Aku dan Kamu
Starring, Kwon Soonyoung-
Lee Jihoon
((Genderswitch-School Life))
by:
kwon-summer
/
/
Seungkwan bilang hari ini disekolah dan tepatnya dikelasku dan Seungkwan, akan ada anak baru. Katanya sih laki-laki, ada keturunan jepangnya dan kata Seungkwan juga kali ini aku harus berteman dengannya. Oh, padahal aku tidak tertarik.
Hai, Lee Jihoon disini.
Ini disekolah, sekolah berbasis asrama yang hanya akan pulang ketika liburan akhir semester atau ada keperluan diluar yang penting. Sekolah yang besar, ini sekolah nomor satu yang biayanya memang sangat mahal. Sebenarnya memang bukan untuk basis ekonomi keluargaku. Tapi aku mendapat keringanan karena aku pintar. Jadi aku bisa masuk sini, kakakku juga begitu. Btw, aku punya satu kakak perempuan.
Tidak populer seperti Boo Seungkwan. Jelas sekali, kutu buku seperti aku mana mungkin populer? Seungkwan itu populer sekali. Waktu aku masuk sini pertama kali, Seungkwan adalah orang pertama dan satu-satunya yang mengajakku berkenalan dan berteman.
Kami berada dikelas dua, dan aku beruntung selalu bersama Seungkwan. Dia yang terbaik, walaupun Seungkwan tipe orang yang berisik dan populer dia tidak pernah meninggalkan aku.
Bel sudah berdering 20 menit yang lalu dan kali ini aku telat. Aku berjalan pelan menuju kelasku yang ada di ujung lorong dari tempatku berdiri sekarang. Lorong sepi karena yang lain sudah masuk. Sesekali aku melihat kedalam kelas yang aku lewati, beberapa ada yang sudah ada gurunya dan ada juga yang tidak ada.
"Jihoon haksaeng!" aku berbalik, dan menemukan dua orang yang melangkah menghampiriku. Satunya seorang guru yang kukenal dan yang lainnya seorang murid. Wajahnya asing, mungkin dia anak barunya?
Aku membungkuk sedikit menghormati guru tersebut ketika mereka berdua sudah sampai dihadapanku. Guru itu adalah Guru Kim, perempuan yang masih muda yang mengajar pelajaran Bahasa Asing.
"Ada yang bisa saya bantu, Ibu?" tanyaku sopan. Guru Kim mengangguk, "Tolong antarkan dia kekelasmu. Dia ini Kwon Soonyoung, anak baru dikelasmu. Tolong ya, Jihoon. Ibu harus mengurus kelas yang tidak ada gurunya. Ibu tinggal kalian berdua. Ibu pergi dulu." Guru Kim langsung meninggalkan aku dan Soonyoung ini berdua tanpa basa-basi. Suasana canggung melingkupi aku dan dia.
"Eum, aku Jihoon, satu kelas denganmu. Salam kenal. Ayo kekelas." dengan canggung aku mengajaknya berjalan. Dia mengangguk lalu mengikuti aku dengan berjalan dibelakang.
"Kau telat, Jihoon-ssi?" aku yang diam saja langsung menoleh ketika sadar kalau Kwon Soonyoung ada disebelahku dengan tatapan mengarah kedepan.
"Ya." kujawab singkat.
Hanya itu. Setelah itu kami diam sampai berada didepan kelas. Suara kelas hening, hanya ada suara Guru yang sedang menjelaskan pelajaran. Aku mengetuk pintu dan sautan disana yang menyuruhku masuk. Aku membuka pintu dan melangkah masuk diikuti Soonyoung. Sadar tatapan tanya dari siswa-siswi dikelas, aku tidak peduli. Yang aku pedulikan apa Soonyoung akan menyelamatkan aku dari hukuman guru ini karena aku telat? Ayolah, tradisi memperkenalkan diri ketika ada anak baru. Pikiranku akan akan disuruh duduk, tapi ternyata tidak. Menyebalkan.
"Jihoon? Telat lagi? Kau ini kenapa sih, Jihoon? Setiap hari telat terus. Berdiri lah disini. Kau akan aku hukum setelah ini." Guru tersebut menunjuk dekat kursi meja Guru. Aku melangkah kearah sana dan berdiri menunduk.
"Nah, kau anak baru. Silahkan memperkenalkan dirimu."
