Halo minna.. Nai kembali lagi dengan fic one-shot baru. Semoga suka ya.. Selamat menikmati (?)

.

WARNING : NerdNaruto!

Disclaimer : I only own the story

.

.

.

Nerd 1

.

.

.

Suasana di sebuah taman kota pagi ini cukup ramai. Karena hari ini adalah hari Minggu yang merupakan hari libur baik untuk sekolah maupun kantor pemerintah. Di setiap sudut taman kota tersebut ditempatkan semacam saung yang biasa digunakan untuk duduk bersantai pengunjung taman ini. Di salah satu saung di sisi yang paling dekat dengan jalan raya, tiga orang remaja beranjak dewasa tengah berdiskusi dikelilingi buku-buku tebal dan kertas serta alat tulis lainnya. Seorang berrambut raven tengah serius membaca salah satu buku tebal yang ada di meja. Seorang berrambut merah muda tengah merayu temannya yang berrambut kuning di sebelahnya.

"Ayolah Naruto, kau coba sekali saja." Rengek gadis berrambut merah muda kepada temannya itu.

"Tidak Sakura-chan!"

"Oh ayolah.. Sekali-kali saja. Ne Sasuke-kun?"

Sasuke yang ditanya tidak menjawab dan hanya melanjutkan kegiatannya membaca.

"Ih.. Sasuke-kun, ayolah bantu aku bujuk Naruto."

Merasa tidak bisa konsentrasi belajar, pemuda bernama Sasuke tersebut meletakkan bukunya. Kemudian mata onyxnya menatap tajam bergantian kedua temannya.

"Biarkan saja dia Sakura. Kau tahu dia keras kepala."

Gadis merah muda tersebut hanya mendecih. Ia menggembungkan pipinya dan menatap sebal kedua temannya. Tidak ada yang menanggapi kelakuannya. Si raven kembali melanjutkan kegiatan membacanya, sedangkan si kuning sibuk mencoret-coret kertas HVS putih di depannya. Sakura berdecih lebih keras melihat sikap kedua kawannya yang menyebalkan. Apa salahnya sih? Ia hanya ingin membantu sahabatnya saja, Naruto. Membantu apa tepatnya?

Naruto dan Sasuke adalah sahabatnya sejak kecil. Dari jaman TK hingga kini menempuh pendidikan kedokteran di universitas mereka selalu bersama. Ketiga sahabat tersebut memang termasuk golongan orang-orang yang diberi anugerah berupa otak encer dan nilai yang bagus meski dengan kadar yang berbeda-beda. Sasuke adalah tipe pemuda cerdas meski tidak secerdas Shikamaru, teman se SMA mereka. Ia tipe orang yang berpikir cepat. Meski begitu ia tetap belajar dengan rajin seolah ia khawatir jika tidak belajar nilainya tidak akan sesuai harapan. Atau bisa dibilang ia orang yang perfeksionis. Sakura, dirinya juga termasuk pemikir cepat. Sebagian besar sensei yang mengajarnya selalu memuji atas kecerdasannya meski belum setingkat sahabat ravennya. Perbedaan mencolok dari keduanya adalah Sakura cenderung malas. Ia lebih suka bekerja jika sudah mepet waktunya. Bahkan untuk ujian pun ia selalu menerapkan SKS (Sistem Kebut Semalam). Tetapi kecerdasannya memang tidak diragukan lagi. Buktinya ia mendapat satu ranking di bawah Sasuke semester lalu. Sedikit berbeda dengan Naruto, ia tidak secerdas mereka berdua hingga perlu perjuangan yang sedikit keras baginya agar bisa mengejar ketertinggalannya dari kedua sahabatnya. Ia terus belajar dan berusaha bahkan hingga terkadang lupa waktu dan kesehatan. Salah satu akibatnya adalah kacamata minus tebal yang sekarang bertengger di batang hidungnya. Tetapi buah kerja keras Naruto memang mulai terlihat sejak SMA. Ia selalu berhasil masuk ranking 5 besar hingga saat ini.

