Chapter 1

Sun Flowers by Mitsuki HimeChan

Fanfic ini terinspirasi dari lagu Rudy Caffeine Kunci Hati dan salah satu author favorite ku Fuyutsuki Hikari. Semoga kalian semua suka.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Gadis kecil berambut pirang panjang itu hanya bisa berdiri diam dibalik jendela, menatap taman belakang rumahnya yang terlihat begitu ramai karena hari ini adalah ulang tahun kakaknya Kurama yang ke dua belas tahun.

Ingin rasanya dia keluar dan main sepuasnya tapi ayah dan ibu akan marah lagi kalau dia membuat keributan apalagi adiknya Kyuubi tidak bisa mendengar suara bisik secara tiba-tiba karena itu bisa membuat jantung adiknya berkerja cepat dan akan semakin melemah.

Sungguh dia tidak butuh barang-barang mewah seperti anak konglemerat lainnya karena yang dia inginkan saat ini bukanlah harta yang bergelimpangan hingga membuat orang buta tapi kasih sayang yang dia butuhkan hanya itu yang dia butuhkan tidak yang lain.

Semua orang tidak mengerti perasaannya dan tidak akan mengerti. Berulangan kali dia membuat keributan baik disekolah atau dirumah hanya untuk mendapatkan perhatian keluarganya, biarlah semua orang marah padanya dia tidak peduli karena melihat kedua orang tuanya marah dan membentaknya terasa sudah cukup memenuhi kepingan kosong yang ada dihatinya.

Gadis kecil itu tersenyum getir melihat keluarganya yang begitu bahagia diluar sana, mereka berempat berfoto bersama diatas ayunan kayu tanpa mengajak dirinya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Mitsuki HimeChan

Present

Sun Flowers

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Uchiha Sasuke. Siapa yang tidak mengenal sosok pemuda tampan bak model itu? Jenius, iya. Kaya, iya. Tampan, sudah kelewat tampan bahkan sudah mentok ganteng maksimal! Semua gadis terpesona akan ketampanannya termasuk gadis berambut pirang panjang dan berkulit putih mulus yang selalu membuat keributan yang membuat sosok Uchiha yang terkenal dingin dan cuek itu benar-benar terasa terganggu dan juga kesal seperti halnya saat ini.

"NAMIKAZE NARUTO!" teriak guru Iruka kesal melihat Naruto bolos dari kelas saat dia mengajar dengan cara melompat keluar dari jendela kelas.

Semua siswa langsung berlarian menuju jendela untuk melihat Naruto, gadis yang selalu mengenakan celana training dibalik rok pendeknya itu melompat dari lantai tiga dan mendarat dengan sempurna dibawah tepat ditaman belakang sekolah lalu berlari kabur entah kenapa.

"Dia gila." celetuk siswi berambut merah muda dengan sinis melihat Naruto lari entah kemana dari jendela kelas sedangkan Sasuke tidak melakukan hal yang sama seperti teman-teman sekelasnya lakukan.

Pemuda itu sudah terlalu malas untuk kembali melanjutkan pelajarannya jadi dia memilih keluar kelas tak peduli dengan guru Iruka yang memanggil-manggil namanya.

Dengan kedua tangan yang masuk kedalam saku celana, Sasuke berjalan keluar dari dalam kelas dengan santai menuju atap sekolah karena disanalah dia sering menghabiskan waktu untuk menenangkan diri dari semua keributan yang ada karena ulah gadis bernama Naruto.

Sasuke tidak habis pikir kenapa adik dari Namikaze Kurama itu begitu menyebalkan dan juga merepotkan. Hampir setiap hari gadis yang masih berusia tujuh belas tahun itu membuat hari-harinya terasa berisik karena pada dasarnya Sasuke suka ketenangan bukan kebisingan.

Kedua onyx nya terpaku melihat sosok Naruto duduk dibawah pohon Momiji yang daunnya sediki demi sedikit mulai berubah warna menjadi kuning kemerahan.

Disana Naruto duduk sambil memandangi setangai bunga Matahari yang hidup tak jauh dari pohon Momiji. Bunga itu sedikit miring mengikuti sapuan angin yang meniupnya pelan tapi tetap dalam posisinya yang mengikuti dimana matahari berada.

Naruto tersenyum kecil namun sendu menatap bunga itu yang hanya sebatang kara. Naruto tidak bodoh seperti apa yang dikatakann orang-orang padanya. Naruto jenius seperti ayahnya yang sukses menjalankan perusahaan terbesar nomor satu di Asia dan juga kakaknya yang saat ini sudah bergelar profesor di usia enam belas tahun hanya saja dia tidak mau melakukannya karena dia ingin terus seperti ini. Dia dikenal sebagai 'si bodoh nol besar' dan biarlah hal seperti itu terus berjalan.

Naruto menghela napas panjang dan menutup kedua matanya tanpa dia ketahui semua tindak tanduknya dari tadi diperhatikan oleh sepasang onyx yang melihatnya dari atas sana.

Gadis itu bangkit dari duduknya dan menepuk rok bagian belakangnya pelan untuk menyingkirkan rumput atau debu yang mungkin menempel disana.