"Halo, aku Kwon Soonyoung. Sebelumnya aku sekolah di Jepang. Aku pindah karena pekerjaan Ayahku yang dipindah tugaskan di Korea. Semoga kita bisa berteman baik."
Aku menghela nafas. Soonyoung disambut baik disini, karena Soonyoung tampan juga mungkin. Aku tidak yakin, perawakannya juga sepertinya asik. Bisa kulihat dari sini, Seungkwan bahkan bisa langsung akrab dengan Soonyoung ketika Soonyoung duduk didekatnya. Mereka sebangku sekarang.
Lalu aku dibawa keluar dari kelas menuju suatu tempat untuk menjalankan hukumanku, dan itu adalah perpustakaan. Mungkin aku disuruh membantu Nona Min disini? Karena dia sama sekali tidak ada yang membantu untuk mengurus perpustakaan yang besar ini.
Semangat, Ji.
/
Soonyoung memperhatikan Guru yang sedang mengajar dengan serius. Walaupun ketinggalan karena dia baru masuk tapi tidak apa, dia bisa meminjam catatan pada orang yang rajin dikelas ini.
Tapi kegiatan memperhatikan Guru terusik karena siswi disebelahnya sangat mengganggunya dengan aktifitas gelisahnya yang tidak jelas. Dia adalah Seungkwan.
"Seungkwan, kau tidak apa-apa?" Soonyoung bertanya. Seungkwan yang terus melirik pada ponselnya menoleh. "Hah? Kau bicara sesuatu Soonyoung oppa?" Soonyoung tersenyum tipis. Seungkwan tidak fokus.
"Kau kenapa? Terjadi sesuatu?"
"Ah, ini soal Jihoon. Dia dihukum. Hukuman Guru Ahn itu tidak main-main. Aku khawatir pada Jihoon eonni." Soonyoung mengangguk-angguk mengerti. Ini soal perempuan mungil yang mengantarnya tadi. Soonyoung memutuskan untuk kembali memperhatikan.
"Disuruh membantu Nona Min? Jihoon eonni diperpustakaan?" gumam Seungkwan. Soonyoung melirik sebentar.
"Aku harus membantunya."
Soonyoung pikir Jihoon dan Seungkwan dekat sekali, sehingga ketika Jihoon ada dihukum, Seungkwan ingin membantu. Memang dijaman sekarang ini siapa yang mau membantu seorang teman yang di hukum kecuali sahabat sehidup semati?
"Guru Ahn! Aku ingin ke-toilet!" suara menggelegar Seungkwan memecah keheningan kelas. Guru Ahn yang sedang menulis berbalik dan menghela nafas menyadari kalau itu Seungkwan. "Tidak, kau bukan ke-toilet tapi kau ingin menyusul Nona Lee kan?" Soonyoung mengernyit mendengar larangan Guru Ahn. "Saya tidak peduli. Friendship never ends. Ketika teman sedang kesulitan aku harus membantunya, Guru Ahn. Jihoon eonni mungkin belum sarapan karena bangun telat lagi. Jadi, permisi Guru Ahn." Selesai berbicara seperti itu, Seungkwan berdiri dari tempat duduknya dan berjalan keluar kelas. Soonyoung terus mengikuti pergerakan Seungkwan sampai Seungkwan tidak terlihat.
Ketika menatap Guru Ahn lagi, dia malah tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Tidak ada raut marah sama sekali. Soonyoung dibuat heran dengan itu.
/
/
"Jihoon, Seungkwan. Terimakasih sudah membersihkan perpustakaan ini. Ini untuk kalian dariku. Kalian pasti lapar kan?" Itu Nona Min, dia itu masih muda, penjaga perpustakaan, dia menjaga perpustakaan untuk menghindari siswa-siswi yang pacaran di perpustakaan. Jihoon dan Seungkwan termasuk dekat dengan Nona Min. Walaupun tidak pernah membersihkan perpustakaan, dia hanya merapihkan buku yang tidak diletakkan kembali. Tapi Nona Min itu baik. Contohnya sekarang, dia membelikan Jihoon dan Seungkwan paket makanan dikantin.
"Sama-sama, Nona Min. Terimakasih juga untuk makanannya." Jihoon dan Seungkwan membungkuk sedikit. Nona Min mengangguk.
"Kami berdua pamit, Nona Min. Annyeong~" Pamit Jihoon dan Seungkwan. Mereka berdua pergi meninggalkan perpustakaan menuju kelas mereka Seungkwan terus digoda oleh siswa yang melihat mereka.
