Author's note: Tanpa basa-basi, Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas komentar para pembaca. Jumlah views dan visitor fanfic ini pun mencapai puluhan ribu. Terima kasih, terima kasih. Karena itu, Penulis harap makin banyak yang memberi komentar, saran dan kritik terhadap karya-karya Penulis.

Oke, anyway, Penulis langsung saja membalas tanggapan pembaca yang menyempatkan diri berkomentar di kolom review.


.

Cheesewinee

Oh ya, kalau tidak salah, kamu membaca chapter sebelumnya cuma beberapa menit setelah Penulis update, 'kan? Hahaha! Padahal itu larut malam kalau Penulis tidak lupa. Kamu masih online juga.

Bicara soal nada dering ponsel, sama, Penulis juga suka lagu itu. Penyanyinya pun juga.

Terima kasih. Penulis love you juga! Muacch~!

Tsuki-no-Hazama Hime

YUP, KAPAL LUFFY X HANCOCK SIAP BERLAYAR MENGARUNGI LAUTAN CINTA!

Animangaloverz

Eh, begitukah? Ehehehe, terima kasih. Penulis pikir menyatakan cinta saat bertarung itu biasa saja. Ternyata tidak, ya.

BngJy

Oh, jurus mabuk Lee? Wahaha, waktu itu Penulis tidak berpikir sampai kesana! Oh ya, kisah cinta Sanji x Nami akan terjawab di catatan Penulis di akhir chapter ini. Baca saja, ya.

Jadwal khusus atau tunggu ada ide, ya? Hmmm... kalau masalah ide sih lancar saja. Tak ada jadwal khususnya. Tapi biasanya Penulis tunggu banyak pembaca berkomentar dulu, jadi bisa Penulis atur ulang jalan ceritanya. Singkatnya, biasanya Penulis akan update lama kalau yang meninggalkan review sedikit. Eh, tapi bukan karena Penulis gila review, ya. Bukan.

Penulis cuma butuh saran dari banyak orang. Karena saran termasuk pondasi berlanjutnya cerita, 'kan?

Guest

Review dari anda juga memberi Penulis semangat hidup, hiks.

Blue Light

Hmmm... aksi Supernova terjawab di chapter ini.

Marco kemana? Kemana yaaaaa~~?

Anyway, sudah baca fanfic Akatsuki's Games?

Axel

Bagian yang pengalaman pribadi di fanfic ini adalah; 1) Sifat Kuina yang suka comblangin orang sampai bawa-bawa korban. Ada dua teman Penulis begini, sampai Penulis pun diseret segala. Bedanya dia tak seautis dan segahar Kuina. Selain itu aksi comblangnya pun beda, 2) Pernyataan Luffy yang itu lho. 'Aku menyukaimu sebagai teman'. Dulu, ada teman dekat cowok bilang begitu pada teman sekelas. Dia katakan itu sambil tertawa, sementara yang cewek pasang muka asem. Hahahaha! 3) Latihan Zoro 'merayu' Robin. Itu asli kisah nyata. Soalnya teman dekat cowok yang Penulis sebutkan di nomor 2 itu baru beli buku rayuan gombal di pasar. Jadi pas teman satu geng Penulis minta 'wejangan', walhasil jadi nista begitu akhirnya. Gyahahaha! Merayu benda mati semua!

Dan masih banyak lagi yang diambil dari kehidupan pribadi, ya. Pokoknya kehidupan Penulis selalu dipenuhi canda tawa, keautisan, dan kegajean. Seperti Penulis menulis sifat Otaku Ace yang ingin menikahi cewek virtual (Terinspirasi dari teman Penulis yang Otaku berat. Kalau kalian tahu tokoh Hozuki Satowa dari manga Kono Oto Tomare, ada satu poster besar tokoh itu di kamarnya. Sampai dicium-cium segala. DAN DIA ITU COWOK).

Akrom Ajja

Thank youu~~

Majid W

Terima kasih, terima kasih.

Oplovers

Kyaaaaa! Penulis pun berbunga-bunga saat mengetik jalan cerita bagian itu!

Kanaechan

Oh, benarkah? Arigatou gozaimasu!

Kyaaa! Penulis juga suka bagian itu, lho! So sweeet gimanaaaa~ gitu!

By the way, maaf ya Penulis lama update. Jiwa menulis Penulis hilang. Tepatnya sih kedatangan penyakit malas. Tak tahu kenapa. Selain itu, Penulis menunggu review dari pembaca lain.

Torao

Di chapter ini mah keinginan kamu akan terjawab.

Ginri

Hahaha! Serpihan kulit kuaci, ya? Itu juga salah satu humor receh dari Penulis.

.


Tanpa buang-buang waktu, kita langsung baca chapter 30. Semoga kalian semua menyukainya.


.

Disclaimer : Oda Eiichiro

GIRLS ARE BETTER THAN BOYS!

Chapter Thirty: End Of The Pain

By Josephine Rose99

.

.

Note :

Semua karakter yang tampil disini tak punya kekuatan layaknya di anime aslinya.

OOC (Out of Character)= artinya kalau tokoh di fanfic ini banyak memiliki sifat yang tak sama dengan anime aslinya. Jadi jangan protes kalau tak suka. Kemudian miss typo, and of course NO LEMON! Seriously, that's really YAIKS, Gross!

Ide cerita bukan plagiat. Murni hasil pemikiran sendiri.

Jika menemukan kesalahan, jangan malu-malu. Katakan langsung lewat kotak review.

