by : svtwortel

warn : lowercase, too lazy to write in eyd yang baik dan benar.

a/n : mohon diperhatikan! ada dua tipe di sini, yang satu [au], yang satu [dorm-life], kalau [au] berarti mereka bukan sebagai member seventeen, kalau [dorm-life] itu berarti mereka sebagai member seventeen. terimakasih!

rating : T (and actually T+ for the next chapter, there are a lot of kisses /lolsorry)


karena soonhoon adalah sebuah cerita dari berbagai kata yang tak terduga.


s. senja. [au]

sudah beberapa bulan sejak jihoon dan soonyoung pacaran. soonyoung, yang terkenal sebagai ketua ekstrakurikuler tari yang terkenal di sekolah mereka, memang sangat populer. bahkan hampir sejajar dengan mingyu, sang ikon sekolah. banyak juga yang mengejar-ngejarnya, tapi toh, pemuda yang bermarga kwon itu malah memilih lee jihoon, yang tidak pernah mengejar-ngejarnya. klise, memang. tapi kalau cinta sudah melekat, logikamu apa daya.

di lain sisi, lee jihoon sendiri memang anak yang membawa pemikiran dewasa dengan baik dan benar. ia tidak melakukan hal-hal bodoh seperti mengejar-ngejar ketua klub tari itu, walaupun menurutnya, soonyoung itu cukup atraktif. tapi ia tidak punya waktu. membuat lirik-lirik untuk band indie yang personilnya anak dari sekolah mereka, membuatnya tidak tertarik untuk meluangkan waktu untuk hal yang tidak bermanfaat.

tapi, yah, soonyoung itu atraktif. ia tidak kehabisan akal untuk mengejar jihoon. akhirnya pada timing yang tepat, jihoon menyerah dan menerimanya. soonyoung bahagia dan memprioritaskan jihoon dalam segala hal. ya, kwon soonyoung memang boyfriend-goals, jihoon sendiri mengakui itu.

kamis sore, angin semilir, musim gugur.

jihoon sedang ada di kelasnya, bersandar pada telapak tangan kiri dengan malas-malasan, sementara tangan kanannya bergerak-gerak untuk menuliskan lirik lagu pada notenya. ia menunggu kwon soonyoung yang sedang latihan, klub tari mau ada pertunjukan saat festival nanti.

tak lama kemudian, soonyoung datang. seperti biasa, menyapa jihoon dengan semangat dan senyum-mata-hilang kelewat manisnya. "jihoonie!"

"hei," jihoon menyapanya, tersenyum juga. sebenarnya senang sekali karena melihat wajah soonyoung lagi.

"sedang apa? menulis lagu?" soonyoung mendekat, lalu duduk di lantai, sebelah meja, dekat kaki jihoon—karena terlalu malas menurunkan kursi lain yang sudah dinaik-naikkan agar rapi.

jihoon mengangguk. "hmm." katanya, berusaha untuk tidak melihat soonyoung yang sedang meminum airnya dengan cara biasa—namun suara tegukannya terdengar seksi.

"aku yakin nanti jadinya diluar dugaan," kata soonyoung, menyemangati. jihoon tersenyum.

"terimakasih, soonyoung," katanya. "aku yakin pertunjukan kalian di festival nanti juga sukses."

soonyoung tertawa saja. jihoon tanpa sadar kembali fokus pada menulisnya. memang kalau sudah fokus, jihoon susah diganggu. jadi soonyoung gantian menunggu jihoon sembari memperhatikannya, karena, astaga, jihoon itu sebenarnya manis sekali seperti kembang gula di pasar hari minggu. soonyoung jadi senyum-senyum sendiri, sementara jihoon masih tidak sadar.

selang beberapa menit, soonyoung sadar itu sudah senja. matahari turun, dan mengenai sisi kiri wajah jihoon, meneranginya dengan lembut. soonyoung bisa lihat debu kecil-kecil berterbangan karena sinar matahari itu, di sekeliling jihoon, dan membuatnya tampak seperti peri yang dikelilingi serbuk. soonyoung takjub, lalu ia mendekat.

menahan rahang jihoon dan menciumnya.

"apa—" tapi jihoon juga membalasnya.

soonyoung berhenti, lalu menatap jihoon dari jarak yang bisa membuat jantung jihoon terasa hampir meledak.

"kenapa—?" tanya jihoon bingung, nafasnya masih tidak beraturan, campuran antara kaget dan limpahan kepak sayap kupu-kupu di perutnya yang memabukkan.

"tidak." soonyoung tertawa kecil, suaranya terdengar berat dan manly. "jihoon, tadi kau kelihatan sangat indah disinari matahari senja. aku suka sekali dan merasa ingin menciummu, jadi kulakukan."

"apa-apaan!" jihoon memukulnya, tapi pipinya memerah sampai ujung telinga dan ia menahan senyum. soonyoung tertawa-tawa, memeluk-meluk jihoon karena tidak tahan melihat keimutan pacarnya.

mungkin ciuman di kelas yang sepi pada senja akan terdengar bagus untuk lirik lagu berikutnya.


o. oke. [dorm-life]

sesuatu terjadi pada salah satu anggota tim vokal seventeen. seungkwan, second-maknae mereka yang tembam dan berisik, sedang membuatkan kopi untuk jihoon. awalnya ia biasa saja, menyenandung ketika membawakan mug yang sudah terisi kopi itu ke studio jihoon. tapi member lainnya yang sedang latihan jadi menghambur begitu mendengar senandungan seungkwan berubah menjadi teriakan nyaring.

