Imprint

Pair:

Kim Namjoon x Kim Seokjin

Rate: M

Genre: Fantasy, Drama, Romance, Hurt.

Length: Parts

Summary:

Sebagai seorang Omega, Seokjin akan tahu siapa pasangannya ketika dia bertemu dengannya dan dia selalu menantikan hari itu tiba. Tapi ketika akhirnya Seokjin menemukan sosok yang ditakdirkan untuknya, dia justru mengerahkan segala cara untuk melarikan diri dari dia yang sudah ditakdirkan untuknya. / NamJin, BL, ABO!AU.

.

.

.

.

.

.

.

.

Part 1: Fate

Seokjin adalah Omega. Omega jantan yang memiliki tingkat fertilitas sangat baik dan memiliki wajah yang cantik walaupun dia adalah pria. Tahun ini Seokjin berusia dua puluh dua tahun dan seharusnya dia sudah mendapatkan Alpha. Alpha yang nantinya akan menjaganya dan melindunginya seumur hidupnya.

Sebagai Omega, dia akan tahu siapa Alpha yang ditakdirkan untuknya ketika dia melihatnya, ibunya mengatakan kalau sensasi yang akan dirasakan Omega saat bertatapan dengan Alphanya tidak akan bisa dijelaskan dengan kata-kata. Yang dia tahu hanyalah pria itu ditakdirkan untuknya dan seluruh perhatian sang Omega akan terpusat pada sang Alpha yang ditemuinya.

Untuk mengetahui siapa Alphanya, Seokjin hanya perlu menatap matanya dan menghirup aroma dari sang Alpha. Aroma dari dia yang telah ditakdirkan untuknya akan terasa berbeda, tidak sama dengan aroma Alpha asing yang akan mendominasi dan membuatnya ketakutan, aroma dari Alpha yang ditakdirkan untuknya akan membuat sang Omega merasakan ketenangan luar biasa.

Seokjin saat ini berada di sebuah universitas dan dia mengambil jurusan analisis kimia. Dia bertekad untuk bekerja di laboratorium sejak dia kecil dulu dan dia akan berusaha mewujudkannya. Banyak yang skeptis akan keputusan Seokjin karena dasarnya takdir Omega adalah untuk diam di rumah dan mengurus Alpha serta bayi-bayi mereka.

Tapi Seokjin adalah pria dan semua pria akan memiliki ambisi yang tinggi. Dia bertekad untuk meneruskan cita-citanya dan mencoba bernegosiasi dengan Alphanya kelak untuk mewujudkan ambisinya. Tentu saja jika Alphanya menolak maka Seokjin pasti akan menurutinya, biar bagaimanapun juga melawan Alpha adalah sebuah pantangan besar bagi Omega.

Kaki ramping Seokjin berjalan menyusuri koridor untuk menuju kelasnya ketika dia mendengar seseorang memanggilnya. Omega berambut coklat lembut itu menoleh dan dia melihat sosok Omega lainnya yang memiliki rambut hitam kelam tengah berlari kecil ke arahnya, itu adalah adik tirinya, Jeon Jungkook.

Jungkook adalah anak dari teman baik ayahnya yang diasuh oleh kedua orangtuanya setelah kedua orangtua Jungkook meninggal. Jungkook tetap memakai marga keluarganya untuk menghormati sosok orangtuanya dan orangtua Seokjin tidak keberatan untuk itu.

Tapi walaupun mereka berdua saudara tiri, Seokjin sangat menyayangi Jungkook. Apalagi dia dan Jungkook hanya berbeda bulan dengan Jungkook yang lima bulan lebih muda dari Seokjin. Makanya Seokjin memutuskan untuk menepis formalitas yang ada dan meminta Jungkook memanggilnya dengan nama tanpa embel-embel lainnya.

"Kookie? Kenapa?" tanya Seokjin.

"Kau mau ke kelas?" tanya Jungkook balik dengan napas terengah karena berlari.

Seokjin mengangguk, "Kelasku dimulai dua puluh menit lagi."