Bagi silent reader, harap tinggalkan jejak. Walaupun hanya kata 'lanjut' saja, sudah sangat diterima. Tapi kalau bisa berikan kesan dan kalau bisa bahas seluruh isi chapter.

Happy reading!


.

.

.

.

.

.

GIRLS ARE BETTER THAN BOYS!

CHAPTER THIRTY

END OF THE PAIN

By Josephine Rose99

.

.

.

Bege melongok dari balik dinding, memperhatikan gerak-gerik pelayan yang semuanya berkumpul di dapur bersama para koki. Dirasa aman, Bege pun memberi kode pada teman-temannya untuk terus bergerak. Satu-persatu mereka melewati dapur dengan berjinjit supaya tidak menimbulkan suara. Ya, karena gudang bawah tanah dimana semuanya dimulai tersebut berada disamping dapur.

Mereka berhasil melewati rintangan pertama dan berkumpul di sebuah ruangan kecil dengan pintu besi di lantai. Masih was-was, Kid melirik Hawkins seolah menyuruhnya mengawasi supaya tidak ada yang datang sampai mereka semua turun. Hawkins menggangguk mengerti. Dia berdiri di ujung ruangan sambil terus melihat dapur, memastikan para pelayan tidak mengacau.

Selagi Hawkins mengawasi, Corazon merogoh kunci ruang bawah tanah dari sakunya kemudian membuka gembok pintu itu. Para 'Jenderal' Supernova pun masuk pelan-pelan. Dimulai dari Bonney yang turun kemudian diikuti Drake, lalu Bege, Urouge, Killer, dan Apoo. Setelah itu, Kid menjentikkan jarinya beberapa kali ke arah Hawkins. Hawkins menoleh dan melihat ketuanya sedang menunjuk pintu besi yang terbuka lebar. Tanpa buang waktu, dia langsung masuk diikuti Kid dari belakang.

Sebelum Corazon dan Law menutup pintu tersebut, Kid bertanya padanya, "Corazon, terima kasih. Kau bisa mengatasi orang-orangmu di dapur, 'kan?"

Corazon memberi salam jempol, "Sama-sama, sobat. Kau tak perlu khawatir. Aku akan membereskan mereka. Lagipula kau harusnya mengkhawatirkan gengmu. Hati-hati! Orang-orang dibawah sana sangat kuat!"

"Aku tahu itu. Kami akan menyelesaikan ini dalam waktu singkat," Kid menyengir percaya diri.

"Oke, semoga beruntung, Kid." dan akhirnya pintu besi gudang bawah tanah ditutup.

Perlahan Kid mulai menuruni tangga bawah tanah. Begitu dasarnya terlihat, Kid langsung melompat dan mendarat di dekat teman-temannya. Tak perlu komando, mereka berdelapan berlari kecil mengikuti lorong gudang. Beruntung gudang bawah tanah tersebut tidak bercabang. Jadi mudah saja bagi mereka untuk terus maju meski begitu banyak kelokan.

Gudang bawah tanah yang hanya diterangi cahaya lentera minyak tersebut akhirnya menuntun mereka pada lorong yang lebih besar dari lorong sebelumnya. Apalagi telinga mereka bisa mendengar jelas sayup-sayup suara sekelompok orang. Seketika langkah mereka terhenti. Mereka tahu bahwa mereka sudah dekat dengan lokasi.

Sebagai ketua, Kid mengambil insiatif lebih dulu. Dari balik dinding lorong besar itu, dia melongok hati-hati ke arah lorong kiri.

Seperti kata Corazon. 25 meter dari posisinya, anak buah pilihan Doflamingo berjaga tepat di depan pintu gudang yang terbuat dari besi. Jumlahnya delapan orang. Walaupun semuanya tidak membawa senjata api, situasi tetap berbahaya. Mereka belum menyadari keberadaan Kid dan kawan-kawan, tapi jika pasukan Kuina melangkah lebih jauh tanpa rencana matang, maka ucapkan selamat tinggal pada dunia.

"Bagaimana, Kid?" tanya Hawkins pelan.

"Ada delapan orang berjaga di pintu gudang bermasalah itu," jawab Kid.

"...Delapan orang, ya? Jumlah kita juga sama..." gumam Bonney seolah memberi petunjuk.

"Berarti satu lawan satu, huh?" baiklah, Urouge mulai paham rencana awal mereka.

Bege yang punya nalar bagus sepertinya tidak begitu mempercayai misi penyusupan bisa berjalan semudah ini, "Mereka bawa senjata?" tanyanya karena firasat buruk. Well, itu karena orang-orang Caesar juga membawa senjata tajam tadi. Mereka beruntung dua orang itu menyingkirkannya.

Kid menoleh pada Bege, kemudian menggelengkan kepala. Akhirnya Bege bisa bernapas lega.

Meski rupanya Urouge tidak menurunkan kewaspadaannya sedikit pun ketika lawan mereka sama keadaannya seperti mereka, "Hei, biarpun mereka tidak membawa senjata, mereka pasti membawa ponsel atau alat komunikasi jarak jauh. Kalau kita sembarang menyerang, mereka akan menghubungi si brengsek itu agar segera kembali. Misi bisa gagal. Jadi, jangan lengah." atmosfer semakin terasa berat. Mereka menyadari betapa sulitnya mengambil bukti 'kasus', sehingga mereka paham benar bahwa salah langkah disini tak bisa ditolerir.

Lalu apa yang akan mereka lakukan?

"...Sayang sekali bom bius sudah habis, tapi sepertinya bom asap dari Corazon akan berguna disini," ujar Kid tersenyum setan.