"Hai, Seungkwan. Kau tambah bersinar hari ini~!"
"Seungkwan, udah jajan aja? Makan bareng sini."
Seungkwan memasang wajah datar sepanjang jalan. Tidak suka dengan mereka yang menggodanya. Jihoon terkikik geli, dia memeluk lengan Seungkwan. "Kau semakin bersinar, Boo." ikutnya menggoda Seungkwan.
Seungkwan mendengus. "Diamlah, eonni. Aku sebal sekali dengan mereka!" Jihoon tertawa pelan. Dia mengacak rambut Seungkwan dibalas protesan Seungkwan karena rambutnya jadi berantakkan.
Jihoon dan Seungkwan mengobrol sepanjang perjalanan sampai dikelas. Ketika mereka masuk kelas sepi, mereka berdua kira tidak akan ada orang, tapi ternyata ada Soonyoung yang duduk dikursinya sedang mendengarkan musik.
"Ya oppa! Oi, Soonyoung!" panggil Seungkwan ketika berada di kursinya. Jihoon ada didepannya. Soonyoung membuka matanya dan terkejut melihat Seungkwan dan Jihoon. "Oh?! Kalian membuatku terkejut." Seungkwan mencibir. "Kau seperti Jihoon eonni kalau mendengarkan musik itu keras sekali sampai membuat orang mengiramu itu tuli."
Jihoon memukul lengan Seungkwan pelan. Seungkwan terkekeh. Kemudian mereka makan dengan tenang diselingi obrolan dengan Soonyoung juga.
"Sistem asrama disekolah ini sekamar itu perempuan dan laki-laki?" itu pertanyaan Soonyoung yang membuat Jihoon dan Seungkwan terseda karena terlalu tiba-tiba. Mereka berdua buru-buru minum.
"Kalian kenapa?"
Seungkwan menggeleng. "Ya, begitu. Sebenarnya banyak yang tidak setuju karena takut terjadi hal yang bukan-bukan. Tapi selama ini tidak ada keluhan. Mereka terlihat menikmati. Soalnya bisa jadi pacar sekalian. Beruntung kalau dapat yang cantik ataupun tampan." Seungkwan tertawa setelah bicara seperti itu.
"Kau sekamar bersama siapa Jihoon?" Soonyoung tiba-tiba bertanya pada Jihoon yang sedari tadi diam saja kecuali kalau tidak diajak ngomong. Seungkwan mengernyit, bukannya harusnya dia yang ditanya? Bukannya ingin ditanya cuma kan dia yang menjawab bukan?
"Aku sendiri."
"Apa disini bisa request teman sekamar?" Soonyoung kembali bertanya pada Seungkwan. "Tidak. Biasanya sudah ditentukan. Tapi aku tidak tau juga, mungkin bisa karena oppa itu anak baru."
"Jihoon, kita bisa jadi teman sekamar kan?" Jihoon yang fokus dengan makanannya langsung beralih menatap Soonyoung. Terkejut mendengar pertanyaan Soonyoung.
Seungkwan berpikir mungkin Soonyoung tertarik dengan Jihoon. Ketika tadi di pelajaran sebelum Seungkwan keluar, Soonyoung sempat beberapa kali menanyakan tentang Jihoon.
Jihoon belum menjawab karena bel masuk sudah berbunyi. Dia buru-buru pergi keluar untuk membuang sampahnya diikuti Seungkwan. Soonyoung tidak menuntut jawaban memang.
Jihoon yang kali ini duduk dengan Jungkook dibelakang sempat melirik Soonyoung beberapa kali.
/
/
Sore hari sehabis pulang, Soonyoung ditemani Seungkwan menemui Ketua Asrama. Ketua Asrama yang bernama Min Yoongi itu perempuan, anak kelas tiga yang punya pacar namanya Jung Hoseok. Ketika mengetuk pintu kamarnya, Yoongi keluar dengan wajah kantuknya.
"Ada apa? Seungkwan? Kau ada apalagi dengan Hansol?" Seungkwan terkekeh malu ketika Yoongi menanyakan itu. Hansol itu teman sekamarnya. Seungkwan sering curhat tentang Hansol kepada Yoongi. Yoongi itu pendengar yang asik selain Jihoon, Jeonghan dan Wonwoo.
"Eonni, aku hanya mengantarkan anak baru. Dia mau meminta kunci kamarnya." Yoongi mengangguk-angguk mengerti. Dia membuka pintu kamarnya dan menyuruh mereka berdua masuk.