Gadis itu tersenyum lebar menatap matahari yang masih berada diatas kepalanya. "Karena aku sudah kelas tiga SMA jadi aku harus memberikan contoh dan kesan yang baik kepada adik-adik kelas ku tersayang dan guru-guru tercintaku." ujarnya sambil mengepalkan tangan kanannya dan mengangkatnya ke udara lalu dia tarik kebawah dan berseru, "Yosh ganbatte!" Naruto kembali berlari masuk kedalam gedung sekolah dengan semangat.

Sudut bibir Sasuke terangkat sedikit membentuk senyuman kecil yang jaranag dia perlihatkan, "Dasar dobe!" ejeknya.

.

.

.

Gelak tawa pecah begitu saja memenuhi kantin disiang hari yang panas itu karena melihat Ino, sahabat baik Naruto jatuh dari kursi karena sahabat baiknya baru saja menarik kursinya saat dia hendak duduk.

Ino mengaduh kesakitan sedangkan Naruto tertawa terpingkal-pingkal dengan kroni-kroninya. Ino menatapnya kesal tapi meskipun begitu Ino tidak marah karena bagaimana'pun juga Naruto hanya bercanda meski terkadang bercandanya itu menyakiti orang.

Ino menggerutu kesal dan menarik kursi yang tadi Naruto tarik dengan keras hingga menimbulkan suara. Ino menghempaskan bokongnya kasar kerkursi lalu menyilangkan kedua kakinya. "Maaf..." ucap Naruto seraya menahan tawanya untuk tidak kembali menggelegar.

Lee memegangi perutnya yang sakit dan Chouji tersedak disela makannya sedangkan Kiba dan Killer bee sudah tutup mulut melihat death glare Ino yang begitu menusuk.

Sementara itu Sakura mendengus sebal melihat keenam pembuat masalah disekolah mereka kembali membuat keributan dengan tertawa keras seperti orang gila. Sakura tidak habis pikir melihat kelakuan Naruto yang tidak mencerminkan sama sekali tingkah laku seorang konglemerat layaknya lady.

Sasuke dkk berjalan memasuki area kantin dengan tenang dan karena hal itulah kenapa semua orang yang ada dikantin langsung terdiam kecuali Naruto. Sasuke benci keributan dan mereka tidak mau mencari masalah dengan para bangsawan bermarga Uchiha.

Sasuke melangkahkan kakinya kesebuah meja kosong yang ada disamping meja Naruto yang tampak kosong melompong, di ikuti dengan teman-temannya pula.

Sakura yang melihat hal tersebut berdiri dari duduknya dan menghampiri Sasuke yang sudah duduk dengan nyaman dikursinya. Sakura tersenyum lalu bergelayut manja dilengan Sasuke. "Duduklah disampingku Sasuke-kun. Kau tahukan disini sangat berisik." ujar Sakura menyindir Naruto yang duduk disebelah Sasuke.

Naruto berhenti tertawa dan menoleh cepat kearah Sakura yang melihatnya sinis. "Apa mau mu pingky?!" tanya Naruto dengan nada mengejek. Sakura memberi Naruto death glare andalannya tapi tidak mempan sedikit'pun kepada Naruto.

"Sasuke-kun duduk disini saja bersama ku ya?" ujar Naruto sambil mengedipkan kedua matanya beberapa kali membuat Sakura hampir muntah melihatnya.

"Kau menjijikkan." celetuk Sakura sinis. Sasuke melepaskan tangan Sakura yang melilit lengan kananya dengan kasar. "Pergilah Sakura dan kau Naruto diamlah aku ingin makan siang dengan tenang!" ujarnya tegas.

Bibir Sakura mengerucut kesal kemudian pergi meninggalkan Sasuke yang terlihat kesal sedangkan Naruto tersenyum dan menggeser bangkunya untuk bisa duduk disamping Sasuke dan sepertinya pemuda bermarga Uchiha itu terganggu sama sekali dengan keberadaan Naruto disampingnya. Gadis bermata sapphire itu memberikan sebuah kotak bekal yang tertutupi kain bergambar katak hijau keatas meja didepan Sasuke.

"Untuk mu, aku yang masak." ujar Naruto lalu menopang dagunya dengan kedua tangannya dan sikunya menjadi tumpuannya diatas meja, kedua sapphirenya menatap wajah Sasuke dengan penuh cinta tak peduli dengan bisikan para siswa dan siswi mulai terdengar mengejeknya.

"Jangan berharap aku akan memakannya." Sasuke menggeser kotak bekal itu menggunakan lengannya hingga terjatuh kelantai dan isinya tumpah begitu saja, Sakura yang melihatnya tertawa puas melihat ekspresi Naruto yang tidak percaya.

Ketiga sahabat baik Sasuke pun tersenyum melihatnya bahkan tertawa pelan.

Lee yang melihatnya tidak bisa terus berdiam diri saja, jadinya dia berdiri dari duduknya dan melangkah mendekat.

Braaakk...