.

.

Karena terlalu asyik bercengkerama, kelompok pasukan pribadi Doflamingo tak menyadari Kid telah melemparkan bom asap pemberian Corazon pada mereka. Bom itu menggelinding tepat di bawah salah satu dari mereka dan seketika asap keluar menyelimuti bagian depan pintu gudang bawah tanah. Intuisi mereka pun bekerja. Memasang sikap waspada sambil celingak-celinguk menghadapi penyusup. Benar-benar pengawal yang terlatih.

"Penyusup! Berhati-hatilah!" teriak seorang laki-laki dari kelompok tersebut.

"Berhati-hati bagaimana?! Semuanya bewarna merah! Tak kelihatan!"

"Kenapa di saat seperti ini Doflamingo-sama..." dalam kabut asap merah itu, seorang dari mereka menyadari kedatangan kilat dari para penyusup yang lari menuju mereka, "HEI, AWAAAASS!"

"Apa!?"

BRUAAGH!

BRUGH!

DUAKK!

Hawkins, Urouge dan Killer menubruk serta menendang tiga orang yang berdiri tepat di pintu gudang. Mereka jatuh mengaduh kesakitan, sementara Bege langsung bergerak mendekati mesin password scanning yang menempel di pintu. Dan sebelum ketiga orang itu bangkit untuk mengganggu pekerjaan Bege, Hawkins dan kawan-kawan memegang kedua kaki mereka dan melemparnya keluar dari kepulan asap.

BRUGH! BRUGH! BRUGH!

Punggung yang beradu dengan lantai itu tampaknya tak bisa berlama-lama mengeluh. Segera kedua kaki menopang tubuh untuk berdiri lagi. Meski raut wajah mereka begitu terkejut melihat Hawkins, Urouge dan Killer keluar dari wilayah asap merah. Ketiga Jenderal Supernova ini melompat sambil siap menyarangkan tinju pada anak buah Doflamingo.

Tak butuh waktu lama bagi para pengawal menyadari dengan siapa mereka berhadapan. Perkelahian berbuntut panjang itu menyebabkan hubungan bruk antar kedua belah pihak. Mereka tidak siap sama sekali dengan serangan mendadak ini.

"WAKTUNYA MAKAN SIANG!"

BUAGH! Tinju kuat itu berhasil mendarat di wajah mereka. Kembali lagi punggung menemui lantai dengan keras.

Tiga lawan tiga. Benar-benar suatu situasi yang menarik. Tak peduli rasa sakit menjalar di tubuh, salah satu dari orang yang terjatuh tersebut menyeringai. Dengan tangan kanannya menopang badan, dia berusaha untuk duduk supaya bisa sekali lagi melihat jelas lawannya.

Dugaannya benar. Memang musuh lama. Dia menyeka darah dari sudut bibirnya sambil tersenyum jahat, "Hehehe... sudah lama sekali. Ternyata kalian, ya?"

Kini Killer maju. Dia sengaja membunyikan segala tulang persendian jarinya supaya terlihat mengintimidasi. Dengan angkuh dia berkata begini padanya, "Yo, Buffalo, Vergo, Pica... rupanya wajah kalian masih menyebalkan seperti dulu."

Ya. Tiga dari delapan pengawal itu adalah Pica, Buffalo, dan Vergo. Sebagai prajurit elit di keluarga Donquixote, Killer tahu kekuatan mereka tak bisa diremehkan. Tinju barusan itu pasti belum apa-apa bagi mereka.

"Pikkya-pikkya-pikkyararara!" sungguh suara tawa yang mengganggu fungsi pendengaran. Dan suara tawa ajaib itu keluar dari pria bernama Pica yang sekarang sudah berdiri tegak seolah menantang, "Berani sekali kalian mencari masalah disini! Berarti kalian sudah membereskan orang-orang Caesar, hah?"

Killer sweatdrop sejenak. Maklum, dia sudah lama tidak mendengar tawa Pica, jadi dia sedikit shock, "Ka-kau masih tidak malu tertawa norak begitu?"

"Apa katamu!?"

"Tawamu itu menggelikan, tahu. Kalau bukan sekarang kondisi serius, aku pasti sudah tertawa guling-guling dari tadi."

"KAU MENGAJAK BERKELAHI!?"

"Oi, Pica! Simpan masalah pribadimu dulu! Kita harus melaporkan ini pada Doflamingo-sama!" sela Vergo melihat teman-temannya malah fokus ke masalah nostalgia. Dia mengambil ponselnya dari saku, siap menghubungi sang majikan.

Sayang sekali. Sepertinya dia harus menundanya berkat tendangan berputar Hawkins mengenai lehernya. Tubuhnya oleng ke samping nyaris jatuh. Ponselnya pun sampai jatuh hingga layarnya retak. Melihat serangan cepat barusan, Pica dan Buffalo memandang jengkel pada Hawkins.

"Aku takkan biarkan kalian menghubungi Doflamingo. Jika kalian segitu inginnya memberitahu dia soal ini..." Hawkins diikuti Urouge dan Killer berposisi siap tempur seolah memberikan tantangan langsung, "...Kalahkan kami dulu."

.

.

*Password denied *

Bege mendecih kesal. Dari tadi password yang dia masukkan selalu salah. Ternyata memang tidak semudah seperti dalam film. Mesin scanning di hadapannya terus mengatakan 'password denied ' setiap kali gagal. Ayolah, dia tak punya banyak waktu! Ini tak boleh berakhir seperti dirinya gagal menyelesaikan misi 'wrong side of the track ' yang selalu diakhiri kalimat legenda 'All we had to do was follow the damn train, CJ!''.

