GROWL
Author : WandaPark
Main Cast :
Lee Jihoon
Kwon Soonyoung
Rating : T
Genre : Romance, Fantasy, Lit comedy
Warning : GS!UKE, Typo(s) bertebaran, alur kecepetan, gak jelas.
N/A : Cerita ini pernah aku upload di akun fbku dengan cast Sehundan oc. Jadi kalo ada yang merasa pernah baca, itu cerita aku juga.
.
.
.
.
"Step away from my girl, or you'll get hurt."
Aku sudah memperingatkanmu. Dengarkan.
Semua ini berbahaya sekarang. Sungguh berbahaya.
Jangan terus memaksaku. Sesuatu yang buruk akan terjadi.
Aku bahkan tidak bisa mengontrol diri ini.
Angin semilir berhembus pelan. Menyejukkan setiap orang yang terkena terpaannya. Tapi tidak dengan dua orang laki-laki yang sedang berada di atap sekolah itu. Ini masih pukul lima sore, tapi suasana di sana begitu mencekam.
"Dengar baik-baik. Jangan pernah kau mendekatinya! Atau kau akan mati!" Seorang laki-laki berteriak dengan kesal. Wajahnya yang putih pucat memerah menahan emosi. Matanya yang semula cokelat karamel berubah menjadi merah menyala. Ia memandang laki-laki di hadapannya tajam. Seolah-olah tatapannya dapat menusuk laki-laki itu sekarang juga.
Laki-laki yang ada di hadapannya tertawa meremehkan. "Apa hakmu, Kwon Soonyoung?"
Kwon Soonyoung mengepal tangannya. Menahan emosi yang sebentar lagi akan membuncah kalau ia tak mampu mengendalikannya. "Tentu saja itu hakku. Dia gadisku!"
"Sejak kapan? Bukankah kalian tak pernah berpacaran? Bahkan kalian tak saling mengenal."
"Memang. Tapi dia targetku. Dan dia milikku," jawab Soonyoung setenang mungkin.
"Benarkah? Tapi sayangnya aku sudah…" Laki-laki itu mendekat kearah Soonyoung dan berbisik, "…menciumnya."
BUGH!
Soonyoung mencengkram kerah laki-laki itu dan mendorongnya ke dinding. Membuat punggung laki-laki itu berbenturan dengan tembok sangat keras. Menciptakan bunyi gedebum yang keras. Bukannya kesakitan, laki-laki itu malah menyeringai.
"Apa yang kau lakukan, Choi Seungcheol?! Kau mau mati, huh?!" teriak Soonyoung yang sudah kehilangan kendali. Akal sehatnya sudah tidak bekerja lagi sekarang. Yang ia tahu, ia akan membunuh laki-laki itu saat itu juga.
Seringaian Seungcheol masih nampak jelas. "Bisa apa kau?"
BUGH!
Tubuh Seungcheol terkapar di lantai. Ia mengelus darah di sudut bibirnya yang sobek. Pukulan telak dari Soonyoung berhasil mendarat di pipi kirinya. Ia tersenyum mengejek ke arah Soonyoung yang sedang berdiri di hadapannya sambil menatapnya tajam. "Hanya itu?"
"Kau! Aku jamin, kau akan menyesal setelah ini, brengsek!" ucap Soonyoung dengan menekan kata menyesal. Soonyoung mengucapkannya dengan tenang, tapi kental akan sebuah ancaman. Ia mendekati Seungcheol.
BUGH!
BUGH!
BUGH!
Soonyoung memukul Seungcheol bertubi-tubi. Tidak peduli bahwa laki-laki itu akan mati karenanya. Ia tahu Seungcheol bukan tandingannya. Jelas Seungcheol akan kalah jika bertarung dengannya. Seungcheol hanyalah manusia biasa. Sedangkan ia? Ia adalah seorang Werewolf. Tidak mungkin manusia biasa dapat mengalahkan seorang werewolf. Dan bukankah ia sudah memperingati laki-laki itu? Kalau ia tidak akan segan-segan membunuhnya.
Soonyoung berdiri dan menatap tubuh Seungcheol yang sudah terkapar dengan mengenaskan. Seungcheol tak sadarkan diri. Luka tercetak di seluruh tubuhnya dengan darah membanjari tubuhnya. Nafas Soonyoung tersenggal. Ia tahu, Seungcheol masih hidup. Ia bisa saja melakukan yang lebih dari ini. Bahkan ia bisa saja mengoyak dadanya, mengambil jantungnya dan memakannya. Bukankah itu bagus? Dengan begitu, ia bisa dengan cepat menjadi manusia normal. Tapi bahkan Soonyoung terlalu jijik untuk memakan jantung Seungcheol.
