FETUSSINI
(Janin-sini)—judulnya maksa
APALAGI ISINYA (?)
Title:
FETUSSINI
Author:
Elixir Edlar
Cast :
NamJin, NamYoon, NamSeok, NamTae, KookMin
Genre:
Drama, Family
Rate:
Teenager (T)
Length:
Oneshoot
Disclaimer:
All cast belong to God, their parents and Bighit. Ent. I do not own the characters.
This story is ORIGINALLY from my OWN mind.
Warning :
Boys Love, Typos, EYD-failed, Unbeta-ed, OOC, Alternate Universe (AU)
Read on Your Own Consent! Thank You~
.
.
.
FETUSSINI PART II
.
Namjoon tengah mondar-mandir di ruang pribadinya sendirian. Tanpa ditemani oleh salah satu dari ketiga istrinya. Dua jam lalu ia baru pulang dari apartemen Hoseok dalam rangka berkunjung sekaligus membicarakan seputar pernikahan mereka yang akan dilangsungkan bulan depan.
Hoseok sudah setuju pun Namjoon telah memesan wedding organizer yang pernah ia gunakan ketika menikahi Seokjin dan Taehyung sehingga semuanya akan menjadi jauh lebih mudah.
Kata Yoongi, "Kau tinggal pasang badan saja, Namjoonie!"
Namun ada satu hal yang mengganggu pikiran Namjoon saat ini. Ini tentang kata-kata Yoongi yang dikatakannya pagi tadi mengenai misi penculikan yang akan dilakukannya terhadap Park Jimin.
Namjoon tidak bodoh untuk tidak mengetahui bahwa sosok yang dimaksud oleh Yoongi adalah istri kolega sekaligus sahabatnya sendiri, Jeon Jungkook.
"Yoongi hyung itu kenapa sih? Kenapa Jiminnya mesti diculik segala?" Namjoon bertanya-tanya.
Jemari Namjoon tampak bergelayutan di dagunya, ia berpikir keras, mencari tahu apa tujuan Yoongi menculik seorang Park Jimin yang notabene merupakan istri orang lain.
"Masa iya Yoongi hyung mau merebut Jimin dari Jungkook? Itu mustahil!" Namjoon menepis udara kosong di depan wajahnya.
"Atau jangan-janganYoongi hyung malah mau menjadikan Jimin sebagai istri kelimaku?" Namjoon mulai absurd, maklumlah waktu telah menunjukkan lewat tengah malam. Diliriknya sebuah jam bandul klasik di ruangannya, pukul dua belas lewat dua puluh menit.
Namjoon mengacak-acak surai pirangnya dan memijit-mijit pelipisnya.
"AHA!" sepertinya ia baru mendapat pencerahan, "Kutelpon Jungkook saja sekarang!" serunya riang. Yang benar saja Namjoon, malam-malam ini mengganggu orang tidur saja.
Dikeluarkan ponsel pintar dari sakunya lalu segera ia tekan kontak Jungkook yang terdapat di dalam daftar panggilan terbarunya.
"..."
Nada dering ponsel Jungkook mulai terdengar.
"Aku tak peduli Jungkook sudah tidur atau belum, yang penting telpon dulu saja," selorohnya.
"..."
Tidak diangkat.
Namjoon tidak menyerah. Ia berusaha menelepon lagi, menelepon lagi, dan menelepon terus sampai belasan kali. Pokoknya sampai diangkat. Sampai pagi pun tidak masalah, batinnya.
"..."
Terdengar nada sibuk dari sambungan ponselnya.
"Berarti dia menolak panggilannya! Kalau begitu aku telpon terus sajalah sampai dia bosan dan mengangkat telponnya hahaha!"
Ya kalau diangkat, kalau dimatikan dan dilepas baterainya bagaimana?
"..."
Terdengar dering ponsel Jungkook.
"H-hhalo?" suara Jungkook terdengar sedikit serak tertahan.
Yosh! Akhirnya diangkat!
"Oi, Jungkook-ah!"
"Mmhh.. yaa hyung..."
Namjoon memberengut, nada suara Jungkook terdengar aneh.
Terdengar seperti—mengejan?
"Jungkook-ah, apa kau sedang buang air besar?" tembak Namjoon.
"Mmmhh.. ti-tidakhh.."
Namjoon memicing, otaknya mulai bergemerincing.
"Kook, kau ini lagi apa sih?" Namjoon mulai kepo dan menebak-nebak sendiri.
