkannya agar Seungkwan dan Chan tak terbangun dari tidur mereka. Namun, Seungcheol melupakan fakta bahwa Chan sangat peka pada suara sekecil apapun. Bocah itu bisa terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara kecil sekalipun. Dan benar, Chan terbangun dari tidurnya. Menatap sang ayah yang terisak sambil memandang ponselnya.

" Appa.", Chan mendekatkan tubuhnya pada sang ayah. Seungcheol yang mendengar panggilan dari putra bungsunya segera mengusap jejak airmata yang mengalir diwajahnya. Meletakkan ponselnya pada nakas disebelahnya. Mengangkat tubuh gempal Chan dan mendudukkannya diatas tubuhnya.

" Appa menangis? ", suara Chan terdengar serak khas bangun tidur.

Seungcheol tersenyum memandang wajah lucu putranya. " Aniya.", jawab Seungcheol.

" Chan kangen eomma, appa.", ucap bocah itu. Kepalanya disandarkan pada dada sang ayah.

Sang ayah mencium sayang puncak kepala Chan dan mengusapnya pelan. " Chan kangen eomma? ", Chan hanya mengangguk menanggapi pertanyaan sang ayah.

" Chan sayang eomma, kan? ", tanya Seungcheol yang hanya dijawab gumaman oleh Chan. " Kalau Chan sayang pada eomma. Chan harus sering - sering mendoakan eomma. Agar eomma bahagia disurga. Jangan nakal, karena eomma tak suka melihat Chan nakal. Chan mengerti? ", jelas Seungcheol.

" Chan mengerti, appa.", jawab Chan.

" Chan hanya sayang pada eomma? Chan tak sayang appa? "

" Chan sayang appa, eomma, dan Kwannie noona.", jawaban Chan membuat Seungcheol terkekeh.

" Peluk appa.", bocah gembil itupun langsung menerjang tubuh sang ayah. Seungcheol mendekap erat anaknya. Mengecup sayang kedua pipi Chan. Sejenak rasa sedihnya lenyap saat bersama sang anak.

" Appa juga sangat menyayangi Chan. Jadi anak yang baik, arra. ", nasihat Seungcheol.

Dalam hati, Seungcheol akan berusaha sebaik mungkin menjaga kedua anaknya. Prioritasnya saat ini hanya Chan dan Seungkwan. Mereka adalah yang utama bagi sang direktur Choi Company saat ini. Berusaha sebaik mungkin menjadi sosok ayah dan ibu bagi keduanya. Ia harus segera bangkit dari masa dukanya. Ia tak ingin Seungkwan dan Chan juga terus menerus bersedih. Karena ia yakin, Doyoon pasti selalu berada bersama mereka. Doyoon pasti selalu menjaga mereka dari atas sana. Dan Doyoon pasti telah berada disurga dan bahagia. Maka dari itu, Seungcheol tak ingin Doyoon bersedih karena mereka yang terus menerus menangisi dirinya.

.

.

.

.

.

.

TBC OR DEL(?)

Absurd gak sih?

Fic ini emang terinspirasi dari Kesempurnaa cinta yang ada di NET TV. Tapi gak semuanya persis sama yang ada diTV. Jadi, maaf ya kalo agak gak jelas. N' aku mau bilang THANKU buat para pembaca fic pertamaku.

Jangan lupa reviewsnya ya, biar aku bisa koreksi mana aja bagian yang menurut kalian kurang.. Btw uname nya kuganti yaa...heheXD

-WXSNA-

Prom dikit ya

Follow : Igku wxsna