"Bege! Masih belum?" tanya Bonney mulai tak sabaran. Asap semakin menipis. Bisa gawat jika mereka berlama-lama.

"Bersabarlah! Kata sandinya lebih menyebalkan dari yang kuduga! Siapa sangka kata sandinya itu kalimat, bukan kata atau kumpulan digit angka!"

"Cepat temukan, Bege! Tujuan utama kita kemari bukan untuk mengalahkan mereka semua!"

Tepat sekali. Tujuan utama mereka kemari hanya mengambil bukti itu. Padahal, pintu gudang sudah di depan mata, tapi situasi semakin sulit. Walau dia dilindungi oleh Kid dan teman-temannya yang terus mengalihkan perhatian pengawal Doflamingo, dia tak bisa terus begini.

Bege tak punya pilihan lain selain fokus. Asap merah sudah benar-benar hilang. Dia yakin dirinya sedang dipelototi oleh musuh sekarang. Tapi dia harus konsentrasi pada alat retas sandi yang ada di tangannya demi membobol gudang.

"HEI, DIA MENCOBA MEMBUKA GUDANG ITU!" suara ini... Bege yakin sekali ini suara Diamante walau tanpa menoleh.

"HENTIKAN DIA! DOFLAMINGO-SAMA BISA MEMBUNUH KITA JIKA TAK BISA MELINDUNGI APA YANG DI DALAMNYA!" dan ini suara Trebol, sang tangan kanan Doflamingo. Benar-benar merepotkan dia juga disini.

Sudah sejauh ini, mana boleh gagal! Bege berteriak lantang pada ketuanya, "Kid, lindungi aku sampai aku bisa membuka pintu gudang!"

Kid langsung pasang badan di belakang Bege. Demi bisa menyelesaikan misi ini, dia rela melawan dua orang menggantikan rekannya yang sedang sibuk dengan tugas lain, "Tanpa bilang begitu pun, memang itu niatku!"

"Bajingan kau, Kid! Minggir!" teriak Trebol berlari ke arahnya diikuti Diamante.

Mereka datang. Kid yakin ilmu bela dirinya bisa membawanya terus bertahan sampai akhir. Lawan dua orang belum seberapa dengan melawan puluhan orang saat perang geng. Kakinya terasa gatal, tak sabar menendang mereka satu per satu.

Sudah dekat. Mereka masuk jangkauan serangan Kid! Ketua Supernova ini pun mengangkat kaki kanannya.

"Yosh! Sekarang!"

DRUAKK! Tendangan yang awalnya akan dilancarkan tersebut harus menahan diri sebentar berkat melihat Trebol dan Diamante ambruk karena ditabrak oleh tubuh pengawal lainnya yang bernama Sugar dari samping kiri.

Kid melongo melihat mereka bertiga sudah ambruk di depannya. Kemudian tiba-tiba tanpa dia sadari Bonney sudah berdiri disampingnya.

"Bonney?"

"Aku lebih suka kita berdua melawan mereka..." rupanya cewek ganas ini yang melempar tubuh Sugar ke arah mereka berdua. Sambil melemparkan senyum pada Kid, dia melanjutkan perkataannya lagi, "Ada keluhan, ketua?"

Hooo...Rasanya sudah lama sekali mereka berdua tidak berkelahi bersama-sama sejak kecil. Setelah membentuk geng motor, Kid selalu memasangkan Bonney dengan anggota lainnya.

Tak ada waktu untuk ragu. Lagipula dua lawan tiga tidak terdengar begitu buruk.

"Huh... Kalau kau tak sanggup lagi, katakan padaku.." begini kata Kid dalam mode keren. Dia memasang kuda-kuda tinju disamping Bonney.

"Cih, harusnya aku yang mengatakan itu."

"Oke, teman-teman! Hajar mereka semua sampai aku selesai!" ucap Bege bisa bernapas lega sebentar.

Misi ini akan sukses. Dia yakin itu.


~He used to meet me on the eastside~

...chapterthirty...

~In the city where the sun don't set~


Sebagai penggemar semua jenis bela diri, belum pernah Kuina sewas-was ini melihat sebuah pertarungan. Sungguh dia tak bisa berpikir jernih akibat melihat kondisi dua petarung di hadapannya sudah babak belur. Entah sudah berapa tetes darah jatuh di atas lantai ring, namun tidak satu pun dari mereka ingin menyerah. Ditambah lagi, pihak anak buah Doflamingo terlihat sedang memainkan senjata mereka masing-masing seolah siap menyerang mereka tepat ketika pertarungan berakhir.

Itu tidak baik. Meski senjata mereka hanya pemukul baseball, dia beserta teman-temannya datang dengan tangan kosong. Dia tahu ini tidak adil, namun kalau sudah bicara soal ketua Shichibukai, tidak ada kata 'adil' dalam hidupnya. Jujur, Kuina sangat berharap maniak sialan itu benar-benar di-K.O. Luffy.

Tiba-tiba ponsel Kuina berbunyi nyaring, mengumandangkan lagu ciptaan Luffy yang sungguh mengganggu telinga siapapun yang mendengarnya. Sambil merutuk karena terus lupa mengganti nada dering, dengan tampang kusut Kuina melihat layar ponselnya.

Ah, dari Marco!

Ya ampun, dia sudah menunggu lama demi ini! Segera dia mengangkat ponselnya dan bertanya tanpa basa-basi, "Bagaimana, Marco?"