Jungkook menegakkan tubuhnya seraya menarik napas panjang, "Aku ada janji dengan Taetae Hyung setelah kelasku selesai. Kau tidak keberatan pulang sendiri, kan?"

Seokjin mengangguk langsung, Taetae Hyung atau Taehyung adalah Alpha dari Jungkook. Dia ingat betapa cerianya Jungkook ketika menceritakan mengenai Taehyung pada Seokjin dua minggu lalu. Dia dan Taehyung tidak sengaja bertemu saat Jungkook dijebak oleh teman-temannya untuk pergi ke bar. Saat itu Taehyung yang memang tamu reguler di sana menolong Jungkook yang nyaris dilecehkan beberapa Beta hidung belang.

Sebenarnya Seokjin agak merengut saat Jungkook menceritakan Taehyung adalah Alpha yang gemar 'bermain di malam hari' karena mereka saja bertemu di bar. Tapi Jungkook mengatakan kalau Taehyung bersedia berubah demi dirinya dan Seokjin merasa jauh lebih lega.

Taehyung adalah Alpha populer di universitas mereka. Dia dan teman-temannya yaitu Jimin dan Namjoon merupakan golongan Alpha yang dipandang lebih tinggi daripada Alpha lainnya. Diantara mereka bertiga, hanya Namjoon lah yang belum memiliki Omega

Jimin sudah memiliki seorang Omega sejak lama dan Omeganya adalah seorang pria manis dengan kulit berwarna putih pucat dan rambut pirang bernama Min Yoongi. Sementara Namjoon adalah Alpha bebas yang sangat hobi memacari Omega tanpa Alpha dan juga para Beta.

Jungkook menghela napas, "Haah, rekan sejawatnya Tae Hyung berulah lagi." Jungkook berdecak kemudian dia menggeleng-geleng pelan.

Seokjin mengerjap bingung dan mengikuti arah pandangan Jungkook, di sana dia melihat sosok Namjoon yang sedang berdiri bersama dua orang Omega wanita dan mereka sedang membicarakan sesuatu entah apa tapi itu jelas bukan tema biasa jika melihat dari intimnya posisi mereka bertiga.

"Aku kasihan pada wanita yang nantinya akan menjadi Omega seorang Kim Namjoon." Jungkook menghela napas lagi, "Aku yakin dia tidak akan pernah berhenti 'jajan di luar'."

Seokjin mengerutkan dahinya, "Wanita?"

Jungkook mengangguk, "Namjoon Hyung sudah mendeklarasikan kalau dia hanya mau wanita yang menjadi Omeganya. Kurasa dia akan membunuh Omeganya jika itu pria. Jika dilihat dari manapun dia bukanlah sosok yang membutuhkan Omega, dia bebas berhubungan dengan siapapun. Lagipula menjadi Alpha kan memang enak, kalau dia tidak menerima Omeganya, dia bisa berhubungan dengan Beta dan membuang Omeganya."

Seokjin bergidik, "Itu mengerikan."

Jungkook menatap Seokjin dan tersenyum miring, "Tapi itulah yang dikatakan Taehyung Hyung padaku. Namjoon Hyung membenci Omega jantan karena baginya Omega jantan itu menjijikkan dan sosok dengan gender tidak jelas. Menurutnya, Omega jantan itu pria tapi mereka sangat lemah dan sangat suka didominasi. Aku ingat sekali reaksinya saat Taehyung Hyung mengenalkanku padanya. Tatapan matanya benar-benar terkesan jijik dan ketika Taehyung Hyung tidak melihat, dia mendecih jijik padaku. Kurasa dia menerimaku dan Yoongi Hyung karena kami adalah Omega dari teman baiknya."

Seokjin melirik Namjoon, Namjoon tidak menatapnya karena pria itu sibuk dengan dua gadis Omega di sampingnya. "Aku tidak tahu ada Alpha sekejam itu."