Ketika masuk ke kamar Yoongi, Soonyoung dibuat kagum karena kamarnya luas seperti kamar di hotel berbintang lima. Kamar Yoongi termasuk rapih, simple dan memang nyaman. Ada ranjang kosong yang sepertinya tidak berpenghuni.
"Hoseok oppa dan Yoongi eonni itu pacaran jadi mereka tidur berdua seranjang." jelas Seungkwan. Soonyoung mengangguk mengerti. Mereka duduk diranjang yang tidak berpenghuni dengan Yoongi yang duduk di ranjangnya dengan laptop dipangkuannya.
"Nah, siapa namamu? Kau sekelas dengan Seungkwan ya? Biar aku data dan aku bisa memilih kau akan sekamar dengan siapa."
"Kwon Soonyoung." Yoongi mengetik sesuatu dilaptopnya.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan muncul seseorang. Soonyoung pikir mungkin itu Hoseok? Dia masuk dan langsung duduk disebelah Yoongi setelah meletakkan tas dan mencuci muka.
"Eonni, Soonyoung oppa ingin sekamar dengan Jihoon eonni." Yoongi menatap Soonyoung dengan tatapan yang sulit diartikan. Sementara Hoseok terlihat tersenyum dan mengelus kepala Yoongi. Seungkwan tersenyum tipis.
"Tidak."
Seungkwan sudah bisa menebak itu. Soonyoung terlihat kecewa ketika tidak diperbolehkan sekamar dengan Jihoon padahal entah kenapa dia ingin sekali bisa sekamar dengan Jihoon.
"Yoongi..."
"Tidak."
"Hey, tidak apa. Ini akan baik-baik saja. Berhentilah terlalu protektif terhadap Jihoon. Dia terkekang, kau tau?" Hoseok berbisik. Yoongi menatapnya tajam.
"Jihoon itu adik tirinya Yoongi. Eonni sangat protektif terhadap Jihoon. Contohnya ini." bisik Seungkwan. Soonyoung mengangguk.
"Baik-baik. Soonyoung akan sekamar dengan Jihoon. Kau tau? Aku hanya tidak ingin Jihoon kenapa-napa, dia hanya satu-satunya." Setelah berdebat dengan kekasihnya akhirnya Yoongi mengizinkan.
Hoseok terlihat mengambil sebuah kunci dan langsung memberikannya pada Soonyoung. "Kau sekamar dengan Jihoon. Tolong jangan apa-apakan dia karena Yoongi akan membunuhmu. Bisa dimengerti?" Soonyoung menerima kuncinya dan mengangguk mengerti.
"Ayo, oppa. Kita pergi. Sudah selesai kan, eonni?" Seungkwan berdiri diikuti Soonyoung. Yoongi mengangguk. "Serius, Soonyoung. Kau menyakiti Jihoon? Aku akan membunuhmu." katanya sebelum Seungkwan dan Soonyoung keluar.
"Aku usahakan tidak akan menyakitinya, sunbae. Aku permisi." kata Soonyoung dengan membungkuk lalu pergi.
Yoongi diam-diam tersenyum.
Hoseok mengangkat laptop dipangkuan Yoongi lalu meletakkan dikasur sebelah yang seharusnya jadi ranjangnya. Tapi dia memilih seranjang bersama Yoongi. "Kupikir Soonyoung tidak ada tampang mesum atau apapun yang bisa membahayakan Jihoon?" Hoseok merebahkan diri disisi Yoongi yang masih duduk menyenderkan punggung di sandaran kasur.
"Tidak ada yang tau. Memang kelihatannya polos tapi kau harus tau kalau orang polos justru lebih berbahaya dari orang yang berbahaya itu sendiri. Aku hanya tidak ingin Jihoon kenapa-kenapa, sayang. Jihoon adalah segalanya."
Hoseok menangguk mengerti. Yoongi punya semacam ketakutan dimasa lalu yang membuatnya sekarang ini sangat menjaga Jihoon. Tentu saja Jihoon yang kutu buku itu tidak suka dikekang oleh Yoongi. Yoongi melarang Jihoon melakukan ini-itu. Apapun yang menurut Yoongi akan membahayakan Jihoon.
"Jihoon akan baik-baik saja, sayang." Hoseok mengelus lengan Yoongi. Dia sungguh kasian dengan Jihoon yang sebenarnya ingin bebas dari keprotektifan kakaknya. Walaupun itu untuk kebaikan Jihoon juga, hanya saja kadang keprotektifan Yoongi itu berlebihan.