"Semua aman! Kami akan sampai disana dalam lima menit! Keadaan di sana bagaimana?"

Kembali lagi Kuina melirik pertarungan Mingo dan Luffy yang masih saling adu pukul, "Pertarungan sudah masuk babak akhir. Kurasa sebentar lagi akan selesai,"

Marco terdiam sebentar seolah berpikir sesuatu yang lain, "Kalau orang-orang Kid?"

"Belum ada kabar dari mereka. Mungkin mereka sedang berurusan dengan penjaga rumah Doffy." jawab Kuina yang juga dari tadi khawatir tentang bala bantuan yang dia kirim. Karena sudah hampir satu jam setelah mereka pergi kesana, namun tak ada kabar.

"Hei, bukankah itu berbahaya? Apakah lebih baik setengah dari kami kesana membantu mereka?"

"Kau mau menghancurkan harga diri Kid yang setinggi langit itu? Lagipula, musuh tidak terlalu banyak disana. Pokoknya kau kemari saja!"

"...Baiklah kalau kau bilang begitu. Jaa!" Marco kemudian memutuskan telepon.

Pernahkah kalian mendengar bahwa dalam melawan musuh, kita harus berpikir selangkah ke depan? Bagi Doflamingo yang hidup sebagai anak keluarga koruptor legendaris dalam dunia politik Jepang, demi menjatuhkan orang lain dia pasti akan melakukan hal itu. Sayangnya kali ini yang dia lawan adalah seorang Madam cinta dari trio mak comblang. Pengalaman 'bertempur'-nya lebih banyak darinya.

Selangkah ke depan? Jangan membuat Kuina tertawa. Kadal laut itu selalu berpikir dua-tiga langkah ke depan. Memiliki kartu truf di saat terakhir itu sudah menjadi ciri khasnya. Karena itulah dia juga menyuruh Marco mengajak teman-temannya sesama anak angkat Jenderal Shirohige ke gym.

Bala bantuan Kuina itu tidak satu, melainkan dua. Kuina sudah memikirkan sejauh itu bahwa kemungkinan Doflamingo membawa anak buah lebih banyak dari anak buah Kid. Beruntung Marco tidak sengaja bergabung dalam kelompok abal-abal cinta mereka karena ikut campur. Jadi dia bisa memanfaatkan statusnya sebagai bos di antara anak angkat mantan pemimpin pasukan bela diri Jepang.

Sekarang yang perlu dikhawatirkan hanya satu.

Luffy menang atau tidak.

.

.

Doflamingo tak pernah mengira dia akan bertarung selama ini. Awalnya dia yakin dia bisa mengalahkan Luffy dalam lima menit, tapi lihat sekarang. Nyaris satu jam mereka saling bertarung dan Luffy belum jatuh juga. Padahal kulit kepalan tangannya sudah mengelupas akibat terus memukuli Luffy. Dari tadi dia menahan rasa perih tersebut dengan raut wajah meringis. Belum lagi sendi lututnya yang rasanya ingin patah. Tendangan kaki kanan Luffy sebelumnya mengenai bagian tersebut tanpa bisa Mingo elakkan.

Dia benar-benar kesusahan berdiri. Meski dia cukup lega beberapa serangannya bisa mengenai lawan di hadapannya, sehingga pipi kiri dan mata kiri Luffy sedikit memar. Singkatnya dia terlalu percaya diri akan menang, saudara-saudara.

Mungkin Mingo bisa membodohi Luffy, tapi Zoro tidak. Cowok itu menyadari kondisi kakinya dan melihat sebuah kesempatan menang. Dia pun tak mau membuang waktu, "Oi, Luffy! Incar kaki kirinya!"

Ketua Shichibukai tersentak kaget. Dia ketahuan! "Roronoa brengsek! Dia tahu!?"

Luffy masih mengatur napasnya yang tersengal-sengal hingga kemudian melirik kaki kiri Doflamingo. Memang benar dia merasakan hal aneh. Kaki tumpuan kuda-kuda Doflamingo awalnya kiri berubah menjadi kanan. Awalnya dia menganggap itu hanya variasi serangannya saja. Ternyata tidak, huh?

Senyum seringai ketua OSIS Tokyo Galaxy muncul, "Hei, Doflamingo. Kakimu kenapa? Kalau memang sakit, aku bisa memesan kursi roda untukmu sekarang juga..."

"Ka-kauuuu..."

"Hahaha... omong-omong kau sudah membuat Hancock terluka sampai duduk di kursi roda, 'kan? Kali ini, aku akan membuatmu seperti itu juga." ujar Luffy lagi.

Emosi Doffy terpancing. Dia pun berteriak penuh kemarahan, "Keparat! Jangan meremehkanku!"

Hancock yang mendengar ejekan Luffy barusan juga ikut menimpali. Ayolah, siapa yang tidak senang dendamnya terbalaskan? Kaki kiri Doflamingo takkan bertahan lama. Jadi dia akan mengejeknya selagi bisa, "Kau tahu, Doflamingo? Aku ini perempuan yang baik. Aku bisa meminjamkan kursi rodaku padamu. Yaaa... itu kalau kau mau.." begini katanya dengan ekspresi menyebalkan.

"Tutup mulutmu, perempuan ular! Setelah aku mengalahkan pacarmu ini, akan kupastikan kau takkan bisa berjalan selamanya!"

"Oi, oi, begitukah caramu bicara pada seorang lady? Kau rendah sekali.." timpal Sanji.

"Sudahlah, menyerah saja. Lebih baik tidur siang saja sana," sahut Nami ikut memanasi.