"Mmm..a-aku sedanghh memasukkanhh benanghh.. hyung"
Namjoon mengernyit, memasukkan benang? Malam-malam begini?
Lagi ngejahit Pak?
"Bicara yang jelas Kook, aku tak mengerti maksudmu.." Namjoon langsung minta penjelasan.
"Mmhh, yahh.. mm-memasukkanhh benanghh ke dalamhh lubanghh jarumhh ohhh.."
Namjoon merotasikan kelereng matanya, kemudian seulas seringai tercetak jelas di wajahnya.
"Hihihihi.. Jungkook pasti lagi enaena nih. Gangguin ah.." inner Namjoon.
Dasar kampret si Namjoon ini.
"Um, Kook, benangnya sudah kaubasahi belum? Biar lebih mudah masuk ke lubang jarum maksudnya," Namjoon terkikik tanpa suara.
"Eumhh s-sudahh.. ssudah..basahh.. mmhhh..."
Namjoon terbahak-bahak tanpa suara, ia bahkan tengah berguling-guling di sofanya.
"Sudah basah? Bagus! Kalau begitu benangnya sudah kaku kan? Tinggal dimasukkan saja Kook, gampang kan?" Namjoon menggelosor dari sofanya, terbahak dalam diam sambil memegangi perutnya.
"Ummhh..l-lubangnyaahh.. sempithh..shhh.. hyung.."
Namjoon menutupi mulutnya sebelum menjawab, ia takut tawanya meledak begitu saja.
Setelah menarik napas dalam-dalam, Namjoon berucap, "Jebol saja kalau begitu, apa susahnya sih?" setelahnya Namjoon menyumpal mulutnya sendiri dengan cushion sofa karena tawanya benar-benar pecah kali ini.
"A-andwaehh! Kalau jebol..N-nantihh tidak bisa untukhh menjahit- aaahhh!"
Namjoon sedikit berjengit, Jungkook mendesah barusan? Iya kan?
"Wah, sudah masuk semuanya Kook? Tinggal ditarik ulur donk?"
"Hmmhh..yahh..sedanghh kulakukanhh.."
Namjoon terkikik geli, namun tiba-tiba alisnya terangkat sebelah.
"Omong-omong, kenapa suara Jimin tidak terdengar ya?" batin Namjoon.
"Kook, omong-omong Jimin mana? Tidak terdengar suaranya.."
"Eumhh..dia..m-menutupi hhh..mukanyahh dengan bantalhh..mmhh.."
Pantas saja, suaranya tertelan bantal sih. Makanya dari tadi yang terdengar hanya suara persis anak kucing yang tersumpal di dalam gorong-gorong.
Namjoon jawdrop, seketika merasa iba pada Jimin.
Sudah dibor, ditutupi pula pakai bantal. Kan kasihan, iya kan pemirsa?
"Mm, Kook, aku mau bicara nih. Kau tidak usah menjawab, cukup dengarkan dulu saja oke?"
"..."
Hening, tidak ada sahutan dari sambungan teleponnya.
Namjoon menjauhkan ponsel dari telinganya dan memeriksa ponselnya, masih tersambung kok.
"Halo? Jungkook? Kau di sana kan? Hey! Jawab aku!"
"Ahhh, ka-katanyahh suruh tidak usah men-jawabbhh.."
"Maksudku nanti, kalau aku sudah ke inti masalahnya. Bagaimana sih kau ini.."
"Hhmmhh..cepathh ke intinyaahh hyunghh..a-akuhh su-dahh mau keluarhhh.."
Seketika wajah Namjoon menjadi sedatar papan setrikaan. Kata-kata Jungkook barusan benar-benar ambigu. Namun Namjoon segera menggeleng cepat, menghilangkan pikiran kotor dari otaknya.
"Jadi begini Jungkook-ah, Yoongi, istri pertamaku itu sedang ngidam. Dan idamannya itu cukup aneh. Dia memintaku untuk menculik Park Jimin, yang tidak lain adalah istrimu itu. Nah, jadi aku minta bantuanmu untuk bersandiwara dalam rangka 'Menculik Park Jimin'. Bagaimana kau setuju kan? Ayolah setuju ya? Kasihan istriku—nanti kalau anakku ngiler bagaimana?"
Namjoon mulai modus, dasar rajanya modus.
Dia bilang Yoongi ngidam? Yang benar saja!