Digebraknya keras meja tempat Sasuke dan teman-temannya untuk makan siang dengan keras tak peduli delikan tajam dari ketiga sahabat baik si bungsu Uchiha itu berikan untuknya secara gratis.

"Aku tahu kau bangsawan yang kaya tapi setidaknya hargailah pemberian orang lain dan asal kau tahu, perbuatan mu ini tidak mencerminkan sikap seorang bangsawan sama sekali." ujar Lee tajam membuat Sasuke untuk sejenak bungkam dan mendelikan kearahnya.

"Sudahlah Lee, dia itu belum pernah merasakan bagaimana rasanya susah mencari sesuap nasi." timpal Chouji malas.

"Yo Naruto daripada kau buat bekal untuknya lebih baik untuk ku yo!" timpal Killer bee sambil ngerap.

Naruto tersenyum kecil dan menatap Sasuke, "Kau tidak suka ya? Kalau begitu makanan yang seperti apa yang kau suka?" tanya Naruto dengan suara lembut membuat semua orang yang mendengarnya kaget. Sejak kapan Naruto mau bertutur kata lemah lembut? Apa telinga mereka sedikit bermasalah?

"Jangan sok akrab dengan ku Naruto dan asal kau tahu nafsu makan ku selalu bisa hilang hanya karena melihat wajah mu." ujar Sasuke dingin tapi menusuk tajam tepat dihati gadis berambut pirang itu

Sasuke berdiri dari duduknya kemudian pergi meninggalkan kantin. Gaara yang sejak tadi diam ikut berdiri lalu memunguti isi kotak bekal Naruto yang tumpah membuat semua orang kembali kaget melihatnya. Mereka tidak salah lihatkan?

Gaara menaruh kotak bekal tersebut keatas meja didepan Naruto, "Percuma kau mendekatinya karena dia tidak akan bisa kau raih." ujar Gaara lalu meninggalkan kantin di ikuti Sasori dan Yahiko yang hanya diam memandang Naruto sinis.

Ino yang melihatnya berinisiatif mendekati gadis pirang itu lalu menepuk pundaknya pelan. "Jangan kau pikirkan apa yang dia katakan. Sudahlah sekarang kita kembali kekelas." ajaknya sambil menarik lengan Naruto tapi gadis itu tidak bergerak sama sekali dan masih diam di posisi duduknya.

'Kenapa semua orang membenci ku tuhan?' tanya Naruto didalam hatinya.

...

Naruto pulang kerumah dengan wajah kusut karena dia mendapat hukuman untuk membersihkan toilet karena ketahuan tidur di jam pelajaran guru Kurenai tadi, guru matematika yang super killer.

Naruto bergidik ngeri mengingat wajah guru Kurenai yang begitu mengerikan tadi.

Naruto menoleh kebelakang saat mendengar tawa Kyuubi yang begitu renyah dan ternyata Kurama sedang menggendong Kyuubi dipunggungnya. Naruto sudah sangat lama tidak pernah diperlakukan seperti itu lagi oleh Kurama jadi wajarkan kalau dia merasa iri?

Kurama begitu saja melewati Naruto yang berdiri didepannya begitu juga dengan Kyuubi yang seolah-olah tidak melihat keberadaannya. Naruto tersenyum getir karena hal ini sudah biasa terjadi.

Naruto kembali melangkahkan kaki menuju kamar untuk membersihkan diri lalu pergi keruang makan untuk makan malam bersama keluargnya.

Makan malam kali ini terasa berbeda karena kunjungan keluarga Uchiha yang mendadak membuat semua pelayan mansion Namikaze gelabakan menyiapkan menu-menu terbaik mereka untuk menjamu keluarga bangsawan.

Naruto turun dari kamarnya dengan malas dan langsung saja duduk di salah satu kursi tak peduli dengan tatapan mata yang mengarah padanya. Semua orang di ruangan ini berpakaian rapi dan juga mewah sedangkan dia hanya memakai hotpants dan jaket hoodie berwarna biru muda yang memiliki telinga rubah dan kaca mata berframe hitam bertengker manis dihidung mancungnya.

Naruto sudah tahu soal keadatangan keluarga Uchiha karena tadi dia melihat kedatangan mereka dari jendela kamarnya.

Naruto mengambil nasi untuk dirinya sendiri berserta lauk pauknya. "Dia putri mu Minato?" tanya Fugaku melihat Naruto yang tampak acuh duduk didepan Sasuke.

Minato berdehem sedikit karena malu melihat tingkah laku Naruto didepan keluarga bangsawan seperti Uchiha. "Hanya anak angkat." jawab Minato bohong membuat Naruto yang hampir menyuapkan nasi kedalam mulutnya urung karena sendoknya lebih dulu terjatuh dan menimbulkan suara benturan antara benda stenlis dan piring keramik berwarna putih.

Hati Naruto terasa tertohok mendengar jawaban ayahnya yang begitu melukai hatinya. Mikoto tersenyum sinis melihatnya tapi Naruto tidak tahu. Sasuke menatap Minato tidak percaya akan apa yang pria paruh baya itu katakan barusan.

"Hanya anak angkat tapi bertingkah layaknya tuan putri." ujar Mikoto sinis yang berhasil mencubit hati Naruto, cubitannya kecil tapi menyakitkan.