Berbicara mengenai Naruto, sebenarnya sudah genap enam bulan ini Sakura memaksa Naruto untuk melepas kacamatanya barang sehari saja. Ia ingin semua orang melihat apa yang dilihatnya. Naruto termasuk pemuda yang tampan dengan rambut kuning yang selalu disisir rapi, kulit kecoklatan, tiga goresan di masing-masing pipinya dan bibir tipisnya yang seksi. Sayangnya semua itu seolah tidak terlihat hanya gara-gara kacamata tebal yang dipakainya. Seperti kata pepatah "Karena nila setitik rusak susu sebelanga". Berbeda dengan Sasuke, pemuda itu memperlihatkan seluruh potensi yang ada pada wajahnya. Walau terkadang sikap dinginnya yang memberikan nilai minus untuknya. Nilai minus? Sepertinya tidak! Bukankah para gadis suka dengan lelaki yang dingin? Cool istilahnya.

Mereka berdua sudah terbiasa dengan sikap fans Sasuke yang suka mengikuti kemanapun mereka pergi. Terkadang sikap mereka sedikit brutal dengan menarik-narik Sasuke dan membuatnya terpisah dari Sakura dan Naruto. Meski hal tersebut sedikit berkurang saat ini, tepatnya semenjak Sasuke berpacaran dengan Sakura.

"Sakura, kau tidak ikut?"

Suara datar sang kekasih menyadarkan gadis beriris emerald tersebut dari lamunannya. Ketika ia tersadar ternyata saung tempat mereka belajar sudah bersih dan rapi. Sedangkan Sasuke dan Naruto melenggang pergi meninggalkannya.

"Hei.. Tunggu aku!"

"Hn."

"Kenapa kita pergi? Bukannya pekerjaan kita belum beres?"

"Kita butuh referensi lain Sakura-chan."

Sakura hanya mengangguk sebelum kembali bertanya.

"Sekarang kita mau kemana?"

"Perpustakaan kota."

Mereka bertiga berjalan menuju perpustakaan kota yang tidak terlalu jauh dari taman kota ini. Perpustakaan kota di sini memiliki cukup banyak pengunjung. Sebagian dari mereka adalah mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan tugas akhir, atau mahasiswa semester lain yang mengerjakan tugas atau bahkan pegawai kantoran. Perpustakaan ini didesain seperti taman bacaan, suasana di dalamnya tidak terlalu penat dan membosankan seperti perpustakaan di sekolah ataupun kampus. Satu lagi yang membuat perpustakaan ini banyak pengunjung adalah karena tetap buka pada hari libur.

Sakura dan kedua sahabatnya kini telah sampai di pintu depan perpustakaan tersebut. Mereka segera menuju ke loker penitipan dan memasukkan tas mereka setelah mengambil barang-barang yang mereka butuhkan untuk mengerjakan tugas. Lalu ketiganya berjalan menuju kursi kosong di dekat deretan rak buku yang bertuliskan "Kedokteran". Setelah meletakkan barang-barang mereka, Sakura dan Sasuke mulai mencari referensi di sepanjang rak tersebut, sementara Naruto melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

"Su-sumimasen, apakah kursi i-ini kosong?" suara lembut seorang gadis membuat Naruto mengalihkan pandangannya dari buku yang ia baca.

Sejenak bola mata safir tersebut tertegun, cukup lama hingga kedua pipinya mengeluarkan semburat merah muda. Di hadapannya tengah berdiri seorang gadis berkulit putih dengan bingkaian mahkota indigo yang dibiarkan tergerai. Iris mata opal yang mengingatkannya pada rembulan. Lamunan Naruto terhenti ketika gadis itu melambaikan tangannya.

"A-ano.. Anda ba-baik-baik saja?"

Naruto segera tersadar dari sikap bodohnya. Dengan cepat ia mengangguk dan menundukkan kepalanya. Ia kembali melanjutkan pekerjaannya sambil sesekali melirik ke arah sang gadis. Sepertinya ia mahasiswa sastra mengingat buku yang dipegangnya adalah buku yang berjudul Sastra Jepang Kuno.

.

.

.