Hamil saja tidak, bagaimana bisa ngidam? Iya kan pemirsa.
"Setuju saja ya Kook? Please, bantu hyung-mu yang tampan ini oke?"
"Hmm, aku perluhh bicarahh dengan Jiminhh duluhh..hyunghh.."
"Begitu ya? Baiklah kalau begitu. Kau bicarakan dulu saja dengan Jimin. Kalau sudah ada kabar tolong hubungi aku ya?"
"..."
Hening, tidak ada jawaban.
"Halo.. Jungkook-ah? Kau masih hidup kan?"
"..."
Lagi-lagi hening.
"YAH!? JEON JUNGKOOK?! KAU TIDAK MATI KAN?!" teriak Namjoon heboh.
"Mmhhh..Aaaaahhhhhh.!. mhhh..i-iyahh..iyahh hyunghhh.."
Namjoon cengoh, Jungkook baru saja klimaks sepertinya.
.
.
.
Dan di sinilah Jimin, duduk berhadapan dengan Yoongi yang tengah memasang muka datarnya yang tidak terkenal itu. Bagaimana bisa? Ya, karena Jungkook telah memberitahukan pada Jimin bahwa Yoongi sedang mengidam, makanya Jimin yang notabene berhati malaikat itu pun langsung setuju saja untuk bermain peran sesuai dengan instruksi Namjoon.
Ia mau-mau saja pura-pura diculik dengan mata tertutup, tangan diikat ke belakang dan mulut di lakban. Dan pelaku penculikannya? Tentu saja suaminya sendiri, siapa lagi kalau bukan Jeon Jungkook.
Aneh sekali bukan? Bahkan Jungkook pun mendalami perannya dengan mengenakan topeng stocking yang semitransparan itu, sehingga hidung bangirnya terlihat semakin mengembang, membesar seperti jambu air!
"Hehehe, ha-halo Yoongi hyung?" Jimin melambaikan tangan kanannya sembari menyapa Yoongi dengan canggung.
"Hmm.." begitu saja respon Yoongi, dingin, senyap, sunyi, dan krik-krik.
Omong-omong Namjoon duduk di sebelah Yoongi, sementara Jungkook duduk di sebelah Jimin. Para suami itu juga duduk berhadap-hadapan satu sama lain.
"Ehm," Yoongi berdehem, sedangkan ketiga orang lainnya hanya memandang Yoongi yang sepertinya akan bersuara lagi, "Jimin-ssi, kau tau alasan mengapa kau diculik kemari?"
Jimin sedikit menelengkan kepalanya seraya berpikir, "Mmm, entahlah hyung. Apakah Yoongi hyung mau menagih hutang padaku?" ucap Jimin dengan wajah kelewat polos.
Jungkook dan Namjoon menepuk jidatnya hampir bersamaan, tidak habis pikir dengan Jimin yang benar-benar polos itu. Ehm, dan sedikit bodoh, tenang, hanya sedikit kok.
"Jiminnie hyung sayang, memangnya kau punya hutang pada Yoongi hyung?" Jungkook bertanya pada istrinya.
Jimin menggeleng sambil nyengir, manis sekali, kalau saja tidak ternodai oleh otaknya yang sedikit lemot itu. Oops, maaf Jimin, batin Jungkook dalam hatinya.
"Ehm," lagi-lagi sebuah deheman meluncur dari bibir tipis Yoongi. Semua orang sontak memusatkan perhatiannya kepada makhluk yang paling putih di antara keempatnya.
"Bukan itu alasannya, ayo tebak lagi," katanya tanpa melepas tatapan datar namun menusuknya pada Jimin, membuat yang ditatap sedikit bergidik ngeri.
"Umm, kalau kata Monmon hyung sih.. Itu karena Yoongi hyung sedang ngidam. Apa itu benar hyung?" kali ini Jimin bertanya dengan wajah yang berbinar-binar.
Yoongi, begitu mendengar kalimat dengan kata 'ngidam' dari mulut Jimin langsung menoleh ke arah suaminya dan memberikan tatapan membunuh andalannya—dengan mata yang dipicingkan setajam mungkin. Membuat Namjoon hanya bisa melirik Yoongi sekilas seraya tersenyum canggung dan menelan ludahnya dengan susah payah.
"Apa benar kau bilang begitu padanya Namjoonie?" Yoongi bertanya dengan suaranya yang begitu dalam dan menyeramkan.
