AKATSUKI KELILING DUNIA

Chapter 30. Epilogue

Desclaimer : Masashi Kishimoto

Genre : Humor/Adventure

Rating : K+

Summary : Akatsuki mendapatkan hadiah keliling dunia secara gratis bersama Naruto si tourguide ceroboh dan Sasuke si pilot dadakan./ "WHAAAT?! APA YANG TERJADI DENGAN RUMAH KITA?!"/ "Menjauhlah kalian para setan! Jangan ganggu Itachi! Homina homina homina!"/ "Woi! Aku tidak kesurupan, sialan!"/Chapter 30. Ending

.

.

.

DUAARR!

BLAAAARRR!

DUAAARRRR!

Warna-warni kembang api menyambut kedatangan pesawat Konoha Air. Mereka mendarat di sebuah lapangan besar di samping gedung Konoha Tour and Travel.

Teriakan heboh menyerbu telinga mereka begitu Akatsuki keluar dari pesawat. Rupanya ada banyak orang yang menunggu kedatangan mereka. Deidara jadi terharu. Di sampingnya, Itachi melambaikan tangannya. 'Inikah rasanya jadi artis' gumam Itachi dalam hati.

"NARUTOOO!" terdengar suara cempreng menggema di lapangan tersebut. Tak lama kemudian dari balik kerumunan orang, keluarlah seorang wanita berambut merah.

"Kaa-san?!" pekik Naruto kaget.

"Dasar anak durhaka! Kau bahkan tidak meneleponkuu!"

Sementara Naruto menyelesaikan urusan dengan Ibunya, Akatsuki pun di giring ke belakang sebuah panggung. Disana ada seorang wanita berambut merah, yang merupakan saudara dari Naruto. Wanita bernama Karin itu menuntun Akatsuki, Sasuke serta Sakura memasuki ruangan make-up.

"Waaw, kita benar-benar seperti artis," Kisame berdecak kagum. Setelah semua anggota Akatsuki di dandani menjadi lebih baik. Mereka pun naik ke atas panggung. Rupanya disana sudah berdiri Naruto selaku pembawa acara tersebut.

"Ya, mari kita sambut, ini dia... AKATSUKIII! " teriak Naruto sambil membentangkan tangannya lebar-lebar kearah Akatsuki. Para penonton pun bertepuk tangan dengan riuh. Itachi melambaikan tangannya ke arah penonton. Tobi melompat-lompat kegirangan. Saking semangatnya ia melompat, pemuda bertopeng itu mehancurkan lantai panggung dan terperosok ke dalam sana.

"Huaaa! TOLONG!" pekik Tobi. Para kru pun segera menolong Tobi dan menutup tirai panggung agar tidak terlihat oleh penonton. Para penonton pun bersweatdrop ria begitu menyaksikan pembukaan nista tersebut.

Setelah menunggu beberapa menit, tiraipun kembali di buka. Akastuki pun berdiri dengan kikuk di atas panggung. Terlihat sebuah lubang bekas Tobi terperosok di lantai panggung.

Setelah berdehem, Naruto pun melanjutkan acaranya.

"Baiklah, selanjutnya ada juga pilot handal kita dan pramugari cantik kita, UCHIHA SASUKE dan HARUNO SAKURAA!" masuk lah seorang pemuda berambut raven bersama wanita berambut merah muda berjalan diatas panggung.

"Ssstt, kenapa dengan kepalanya?" bisik Hidan begitu melihat benjolan di kepala Naruto.

"Seorang ibu itu menyeramkan," hanya itu jawaban dari Kakuzu.

"Seorang nenek lebih menyeramkan lagi," timpal Sasori.

"Baiklah, silakan duduk teman-teman! Mari kita mulai bincang-bincang kita!"

Akatsuki tampak celingukan. Disana hanya ada 2 kursi. Satu kursi tampaknya milik Naruto.

"Kita duduk dimana?" tanya Itachi.

"Ah, maaf, sepertinya para kru lupa menyiapkan kursi. Jadi satu orang duduk di kursi dan sisanya duduk di lantai panggung saja ya," pinta Naruto.

"Apa? Kita ini artis! Masa kita duduk di lantai?!" protes Itachi.