Kyuubi kembali memakan makananya dengan tenang sambil menikmati tontonannya sedangkan Kurama menatap adiknya yang memiliki warna rambut seperti ayahnya dengan tidak percaya. Mungkinkan Naruto bukan adikku? pikirnya bingung.

'Aa... Mungin karena hal inilah mereka tidak menyukai ku.' batin Naruto miris.

Kushina berdehem pelan, "Ya memang begitu tingkah lakunya yang terkadang membuat kami merasa risih." ujar Kushina menimpali dan membuat Naruto menatapnya dengan tidak percaya. Ibunya tidak mengakuinya juga benarkah ini?

Sebenarnya hanya satu alasan yang membuat Minato dan Kushina berbohong adalah karena malu dengan apa yang Naruto lakukan. Putri mereka satu itu tidak berguna sama sekali dan hanya bisa membuat mereka kesal saja. Naruto sering menjahili anak tetangga dan teman-temannya disekolah bahkan kabur dari sekolah hanya untuk berkelahi diluar sekolah membantu gengnya. Naruto pernah membuat Kurama jatuh dari atas pohon karena menolonng Naruto bahkan Kyuubi hampir sekarat karena Naruto memecahkan balon tepat dibelakang Kyuubi, sebenarnya Naruto hanya ingin memberikan kejutan dan mengatakan selamat ulang tahun kepada adik kesayangannya Kyuubi tapi saat itu umurnya masih sembilan tahun dan tidak tahu menahu soal kelainan jantung. Gadis itu juga bodoh dan tidak jenius seperti Minato dan Kurama atau Kyuubi saja yang selalu mendapat rengking satu dikelas.

"Anak seperti mu harusnya berterima kasih dan menghormati keluarga Namikaze yang sudah mau mengadopsi mu. Bersikaplah anggun layaknya bangsawan meski kau bukan keluarga bangsawan tapi dengan menyandang nama Namikaze didepan namamu itu artinya kau harus bertingkah laku layaknya bangsawan." ujar Fugaku berusaha bijak. Naruto tersenyum getir dan menganggukan kepalanya tanda mengerti.

Itachi menatap kedua sapphire Naruto yang menisyaratkan kekecewaan disana dan sepertinya keluarga Namikaze berbohong soal Naruto apalagi melihat sikap Naruto saat mendengar pernyataan Minato tadi.

Naruto berjalan pelan menyusuri taman yang ada dibelakang mansion lalu duduk dipinggir kolam air mancur seraya menatap bulan diatas sana. Naruto mencengkram erat jaketnya tepat didada dan setetes demi setetes air mata mulai turun dari sudut matanya membasahi pipinya.

"Kalau aku bukan anak kalian kenapa kalian mengadopsi ku kalau hanya ingin membuat hatiku sakit." ujarnya sendu.

Kenyataan yang baru saja didengarnya sangat begitu terdengar menyakitkan bagi Naruto, lalu apa arti dirinya dikeluarga ini kalau hanya untuk disakiti, kalau memang tidak mau mengadopsi, ya sudah silahkan dari pada memaskan diri kalau hanya untuk melukai hatinya.

Malam ini Naruto menangis tersedu dan secara perlahan tubuhnya merosot turun hingga terduduk dijalan setapak taman dan memeluk kedua lututnya erat lalu menangis sekeras mungkin.

Biarlah untuk malam ini saja izinkan dia menangis. Menangis untuk menumpahkan semua rasa sakit yang dia rasakan selama ini karena untuk hari yang akan datang dia tidak tahu, dia akan menangis atau tidak karena mengingat semua yang terjadi beberapa belas menit yang lalu benar-benar melukai batinnya.

"Aaaaaaarrrrggghhhh..." Naruto berteriak keras disela tangis sambil menjambak rambutnya keras hingga beberapa helai rambut pirangnya terlepas dan menyangkut dijari-jari lentiknya.

"Hiks...heeeee...a-a-aaku ben-benci...kalian..hiks..hiks..."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Berita Naruto yang bukan anak kandung Minato dan Kushina menyebar luas lewat medsos. Dan jika ditanya Siapa yang menyebarkan berita ini? Tak lain adalah Kyuubi sendiri adik Naruto yang memang benci Naruto sejak kecil. Gadis itu menyebarkan hal tersebut melalui twitter miliknya.

Dan inilah jadinya, Naruto di bully teman-teman satu sekolah bahkan sahabat-sahabat baiknya mulai menjauh karena mereka menganggap Naruto berbeda kasta dengan mereka. Meskipun Naruto telah memiliki marga Namikaze didepan namanya tapi tetap saja dia bukanlah seorang bangsawan atau konglemerat seperti mereka.

Naruto kini sudah sadar satu hal bahwa hidup ini penuh dengan kepalsuan, contohnya saja orang-orang yang dia anggap sahabat baik bahkan guru-gurunya mulai berani memberinya hukuman yang begitu berat karena keluarga Namikaze sendiri seperti tidak peduli dengan apa yang Naruto lakukan dan alami.