Mata Namjoon melirik ke kanan dan ke kiri, bingung. Haruskah ia berkata jujur?
"Mmm, hehehe.. i-iya hyung. Maafkan aku ya?" Namjoon hanya bisa nyengir getir.
Yoongi mendesah pelan, matanya ia pejamkan sekilas, dan disibaknya poni yang menjalar di dahinya. "Tidak jadi kejutan kalau begitu.." lirih Yoongi.
"Apanya yang tidak jadi kejutan hyung?" Namjoon cengoh, jujur ia tidak paham dengan apa yang tengah dibicarakan oleh istri pertamanya tersebut.
"Ya, kau kan sudah tahu duluan," ucap Yoongi santai.
Namjoon masih memasang tampang bodohnya sedangkan pasangan Kookmin mulai berbisik-bisik satu sama lain. Bahkan Jimin terkikik geli karena Jungkook ambil kesempatan untuk menjilat daun telinganya.
"Tahu duluan soal apa hyung?" tanya Namjoon lagi, membuat Yoongi merotasikan kelereng matanya dengan malas.
"Ya itu tadi, kau bilang pada mereka kalau aku sedang ngidam kan?" Yoongi menatap Namjoon dengan malas.
"Haaaaahh?! Maksudnya apa hyung? Aku tidak mengerti..." Ya ampun Namjoon, apa gunanya IQ 148 yang kau banggakan itu jika begitu saja tidak paham hah?
Yoongi mengembuskan napasnya kasar, "Sejak kapan kau jadi idiot begini? Huh, pikir sendiri sajalah. Kepalaku pusing, aku mau istirahat!" Nah,Yoongi ngambek kan?
Setelahnya, Yoongi pun berjalan pelan dari ruang tamu menuju tangga untuk naik ke lantai dua sambil memegangi kepalanya yang terasa pening. Bagaimana tidak pening? Suami geniusmu mendadak idiot begitu?
Tepat ketika Namjoon menemukan momen AHA, Yoongi sudah hampir di ujung anak tangga terakhirnya yang terhubung dengan lantai dua, "ASTAGA YOONGI HYUNG?! KAU HAMIL?! SUDAH BERAPA LAMA?!" teriak Namjoon keras-keras dari tempat duduknya di lantai satu.
Yoongi menoleh ke arah Namjoon, "DUA MINGGU!" teriaknya dari atas, tidak kalah keras dari suara Namjoon barusan.
Dan Yoongi pun kembali berjalan menuju kamarnya tanpa memedulikan pekikan girang Namjoon yang sudah seperti orang gila—dan dapat membuat telinga siapa saja yang mendengar kehebohannya, pengang.
"YEAAAAAH! AKHIRNYA YOONGI HYUNG HAMIL JUGAAAA! SETELAH EMPAT TAHUN PENOLAKANNYA UNTUK MEMPUNYAI ANAK, AKHIRNYA IA MAU HAMIL ANAKKU! AKU SANGAT SENANG! YEYEYE! LALALA! YEYEYE LALALA!"
Namjoon berjoged-joged abstrak di atas sofanya sendiri sambil menggaruk-garuk kepala dan tubuhnya, persis seperti kera yang sedang gatal-gatal akibat kebanyakan kutu.
"Kookie, serius deh, kalau Namjoon hyung bertingkah seperti ini, aku berani sumpah demi upil barbie! Kalau dia jauh lebih absurd dibandingkan makhluk paling absurd di muka bumi ini, yang tidak lain adalah sahabatku sendiri, Kim Taehyung!" kata Jimin seraya mengangkat tangannya membentuk gestur 'bersumpah'.
"Aku tidak bisa tidak setuju denganmu Chim sayangku..." ucap Jungkook yang kedua matanya masih betah meneliti Namjoon dari atas sampai bawah, seperti sedang menyaksikan atraksi topeng monyet yang tengah berjoged-joged kegirangan di pinggir jalan.
Kim Namjoon pergi ke pasar! Teerereng! Dreng! Dreng! Dreng!
"Siapa yang hamil?" sebuah suara berat menginterupsi duo Kookmin yang masih asyik menonton pertunjukan gratis di depan mata mereka.
"Oh, Taehyung-ah!" Jimin langsung mental dari kursinya menuju Taehyung untuk memeluknya erat-erat. Namun reaksi Taehyung biasa saja, tidak heboh seperti ketika keduanya biasa berjumpa.