Jungkook mengibaskan tangannya, "Nah, Namjoon Hyung itu memang brengsek. Yoongi Hyung juga bilang untuk tidak berurusan dengannya kecuali terpaksa. Dan aku jelas melakukan itu, bagiku urusanku adalah dengan Alphaku, dia hanya teman baik Alphaku dan aku mencoba menjaga jarak sejauh mungkin dengannya."

Seokjin tersenyum kecil, "Aku yakin Alphamu akan menjagamu." Seokjin melirik Namjoon lagi, "Tapi benarkah dia akan membunuh Omeganya jika itu pria?"

Jungkook menatap Seokjin, "Kau tidak tahu? Dia pernah menghajar seorang Omega jantan karena menciumnya. Omega itu masuk rumah sakit dan koma selama dua minggu. Aku tidak tahu Namjoon Hyung itu memang homophobic akut atau apa, tapi kasus itu membuatnya mendapatkan detensi dari pemerintah karena melukai Omega yang jelas amat sangat jauh lebih lemah darinya. Dia dipenjara selama empat bulan."

Seokjin tersentak, wajahnya memucat. "Kuharap siapapun Omeganya nanti, dia bukanlah seorang pria."

Jungkook mengangguk setuju, "Aku juga berharap begitu."

.

.

.

.

.

.

.

Seokjin mengetuk pintu ruang kesehatan universitasnya dan saat dia mendengar suara yang menyuruhnya masuk, Seokjin langsung membuka pintunya. Ketika pintu terbuka, Seokjin langsung tersenyum saat melihat seorang pria yang sedang duduk di balik meja dengan kepala tertunduk dan pandangan yang tertuju pada lembaran kertas di hadapannya.

"Hoseok Hyung.." panggil Seokjin pelan.

Sosok dokter bernama Hoseok itu mengangkat kepalanya dan dia tersenyum saat melihat Seokjin. "Seokjin, masuklah."

Seokjin tersenyum riang dan melangkah untuk duduk di hadapan Hoseok. Hoseok atau Jung Hoseok adalah dokter universitas mereka sekaligus teman baik Seokjin. Seokjin adalah Omega jantan dengan tingkat fertilitas sangat baik sehingga Hoseok lebih memperhatikan kondisi kesehatannya dan memberikan berbagai tips serta jadwal konsultasi rutin untuk Seokjin.

Seokjin sangat menyukai Hoseok, sebagai dokter, Hoseok sangat professional. Dia juga menganggap Seokjin sebagai pasien sekaligus adiknya sendiri. Dan karena Hoseok adalah Beta, Seokjin sama sekali tidak khawatir harus berdekatan dengannya secara rutin. Lagipula Hoseok juga sangat menghormatinya sebagai Omega, Hoseok tidak pernah menyentuh kulitnya dengan sengaja, bahkan dia selalu meminta izin pada Seokjin saat melakukan pemeriksaan padanya.

Hoseok menggeser kertas-kertas di mejanya kemudian melepas kacamatanya, "Jadi, bagaimana? Sudah bertemu Alphamu?"

Seokjin menggeleng lucu, "Belum, bagaimana dengan hasil tes darahku minggu lalu?"

Hoseok membuka lacinya dan menarik keluar sebuah kertas, "Hasilnya bagus sekali, kau sangat sehat dan subur. Bahkan tingkat fertilitasmu meningkat dan itu adalah akibat dari sudah semakin matangnya organ reproduksimu." Hoseok menatap Seokjin, "Ketika kau bertemu Alphamu nanti, kau pasti tidak akan tahan untuk segera mating dengannya."

Seokjin memerah, dia tidak pernah terbiasa membahas topik ini. "Uhm, aku tahu."

Hoseok menyerahkan kertas yang dipegangnya ke Seokjin, "Kurasa kau akan bertemu dengan Alphamu sebentar lagi. Karena tubuhmu tidak akan bereaksi seperti ini jika memang waktunya masih lama." Hoseok meraih pulpen dan menulis sesuatu, "Untuk berjaga-jaga, aku akan memberikanmu obat pereda heat seperti biasanya. Ingat, kau hanya boleh meminumnya sebutir sehari saat kau sedang heat. Jangan pernah melebihi dosis itu."