Ya, mereka sudah tahu dari tadi. Semakin emosi Doflamingo terpancing, semakin ceroboh pula dirinya. Mereka tidak bisa melepaskan kesempatan ini.

"Kau benar-benar tidak mau duduk di kursi roda? Padahal Hancock sudah berbaik hati meminjamkan padamu," ucap Kaya bernada dibuat sok imut.

"Aku bisa memijat kakimu, lho. Gratis tanpa dipungut biaya," kata Robin tersenyum palsu.

"Bangsat! Akan kubunuh kalian! KUBUNUH!" beginilah suara hati Doflamingo yang siap meledak bagaikan gunung volcano. Dirinya benar-benar muak mendengar kepedulian dalam kepura-puraan dari teman-teman Luffy. Giginya menggeretak kesal seolah ingin menghajar mereka dari tadi jika ketua mereka tidak menghalangi.

Bukan hanya Doflamingo, anak buahnya juga tersulut emosi. Bahkan mereka sudah mengangkat senjata mereka ke atas beramai-ramai. Benar-benar barbar. Mari kirimkan do'a pada si pemilik gym mengingat gym-nya tidak akan berakhir selamat setelahnya.

"Okashiraaa! Jangan kalah!"

"Cepat habisi laki-laki itu!"

"Tunjukkan pada mereka seperti apa keluarga Donquixote!"

Gemuruh semangat penonton menggema di belakang Doflamingo. Sebentar laki-laki itu menoleh ke belakang melihat mereka walau napas nyaris habis. Wajah anak buahnya yang sama membara seperti dirinya membuat semangatnya naik lagi.

Sambil menahan rasa sakit, dia segera kembali ke posisi siaga. Dia siap kapan saja ketika Luffy datang padanya. Tinju kanannya siap menyambut, "KEMARI, MUGIWARA!"

Luffy semakin gerah melihat Doflamingo tidak mau menyerah dari tadi. Amarah naik hingga ke ubun-ubun, "Huh! Aku cukup membutuhkan dua serangan lagi untuk benar-benar menjatuhkanmu! Bersiaplah!"

"Tak usah banyak bicara! Buktikan 'dua serangan'-mu itu!" Doflamingo menantang maut.

Waktu semakin sempit. Berkali-kali Kuina melirik jam tangannya, namun kegelisahan belum juga hilang. Tak bisa begini terus. Apalagi Marco dan kawan-kawan belum datang, ditambah tak ada kabar dari Kid. Kalau begini, mau tak mau dia harus menyelesaikan masalah disini lalu menyusul mereka.

Memang seperti perkataannya waktu itu. Luffy termasuk kunci selesainya kasus ini.

"JANGAN BUANG WAKTU, LUFFY! HABISI DIA!" teriak Kuina lantang.

Waktunya unjuk gigi.

"YOSHAAAAAA!"

Luffy maju menerjang ketua Shichibukai tersebut, mempersiapkan tinju kanannya agar didaratkan pada wajahnya. Sayangnya tinju itu hanya memukul angin karena Doflamingo refleks menunduk sambil menahan sakit dari kakinya. Ya, menekuk lutut tentu menjadi sebuah pancingan bagi kondisi tubuhnya.

"Ugh!" meski meringis kesakitan, Doflamingo tidak mengendurkan serangan. Dengan lihai dia mengangkat lutut kanannya dan mengenai perut Luffy.

DUAGH!

Luffy tertohok. Batuk darah segar keluar dari mulutnya sampai dia jatuh terjungkal. Seketika perasaan was-was menghampiri seluruh pendukungnya.

"LUFFY!" Hancock tak bisa menutupi kecemasannya. Dia berteriak dengan raut wajah sangat takut. Sambil memegangi tali ring, dia terus berdo'a dalam hati.

Demi apapun, cepat selesailah pertarungan ini!

"MATILAH, MUGIWARAAAA!" sambil berteriak penuh percaya diri karena yakin akan menang, Doflamingo melayangkan tinju kanan pada Luffy.

Namun dia tak menyadari. Egonya memalingkan itu semua darinya. Celah dari bawah bagian tubuhnya terbuka lebar.

Luffy tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Sebelum tinju Doflamingo mengenainya, lebih dulu dia melesat maju. Dengan tangan kanan menopang tubuhnya, Luffy menyarangkan tendangan kaki kiri lurus ke atas tepat mengenai dagu Doflamingo.

BUAGHH!

Doflamingo tertendang ke atas. Darah segar kembali mengalir dari sudut bibirnya. Meski berteriak kesakitan, dia tak bisa menggerakkan tubuhnya sedikit pun. Pandangannya kabur. Dia tahu ini gawat!

Insting petarung Monkey D. Luffy bangkit. Sebelum Doflamingo jatuh, Luffy lari melompat ke tiang sudut ring. Dari sana, dia melompat tinggi lagi dan siap melayangkan tendangan kaki kanan ke perutnya.

Sejenak waktu terasa berhenti.

Semua orang melongo melihat akhir pertarungan.

Doflamingo yang tahu ini adalah akhir, dia hanya bisa berteriak putus asa pada Luffy yang berada di atasnya, "BAJINGAN KAU, MUGIWARAAAA!"

"HEEYAAAAAAHH!""

DUAGHH!

BRUAGH!

Tubuh Doflamingo membentur keras lantai ring! Tubuhnya yang tertekuk ke depan akibat tendangan barusan kembali membujur telentang! Hanya dalam sepersekian detik, pupilnya memutih. Tak bergerak sedikit pun.