"..."
Namjoon mendadak hening.
Setelah menyadari keberadaan Taehyung di antara mereka, Namjoon langsung terdiam. Ia menghentikan seluruh aktivitas joged-joged gilanya dan kembali duduk manis di sofanya. Persis seperti seorang badut kelas yang baru saja kepergok guru BK.
"Taehyung-ah! Lama tak jumpaaaaa! Aaaakkkk!" Jimin heboh sendiri. Sedangkan Taehyung hanya terkekeh lemah sebagai responnya. Ini cukup aneh, batin Jimin.
"Kau hamil Jiminnie?" Taehyung bertanya dengan wajahnya yang terlihat, kusut?
"Umm, belum Tae. Doakan saja ya?" kata Jimin sambil membimbing Taehyung untuk duduk bersebelahan dengannya di sofa. Sedangkan suaminya sendiri, ia suruh untuk pindah tempat duduk ke sofa yang sama dengan yang tengah diduduki oleh Namjoon.
"Pasti Jiminnie, aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu," jawab Taehyung dengan suaranya yang cukup lirih. Tidak biasanya Taehyung kalem begini.
"Tae? Kau baik-baik saja kan? Wajahmu pucat sekali, bibirmu juga. Kau tidak sedang sakit kan?" Jimin mematut-matut wajah Taehyung dan menempelkan punggung tangannya di dahi sahabatnya tersebut. Tidak panas, hanya saja dahi Taehyung tampaknya berkeringat dingin.
Taehyung menggeleng pelan, memaksakan tersenyum walau air mukanya terlihat begitu lemah tanpa daya. "Mm, aku baik kok. Hanya saja, beberapa hari ini aku sering mual dan pusing di pagi hari," jawab Taehyung pelan.
"ASTAGA! TAEHYUNG!? KAU PUSING DAN MUAL DI PAGI HARI? MUNGKIN SAJA KAU HAMIL TAEHYUNGIE!" Oke, maafkan suara lumba-lumba Jimin yang mencapai tujuh oktaf itu.
"Ha-hamil?" Taehyung tergagap, ia cukup terkejut. Tentu saja terkejut, karena selama setahun ini dia tetap tidak kunjung hamil meskipun telah bertempur hampir tiap malam dengan Namjoon.
Ya, itu karena Taehyung selalu memonopoli Namjoon dan meminta jatah lebih banyak dibandingkan istri-istrinya yang lain. Untung saja Yoongi tidak begitu peduli dan Seokjin cukup kooperatif. Tidak tahu dengan Hoseok besok.
"Hah? Taehyung hamil?!" ini suara Namjoon yang tiba-tiba melotot kaget. Dari mana saja kau Kim Namjoon, kenapa loading-nya lama? Kagetnya telat begitu.
"Kau sudah tes kehamilan belum hyung?" kali ini Jungkook yang buka suara.
Taehyung menggeleng, "Belum, aku tidak punya testpack.." jawabnya lirih.
"Masa tidak punya? Bagaimana bisa?" Jimin sedikit heran dengan jawaban Taehyung yang berkata bahwa dia tidak punya testpack.
Namjoon masih shock di tempat duduknya sendiri dan menggumamkan kata-kata, "Taehyung hamil.. Taehyung hamil.. Taehyung hamil.." berulang kali.
Jungkook tampak merogoh saku belakang celananya dan mengeluarkan dompetnya. Dari dalamnya ia menarik keluar sesuatu—yang ternyata adalah sebungkus testpack.
"Ini, pakai ini saja dulu. Coba dicek saja hyung. Aku sengaja membawa ini kemana-mana untuk persiapan kalau-kalau Jiminnie hyung menunjukkan tanda-tanda kehamilan sedangkan dia sedang tidak bawa testpack," Jungkook menyodorkan sebungkus testpack yang masih tersegel kepada Taehyung.
Wah, Jungkook suami yang perhatian ya, pe-pe-pe mi-mi-mir sa-sa-sa, pemirsa! *ala Tukul*
"Iya Tae, ayo dicek dulu, kau mau aku temani?" Jimin menawarkan diri.
Taehyung mengangguk pelan, "Baiklah, tapi kau tunggu di luar kamar mandi ya? Jangan ikut masuk.." selorohnya.
Jimin menepuk dahi sendirinya keras-keras sampai berbunyi, "PLAK!"
Dasar lucu Jimin ini.