Dan kenyataan yang lebih parah, orang yang selama ini dia panggil ayah dan ibu sudah mengonfirmasi kepada media bahwa Naruto memang anak angkat.

Sementara Naruto sibuk membersihkan toilet, sosok pemuda bermata onyx terus melihatnya dari kejauhan dan kalau saja Naruto tahu, sosok itu selalu memperhatikannya meski dia tidak tahu, sosok itu selalu menunggunya kalau dia mendapat hukuman dan pulang lebih lambat, sosok itu benci menunggu tapi demi dia, sosok itu rela menunggu. Apa yang sosok itu inginkan darinya?

Naruto menghela napas lega karena sudah selesai dengan hukumannya kini dia membersihkan kedua tangannya dengan air dan sabun lalu sosok itu hilang dibalik lorong koridor saat mengetahui bahwa dirinya telah selesai.

Kini Naruto bukanlah sosok gadis yang berisik melainkan sosok gadis berhati dingin, dia tidak peduli dengan banyaknya siswi yang mengerjainya dengan berbagai cara karena Naruto tidak akan lagi membalas perbuatan mereka dan tentu itu membuat mereka senang bukan kepalang.

Keesokan harinya Naruto datang kesekolah seperti biasa dan tidak membuat keributan seperti biasanya karena sekarang gadis itu berdiam diri. Naruto menggeser pintu kelasnya yang tertutup lalu

Puk! Puk!

Bruuuuush...

Dua penghapus papan tulis jatuh keatas kepalanya dan air seember sukses membasahi tubuhnya. Sasuke yang hendak memasuki kelasnya kaget melihat penampilan Naruto. Gelak tawa pecah dari dalam kelas membuatnya kesal. Sasuke melangkahkan kakinya cepat dan berdiri dibelakang Naruto.

Semua siswa terdiam melihat sosok Sasuke dibelakang Naruto, pemuda bermata onyx itu menatap semua orang tajam dan penuh amarah yang sukses membuat mereka bungkam. Sasuke menarik lengan Naruto paksa dan pergi dari tempat itu menuju toilet.

Naruto tidak menangis, dia hanya diam membuat Sasuke sedikit bingung lalu dia mengeluarkan sepasang baju olahraga untuk Naruto dari dalam tasnya. "Bersihkan dirimu dan pakailah untuk sementara." ujar Sasuke dan menyodorkan baju olahraga miliknya.

"Kenapa?" tanya Naruto dan menatap sepasang onyx didepannya.

"Kenapa apanya?" Sasuke balik bertanya karena bingung dengan pertanyaan Naruto.

"Bukankah kau membenciku?" jawab Naruto dengan kedua mata yang menyendu.

"Siapa bilang?" pertanyaan Sasuke membungkam mulut Naruto. "Apa aku pernah mengatakan kalau aku benci kepada mu?" tanya Sasuke lagi.

Air mata Naruto menetes dan dengan bersamaan dengan itu Naruto langsung memeluk Sasuke erat dan menangis tersedu membuat hati pemuda yang dia peluk terasa sakit karena melihatnya menangis.

"Sudah jangan menangis, meski semua orang membenci mu maka tidak dengan ku. Aku tidak pernah membenci mu karena aku..." Sasuke menjeda kalimatnya dan Naruto masih menangis sambil mendengarkan apa yang pemuda itu katakan padanya. "Mencintai mu Naruto." lanjutnya.

Gadis itu semakin terisak dalam tangisannya karena tidak tahu harus bahagia atau apa. Mendengar pernyataan Sasuke barusan begitu menyentuh kalbunya bahkan kepengingan harapan mulai muncul di dalam dirinya.

Hari ini adalah haru kelulusan SMA, semua anak kelas tiga berdatangan bersama ayah, ibu atau keduanya. Mereka masuk kedalam aula yang begitu besar itu dan duduk dikursi yang sudah disediakan.

Hanya Naruto yang tidak mengajak orang tuanya datang dan Sasuke menjadi lulusan terbaik di Konoha International High School. Kedua orang tua Sasuke yang datang terlihat bangga dengan keberhasilan putra mereka.

Sementara itu Iruka sedang berdebat didekat bodium bersama kepala sekolah. Iruka tidak terima Sasuke menjadi lulusan dengan nilai tertinggi karena yang sebenarnya Naruto'lah yang nilainya tertinggi.

Sejak hari dimana Naruto diketahui bukan anak kandung Minato dan Kushina, nilai Naruto meningkat tajam dalam waktu hitungan menit, Iruka bahkan tidak percaya tapi saat Naruto mengatakan 'Aku hanya pura-pura bodoh didepan kalian semua.' membuatnya paham dengan kondisi Naruto. Iruka yang selama ini menaruh curiga kepada Naruto akhirnya tahu kenapa Naruto pura-pura bodoh karena kenyataan bahwa tidak ada otak dari keturunan Namikaze yang bodoh, mereka adalah klan berotak jenius seperti halnya Uchiha.

