UPDATED

CHAPTER 13

.

.

Hermione mengerang kala merasakan bibir Draco sedang menciumi lehernya.

"Kau bangun?"

"Tentu, silly. Kau menciumi leherku"

"Maafkan aku, tapi kau tampak menggoda dengan bokongmu yang tidak tertutup selimut" senyum nakal Draco terpasang disana.

Hermione mendengus.

"Kau pulang larut lagi? Darimana?"

"Blaise mengunjungiku di kantor, ia ingin membahas tentang ramuan baru penambah stamina milik Malfoy corp, dan dia berniat membeli hak distribusinya"

Hermione hanya ber-oh saja.

"Tidurlah" Draco membuat Hermione senyaman mungkin berada di pelukannya. Dagu Draco menyender di pundak Hermione.

"Love"

"hmm.."

"Bila orang tua kita melakukan kesalahan apakah kita yang harus meminta maaf atau mereka yang meminta maaf"

"Setahuku mereka tidak mau disalahkan—yah egoisme orang tua seperti itu"

"Jadi kita yang harus meminta maaf"

"Tergantung besar atau tidaknya kesalahan mereka. Tapi kurasa begitu. Apa ada hubungannya dengan kekesalanmu pada Lucius dan Narcissa?"

"Iya"

Hermione mengelus lembut tangan suaminya yang melingkar nyaman di dadanya. "Ceritakan padaku"

"Aku marah pada ayahku karena perjodohan itu, yang membuatku nyaris kehilanganmu dan juga rasa bersalahku pada Astoria. Aku juga memprotes pandangannya tentang Pureblood Society dan marah karena menempatkanku di posisi sulit sebagai death eaters"

"Tapi kan semuanya sudah berlalu, kenapa kau malah membahasnya lagi?"

"Entahlah—mungkin karena aku tidak sempat berbicara dengannya waktu hukuman dijatuhkan dan Father langsung dimasukkan ke Azkaban jadi protes kemarahanku ini kutunda"

"Kau sangat pendendam dan kekanakan"

"Mungkin. Apakah sikapku ini wajar?"

"Kalau dilihat dari karaktermu sih hal itu wajar. Kau selalu kritis mengapa begini mengapa begitu. Disaat tidak ada jawaban kau mencarinya, dan sekarang untuk contoh kasusmu kau limpahkan rasa frustasi-mu dahulu pada Lucius, karena kau berpikir dialah sumber penderitaanmu. Benar begitu?"

"Kind of..."

"Itulah sebabnya kau tidak menyapa mereka?"

"Hhmm..." Draco hanya bergumam. Tentu saja ia tidak menceritakan semuanya. Setelah semua kejadian ini Draco berpikir bahwa yang dilakukan Lucius dan Narcissa adalah ingin menyelamatkan dia dari kutukan perjodohan dan memberikan dirinya kebahagian, walaupun caranya salah. Tapi yah..akhirnya ia bahagia. Rasa bersalah Draco pada Astoria-pun membesar 'Besok aku harus mengunjungi makam Astoria' putusnya.

"Berbaikanlah, will you? Jangan keras kepala. Bagaimana rasanya didiamkan oleh anak-anak kita nanti, Draco. Pasti kita akan sedih. Kau bisa merasakannya kan?"

"Kita tidak akan membuat anak-anak kita jadi membenci kita. Kita akan memberikan mereka yang terbaik"

"Kadang kita berniat ingin memberikan mereka yang terbaik. Kadang kita berpikir inilah yang terbaik untuk mereka. Tapi ternyata belum tentu juga dianggap baik oleh mereka. Salah paham selalu terjadi kan?"

"Kau benar"

"Jadi jangan bahas lagi yang sudah terjadi, husband. Apa gunanya?"

"Baiklah, wife"

"Aku ingin keluarga kita bahagia, hangat dan rukun. Termasuk dengan Lucius dan Narcissa. Lucius telah membayar semuanya di Azkaban, bisa kau bayangkan penderitaannya selama bertahun-tahun. Sikapnya juga baik kepadaku—dia sudah berubah, Draco. Dia tampak mencintai dan menyayangi anak-anak kita"

"Apa kau pernah berpikir untuk pindah dari Manor?"

"Aku akan mengikuti kemanapun kau pergi, my husband. Tapi apa alasannya? Jangan-jangan kau berpikiran seperti ini karena kau ingin menghindari Lucius dan Narcissa lagi? Selama ini kau tak pernah membahas kita agar keluar dari Manor"

"Jadi kau bahagia berada disini?"