"Ouchhh, jidat kinclongku!" katanya sambil mengelus-elus dahi malangnya. Lalu kembali berkata, "Ya ampun Taehyung, tentu saja aku tunggu di luar, masa iya aku mau melihat otongmu? Kan aku sendiri juga punya.. Bagaimana sih kau ini?" Jimin geleng-geleng kepala.
Sedangkan para seme hanya cengoh menyaksikan tingkah uke mereka yang begitu absurd. Maklumi sajalah, alien and friends kan memang selalu absurd.
"Erm, Jimin-ah, kalau soal otong sih—kita semua juga punya keleus," celetuk Namjoon, diamini anggukan oleh Jungkook.
"Ahahahaa! Oh iya, aku lupa," Jimin terkekeh malu. "Ya sudah, kalian para seme tunggu di sini ya? Aku mau temani Taehyung dulu. Dan—Namjoon hyung! Berdoalah semoga hasilnya positif kekeke," Jimin nyengir jahil kepada Namjoon yang mulai terlihat ketar-ketir.
Dan setelahnya, Jimin menggandeng lengan Taehyung yang berjalan agak sempoyongan menuju toilet terdekat untuk mengecek urinnya dengan testpack.
"Namjoon hyung, kalau hasilnya positif itu artinya kau akan punya tiga bayi dalam waktu yang hampir bersamaan!" seru Jungkook sambil memberikan tatapan seriusnya pada Namjoon.
Namjoon melingkupi wajahnya dengan kedua tangannya, ia usap kasar wajahnya sendiri, lalu menarik napasnya keras-keras. "Huft.. iya Kook, tiga bayi dari tiga orang yang berbeda pula. Daebak! Hidupku kok begini amat ya Kook?"
"Sabar hyung, semua ini pasti ada hikmahnya. Tidak usah dibikin pusing hyung, disyukuri saja. Anggap saja ini rejeki nomplok, kalau kata peribahasa sih, ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula," Jungkook menepuk bahu Namjoon, menampilkan ekspresi menyemangati yang terbingkai di wajahnya.
*Please, izinkan saya ngakak dulu.. huahahahaa! Jungkook pinter ya.. peribahasanya anjay huahahaha, #ampunisaya, karena saya nggak bisa berehenti ngakak*
Dan seketika air muka Namjoon berubah hambar, sehambar air susu ikan. Eh, ikan kan tidak punya susu. Maaf, saya cuma ngelawak tapi ujungnya garing. Jadi, abaikan saya dan ayo balik lagi ke Namjoon.
"Kook, yang benar itu sekali dayung dua tiga pulau terlampaui keleeuss!" sewot Namjoon seraya menggeritkan giginya sambil berpura-pura mengangkat tinjunya.
"Salah hyung, yang benar itu sekali semprot tiga lelaki hamil semuanya!" Jungkook menimpali, tidak mau kalah rupanya.
"Kau itu yang salah. Mana bisa sekali semprot tiga lelaki hamil semuanya? Memangnya spermaku itu sperma mutant apa? Ya, tidak bisalah," Namjoon mulai absurd, mungkin ketularan Taehyung.
"Mm, begitu ya hyung? Lalu perlu berapa kali semprot hyung?" astaga Jungkook, kenapa dia jadi kepo sekaligus oneng begini.
"Kurasa—dengan Yoongi hyung hanya butuh sekali semprot, asalkan tidak pakai alat kontrasepsi. Dengan Hoseok, kira-kira butuh tiga kali semprot kalau tidak salah. Dan dengan si alien Taehyung itu—butuh ratusan kali semprot! Maklumlah, kan dia alien, berbeda spesies dari kita. Jadi, perlu usaha lebih keras untuk menembus sel telurnya," kata Namjoon panjang lebar, tangannya ia kibas-kibaskan ala orang perlente.
"Wah, daebak hyung! Kau bahkan bisa menghamili sesosok alien macam Kim Taehyung, hahahaha!" Jungkook terpingkal-pingkal sendiri karena membayangkan Namjoon bercinta dengan makhluk berwarna hijau dengan kepala besar dan tubuh kurus dengan dua sungut di atas kepalanya.
Jeon Jungkook mulai ketularan absurd juga pemirsa!
"Siapa yang menghamili alien?" celetuk sebuah suara dari belakang sofa tempat dimana Jungkook dan Namjoon mendaratkan bokong mereka dengan nyaman.