Naruto bukan pintar atau cerdas melainkan jenius tapi pihak sekolah berhasil menyabotase nilai Naruto hingga menjadi nilai terendah. Naruto yang melihat Iruka berdebat dengan kepala sekolah dari jauh hanya bisa tersenyum kecil, ternyata masih ada yang peduli dengannya.

"Selamat kau lulus." ujar Sasuke yang tiba-tiba muncul lalu duduk disampingnya sambil menatap langit biru diatas mereka. Saat ini mereka duduk berdua diatas atap sekolah.

"Kau juga selamat." sahut Naruto pelan.

"Mau kulih dimana setelah ini?" tanya Sasuke sambil menoleh untuk melihat wajah Naruto yang duduk disampingnya.

"Aku tidak tahu apalagi nilai ku cukup rendah diantara kalian semua." jawab Naruto dan balas menatap Sasuke yang menatapnya. Pemuda bermata onyx itu memalingkan wajahnya untuk menghindari sapphire milik Naruto yang begitu teduh.

"Aku yakin kau bisa, jangan menyerah hanya karena nilai rendah. Kau sudah bisa lulus itu sudah cukup membuktikan bahwa kau bisa." ujar Sasuke kemudian berbaring dan menjadikan kedua tangan sebagai bantal.

Naruto terdiam menatapnya dengan heran kemudian dia mengikuti pemuda itu dan berbaring disebelahnya.

"Aku ingin sekali pergi dimana tidak akan ada orang yang mengenali ku dan tidak akan mengejek ku serta menganggap ku benar-benar sahabat tanpa memandang status." ujar Naruto jujur.

"Kalau begitu aku akan menjadi sahabat baik mu selain kekasih mulai hari ini." ujar Sasuke cepat. Naruto menoleh kearah Sasuke yang masih menatap langit biru diatas mereka.

"Benarkah?" tanya Naruto dengan nada geli.

"Hn." sahut pemuda itu dingin.

Naruto tersenyum kemudian kembali menatap langit biru di atasnya, "Terima kasih untuk semuanya Sasuke-kun."

Sasuke hanya bisa diam mendengarnya tapi dia tersenyum tipis tanpa sapphire disampingnya ketahui.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sebenarnya tadi Sasuke sudah menawarkan tumpangan untuknya tapi entah kenapa hari ini Naruto ingin sekali menghabiskan harinya dengan pulang berjalan kaki sambil menikmati indahnya kota Konoha. Jadinya Sasuke harus menerima keputusan yang ingin berjalan kaki dan pemuda itu pulang dengan mobil pribadinya.

Kedua sapphire nya menyipit saat melihat sosok pria paruh baya berambut putih sedang celingkak-celingkuk didepan toko penjulan pakaian dalam perempuan. Naruto tahu siapa pria itu.

Naruto menyeringai dan berjalan dengan mengendap-endap mendekati sang pria dan "Duaaarr..."

"Huaaaaaa..." pria itu terlonjak kaget dan Naruto tertawa keras melihat wajah kaget pria itu.

"Dasar kau bocoh kecil yang menyebalkan!" ketusnya tak suka.

"Sungguh sampai sekarang aku belum percaya kalau kau jendral bintang empat atau bintang enam atau apalah itu hahahahaha..." ujar Naruto dengan wajah tanpa dosa.

"Tidak ada bintang enam." sahut ketus.

"Ah iya..iya..." Naruto menghentikan tawanya dan menatap pria itu dengan cengiran khasnya.

Pria itu menghela napasnya, "Kau baru pulang?" tanyanya.

Naruto mengangguk, "Ya."

"Bukankah ini hari kelulusan mu?" ujarnya memastikan dan Naruto mengangguk.

Pria berambut putih sedikit panjang itu bukannya tidak tahu dengan berita yang menyerbar empat bulan yang lalu, dia tahu dan ingin sekali menemui anak yang berdiri didepannya saat ini hanya untuk bertanya atau memberi semangat tapi tugas negara memanggilnya.

"Baiklah sebagai orang yang baik aku traktir ramen lima porsi!" ujarnya membuat kedua sapphire didepannya berbinar senang.

"Yosh!" seru Naruto sangat senang.

"Yo Jiraya Naruto kalian datang berdua untuk kedua kalinya hohoho~ pelanggan setia ku." ujar Teuchi pemilik kedai ramen terenak di Konoha menyambut keduanya dengan senang.

"Selamat datang Naruto-chan, Jiraya-san!" sapa Ayame ramah, putri Teuchi.

"Seperti biasa paman dan yang bayar kakek Jiraya!" seru Naruto semangat.

"Oke Naruto!"

"Ya ampun gadis ini tidak feminim sama sekali." gerutu Jiraya dan Naruto tertawa kecil mendengarnya. "Memang." sahut Naruto watados.

"Hei usia ku baru saja empat puluh delapan tahun, aku masih muda!" timpal Jiraya membenahi panggilan Naruto untuknya.

"Tapi kau sudah ubanan wek~" timpal Naruto sambil menunjuk warna rambut Jiraya membuat pria paruh baya itu sweatdrop.

"Haa~ sudah lupakan. Lalu apa kau sudah tahu mau kemana setelah lulus SMA?" tanya Jiaraya serius.