"Bukankah aku sudah memperingatkanmu? Kau yang memaksaku melakukan ini. Aku tidak bisa mengontrol diriku sendiri kalau sudah menyangkut gadis itu," ucap Soonyoung dan meninggalkan Seungcheol. Ia segera turun ke lantai dasar dan pulang. Tidak mempedulikan Seungcheol yang terkapar dengan sangat mengenaskan. Mungkin besok akan ada berita heboh di mading sekolah. Masa bodoh. Ia sama sekali tak peduli.
Nafas ini terus tercekat saat kau berjalan ke arahku.
Saat kau tersenyum padaku.
Sepertinya, kau juga tertarik padaku.
Oh, tatapanku terhalau saat perlahan kau menatapku.
Soonyoung berjalan di koridor sekolahnya hendak menuju kelasnya. Ransel cokelatnya tersampir di pundak kirinya. Tidak lupa dengan jalannya yang cool. Membuat siapa saja yang melihat akan terpesona dengan karismanya. Lihatlah. Sekarang semua siswi yang berada di koridor, langsung mengeluarkan pujian-pujiannya begitu melihat Soonyoung.
Langkah Soonyoung terhenti ketika ia melihat kerumunan siswa dan siswi di depan mading. Ia menyeringai begitu mengetahui apa yang ada di mading. Ia melanjutkan langkahnya, tapi langkahnya kembali terhenti ketika ia melihat gadis itu. Gadis yang sedang duduk dengan tenang di salah satu bangku panjang yang disediakan di koridor. Gadis itu duduk dengan manis dengan sebuah buku di tangannya.
Bahkan dengan hanya membaca buku, gadis itu terlihat begitu mengagumkan, batin Soonyoung frustasi. Frustasi karena gadis itu terus saja menari-nari di pikirannya.
Nafas Soonyoung tercekat. Sepersekian detik ia tak bernafas tatkala gadis itu mengangkat kepalanya dan menoleh ke arahnya. Nafas Soonyoung makin tercekat ketika gadis itu menutup bukunya dan berjalan ke arahnya.
Apa Soonyoung bermimpi? Apa ini hanya halusinasinya saja? Kenapa ia melihat bahwa gadis itu sedang berjalan ke arahnya? Ah, apa itu? Kenapa ia juga melihat bahwa gadis itu tersenyum ke arahnya? Apa dia sudah gila? Atau mungkin orang yang dimaksud gadis itu bukan dia? Ah, mungkin saja.
Soonyoung menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Berusaha mencari orang lain yang dituju gadis itu. Banyak orang. Ia kembali menatap gadis itu dan terkejut bukan main.
"K..kau?" tanya Soonyoung gugup. Bagaimana tidak? Gadis itu sudah ada di hadapannya dan tersenyum ke arahnya. Oh Tuhan, kenapa senyuman itu begitu manis? Oh tidak! Nafasnya! Udara?! Kemana semua udara?! Kenapa tiba-tiba menghilang?!
"Maaf, Soonyoung-ssi. Aku hanya ingin mengembalikan ini. Sepertinya terjatuh." Gadis itu mengulurkan tangannya yang memegang sebuah kalung. Kalung berbandul kepala serigala dan di tengahnya bertuliskan namanya, Kwon Soonyoung. Tapi tunggu, dari mana gadis itu tahu namanya?
"Kenapa ramai sekali?" Jihoon melangkahkan kakinya menuju mading yang dikerubungi banyak orang. Ia sedikit melihat tulisan dari celah orang-orang yang ada di depannya. 'Choi Seungcheol, anak dari pemilik sekolah, ditemukan tergeletak dengan sangat mengenaskan di atap sekolah. Belum diketahui penyebabnya, karena sampai saat ini korban masih belum siuman.' (n/a : Ugh ini berita apa? Gua gak bisa bikin mading :"3 anggep aja bahasanya bener lah :"v)
Jihoon menghela nafas. Aku kira ada apa. Ternyata hanya itu.