"Tentu saja, silly. Aku bahagia asal kau dan keluargaku ada disampingku—dimana pun berada"

"Walaupun tanpa Lucius dan Narcissa?"

"Tak akan lengkap tanpa mereka, sayang"

"Ya sudah. Kita stuck di Malfoy Manor"

"Lagipula apa salahnya sih? Kukira kebahagian di Malfoy Manor karena kehadiranku. Manor akan sepi tanpa aku—kau tahu" kikik Hermione.

"Cih..sejak kapan kau jadi narsis begini?"

"Aku seorang Malfoy sekarang" Hermione tertawa.

Draco mencubit puting Hermione yang tersembunyi di balik lingerie-nya. Hermione terpekik.

"Well, karena kita berdua terbangun. Bagaimana kalau kau membangunkan punyaku"

"Dasar pervert"

Hermione bangkit dari tidurnya dan berlutut di depan perut Draco, menurunkan boxer suaminya dan menyentuh kejantanan Draco. Dielusnya lembut batang yang selalu menembus lorong kewanitaannya itu sebelum akhirnya menenggelamkan milik Draco di dalam mulutnya dan melumatnya.

Erangan berat Draco keluar dari mulutnya. Mata abu itu dikuasai birahi sekarang.

.

.

Semua anggota keluarga Malfoy berkumpul untuk sarapan pagi ini...

"Son, bagaimana acaramu dengan Grandfather kemarin? Apakah kau senang?" tanya Draco pada Scorpius yang sedang memisahkan brokoli di kentang tumbuknya.

"Aku bisa menaklukan Spirit, Dad. Grandfather membantuku. Aku menyukai Spirit, kuda itu sangat gagah dan larinya kencang, dia membawaku lari dan hampir saja aku terjatuh"

Hermione dan Narcissa terpekik bersamaan, ngeri—bila Scorpius kecelakaan.

Lucius cepat tanggap dengan kengerian para wanita Malfoy "Tenanglah, aku mengawasinya dengan sapu terbang"

Draco terkekeh. "That what's a man should do"

"Draco..!" protes Hermione.

"Anak kita harus belajar tangguh dan berani, love. Seorang Malfoy harus menguasai berkuda. Bukan begitu Father?"

Lucius terperangah mendengar sapaan Draco. Dia sedikit tersedak.

"Y-Yes, of course, Son" timpal Lucius. Tapi seulas senyum tipis kemudian tergambar di wajahnya.

Ekspresi Narcissa sama dengan Lucius, memandang tak percaya.

Draco mengatupkan kedua tangannya diatas meja, "Aku berpikir bagaimana kalau keluarga kita berlibur ke St. Ives. Pantai sepertinya cocok untuk menyegarkan otakku, Cassie sudah lama tidak bermain pasir. Kau setuju, Mother?"

Narcissa tersenyum penuh haru, "Menyenangkan sekali. Thank you, Son" perempuan ningrat itu meremas tangan Lucius yang berada di atas meja.

Hermione tersenyum lebar pada Draco dan mengangguk dengan tatapan penuh terima kasih.

Lucius menangkap itu, agaknya Hermione berhasil melunakkan kekeras-kepalaan anak semata wayangnya, dan tidak ada yang lebih melegakan dari itu. Hatinya bersyukur, nasib baik sangat berpihak padanya. Kini keluarganya bersikap menjadi normal kembali. Hati penyihir berambut panjang pirang pucat itu diselimuti kebahagiaan.

.

.

xxxxxxxxxxxx

.

.

Udara di St. Ives tidak panas tidak dingin. Normal saja kondisi suhunya, langit cerah dan beberapa awan mengumpul disana. Birunya laut yang terang serta ombak yang berdebur sedang, membuat liburan keluarga Malfoy ini sangat sempurna.

Agak aneh memang jika membayangkan Lucius menggunakan celana hawai dan kaos tanpa tangan serta Narcissa memakai bikini sedang tiduran bersantai di kursi pantai untuk berjemur. Jadi katakan saja Lucius memakai pakaian santai berupa kemeja putih dengan celana kain putih serta Narcissa memakai gaun kerah V berenda panjang tanpa tangan berwarna putih. Kedua Malfoy senior sedang duduk di beranda sambil menikmati jus labu dingin di piala perak memandang ke arah pantai, memperhatikan anak dan cucunya bermain. Sore ini cuacanya sangat bersahabat.