"Tidak tahu kek." Naruto mengedikan bahu tak peduli.

"Mau jadi seperti ku?" tanya Jiraya. Naruto mengeriyit bingung, "Jadi apa?" tanyanya.

"Tentara. Memangnya apalagi." jawab Jiraya.

"Apa menyenangkan?" tanya Naruto penasaran.

"Kau licik dan suka berkelahikan? Gunakan keahlian mu untuk hal yang berguna." jawaban Jiraya sukses membuat Naruto mengerucutkan bibirnya. Dia jenius yang licik catat itu!

Kedua terdiam hingga ramen mereka datang dan Naruto memakannya dengan lahap hingga mangkuk kelima.

Setelah selesai makan bersama, Jiraya membayar semuanya dan keduanya berjalan keluar dari kedai.

"Kalau aku ikut tentara maka aku akan dilatih dan mungkin dilatihnya bukan berada di Konoha kan?" tanya Naruto seraya menoleh kearah Jiraya yang mengangguk.

"Tentu." jawabnya.

"Apa aku akan selalu pergi bertugas hingga jarang dirumah?" tanyanya lagi.

"Tentu bahkan sampai berbulan-bulan lamanya malah." Naruto mengangguk paham.

"Baiklah aku mengerti dan aku akan mengikuti mu kek." Jiraya tersenyum.

"Izinlah kepada orang tua mu terlebih dahulu."

Naruto menggeleng pelan, "Meski izin mereka tidak akan peduli padaku." ujar Naruto.

Jiraya menghentikan langkah kakinya begitu juga dengan Naruto yang telah berada tiga langkah didepan Jiraya. "Aku hanya anak angkat yang tak di inginkan." ujar Naruto lagi.

Naruto tersenyum dan melambaikan kedua tangannya melihat taksi yang membawa Jiraya pergi begitu saja dari hadapannya. Naruto mengenal Jiraya karena beberapa bulan yang lalu dia menyelamatkan Jiraya dari dua puluh anak remaja tanggung yang terkadang suka membegal orang ditengah jalan disaat malam tiba. Jiraya sudah siap untuk menghajar semua anak itu kalau mereka menyerangnya tapi tiba-tiba sosok gadis berseragam sailor datang dan menghajar mereka dalam kurun waktu dua puluh menit dan Jiraya dengan senang hati menontong film live action didepannya saat itu sambil bertepuk tangan dan memberi arahan letak dimana yang bagus untuk memukul.

"Kiri! Tendang kiri sayang! Jangan-jangan tendang perutnya dan patahkan lehernya! Yak! Begitu kau hebat!" kalimat-kalimat seperti itu masih terngiang di otak Naruto membuat gadis itu tersenyum geli kemudian dia kembali melangkahkan kakinya kedepan. Hari sudah mulai menggelap, Naruto mempercepat langkah kakinya hingga tanpa sengaja dia mendengar suara teriakan seorang gadis yang sangat dia kenali dari sebuah lorong sempit tepat dia berdiri sekarang.

Naruto berlari cepat masuk kedalam lorong tersebut dan melihat sosok gadis berusia lima belas tahun berambut merah menyala dengan mata sapphire tampak ketakutan karena ingin diperkosa oleh lima orang pria sekaligus. Naruto berhenti tepat didepan mereka semua.

"Hei kau gadis cantik mau ikutan juga ya?" tanya salah satu dari mereka sambil tertawa meremehkan.

"Naruto-nee." ucap Kyuubi ketakutan.

"Nee? Oooh dia kakak mu ya?" tanya pemuda itu lagi. Mereka tertawa senang tapi tak lama karena Naruto langsung menghajar mereka hingga tulang mereka ada yang patah lalu menyeret Kyuubi keluar dari dalam lorong tanpa berkata sedikit'pun.

Kyuubi menatap punggung Naruto didepannya dengan mata yang digenangi liquid bening siap tumpah.

Naruto melepaskan tangan Kyuubi saat mereka sudah sampai didepan pintu mansion, disana Kushina berdiri dengan raut wajah khawatir dan langsung berlari kearah Kyuubi dan dipeluknya erat.

"Sayang ada apa? Kenapa pipi merah? Apa Naruto memukul mu?" tanya Kushina bertubi-tubi namun belum lah menjawab Kyuubi sudah lebih dulu jatuh pingsan tidak sadarkan diri membuat istri dari Minato itu menjerit histeris dan memanggil supir untuk membawa mereka kerumah sakit dan sebelum naik kedalam mobil Kushina menampar pipi Naruto sebanyak dua kali hingga bibir anak gadisnya itu berdarah. "Aku membenci mu anak sialan!" bentak Kushina kesal lalu masuk kedalam mobil meninggalkan Naruto yang hanya bisa terdiam dan menangis tanpa suara bahkan tidak membuka mulutnya.

Tiga hari berlalu dan Kyuubi masih koma membuat Minato yang baru saja pulang dari Perancis langsung mencari anak gadisnya yang mewarisi warna rambutnya itu.