Sore hari setelah selesai mengerjakan tugas mereka, Sakura, Sasuke dan Naruto memutuskan untuk mengisi perut terlebih dahulu sebelum kembali ke rumah masing-masing. Ketiganya mampir di kedai Ichiraku. Sambil menunggu pesanan mereka melanjutkan diskusi untuk pekerjaan mereka. Dasar! Mahasiswa berotak! Kemana-mana yang dibahas pasti masalah pelajaran.

Saat itulah baik Sasuke maupun Sakura merasakan keanehan. Biasanya ketika sedang berdiskusi masalah pekerjaan kelompok, Naruto akan dengan semangat mengemukakan pendapatnya. Terlebih lagi jika ditemani ramen, makanan kesukaannya. Mereka berdua mengernyit heran saat mendapati Naruto yang tidak bersemangat menikmati ramennya. Bahkan terkadang pandangannya menerawang sambil mengunyah makanan di mulutnya.

"Ada apa Naruto?"

"Ahh.. ti-tidak ada apa-apa Sakura-chan."

"Kau tidak terlihat bersemangat, padahal tadi baik-baik saja."

"Ahh itu hanya perasaanmu saja."

Sakura mengernyitkan dahinya sementara Sasuke hanya menatap datar teman kuningnya. Tidak lama setelah itu Naruto berdiri dan meraih tasnya.

"A-aku pulang duluan ya. Sampai bertemu besok."

Dengan sedikit berlari Naruto meninggalkan mereka berdua yang sedang cengo. Cengo karena melihat isi mangkuk ramen yang ditinggalkan Naruto masih tersisa banyak. Oh ini sangat bukan Naruto sekali, pikir mereka. Namun, mau tak mau mereka berdua menyimpan rasa penasarannya hingga bertemu lagi dengan pemuda kuning itu.

.

.

.

Hari Senin pagi kehidupan berjalan normal di Kota Konoha. Lalu lalang orang yang berjalan maupun naik angkutan untuk mencari nafkah ataupun menimba ilmu. Meskipun bukan merupakan kota besar, kehidupan di kota ini cukup padat. Termasuk di University of Konoha, kampus ternama di kota itu. Mahasiswa datang dari berbagai daerah bahkan terkadang dari negara lain demi menuntut ilmu di kampus ini.

Pagi ini di salah satu fakultas yaitu Fakultas Kedokteran universitas tersebut, ada yang berbeda dari hari-hari sebelumnya. Mahasiswa maupun mahasiswi yang hendak memasuki area kampus menghentikan langkah mereka sejenak. Decakan kagum dan bisik-bisik khususnya datang dari mahasiswi fakultas tersebut. Oh ralat : bahkan mahasiswa dari fakultas lain ada yang terbawa hingga sampai kemari demi melihat hal yang berbeda.

Sepasang mahasiswa yang telah sampai terlebih dahulu di tempat mereka memarkirkan mobil terpaksa ikut mengarahkan pandangan mereka mengikuti yang lain. Spontan kedua pasang mata kontras tersebut membola menyaksikan pemandangan di depan mereka. Seorang mahasiswa yang sangat mereka kenal tengah memarkirkan motor sportnya, helm yang sudah berada di tangannya ia sandarkan ke spion motor. Apanya yang aneh? Aneh! Tentu saja aneh! Sahabat mereka itu tidak pernah mau mengendarai motor sportnya kemanapun. Ia lebih suka naik angkutan umum atau nebeng mobil kawannya. Itu saja? Ada lagi!

Rambut kuning yang biasanya tersisir rapi itu kini benar-benar berantakan. Yang paling penting adalah, kacamata minus yang selalu menghiasi matanya kini telah tiada *halah. Digantikan dengan tatapan iris mata safir yang kini tengah memandang tajam kedua sahabatnya.

Naruto melangkah mendekati Sakura dan Sasuke yang tengah menganga- OK hanya Sakura yang menganga, jangan lupakan dalam keadaan apapun Uchiha itu selalu elegan. Merasa dipandang dengan tatapan yang berbeda, Naruto menjadi salah tingkah. Tangannya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, sementara kedua pipinya merona tipis. Tipis sekali, nyaris tak tertangkap oleh mata keduanya.

"A-ada apa?"

"ADA APA KATAMU? Harusnya aku yang bertanya ada apa?" teriak Sakura jengkel.