Seokjin mengangguk, "Aku tahu."

Hoseok merobek kertas berisi resep obat untuk Seokjin dan menyerahkannya pada Omega itu, "Obat ini hanya bersifat sebagai pereda. Efeknya akan terasa manjur saat kau belum memiliki Alpha, tapi jika kau sudah bertemu dengan Alphamu, heatmu akan terasa lebih menyiksa dan mungkin obat ini tidak akan membantu banyak."

Mata Seokjin membulat secara otomatis, "Benarkah? Kalau begitu obat ini tidak akan manjur lagi?"

Hoseok mengangguk, "Hasrat Omega dalam dirimu akan membuatmu lupa segalanya. Obat ini tidak akan membantu. Makanya kau harus segera mengatakan pada siapapun yang menjadi Alphamu nanti kalau kau adalah Omeganya, jangan pernah menunda itu."

Seokjin mengangguk mantap, "Aku akan melakukannya." Kemudian dia menggigit bibirnya ragu, "Tapi bagaimana jika dia tidak menyukaiku?"

Hoseok tetawa, "Tidak akan ada Alpha yang tidak menyukaimu, Seokjin. Kalau saja aku Alpha, kau sudah kuklaim sejak dulu."

Seokjin menunduk dengan wajah merona, "Te-terima kasih.."

"Hmm, santai saja. Jangan lupa ceritakan padaku kalau kau sudah berhasil menemukan Alphamu. Aku sangat penasaran siapa kiranya yang beruntung mendapatkan pasien kesayanganku ini."

Seokjin tersenyum lebar, dia baru saja ingin mengucapkan terima kasih dan berjanji untuk bercerita pada Hoseok ketika pintu ruang kesehatan terbuka dengan keras.

Hoseok menatap pelaku penerobosan paksa itu, dia menghela napas pelan. "Sopan sedikit, Kim Namjoon. Aku sedang melakukan sesi konsultasi dengan pasienku."

Seokjin menegang, dia takut sekali saat mendengar kalau Namjoon saat ini berada di belakangnya. Dia mengkerut di kursinya dan menunduk dalam, berusaha tidak melihat Namjoon karena dia tahu Alpha itu membenci Omega jantan.

Namjoon berdecak pelan, "Hn, aku mau periksa rutin."

Hoseok menghela napas pelan, "Daripada memeriksakan dirimu terus-menerus, sebaiknya kau berhenti melakukan hobimu yang suka meniduri banyak orang. Aku sudah berulang kali mengatakan kalau kondom itu hanya sebagai pertahanan awal. Aku bosan terus-menerus melakukan pemeriksaan pada tubuhmu karena hobimu itu."

Namjoon mendengus, "Yang penting aku tetap sehat. Jadi, jangan banyak bicara dan cepat lakukan serangkaian tes itu."

"Sabar sedikit, Namjoon. Hormati sedikit pasienku yang masih ada di sini."

Namjoon melirik kepala Seokjin yang menunduk, "Omega?" ujarnya karena dia bisa mencium aroma manis tubuh Seokjin walaupun samar karena sepertinya Omega itu ketakutan.

"Ya, Omega kesayanganku." Hoseok menjawab kemudian dia berdiri dan berjalan ke arah kabinet berisi peralatannya yang berada di belakang mejanya.

Namjoon mendecih kemudian dia duduk di ranjang periksa yang ada di ruangan itu, "Jadi kau menjalin hubungan kotor dengan pasienmu? Tidak kusangka Hoseok yang sangat professional menyukai Omega, pria pula."

Hoseok berdecak sementara Seokjin semakin mengkerut takut.

"Dia pasienku, pasien kesayanganku. Dan kami tidak menjalin hubungan semacam itu. Aku professional." Hoseok menatap Seokjin yang terlihat gemetar, "Seokjin, kau boleh pergi sekarang. Jangan lupa menebus obatmu. Kita lanjutkan konsultasinya besok."