"Apanya yang artis," gumam Naruto sweatdrop. "kalau tidak mau duduk silakan berdiri saja," ujar Naruto.

"Ah, kita berdiri saja," putus Pein. Satu kursi yang tersedia digunakan Konan untuk duduk. Bukan karena mereka mengutamakan wanita. Tapi wanita itu sudah mengancam Akatsuki duluan.

"Oiya, perkiraan acaranya 2 jam," Naruto memberitahu. Setelah bersweatdrop ria mereka pun akhirnya duduk di lantai. Yang benar saja, berdiri selama 2 jam? Lutut Itachi tak akan sanggup.

"Apa kalian sudah siap mendengarkan wawancara keliling dunia ini?!" tanya Naruto dengan suara lantang.

"Siaaappp!" teriak para penonton. Di salah satu barisan penonton, Naruto melihat Hinata yang sedang berdiri menonton acaranya

"Oh!" Naruto melambaikan tangannya ke arah Hinata. Gadis itu tersipu malu. Tanpa di duga, di samping Hinata berdiri Shion yang juga membalas lambaian tangan Naruto.

"Hah?! Ke-kenapa dia juga ada disini?!" pekik Naruto.

"Oia, aku lupa memberitahu kalau para tourguide berkumpul disini juga," celetuk Kakashi yang ternyata sedang duduk di sisi panggung. Naruto mengedarkan pandangannya ke seluruh penonton. Benar saja, disana ada Guy dan Rock Lee. Neji, Sai, Gaara, bahkan Nenek Chiyo pun juga hadir.

"Kenapa aku kesal melihat wajah mereka ya," gumam Naruto. Tanpa basa-basi lagi, Naruto pun memulai acara talk show keliling dunia tersebut.

"Baiklah, pertanyaan pertama. Bagaimana perasaan kalian setelah tour keliling dunia?"

"Perasaanku sangat campur aduk," sahut Konan.

"Pasti saking bahagianya ya?"

"Bukan, saking meratapi kesialan kami," jawab Konan dengan wajah datar.

"Hahaha," Naruto tertawa kikuk. "Dia memang suka bercanda," celetuk Naruto.

"Baiklah, selanjutnya Negara mana yang paling kalian sukai? Coba ceritakan pada para pentonton," pinta Naruto.

"Tobi! Tobi! Tobi mau cerita!" Tobi mengangkat tangannya tinggi-tinggi, Naruto pun memberikan mic-nya pada Tobi.

"Tempat yang paling Tobi sukai adalah Australia! Disana Tobi berlari riang gembira bersama para biri-biri!" ucap Tobi sambil berlari-lari di atas panggung.

"Apanya yang riang gembira, sialan! Kita dikejar biri-biri!" bentak Pein kesal.

"Oke selanjutnya, siapa yang mau menjawab?" tanya Naruto.

"Aku! Aku!" seru Itachi. "Tempat yang paling aku sukai adalah China! Karena disana aku dan Sasuke menggunakan baju couple berwarna hijau ketat! Aku bahkan menyimpan bajunya untuk aku pakai nanti bersama Sasuke!"

"WTF?! Aku tidak akan pernah memakai baju nista seperti itu lagi!"

"YOSH! SALAM SEMANGAT MASA MUDAA!" terdengar suara teriakan dua orang yang tidak asing di telinga mereka. Rupanya itu Guy dan Lee yang bersorak karena pujian Itachi.

"Kenapa mereka ada disini?!" pekik Sasuke yang masih trauma dengan Guy dan Lee yang memaksanya mengenakan baju nista berwarna hijau.

"Oke pertanyaan selanjutnya. Siapa Tour Guide Favorite kalian?" tanya Naruto sambil membaca kertas yang disediakan oleh kru berisi daftar pertanyaan untuk Akatsuki.

"Aku suka Nenek Chiyo, un!" jawab Deidara.

"Aku suka Shion!" ujar Pein dengan semangat.

"Aku suka Guy dan Lee!"

"YOSHAA! HIDUP ITACHI-SAMA!" seru Guy dan Lee di depan barisan penonton.

"Aku suka Kankurou!" jawab Sasori.

"Tunggu dulu, Kankurou bukan tour guide," ralat Naruto.

"Pokoknya aku suka Kankurou!"

Sementara itu di Mesir...