"jihoon-hyung! jihoon-hyung pingsan!"

seungcheol, selaku leader yang merasa punya tanggung jawab penuh untuk anggota-anggotanya, langsung berlari, diikuti mingyu, junhui, dan minghao yang ada di tempat. jihoon ditemukan dilantai, wajah dan bibirnya pucat, juga ia berkeringat dingin. mingyu langsung memapah jihoon—bukan pekerjaan yang sulit, jihoon kecil sekali sehingga mingyu dengan mudah memapahnya dengan dua tangan.

"bawa ke luar. pokoknya ruang terbuka," kata seungcheol, berusaha keras untuk tetap tenang walaupun ia mendengar minghao yang dengan reflek khawatirnya menggumam-gumam dengan bahasa cina, untungnya ada junhui yang menepuk-nepuk punggungnya.

seungkwan dengan sigap menyiapkan matras, lalu mereka membaringkan jihoon di tempat dekat ac agar sejuk. mingyu—seungcheol bersyukur memiliki mingyu—tahu pertolongan pertama pada orang yang pingsan. ia mengambil tasnya yang ada di dekat tempat itu dan menaruhnya dibawah kaki jihoon agar posisi kakinya lebih tinggi. "seungkwan-ah, tolong jadikan apapun sebagai bantal jihoon agar sirkulasi darah di otaknya lancar," kata mingyu.

seungkwan tidak bisa menemukan apapun untuk bantal jadi ia menggunakan pahanya untuk menahan kepala jihoon. mingyu melepas sweater jihoon, lalu melonggarkan kemeja yang dipakai jihoon, dan juga ikat pinggangnya—jihoon selalu menggunakan ikat pinggang karena celananya selalu kebesaran di pinggang.

"sudah, hyung. akan lebih bagus kalau ada minyak aromaterapi," kata mingyu, menghela nafas, lalu menatap seungcheol.

"ya, aku akan mengabari yang di dorm." kata seungcheol. ia membuka ponselnya dan mengetik di grup seventeen, mengabari dan meminta tolong untuk membawakan minyak. kebetulan, soonyoung adalah yang pertama kali membaca.

'apa? jihoon? lee jihoon peri kita?' balas soonyoung.

'iya, jadi cepat datang dan bawakan minyak' seungcheol membalas.

beberapa menit kemudian, ketika soonyoung, dan juga junghan, sudah sampai di ruang latihan, ternyata jihoon sudah sadar dari pingsannya. punggungnya menyandar ke tembok, di tangannya ada segelas air bening. corak pucat belum hilang dari wajahnya, dan ia masih terlihat sangat lemas.

"jihoonie!" soonyoung segera mendekat, menangkup kedua pipi jihoon. "kau tidak apa-apa?"

jihoon menatapnya, lalu mengangguk perlahan. "tidak apa-apa."

"astaga! rasanya jantungku mau lepas dengar kau pingsan!" soonyoung menghela nafas. member lainnya hanya bersikap maklum saja, karena soonyoung itu dekat sekali dengan jihoon. junghan mengambil alih pembicaraan.

"kau pasti belum makan lagi, 'kan?" tanya junghan.

jihoon menggeleng.

"jihoonie, sepertinya kita semua sudah sepakat kalau kerja jangan sampai lupa makan," kata junghan. jihoon mengangguk.

"maaf sudah merepotkan kalian." kata jihoon, sesal ada di suaranya yang lembut.

"berterimakasihlah pada mingyu. ia yang tahu penanganan pada orang pingsan," kata seungcheol.

"terimakasih, mingyu-ah. terimakasih banyak," kata jihoon. mingyu hanya garuk-garuk kepala, berkata bahwa itu bukan sesuatu yang benar-benar 'wah' karena mereka semua sebenarnya sudah memelajarinya waktu sekolah menengah.

kwon soonyoung, yang kelihatannya masih sebal, memegang kedua tangan jihoon dan menggenggamnya. "katakan padaku bahwa kau akan makan teratur, oke?" katanya.

jihoon mengangguk. "iya, iya, soonyoung, tadi juga aku tidak bermaksud—"

"katakan padaku!" soonyoung sedikit menyentaknya. member lain juga agak kaget dengan wajah soonyoung yang tidak tersenyum, melainkan mengernyit dan membuat wajahnya tampak tegas. "katakanlah, jihoon. katakan bahwa kau tidak akan memaksakan diri. berjanjilah, oke?"

jihoon terdiam, menahan nafasnya, karena soonyoung menatapnya begitu dalam. "…oke. oke, soonyoung, aku ber…janji."

"bagus," soonyoung menghela nafas. ia masih menggenggam tangan jihoon, lalu berbisik. "kau tidak tahu betapa aku khawatir kau seperti ini."

"maaf," kata jihoon, tangannya balik menggenggam soonyoung. member lain yang melihatnya, sekali lagi, merasa maklum. soonyoung itu suka sekali dengan jihoon juga sebaliknya.


tbc


hai, ini fanfic soonhoon yang pertama kupublish di akun ini, dan kita masih punya huruf o-n-h-o-o-n (mereka punya banyak huruf 'o' ya), dan setiap chapternya bakal nyeritain dua huruf, biar tidak terlalu panjang.
(dan ya, yang cerita 'oke' itu maksa banget huhuhu tapi gapapa ya)
aku publish ini karena aku suka aju-nice dan suka rambut jihoon dan mata soonyoung dan seventeen semuanya!
(dan karena feel soonhoon-ku akhir-akhir ini tidak bisa ditahan-tahan)
please, give our boys lots of love~
dan please give this fanfic lots of love too, haha.
terimakasih!

(liat bio-ku untuk selebihnya, hihi.)