Gadis itu berjalan menjauh dari kerumunan. Sama sekali tidak menghiraukan berita yang sedang menjadi trending topic di sekolahnya. Ia duduk di salah satu bangku koridor dan mengeluarkan bukunya. Ia membacanya dengan tenang. Membaca memang menjadi kegemarannya sejak kecil.
Jihoon mengangkat kepalanya ketika merasa ada yang sedang menatapnya. Dan ternyata benar, ketika ia menoleh ke kanan, ia menemukan seorang laki-laki yang kelewat putih dan tinggi sedang berdiri dan menatapnya. Tunggu, bukannya laki-laki itu Kwon Soonyoung? Sedang apa dia menatapnya?
Jihoon teringat sesuatu, lalu ia berjalan ke arah Soonyoung. Ia berjalan sambil tersenyum manis ke arah Soonyoung. Tapi anehnya, laki-laki itu malah menengok ke kanan dan ke kiri seolah sedang memastikan dirinyalah yang dituju Jihoon. Sampai Soonyoung tak menyadari bahwa Jihoon sudah ada di depannya.
"K..kau?" Apa hanya perasaannya, atau memang benar? Nada suara Soonyoung terdengar seperti orang gugup. Entahlah.
"Maaf, Soonyoung-ssi. Aku hanya ingin mengembalikan ini. Sepertinya terjatuh," ucap Jihoon dengan mengeluarkan kalung yang kemarin malam ia temukan di jalan.
Kemarin malam ia sedang berjalan di gang sepi setelah membeli makanan pesanan ibunya. Tapi ketika ia sedang berjalan sembari membaca buku, kakinya tak sengaja menginjak sesuatu. Ia membungkuk dan mengambilnya, dan ternyata itu adalah kalung berliontin kepala serigala yang di tengahnya bertuliskan nama seseorang, yaitu Kwon Soonyoung. Karena ia merasa Kwon Soonyoung yang ada di kalung itu adalah Kwon Soonyoung yang ia kenal–kenapa ia mengenal Soonyoung? Karena temannya, Jeon Wonwoo, hampir setiap hari membicarakan dan memuji Soonyoung. Dan mereka berdua, Jihoon dan Soonyoung, juga sekelas–jadi ia membawanya dan akan mengembalikannya besok.
Alis Jihoon bertautan karena melihat Soonyoung hanya diam memandanginya. "Soonyoung-ssi? Kau tidak apa-apa?" tanya Jihoon khawatir.
Soonyoung mengerjapkan matanya. "Ah? Tidak apa-apa. Ada apa?"
Ada apa? Berarti dari tadi Soonyoung tidak mendengar ia berbicara? "Aku ingin mengembalikan ini. Apakah ini milikmu?" tanya Jihoon sembari memiringkan kepalanya.
Soonyoung mengamati kalung itu dengan alis bertautan. Dan tak lama ia mengambil kalung itu dari tangan Jihoon. "Benar. Kau menemukannya dimana?" tanya Soonyoung dingin.
Jihoon mendelik. Apa yang bagus dari seorang Kwon Soonyoung? Berbicara pun sedingin itu. "Kemarin malam saat aku sedang keluar, aku menemukannya di gang sepi di dekat rumahku."
"Oh, baiklah. Terimakasih." Dan Soonyoung berlalu begitu saja dari hadapan Jihoon.
Gadis itu mendelik lagi. "Dasar laki-laki aneh," gerutu Jihoon kesal. Ia membenarkan letak ransel di punggungnya dan berjalan menuju kelasnya.
Suara deru nafasmu bahkan terdengar jelas di telingaku.
Kau, sungguh membuatku gila.
"Ap…apa yang kau lakukan?" Jihoon terus berjalan mundur ketika Soonyoung perlahan mendekat padanya. Berusaha menciptakan jarak walau hanya beberapa senti.
Tadi saat ia sedang berjalan menuju rumahnya dan melewati gang kecil, tiba-tiba Soonyoung muncul di hadapannya begitu saja. Ini sudah malam dan gang itu sangat sepi. Hanya ada mereka berdua di sana. Itu yang membuat Jihoon takut. Walau ia tahu Soonyoung orang baik, tapi tetap saja Soonyoung adalah seorang laki-laki dan ia adalah seorang gadis.