Berbeda dengan pikiran Yoongi, dia sangat sayang dengan Jihoon. Makanya dia menjaga Jihoon lebih dari apapun.
/
Kamar 1522
Soonyoung menghela nafas. Seungkwan bilang biasanya hari kamis Jihoon ada dikamar karena tidak ada kegiatan apapun. Koper berada disamping kakinya dan dia masih belum siap untuk masuk. Sudah 10 menit dia berdiri didepan pintu kamarnya.
'Oppa menyakiti Jihoon? Kau akan mati ditangan para manusia yang sayang sama Jihoon. Kutu buku begitu, Jihoon banyak yang sayang.'
Soonyoung ingat perkataan Seungkwan sebelum Seungkwan pergi karena ada janji dengan Hansol. Hey, kutu buku darimana? Tidak ada satu hal pun dari diri Jihoon bisa dikatakan kutu buku. Jihoon tidak pakai kacamata tebal, Jihoon tidak membawa buku-buku tebal, Jihoon juga stylish. Bagian mana dari Jihoon yang kutu buku?
Cklek
Soonyoung sadar dari lamunannya ketika suara pintu dihadapannya terbuka. Jihoon muncul disana dengan tanktop dan celana tidur motif beruang. Tampak manis.
"Soonyoung? Ada apa?"
"O-Oh, Hai Ji. Eum, i-itu. B-bagaimana ya? Aduh," Soonyoung berbicara gagap. Jihoon dibuat bingung. Dia menyenderkan tubuhnya dipintu yang sedikit terbuka.
"Apa?"
"Eum, ya. A-aku... sekamar denganmu. Ya, aku sekamar denganmu." Soonyoung mengelus bagian belakang kepalanya. Dia bisa melihat Jihoon yang terlihat bingung dan tidak percaya. "Kau yakin? Kakakku yang ketua asrama itu tidak pernah memperbolehkan seorang laki-laki untuk sekamar denganku." kedua tangan Jihoon bersedekap didada. Perempuan mungil itu memang tidak percaya.
"Hey, aku punya kunci kamar ini. Yoongi sunbae memberikannya padaku. Eh, tidak juga sih, Hoseok sunbae yang memberikannya." Soonyoung memperlihatkan kunci kamar 1522. "Kau bisa tanya Seungkwan jika masih tidak percaya. Seungkwan mengantarku tadi." lanjut Soonyoung.
"Baiklah, aku percaya. Ayo, masuk." Jihoon menyingkirkan tubuhnya dan membuka pintu lebih lebar, mempersilahkan Soonyoung masuk. Soonyoung membawa kopernya masuk kamar. Kamar Jihoon juga rapih kecuali dikarpet bawah lantai, itu ada beberapa kertas yang bertebaran, gitar, pensil, penghapus. Selebihnya rapih.
"Ah, maaf. Aku sedang menulis lagu tadi." ujar Jihoon dibelakang Soonyoung. Soonyoung meletakkan kopernya disisi kasur yang akan dia tempati.
"Kau menulis lirik?" Soonyoung membuka jas sekolah miliknya dan meletakkannya dikasur. Soonyoung membuka kopernya dan merapihkan semuanya diatas kasur, memisahkan satu setel pakain dan satu handuk serta peralatan mandi. "Ya, hanya mencoba. Kakakku adalah composer dan yah aku tertarik dengan itu." Jihoon sedang memetik senar gitar, mencoba mencari nada yang pas.
"Dilemari masih ada banyak tempat kosong, Soonyoung-ssi. Kau bisa menyusunnya sekarang, atau kau mau aku menyusunnya? Kau bisa mandi, aku yakin kau lelah." Jihoon melihat sepertinya Soonyoung bingung akan meletakkan bajunya dimana, jadi dia mengatakan itu.
Soonyoung memandang Jihoon ragu, takut merepotkan. Tau apa yang Soonyoung pikirkan, Jihoon menyudahi acara menulis lagunya. Dia mendekati Soonyoung. "Mandi sana, pakaianmu tidak banyak. Ini mudah, Soonyoung. Kau tidak perlu khawatir."
Soonyoung memandang Jihoon sebentar lalu mengangguk. "Aku minta tolong ya, Ji. Terimakasih." setelah itu Soonyoung pergi kekamar mandi.