"Hachuuuu! Hachuuuu!" Kankurou bersin-bersin hingga membuat beberapa kipas koleksi Temari berhamburan.

"Astagaa! Kau merusak kipas-kipasku!" omel Temari.

"Maaf. Tiba-tiba saja aku merasa merinding. Aku rasa ada seorang pria yang menyukaiku," Kankurou mengusap tangannya yang terasa merinding.

.

"Favorite Tour Guide ku adalah Gaara," ucap Konan.

"Aku pilih Temujin," celetuk Kakuzu yang langsung mendapat tatapan aneh dari Akastuki cs.

"Kalau aku suka... s-s-sa-sakura," ucap Zetsu dengan wajah bersemu merah. Akatsuki menatap Zetsu dengan tatapan shock. Beberapa saat kemudian Tobi pun berkata, "Cie...cie... Zetsu-senpai suka Sakura-Chan!"

"Ciee...cieee!" Akatsuki cs pun ikut menggoda.

"Apa maksudmu sialan, dia menyukaiku sebagai Tour Guide Favorite! Aku ini kan Tour Guide di Korea!" amuk Sakura.

"O-oke, pertanyaan selanjutnya!" Naruto segera menginterupsi sebelum Sakura semakin mengamuk.

"Bagaimana perasaan kalian setelah selesai melakukan Tour Guide keliling dunia?"

"Perasaanku sangat lega. Akhirnya kita bisa kembali ke rumah dengan selamat. Aku sempat berpikir akan mati di penerbangan pertama," ucap Konan.

"Perasaanku juga lega, akhirnya aku tidak usah mengkhawatirkan uangku akan hilang, tertinggal ataupun rusak lagi."

"Perasaanku juga sangat senang akhirnya aku bisa kembali bersama piranha peliharaanku di rumah."

"Aku senang kita sudah kembali karena Jashin-sama sudah tidak sanggup menolongku lagi jika aku masih berkelana bersama tour nista ini."

"Tobi sangat senang bisa ke Konoha. Tapi Tobi akan lebih senang lagi jika kita kembali keliling dunia. Itu sangat menyenangkan!"

"Woww! Kalian bisa keliling dunia kapan pun kalian mau! Kami akan berikan diskon khusus untuk kalian!"

"TIDAAAĶ! KAMI HANYA AKAN PERGI JIKA ITU GRATIS!"

"Gratis pun aku tidak mau," timpal Sasori pelan.

"Baiklah, cukup sekian tanya jawab kita bersama Pemenang Tour Keliling dunia. Bagi kalian yang ingin merasakan sensasi keliling dunia yang menyenangkan silakan hubungi team kami untuk mendaftar!" Naruto pun akhirnya menutup acara talk show tersebut. Akatsuki bernafas lega, akhirnya mereka bisa pulang sekarang. Kisame sudah tidak tahan ingin melihat ikan-ikan peliharaannya. Tapi begitu mereka turun panggung, Naruto berkata,"untuk kalian, jangan dulu pulang ya. Kita ada acara makan siang bersama para Tour Guide untuk perpisahan."

.

Akatsuki cs dan para tour guide kini sedang berkumpul di sebuah restoran. Mereka semua duduk lesehan mengitari meja yang sangat besar.

"Waw! Aku senang sekali bertemu kalian lagi. Aku akan pakai baju pemberian kalian agar kita terlihat matching, ayo Sasuke!" ajak Itachi.

"Apa? Aku tidak mau! Aku sudah merobek baju itu dan membakarnya di perapian!" tandas Sasuke.

"Oh, jangan khawatir, kami punya banyak persediaan!" ucap Guy sambil mengeluarkan baju hijau dari dalam tasnya.

"TIDAAK! AKU TIDAK MAU!" pekik Sasuke.

"Jangan malu-malu! Ayo kita pakaikan untuk pria pemalu ini, Lee!" ajak Guy sambil menyeret Sasuke ke kamar mandi.

"Ayayay, kapten!" seru Lee penuh semangat.

"Tidak! Apa-apaan ini! Lepaskan aku! Aku tidak mau!" teriak Sasuke sebelum pria itu menghilang di balik pintu toilet.