Kesadarannya hilang.

Sementara Luffy tak bisa menahan berat tubuhnya hingga ikut terjatuh. Ya, walau nasibnya masih lebih baik. Dia cukup mampu berlutut dan berdiri lagi sambil mengatur deru napasnya yang menggila.

Pemandangan yang menarik.

Senyumnya terus terukir begitu menatapi laki-laki yang tak bosan-bosannya mengganggu hidup orang lain telah kalah.

Sejujurnya ini diluar dugaan Crocodile. Siapa kira ketuanya akan kalah tragis begini? Tapi sebagai wasit yang adil, dia masuk ke ring lalu mulai menghitung mundur, "10! 9! 8! 7!"

Hitungan mundur terus berjalan, namun bocah sial itu tak menunjukkan tanda-tanda akan bangun. Tentu hal ini mengundang perhatian dari pendukungnya. Mereka sekonyong-konyong memanggil namanya demi tak rela dikalahkan.

"Okashiraa!" panggil salah satu pelayan Doflamingo. Dia tak percaya tuan mudanya yang tak pernah kalah dalam pertarungan bisa K.O karena bocah kurus macam Luffy.

"Bangun, Doflamingo! Apa yang kau lakukan!? Cepat berdiri!" sahut Teach.

"Ayo, bangun, sialan! Jangan rendahkan harga diri Shichibukai!" emosi Moria mendidih. Tapi kenyataannya orang yang dipanggil tak kunjung bergerak.

Crocodile tahu dia harus menyelesaikan tugasnya. Meski dalam hati dia tak percaya hari ini akan datang. Menghitung akhir sikap sombong sang ketua yang terbujur kaku.

Apakah ketua Shichibukai akan kalah disini?

"3!"

Tiga detik lagi. Nami mengatupkan tangannya sembari memohon, "Kalah! Kalah! Kalah!"

"2!"

"Menang! Kali ini pasti menang!" batin Sanji sampai berkeringat dingin di saat kritis.

Hingga akhirnya hitungan terakhir.

"1!" begini hitungan lantang Crocodile sambil memukul keras lantai ring.

Sudah berakhir.

Ketua Shichibukai sekaligus anak dari keluarga Donquixote tamat.

.

.

Hening menyapa.

Para penonton setia lebih memilih bengong dan membuka mulut selebar-lebarnya persis kuda nil. Sementara tak ada yang mengeluarkan suara karena terlalu shock dengan apa yang berada di hadapan mereka.

Kaya mengedipkan mata berkali-kali. Bukan bermaksud main mata, tapi demi memastikan pandangannya tidak kabur alias berilusi. Mulutnya terkatup-katup layaknya ikan koi kekurangan air, "Ta-tak mungkin..."

"Doflamingo..." gumam Kouza ikut tidak percaya.

.

.

"...Kalah?"

.

.

Crocodile langsung mengangkat lengan kanan Luffy ke atas. Dia menarik napas panjang kemudian berteriak, "Pemenang dari pertarungan ini adalah...MONKEY D. LUFFY!"

Itu dia!

Panggilan kemenangan!

"HUOOOOOOOOOO!" akhirnya penantian panjang terbayar. Seluruh anak buah Kid beserta trio Mak Comblang mengangkat tinju ke atas diiringi serangkaian lompat saking terlalu senang.

Zoro dan Sanji juga langsung saling tukar salam tinju satu sama lain, "YEAAAHHH!". Ya, mereka yang biasanya tidak akrab ternyata bisa sehati berkat Luffy. Senyum sumringah mereka berganti menjadi saling merangkul dan bergabung merayakannya bersama anak buah Kid.

"MENANG! KITA MENAAAANG!" kalau ini Nami dan Kaya yang juga ikut bersorak.

Hancock juga tak bisa menyembunyikan rasa senangnya pula. Andai saja kakinya tak lumpuh, dia pasti sudah berlari menghamburkan diri ke pelukan Luffy. Walaupun begitu, air di sudut pelupuk matanya sudah menggenang dan kemudian mengalir membasahi pipi.

Benar kata Luffy. Dia akan menangis bahagia karenanya.

"...Luffy..."

.

.

"...Arigatou..."

.

.


...FanficLuHanbaruakanhadirbegituinitamat...

~chapterthirty~

...Karenapenulispayahmenulisadeganaksi,makagenrenyasliceoflifehumor...


.

.

Disisi lain, gudang bawah tanah keluarga Donquixote...

.

.

"Apa katamu!? Kau sudah gila, ya!?"

"Simpan ceramahmu nanti! Yang penting cepat bawa ini semua dan pergi dari sini!

"Jadi maksudmu aku pergi begitu saja meninggalkan kalian!? Apa karena aku perempuan, makanya kalian meremehkanku!?"

Situasi macam apa ini?

Setelah gudang terbuka dengan kata sandi 'Doflamingo-sama wa hontou ni sugoii', Bege segera masuk mengobrak-abrik seisi gudang selagi teman-temannya menghalangi mereka. Beruntung di dalam gudang itu hanya ada satu rak yang berisi dokumen-dokumen, sementara alat-alat yang Bege tak mengerti beserta mesin-mesin mengisi gudang tersebut.

Karena tak ada waktu lagi, Bege terpaksa mengambil semua dokumen tanpa melihat isinya kemudian dia masukkan ke dalam ransel besar dan tas tangan. Setelah itu, dia berlari keluar dari gudang mendekati Bonney yang terengah-engah berdiri disana. Selanjutnya terjadi sesuatu diluar perkiraan.