Jihoon membuka lebar koper Soonyoung. Buku, alat tulis, kamera, laptop, semuanya dia susun diatas meja yang tersedia disebelah mejanya. Lalu pakaian, Jihoon benar-benar menyusunnya dengan rapih dilemari yng sudah diisi lebih dulu oleh pakaiannya.
Jihoon merasa dia seperti istri Soonyoung yang baru menikah. Jihoon menggelengkan kepalanya setelah sadar apa yang dia pikirkan. Jihoon bahkan merasa aneh sekali, ini bukan seperti dirinya, membantu kakaknya saja Jihoon malas sekali. Tapi dia malah membantu Soonyoung yang notabenenya adalah orang yang baru dikenal.
Pintu kamar mandi terbuka, Soonyoung keluar darisana dengan tangan yang mengusap kepala dengan handuk. Soonyoung memandang Jihoon yang sudah selesai dengan semuanya. Soonyoung jadi merasa memperbudak Jihoon. Dia berdiri dihadapan Jihoon yang tersenyum.
"Ji- Kau, astaga. Terimakasih. Aku hanya bilang untuk pakaian, tapi kau malah merapihkan semuanya. Astaga, Ji. Terimakasih, maaf merepotkanmu." Jihoon mengangguk sebagai respon. "sama-sama. Aku senang bisa membantumu. Ini pertama kalinya aku punya teman sekamar. Jadi aku ingin berbaik hati untuk teman sekamar."
"Kau yang terbaik, Jihoon. Besok aku akan mentraktir-mu dikantin." Jihoon menggeleng. "Tidak perlu, Soonyoung. Ini hanya hal kecil saja."
"Tidak, tidak. Aku tetap akan mentraktirmu."
"Kalau kau memaksa, baiklah."
Lalu mereka berdua sibuk dengan urusan masing-masing. Jihoon dengan gitarnya dan Soonyoung dengan catatannya yang dia pinjam dari Jihoon. Jihoon punya catatan yang lengkap.
Soonyoung baru selesai dengan urusannya ketika jam menunjukkan angka 12. Soonyoung menutup bukunya dan meregangkan tubuhnya lalu dia bangun dari kursinya dan berjalan menuju kasurnya bersiap untuk tidur. Tapi dia malah melihat Jihoon yang tertidur dikarpet dengan tangan memegang pensil. Soonyoung tersenyum, dia mendekati Jihoon dan memandangi Jihoon sebentar sebelum akhirnya memutuskan meletakkan pensilnya lalu mengangkat Jihoon, memindahnya Jihoon kekasurnya. Jihoon tidak berat, justru ringan. Jihoon mungil sekali.
Soonyoung menyelimuti Jihoon sampai sebatas perut setelah itu dia mematikan lampu dan bersiap untuk tertidur. Menurutnya hari in benar-benar melelahkan.
/
To Be Continue ❤
/
Selamat pagi, semuanya.
Fic -Aku dan Kamu- Ini tidak akan panjang, kok. Aku hanya ingin konflik ringan ketika disekolah saja. Aku sedang senang-senangnya dengan genderswicth dan School!AU. Sangat menyenangkan. Aku sudah menulis chapter duanya karena sedang lancar diotakku. Aku memikirkan ini ketika ulangan dihari keempat pelajaran bahasa inggris.
Chapter dua akan dipost jika dichapter pertama, mendapat respon yang bagus.
Aku merasa, sekarang ini lebih banyak menulis dibagian narasinya daripada dialognya. Beberapa orang protes tentang itu, tapi entah kenapa aku sedang senang menulis banyak dibagian narasi. Maaf ya.
Aku butuh Fic dengan Yoongi dan Jihoon lebih banyak. Diluar FFn sih aku harap, soalnya yang di FFn udah aku baca semua. Fic Eng, it's okay. Karena Fic -Aku dan Kamu- ini juga ada tentang Jihoon dan Yoongi.
Aku pernah dapat tantangan dari salah satu author di FFn untuk mencoba menulis adegan ber-rated. Entah kenapa aku ingin sekali mencoba itu, tapi aku gak berani karena aku merasa belum cukup dewasa untuk menulis adegan itu, membacanya aja canggung, apalagi menulisnya.
Aku rindu dengan sebongie. Aku rindu Jihoon. Btw, mereka ada di Star Show loh. Yeay! Waktu liat EXO kemarin kayanya seru jadi aku benar-benar nungguin!
Sampai jumpa di Chapter selanjutnya!