Sementara itu Naruto duduk di samping Hinata, ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini karena Neji belum datang. Syukurlah pesawat yang Neji tumpangi untuk terbang ke Jepang mengalami delay beberapa jam.

"Hai, Hinata. Apa kabar?" tanya Naruto basa-basi.

"B-baik," jawab Hinata singkat sambil menunduk.

"Jangan malu-malu begitu, Hinata. Sekarang kita bisa mengobrol bebas karena Neji belum datang. Jadi tidak akan ada yang mengganggu kita," ucap Naruto sambil cengengesan untuk menutupi kegugupannya.

"Na-Naruto-kun... sepertinya se-seseorang di b-belakangmu tidak suka kita mengobrol," ucap Hinata masih dengan menunduk ketakutan. Sesekali ia melihat ke belakang Naruto.

Naruto pun menengok ke belakang, "Tidak ada siapa-siapa. Tidak ada Neji di belakangku. Itu artinya tidak ada masalah kan? Yang di belakangku ini Shion, dia adalah..., eh? SHION?! Sedang apa kau dibelakangku?!" pekik Naruto begitu mendapati Shion yang berdiri di belakangnya dengan tatapan horror.

"Kau mendekati wanita lain? Bahkan setelah kau berjanji akan menikah denganku waktu kecil?" tanya Shion dengan wajah yang menyeramkan.

"A-apa?! Kau berjanji menikahinya? Dasar lelaki buaya!" Hinata pun berdiri dan berbalik untuk pergi keluar dengan berurai air mata.

"Eh- tu-tunggu Hinata! Ini tidak seperti yang kau pikirkan!" Naruto berusaha mencegah Hinata pergi. "Sudahku bilang itu hanya permainan anak-anak! Waktu itu kita sedang main rumah-rumahan! Aku tidak benar-benar berjanji!" jelas Naruto. Kemudian pria pirang itu pun memutuskan untuk mengejar Hinata.

"Tunggu, Naruto-kun! Jika kau mengejar Hinata, aku ramalkan kau akan babakbelur!" ucap Shion dengan wajah datar.

"Itu tidak mungkin. Hinata bukan type orang yang suka memukul orang!" ucap Naruto kemudian melanjutkan perjalanannya untuk mengejar hinata. Baru saja beberapa langkah menuju pintu, seorang pria berambut cokelat dengan mata putih berdiri sambil berkacak pinggang. Naruto yang melihat itu pun segera menghentikan acara berlarinya.

"Ne-Neji?" Naruto Shock.

"APA YANG KAU LAKUKAN PADA HINATA SAMPAI DIA MENANGIS HAH?!"

"Ti-tidak i-itu hanya salah paham, aku aku aku-"

"Jangan banyak alasan kau, sialan!"

Buaghh

Pow

Buaghh

Braakk

Kretekk

"Sudah ku bilang 'kan?" ucap Shion saat Naruto lewat di depannya dengan wajah babak belur.

Di sisi lain meja, Sasori mendekati Gaara dan duduk di sebelahnya.

"Ekhm," Sasori berdehem untuk menarik perhatian Gaara. Namun pria bertato Ai itu sedang fokus memainkan ponselnya.

"Ekheemm!"

Sasori kembali berdehem lebih keras. Namun Gaara tetap bergeming.

"Ekhmm! Ekhmm! Ekhhmm!"

Sasori berdehem berkali-kali saking kesalnya. Aksi hebohnya itu pun akhirnya mengundang pperhatian nenek Chiyo yang sedang mengobrol dengan Deidara.

"Cucuku yang malang! Sepertinya dia kena penyakit batuk mematikan! Cepat telepon ambulans!" pekik Nenek Chiyo seraya berlari menghampiri Sasori.

"Batuk apa? Aku baik-baik saja!" bantah Sasori.

"Tidak, batukmu kedengarannya parah. Nenek akan membawamu ke klinik sekarang. Ayo, kita sekalian suntik tetanus!"

"Whaat? Kenapa mesti suntik tetanus segala?! Aku tidak mau disuntik!" Sasori pun berlari menghindari nenek Chiyo. Tobi yang melihat Sasori dan nenek chiyo kejar-kejaran pun ikut berlari.