"EH COPOT! COPOT! COPOT!" Jungkook latah pemirsa. "Ya ampun Chim sayang! Mengagetkan saja! Kalau jantungku copot lalu aku mati bagaimana? Kau bisa jadi janda nantinya. Dan kalau kau menjanda, bisa-bisa Namjon hyung akan meminangmu sebagai istri kelima! Dan aku tidak bisa terima!" cerocosnya sepanjang rel kereta kuda.
Kereta kuda? Pakai rel? Jungkook pasti sudah gila. Oops, maksudnya pengarang cerita ini yang sudah gila hehe. Tentu saja tidak, saya waras kok. Buktinya bisa nulis cerita ini.
Jimin hanya garuk-garuk kepala sedangkan Taehyung tersenyum tipis, wajahnya tampak lebih berseri-seri kali ini.
You know why lah.
"Ide bagus Kook! Terima kasih atas inspirasinya! Nah, Jiminnie, sering-seringlah buat Jungkook kaget supaya dia cepat mati. Nanti kalau sudah mati, kau akan kujadikan istri kelima hahahaha!" tawa Namjoon yang langsung dihadiahi tatapan membunuh oleh Jungkook.
Mungkin kalau tatapan bisa membunuh, Namjoon pasti sudah tewas saat ini.
"Ah, apaan sih Namjoon hyung ini. Kalau Jungkook mati ya aku ikut mati hyung. Jungkook kan kehidupanku, nafasku, detak jantungku, aliran darahku, neuron di otakku," oke Jimin mulai sok puitis yang ujung-ujungnya malah jadi lebay.
"Ciyee~ Ciyeee~ Chim, Chim.. Sejak dulu cintamu pada Jungkook memang tak pernah lekang oleh batu ya? Daebak! Aku kagum padamu!" ini Taehyung yang bilang.
"Tak lekang oleh waktu keleeus hyung," Jungkook mengoreksi.
"Iya itulah pokoknya Kook, hahaha," tawa Taehyung pelan, tubuhnya masih terasa lemas. "Umm, Namjoon hyung.. aku sudah cek pakai testpack barusan. Dan.. selamat hyung! Kau akan segera jadi ayah dari anakku!"
Taehyung langsung menyerbu Namjoon, duduk di pangkuannya, lalu menangkup pipi Namjoon untuk melumat bibirnya dengan penuh nafsu.
"Mmmhhh.. mmhhh..aaahhh.."
Akhirnya pagutan bibir Namjoon dan Taehyung lepas juga setelah beberapa saat lamanya. Sedangkan pasangan Kookmin hanya melongo sambil berpandangan satu sama lain. Memang benar, Kim Taehyung benar-benar 'menyeramkan'.
"Namjoon hyung, sepertinya aku mulai mengidam.." Taehyung bergelayut manja di leher Namjoon, membuat empunya menahan napas karena merasa sedikit ngeri dengan makhluk yang menempel padanya saat ini.
"Mm, apa yang kau inginkan sayang?" tanya Namjoon, suaranya dibuat semerdu kicauan murai di pagi hari.
"Hmm, aku ingin otongmu memasukiku sekarang.." celetuk Taehyung dengan wajah polos yang dibuat-buat.
"A-astaga!" Namjoon menepuk dahinya sendiri. Oh, well...
"KAMI PAMIT PULANG!" seru duo Kookmin serempak.
Dan dalam sekejap keduanya menghilang dari pandangan.
"Hey! Kookmin.. jangan pergi- mmmhhh, T-Tae..mmhhh..masukhh kamar dulu- mmhh.."
Akhirnya Namjoon pun menggendong Taehyung—yang menggelayuti tubuhnya seperti Koala yang menempel pada pohon eukaliptus—ke kamar mereka untuk melanjutkan sesuatu yang membuat Taehyung mengidam.
BLAM!
Suara debuman pintu yang ditendang kasar.
Selanjutnya?
Hanya suara desahan nikmat dan geraman rendah dari dua orang yang tengah melakukan penyatuan sampai ranjangnya berdecit-decit.
You know why lah.
END
.
.
.
Kalau udah baca, terhibur, dan bisa ketawa
TOLONG REVIEW
.
Karena anda suka baca fiksi saya
Dan
Saya suka baca review anda
.
.
NOTE:
Ini rada saru, ambigu, dan gak lucu.
.
Kamis, 8 September 2016
02:22 PM