Seokjin mengangguk, dia memasukkan kertas berisi resep obatnya ke saku jaket dan bergegas keluar dari sana tanpa menatap Namjoon.

"Seokjin?" beo Namjoon saat Seokjin sudah keluar dari ruangan itu.

"Ya, Kim Seokjin. Kenapa? Tertarik?"

Namjoon berdecih, "Kau tahu aku benci Omega jantan. Mereka menjijikkan."

Hoseok mendesah lelah, "Mereka tidak menjijikkan, Namjoon. Berhentilah menghina Omega pria, kau akan kena hukum karma. Bagaimana kalau nantinya Omegamu adalah seorang pria?"

"Tidak akan."

"Kau tidak bisa berkata begitu. Kau tidak akan tahu siapa yang sudah ditakdirkan oleh Dewa untukmu."

Namjoon mendengus, "Kalau Omegaku adalah seorang pria, maka aku akan memutuskan ikatanku dengannya."

"Memutuskan ikatan itu sangat sulit. Itu sama saja dengan kau membunuh Omegamu."

"Ya kalau begitu aku akan membunuhnya saja."

Hoseok menghela napas pelan, dia sudah menyerah menasihati Namjoon. "Terserah kau saja. Aku mendoakan siapapun yang nantinya akan menjadi Omegamu bisa bersabar menghadapimu. Dan aku sangat berdoa semoga dia bukanlah Omega jantan."

.

.

.

.

.

.

.

Seokjin menghela napas pelan seraya menatap butiran air langit yang jatuh menghantam bumi. Kalau saja dia tahu sore ini akan turun hujan, Seokjin pasti lebih memilih untuk segera pulang ketika kelasnya selesai dan bukannya menghabiskan waktu di perpustakaan.

Sebenarnya Seokjin membawa payung, tapi dia tahu pakaiannya akan tetap basah walaupun dia memakai payung di tengah hujan deras seperti ini. Terlebih lagi dia harus berjalan menuju halte bus yang jaraknya sekitar 10 menit dari gedung universitasnya. Mata Seokjin melirik arlojinya, bus menuju apartemennya bersama Jungkook akan lewat di halte itu dua puluh menit lagi dan kalau Seokjin tidak pergi ke sana dia akan tertinggal bus itu dan harus menunggu 15 menit untuk menaiki bus berikutnya.

Kaki Seokjin bergerak gelisah, ujung sepatunya sudah basah terkena percikkan air hujan tapi Seokjin masih berdiri diam dengan mata tertuju pada hujan di hadapannya.

Hembusan udara dingin khas hujan membuat Seokjin sedikit bergidik. Apalagi dia tidak memakai jaket yang tebal karena saat ini memang baru memasuki awal musim gugur dan Seokjin tidak menduga hujan akan turun.

"Ck, hujan."

Seokjin menoleh ke arah asal suara dan dia tersentak saat melihat Namjoon berdiri di sebelahnya. Seokjin baru saja ingin memalingkan pandangan tapi Namjoon sudah menoleh lebih dulu dan mereka bertatapan.

Seketika itu juga semuanya menjadi buram untuk Seokjin, bahkan dia merasa suara hujan di sekitar mereka terdengar begitu jauh karena dia hanya terfokus pada mata Namjoon. Napasnya berhembus lambat karena dunianya seolah tersedot ke dalam pandangan mata Namjoon dan ketika angin berhembus di sekitar mereka Seokjin bisa menghirup aroma Namjoon dengan jelas.

Aroma Namjoon begitu menyenangkan dan menenangkan, seperti bau kayu pinus yang bercampur dengan petrichor. Sangat nyaman dan menenangkan, serta berbeda dari bau Alpha lainnya yang biasanya tercium kuat oleh Seokjin dan membuatnya takut karena merasa diintimidasi.

Seokjin tidak sadar kalau dia menutup matanya dan menikmati aroma Namjoon yang terasa membungkus dirinya.