"Tunggu, Senpai! Tobi juga ingin main kejar-kejaran!" seru Tobi semangat. Guy, Lee dan Sasuke yang baru keluar dari kamar mandi pun melihat Sasori, Tobi dan Nenek Chiyo. Mata Guy berbinar-binar, "Rasanya air mataku tak dapat terbendung begitu melihat semangat masa muda yang membara ini! Ayo, Lee. Kita juga harus bergabung untuk olahraga bersama mereka!" seru Guy.

"Yosh! Aku selalu siap, Kapten!"

"Dasar tidak normal!" gerutu Sasuke yang kini sudah berpakaian hijau ketat. Baru saja ia menyelesaikan gerutuannya, tiba-tiba saja sesuatu menarik tangannya dan membuatnya ikut berlari bersama Guy dan Lee.

"WTF?! SEJAK KAPAN TANGANKU DI BORGOL BEGINI?!" pekik Sasuke begitu mendapati tangan kirinya yang terhubung dengan Guy oleh sebuah borgol.

.

.

.

"KELUAR KALIAN! DASAR &( ^#¥×" teriak pemilik restoran setelah menendang Akatsuki beserta tour guidenya.

Mereka semua di usir secara paksa setelah Tobi, Sasori, dan yang lainnya memecahkan perabotan restoran karena berlari kesana kemari.

Akhirnya para tourguide pun memutuskan untuk pulang. Begitu juga dengan Akatsuki. Ke 10 orang berjubah hitam itu kini berjalan menuju rumah mereka yang ada di pelosok hutan.

Hari mulai gelap, mereka menyusuri jalan setapak dengan bermodalkan cahaya ponsel Pein yang pas-pasan.

"Tempat ini jadi horror ya setelah lama kita tinggalkan," celetuk Kisame.

"Dari dulu tempat ini memang horror! Inikan hutan!" tandas Hidan. "Tapi tenang, aku akan lakukan ritual pengusir setan dengan garamku!" Hidan merogoh saku jubahnya untuk mengambil garam. Kemudian pria klimis itu menaburkan garam ke kepala Akatsuki.

"Haiisssh! Apa yang kau lakukan?! Kau pikir kepalaku ini asinan, un?! Garam itu tidak baik untuk rambut!" omel Deidara.

"Berisik! Kalau kau ditempeli setan, kita juga yang repot! Kau pikir menyadarkan orang yang kesurupan itu gampang?!" balas Hidan dengan sengit.

"WHAAAT?! APA YANG TERJADI DENGAN RUMAH KITA?!" teriak Itachi dengan heboh. Ia berteriak di depan sebuah gundukan abu yang cukup banyak.

"Apanya yang rumah kita? Itu hanya bekas pembakaran hutan. Berani-beraninya mereka membakar hutan saat aku tidak ada," gerutu Zetsu sambil berkacak pinggang.

"Tidak, ini rumah kita! Aku ingat betul rumah kita ada disini!"

"Halah, kau ini pelupa. Lagi pula kau kan sudah sebulan lebih tidak kesini, mana mungkin kau ingat!" celetuk Pein. "Ayo sekarang kita jalan lagi! Sepertinya langit mulai mendung."

"Tidak aku yakin sekali ini rumah kita! Ini rumah kita!" teriak Itachi. Hidan pun segera memegang tangan Itachi dan menaburi kepalanya dengan garam.

"Menjauhlah kalian para setan! Jangan ganggu Itachi! Homina homina homina!"

"Woi! Aku tidak kesurupan, sialan!" umpat Itachi.

Lama mereka berjalan, namun mereka tak jua menemukan rumah tercinta mereka. Itachi bahkan sudah terseok-seok saking lelahnya berjalan. Tobi bahkan sesekali melakukan salto untuk peregangan otot.

"Perasaan rumah kita tidak sejauh ini," gumam Konan yang menyadari ada yang aneh dengan perjalanan pulang mereka.

"Itu pasti karna kita sudah lama tidak kesini jadi perjalanan terasa lebih jauh," Pein tetap positive thinking. Hingga akhirnya mereka bertemu dengan seorang petani.

"SETAAAN! SETAAANN!" teriak petani tersebut begitu melihat wajah Pein yang tersorot senter.

"Woi! Aku bukan hantu!"