Dia memakaikan ransel itu pada punggung Bonney dan memberikan serta tas tangan tersebut. Wajar Bonney terkejut. Dia mengeluarkan protes pada laki-laki gendut itu, namun digubris. Apalagi setelah dia mendengar dari mulutnya bahwa dia diminta pergi layaknya pengecut.

Dia tak bisa menerima itu. Jewelry Bonney adalah salah satu Jenderal geng Supernova!

"Kora, Bonney! Tidak ada waktu lagi, bodoh! Sudah, cepat pergi!" Bege mendorong punggung Bonney.

Bonney masih tak mau pergi. Dia menahan langkahnya dan berbalik, "Ta-tapi-!"

"Aku janji kami semua akan pulang dengan selamat! Sekarang, pergilah!" sahutan Kid barusan sukses membuat Bonney melirik jengkel padanya.

Sang ketua mendukung keputusan konyol ini?

"Kiiid! Temeee! Beraninya kau—-ah!" belum sempat Bonney menghajar bocah itu, lebih dulu Kid berlari mendekatinya lalu memegang keras bahunya.

"Dengar, Bonney..." pertama kali Kid bisa seserius ini. Bonney sampai kehabisan kata-kata, "Bawa ini semua ke rumah Ace. Kau akan aman disana. Lalu hubungi Kuina kalau kita berhasil menyelesaikan misi ini. Jangan lupa, Bonney. Masa depan Hancock bergantung pada ini juga."

Bonney meneguk ludah sendiri saking begitu gugup.

Ternyata memang tak ada pilihan lain, huh?

"Ba-baiklah kalau itu maumu..." keputusan akhirnya dikeluarkan.

Kid tersenyum. Dilepasnya kedua tangannya dari bahu perempuan itu. Sedetik kemudian, dia berlari kencang membawa semua bukti menjauh dari sana.

Sayangnya tidak semudah itu. Para pengawal Doffy tahu apa yang dibawa Bonney adalah sesuatu yang tak boleh jatuh ke tangan orang lain. Segera mereka bangkit dan mencoba menghalangi Bonney. Pica dan Diamante berdiri di jalannya.

Bonney mendecih kesal. Kalau begini memang harus dia yang melawan dua orang itu, "MINGGIIRRRRR!"

"PEREMPUAN BRENGSEK! BERIKAN KEDUA TAS ITU PADA KAMI!"

"Sudah kubilang untuk minggir, 'ka-!"

DUAGH! DUAGH!

Tanpa peringatan, Bonney melongo melihat tendangan Killer serta Drake bersarang pada wajah Pica dan Diamante. Kedua musuh menyebalkan itu terpental jauh ke belakang. Sudah tak ada lagi pengganggu. Kedua temannya itu pun berdiri tegak di hadapannya demi melindungi akhir misi ini.

"Ka...kalian..."

"PERGI, BONNEY!" teriak Killer lantang.

"Eh? Si-SIAP!"

Bonney pun kembali pergi berlari meninggalkan teman-temannya menuju tempat awal dimulainya misi ini.

Kediaman keluarga Monkey.

.

.

Sementara itu di sebuah tempat yang berjarak beberapa ratus meter dari Gym Motomura...

.

.

Dua truk besar yang mengangkut puluhan orang semakin mendekati lokasi pertarungan. Puluhan orang yang membawa pemukul baseball tersebut sudah tidak bisa menahan darah semangat mendidih begitu mengetahui lawan mereka adalah keluarga Donquixote. Ekspresi serius menghiasi wajah mereka sampai tidak ada obrolan santai sebelum bertempur.

Disanalah dia berada. Marco, salah satu anak angkat Jenderal mantan pemimpin pasukan bela diri Jepang, duduk pada selusur besi di belakang kepala truk. Berpose mengangkat lutut kanannya dan pemukul disandarkan pada bahu kiri. Diam-diam menghitung waktu sampai mereka tiba.

Tiga menit lagi, huh? Baiklah, ini saatnya momen pidato.

"Kita akan tiba sebentar lagi! Kalian siap, teman-teman!?" teriaknya mereka.

Spontan seluruh teman-temannya melongok padanya. Terukir sudah seringai di wajah kemudian membalas teriakan Marco barusan dengan mengangkat senjata mereka tinggi-tinggi.

Sudah siap atau tidak?

Mereka sudah siap dari tadi.

"SIAAAAAAPPP!"

Suara mereka bergemuruh hingga jadi perhatian para pejalan kaki. Namun mereka tak peduli itu semua. Cukup fokus pada misi yang diberikan Marco.

Marco sendiri semakin percaya diri bahwa Dewi keberuntungan berpihak padanya. Sekarang dia benar-benar tak sabar menabok wajah Doflamingo.

"Tunggulah, Luffy! Bala bantuan akan datang!"

.

.

TO BE CONTINUED.

.

.


Author's note: Oke, sip! Chapter ini adalah chapter dimana berakhirnya pertarungan Luffy dan Doflamingo. Hmm...kalau Penulis boleh mengira-ngira... tampaknya fanfic ini akan tamat tiga atau empat chapter lagi. Tapi itu belum ditambah side story, ya. Penulis berencana membuat bersatunya pasangan yang tak terlalu disorot itu pada side story. Semua tergantung pembaca mau atau tidaknya. Oh ya, Penulis ada pengumuman yang ditulis di tengah-tengah cerita. Itu kalau kalian menyadarinya, sih. Hehehe. Well, akhir kata = REVIEW.

THANKS A LOT, MINNA-SAN ^_^!