'Hmm.. Alphaku..'

Suara batin di dalam dirinya menyentakkan Seokjin kembali ke alam sadarnya seketika itu juga. Matanya membuka dengan cepat dan dia melihat Namjoon masih memandangnya dan seketika itu juga ketakutan menyergapnya.

Seokjin menyadari kalau Namjoon adalah Alphanya, tidak mungkin dia akan bereaksi seperti itu jika Namjoon bukanlah Alphanya. Dan sekarang ketakutan terbesarnya membungkus tubuhnya, dia amat sangat ketakutan karena jika melihat dari wajah Namjoon, Alpha itu juga pasti sudah menyadari aroma tubuh Seokjin.

Alpha yang sudah ditakdirkan untuk Omega itu akan merasakan perbedaan besar saat menghirup aroma Omeganya. Biasanya aroma Omeganya akan terasa lebih manis, memikat serta merangsang dibandingkan dengan aroma Omega asing yang tidak memiliki ikatan dengannya.

Seokjin merapatkan jaketnya dan tanpa pikir panjang segera berlari meninggalkan Namjoon yang masih berdiri diam di posisinya. Dia takut Namjoon akan melukainya karena dia adalah Omega yang ditakdirkan untuknya dan dia adalah pria.

'Kurasa Namjoon Hyung akan membunuhnya jika Omeganya adalah pria.'

Ucapan Jungkook terngiang dalam pikiran Seokjin dan itu membuat langkahnya menjadi semakin cepat. Seokjin ketakutan luar biasa bahkan dia tidak berhenti sama sekali walaupun kakinya mulai kebas. Dia berhasil tiba di halte dalam waktu empat menit padahal seharusnya dia membutuhkan 10 menit untuk tiba di sini.

Seokjin jatuh terduduk di kursi plastik keras yang ada di halte dan perlahan dia mulai terisak.

"B-bagaimana ini.. a-aku tidak mau dia yang menjadi Alphaku.." Seokjin terisak hebat dan dia menutupi mulutnya dengan sebelah tangan, "A-aku tidak mau mati.."

To Be Continued

.

.

.

.

.

Ini proyek coba-coba. Habisnya silent reader banyak sekali, aku jadi malas menulis apapun karena kalau aku lebih galak dan tegas sedikit, justru kalian yang jauh lebih galak daripada aku.

Padahal kan memang wajar kalau aku marah soal silent reader, kenapa jadi kalian yang galak karena aku berubah menjadi lebih tegas? -_-

Kalian sungguh aneh -_-

Aku tidak bilang semua readerku begitu lho ya. banyak yang baik dan mendukungku untuk tegas soal silent reader kok. Tapi sebagian kecil reader yang 'aneh' ini membuatku bete.

Kalau kalian suka ini, ya aku usahakan lanjut asalkan kalian juga berusaha untuk menghargai aku. Aku tidak minta dipuja-puja macam kerang ajaib kok. Aku cuma mau tahu tanggapan kalian, sungguh.

Terus yang membuatku makin kesal ya mereka yang 'aneh' ini selalu guest, anonim. Kan aku jadi tidak bisa menjelaskan langsung soal ini -_-

Haah, sudahlah, kalau diteruskan nanti malah lebih panjang daripada fanfiksinya.

.

.

.

Ditunggu tanggapannya.

Kalau kalian suka, aku lanjut. Kalau tidak ya aku tidak keberatan menghapus ini kok.

.

.

Notes!

Katanya ada ff lain versi ChanBaek yang juga ABO!AU dan mirip ini. Jadi aku mau sedikit klarifikasi kalau ini pure hasil karanganku sendiri. Aku tidak remake atau jiplak atau terinspirasi atau lainnya. Kalau ada yang tahu apa ffnya dan siapa authornya boleh tolong PM aku? Aku mau klarifikasi duluan ke authornya sebelum aku dituduh plagiat soalnya urusan 'jiplak-menjiplak' itu sensitif di ffn.