"Kalau begitu kalian pasti sekomplotan malaikat maut! Jangan ambil nyawaku! Aku masih ingin hidup, kebunku sebentar lagi panen!" petani tersebut tampak memohon dengan wajah melas.

"Bukaaan! Kami ini manusia!" jelas Konan.

"Huh! Bilang dong dari tadi! Berani-beraninya kalian menakuti orang tua!" gerutu petani tua tersebut.

"Eh? Kami tidak bermaksud menakuti. Em, ngomong-ngomong apa kau melihat sebuah rumah di dekat tanaman bunga bangkai?" tanya Pein.

"Rumah? Setahuku di dekat bunga bangkai hanya ada gua."

"Iya itu maksudku! Dimana ya letaknya? Kami sedikit tersasar."

"Gua itu sudah hangus sebulan yang lalu. Gara-gara ada yang lupa mencabut sebuah catokan rambut. Catokan tersebut meledak, di tambah lagi dengan banyak bubuk mesiu didalam sana. Jadi gua tersebut meledak dengan heboh," jelas petani tersebut sembari melenggang pergi.

Akatsuki kecuali Tobi dan Itachi hanya bisa memasang wajah kecut begitu mendengarnya. Mereka segera menatap Itachi dengan tatapan membunuh.

"Ke-kenapa kalian menatapku begitu?" tanya Itachi.

"Pasti kau yang lupa mencabut catokan kan?" tanya Pein penuh selidik. Itachi mundur perlahan-lahan. Dalam hitungan ke 3 dia pun lari sekencang-kencangnya.

"KYAAAAAA! MAAFKAN AKUU!"

"KEMARI KAU SIALAAAN!" serbu Akatsuki.

-End-

.

.

.

Omake

Tok...tok...tok...

Tok...tok...tok...

Dor...dor!

"Hoaaam, siapa sih yang bertamu selarut ini. Perasaanku jadi tidak enak. Barusan aku mimpi apa ya?" gumam Sasuke seraya berjalan gontai menuju pintu.

Setelah memutar kunci dua kali, pria raven itu pun membuka pintu.

Ceklek.

Terlihatlah segerombolan orang yang tak asing bagi Sasuke. Mereka bersepuluh memasang cengiran lebar yang mencurigakan.

BRAKKK!

Sasuke segera membanting pintu begitu melihat pemandangan horror itu.

"Sasuke, buka pintunya! Rumah kami kebakaran! Kami butuh tumpangan untuk beberapa waktu!" pekik Itachi diluar pintu.

"Tidak mau! Pergi kalian dari rumahku!"

"Woi, lewat sini tidak dikunci!" teriak Hidan yang menemukan pintu belakang rumah Sasuke. Sasuke yang mendengarnya pun buru-buru menghampiri pintu belakang. Terlambat. Kesepuluh orang itu sudah masuk, bahkan sudah menutup pintunya lagi.

"Wah, rumah adikmu luas juga," celetuk Konan. Gadis berambut biru itu segera duduk disofa untuk mengistirahatkan kakinya. Sementara itu Akatsuki yang lain berpencar kesana kemari. Ada yang membuka lemari Sasuke. Ada yang mandi, ada yang makan makanan Sasuke. Bahkan Itachi kini sudah tergeletak di kasur Sasuke.

Sasuke hanya bisa berdiri dengan mulut menganga lebar. Sepertinya mulai hari ini kesialan akan terus membuntutinya. Poor Sasuke.

.

.

.

A/N :

Huaaaaa akhirnya Akatsuki Keliling Dunia tamat juga. Bener-bener gak nyangka fict ini bisa sampe 30 Chapter.

Terimakasih banyak untuk para pembaca setia Akatsuki Keliling Dunia. Terimakasih juga sudah menyempatkan untuk mereview fict ini. Untuk yang Fav dan Foll fict ini, makasih banyak.

Review kalian selalu bikin aku cengar-cengir sendiri. Menjadi hiburan tersendiri buat aku. Makasih banyak yaa...

Sedih rasanya berhenti menulis fict ini. Tapi bukan berarti aku berhenti berkarya. Mungkin nanti aku akan bikin fict bergenre humor dengan chara Akatsuki lagi.. semoga kita bisa bertemu lagi, ne?

Sincerenly,

Fairyska-Chan ^_^