Naruto yang sedang memetik dua tangkai bunga Matahari dan mengambil biji bunga untuk bibit dia tanam nanti cukup kaget melihat Minato yang mendatanginya dan langsung menhajarnya hingga babak belur.

"Dasar anak tidak tahu diri! Apa yang kau lakukan hingga Kyuubi seperti itu hah?!"

PLAK!

"Akh!" Naruto meringis menahan tamparan sang ayah yang begitu sakit dan mungkin akan dia rindukan nanti.

Bugh!

Bugh!

Naruto tidak membalas atau menangis, dia membiarkan ketidak adilan ini menimpanya, biarlah, biarkan mereka puas. Biarkan mereka mengira kalau dialah yang membuat Kyuubi terluka.

Kurama yang berdiri agak jauh darinya hanya menatapnya sendu, pemuda berusia sembilan belas tahun itu berjalan pergi meninggalkan taman belakang rumah menuju mobilnya untuk menemui adik bungsunya yang masih terbaring koma dirumah sakit.

Setelah puas memukuli Naruto, Minato dan Kushina pergi meninggalkan Naruto. Gadis itu berjalan dengan merangkak lalu beberapa maid menolongnya karena kasihan tapi Naruto menolak.

Di masukannya bibit bunga Matahari kedalam kantung pelastik kecil dan disimpannya kedalam ranselnya yang sudah penuh oleh baju dan peralatan mandi kecuali ponselnya yang dia tinggalkan didalam kamar.

Naruto berjalan dengan terseok-seok sambil membawa dua tangkai bunga matahari. Langkah kakinya terhenti didepan gerbang dan menghentikan taksi tapi sebuah mobil sport putih menghadang mobil taksi agar tidak bisa maju. Sosok Sasuke keluar dari dalam mobil.

"Mau kemana? Dan kenapa kau terluka seperti ini Naruto!" tanya Sasuke sedikit takut dan khawatir melihat luka-luka memar ditubuh Naruto.

"Pergi ketempat dimana tidak akan ada orang yang mengenali ku dan tidak akan mengejek ku serta menganggap ku benar-benar sahabat tanpa memandang status." jawab Naruto sambil tersenyum.

"Tidak! Tidak boleh!" bentak Sasuke keras membuat Naruto menatapnya bingung.

"Aku mencintai mu Namikaze Naruto dan aku tidak akan membiarkan kau pergi!" ujar Sasuke tegas. Naruto tersenyum kecil mendengarnya lalu gadis itu memberikan satu tangkai bunga Matahari ditangannya dan diterima oleh Sasuke.

"Kalau kau tahu filosofinya maka tunggulah aku jika tidak bahagilah bersama orang lain." ujar Naruto lalu membuka pintu taksi dan masuk begitu saja tak peduli dengan Sasuke yang terus mencegahnya.

Mobil taksi itu melaju meninggalkan kediaman Namikaze. Sasuke yang tidak bisa tinggal diam berusaha untuk mengejar mobil yang membawa Naruto tapi sayangnya Sasuke terjebak dilampu merah dan jalanan yang sedikit macet membuat pemuda itu menggerem kesal.

[Dirumah sakit]

Dua jam setelah dirinya siuman, Kyuubi mencari Naruto dan bertanya lalu saat mendengar Naruto kabur, Kyuubi menangis lalu menceritakan semuanya. Semua dari dia kecil.

Saat dia di cakar anjing kesayang Naruto. Kyuubi menyalahkan Naruto karena Naruto menyuruh anjing itu untuk mencakarnya padahal tidak tapi dialah yang mengganggu anjing itu hingga marah dan mencakarnya dan akibatnya anjing itu di buang dan Naruto dikurung didalam kamar selama tiga hari.

Kyuubi terjatuh dan kakinya tersandung meja dengan sangat keras dan saat Naruto lewat dia langsung menyalahkan Naruto dan itu terus berlangsung dan kenapa Kyuubi melakukannya karena dia iri melihat Naruto akrab dengan Kurama sedangkan dia tidak. Kyuubi menghasut Kurama untuk membenci Naruto lalu dia tidak bisa sekolah seperti Naruto diluar, dia home schooling, Naruto selalu dimanja padahal dia yang sakit.

Dan karena ulahnya saat ini, Naruto telah kabur dari rumah menyisahkan penyesalan yang tiada gunanya lagi.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Naruto tersenyum puas melihat kebun bunga Mataharinya yang hari ini mekar semua lalu wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu berdiri dari berjongkok lalu berbalik dan melihat sosok pria berseragam militer berdiri lalu memberi hormat padanya.

"Hormat!" Naruto tersenyum dan membalas hormat pria yang sedikit lebih muda darinya itu.

"Sersan Yamamoto Ryuga pada 24 Januari 2016 melaporkan bahwa kami sudah memeriksa pinggiran kota Rouran dan tidak ditemukan ranjau sama sekali. Laporan selesai." ujarnya dengan suara tegas.

"Laporan diterima!" sahut Naruto.

"Letnan Naruto! Ada pasien VIP!" seru seorang tentara sambil berlari terbirit-birit kearahnya.

"Aa.. Oke aku kesana!" sahut Naruto.

Bersambung~

Lanjut?