Soonyoung terus berjalan mendekat ke arahnya. Jantungnya sudah berdegup di luar batas. Seakan-akan jantung itu akan menembus tulang rusuknya saat itu juga. Ia terus berjalan mundur dan langkahnya berhenti ketika punggungnya berbenturan dengan sesuatu. Jihoon menoleh ke belakang dan ia merutuk dalam hati. Kini ia tak bisa mundur lagi, punggungnya sudah berbenturan dengan tembok dan Soonyoung makin mendekat ke arahnya.
"Soo…Soonyoung-ssi, kumohon berhenti di…disitu," ucap Jihoon saat Soonyoung sudah berjarak kurang lebih satu meter darinya. Dan apa itu? Kenapa dia menunjukkan smirknya? Oh tidak! Jantung Jihoon semakin berpacu dengan cepat kala Soonyoung sudah tepat berada di hadapannya.
Soonyoung menghimpit tubuh Jihoon di tembok dengan tubuhnya. Kedua tangannya ia letakkan di samping kepala Jihoon. Mencegah gadis itu untuk kabur.
Kini nafas mereka berbenturan mengenai wajah masing-masing. Jihoon memejamkan kedua matanya karena takut.
"Jangan takut, Jihoon. Aku tidak akan menyakitimu." Mata Jihoon terbuka ketika mendengar suara lembut itu. Suara lembut? Iya, suara lembut. Dan suara lembut itu berasal dari Soonyoung, Kwon Soonyoung.
"Ta..tapi, bisakah k..kau menjauhkan tubuhmu?" ucap Jihoon sambil menunduk. Ia tidak berani menatap Soonyoung. Bayangkan! Jarak wajah mereka berdua tidak lebih dari sepuluh senti. Dan Jihoon bisa merasakan nafas hangat Soonyoung membentur wajahnya.
"Tidak bisa," jawab Soonyoung singkat. "Bisakah kau menatapku?" tangan Soonyoung menyentuh dagu Jihoon dan mengangkat wajah gadis itu agar menatap matanya.
"Ada apa?" tanya Jihoon setenang mungkin.
"Maukah kau…" Soonyoung mendekatkan wajahnya pada Jihoon dan berbisik tepat di depan wajah gadis itu.
"Soo…Soonyoung-ssi, kumohon berhenti di…disitu," ucap Jihoon. Soonyoung hanya menunjukkan smirk mematikannya.
Tadi saat pulang sekolah, Soonyoung sengaja mengikuti Jihoon. Ia ingin menyatakan sesuatu yang menurutnya sangat penting. Ia tak ingin Jihoon didekati laki-laki lain selain dirinya.
Setelah Soonyoung sudah berada di hadapan Jihoon, ia menghimpit gadis itu. Mengunci pergerakan Jihoon dengan tembok dan tubuhnya agar gadis itu tak mengelak. Soonyoung bisa merasakan nafas Jihoon membentur halus wajahnya.
Sial! Hanya dengan merasakan nafasnya saja sudah mampu membuatku gila! rutuk Soonyoung dalam hati.
Soonyoung melihat Jihoon memejamkan kedua matanya. Wajah Soonyoung melembut. Ia tersenyum lembut. Lihatlah! Bahkan Jihoon mampu membuat Soonyoung yang terkenal dingin dan pendiam, tersenyum lembut seperti itu. Benar-benar kejadian yang sangat langka.
"Jangan takut, Jihoon. Aku tidak akan menyakitimu," ucap Soonyoung lembut.
"Ta..tapi, bisakah k..kau menjauhkan tubuhmu?" ucap Jihoon sembari menunduk. Soonyoung terkekeh mendengarnya.
"Tidak bisa," jawab Soonyoung singkat. "Bisakah kau menatapku?" Soonyoung mengangkat dagu Jihoon. Hatinya berdesir. Darahnya mengalir sangat deras dan bertumpu pada jantungnya, menyebabkan debaran dahsyat itu. Debaran saat setiap kali Jihoon menatapnya.
"Ada apa?"
"Maukah kau…" Soonyoung mendekat pada Jihoon dan berbisik, "…jadi milikku?"
-TBC-
Aku balik lagi dengan membawa ff chapter jreng jreng /tepuk kaki/
Gimana? Gak dapet feel? Alur gak nyambung? Sorry yaaa aku author amatir hikseu :" /susut ingus/
Kalo udah baca tinggalin jejak yaw biar aku semangat juga nulisnya :" sedih tau view 83 yang review cuma 2 :" /lap ingus/
Bye! sampai jumpa di chap berikutnya! ^0^)/
Tangerang Selatan, 07 September 2016
WandaPark