Bukannya apa-apa. Enam bulan bukan waktu yang sedikit untuk membujuk makhluk kuning di hadapannya. Tetapi sekarang pemuda itu malah mengagetkannya.

"Hehehe.. Aku baik-baik saja Sakura-chan."

"Hn. Kau sama sekali berbeda Dobe."

"Apa masalahmu Teme? Kau tidak suka aku berpenampilan begini?"

"Cih, aku sih justru tidak masalah. Jadi lumayan mengurangi gadis-gadis yang berisik itu."

"Maksudnya?" entah kenapa kadang Naruto masih tetaplah bodoh.

"Kau siap-siap saja dikejar-kejar fangirl seperti Sasuke-kun dulu, Naruto."

"Ap-apa? Tapi aku tidak mau."

Sakura hanya mengendikkan bahunya kemudian melangkah bersama Sasuke memasuki gedung kampus mereka. Sedangkan Naruto berlari-lari kecil mengikuti langkah mereka. Setelah lelah berargumentasi, ketiganya memutuskan untuk sarapan dulu di kantin universitas.

Kantin ini sudah cukup ramai berisikan mahasiswa yang tampaknya tidak sempat sarapan di rumah. Ketiganya memilih duduk di kursi kosong deretan belakang yang berdekatan dengan jendela yang mengarah ke taman. Setelah selesai memesan, ketiganya melanjutkan diskusi mereka sambil menikmati makanan. Hingga suara seseorang mengintrupsi kegiatan mereka.

"Sumimasen, bolehkah kami bergabung di sini?"

Ketiganya mendongak menatap seorang pemuda berrambut cokelat dengan tato segitiga merah terbalik di kedua pipinya. Spontan ketiganya mengangguk.

"Hoii! Tamaki, Shino, Hinata.. Kita makan disini saja!"

Teriakan yang cukup memekakkan telinga itu membuat ketiganya mendengus. Kemudian tiba-tiba tiga orang manusia lainnya sudah duduk di hadapan mereka. Dengan lelaki yang berteriak tadi jadi empat orang. Sebenarnya bagi Sakura tidak masalah karena ia senang bisa mempunyai teman baru, kenalan baru. Tapi berbeda dengan kedua sahabatnya yang menghela nafas kasar. Seolah tidak ingin mempedulikan kehadiran mereka, Naruto dan Sasuke melanjutkan sarapan mereka.

"Wah kalian dari fakultas apa?" tanya Sakura.

"Kami dari fakultas sastra, kalau kalian pasti dari kedokteran ya?" jawab seorang gadis berrambut cokelat yang dijawab kembali oleh anggukan antusias Sakura.

"Pantas saja wajah kalian serius."

Celetukan lelaki bertato segitiga itu hanya membuat Sakura tertawa tetapi tidak dengan dua orang lelaki di hadapannya yang menggeram pelan. Naruto bahkan sudah mendongakkan kepala demi membalas perkataan pemuda tersebut. Tetapi justru saat itulah mulutnya seolah terkunci rapat. Matanya membelalak dan mulutnya menganga-eewww. Detik berikutnya semburat merah telah menghiasi pipinya.

"Ah, ka-kau yang kemarin di perpustakaan bu-bukan? Terimakasih untuk te-tempatnya kemarin dan ha-hari ini." ujar gadis yang kini tengah duduk tepat di hadapannya.

Gadis itu tersenyum manis hingga matanya menyipit dan pipi gembulnya merona merah. Naruto masih terpana menatapnya tanpa menyadari dirinya kini tengah menjadi perhatian sahabatnya dan teman-teman gadis itu.

"Ehem.." Sakura berdehem di telinga Naruto. Membuat Naruto terlonjak berdiri kemudian berojigi.

"A-ah i-iya. Sama-sama. Ano.. Namaku Namikaze Naruto, yoroshiku."

"Hyu-Hyuuga Hinata desu. Yoroshiku."

Detik berikutnya seringaian lebar menghiasi bibir Sakura hingga membuat Sasuke bergidik.

.

.

.

END

.

.

.

Muncul lagi yang gaje ya hehehe.. Nai berencana membuat cerita dari sisi Hinatanya. Mudah-mudahan kesampaian.

RnR please. Arigato.