Sementara Hermione setengah berbaring di kursi malas yang terletak di gazeebo yang berada di undakan di bawah beranda tempat Lucius dan Narcissa berada. Hermione tengah menikmati kaki bengkaknya dipijat oleh Nori—peri rumah yang menunggui villa St. Ives.

Hermione awalnya enggan menggunakan Nori sebagai tukang pijatnya tapi ia sangat membutuhkan relaksasi karena perjalanan panjang ke St. Ives membuatnya kakinya kram terus menerus, ditambah Nori tak henti-hentinya menangis bahagia kala mendapati keluarga tuannya datang berkunjung—ia bertahun tahun tidak mendapat perintah. Dan itu hampir membuatnya mati bunuh diri.

Hermione pun iba mendengar cerita Nori ditambah desakan Draco agar menggunakan jasa pijatannya. 'Please love, kau tak mau dituduh jadi pembunuh peri rumah kan?' katanya. Hermione menyerah. Lagipula pijatan Nori sangat membuatnya relax.

Draco tengah berlomba renang di laut dengan Scorpius, sesekali mereka menentang ombak lalu dengan tertawa-tawa mereka membiarkan tubuhnya terseret ke pantai, sementara Cassie dan Clara sedang membuat istana pasir yang megah. Hermione curiga Clara menggunakan sihir karena istana pasir itu mempunyai pintu dan jendela yang membuka menutup pintu sendiri. Cassie tampak senang ketika tangan kecilnya merusak istana yang dibangun dengan susah payah dibarengi dengan ekspresi Clara yang pasrah melihat maha karyanya dihancurkan Cassie.

Cassie adalah gadis kecil jelmaan Hermione, berambut golden brown indah lurus dibagian atas namun ikal dibawah, matanya berwarna hazel lebih terang dari warna mata Hermione, mungkin karena ada paduan abu perak didalamnya.

Sementara Scorpius mirip dengan Draco, yang membedakannya adalah dagunya tidak terlalu runcing dan rambut pirang platinanya sedikit ikal—tidak pernah bisa lurus rapih seperti Draco. Hermione jadi penasaran bagaimana rupa anak ketiga yang sedang dikandungnya, gen Draco atau gen Hermione yang dominan?

"Nori, kurasa sudah cukup. Kau bisa bersiap membuatkan kami makan malam" pinta Hermione.

"Yes misstress. Nori akan membuat makan malam. Ada permintaan makanan khusus? Nori sangat bahagia bila diperintah membuat makanan khusus"

"Aku ingin makananku tidak terlalu asin karena kelebihan garam tidak baik untuk kakiku. Untuk Miss Cassie buatkan kaldu daging yang kental, ia suka kalau kuahnya dicampur kentang dan keju. Untuk yang lainnya kurasa kami bisa memakan apapun yang kau siapkan. Bila ada permintaan khusus sebaiknya kau tanyakan pada Madam Malfoy?

"Baik misstress. Nori sangat bahagia diperintah"

"Silahkan bersiap Nori" Nori membungkuk sangat rendah lalu menghilang.

Hermione melihat Lucius berjalan mendekati mereka yang sedang asik bermain di tepi pantai. Rupanya Lucius memanggil mereka masuk ke dalam villa karena angin laut mulai kencang berhembus, tanda sore akan segera berakhir.

Draco segera memanggil Scorpius yang akan menentang ombak kembali, terlihat raut wajah jengkel Scorpius kala di panggil ayahnya, tapi anak itu kemudian menurut. Draco mengendong Cassie ke dalam Villa, sementara Clara membereskan bekas mainan mereka.

Lucius tampak mengucek rambut Scorp yang berjalan malas disamping Lucius, mungkin Lucius berkata pada anak itu 'besok kau masih bisa bermain lagi, grandson'

.

.

Baru saja 10 menit makan malam yang damai itu terusik kala Hermione mencengkram keras tangan kanan Draco yang akan menyuapkan makanannya, garpu yang berada di tangan Draco terpental. Hermione tampak meringis kesakitan sambil memegang perutnya.

"Draco!" jerit Hermione.

"Love" Draco bangkit dari kursinya dan membiarkan Hermione mencengkram lebih erat tangannya.

"Aku mau melahirkan, silly!" Hermione mencoba mengatur nafasnya.

Lucius dan Narcissa berhambur menghampiri Hermione dan Draco.

"Clara, tolong bawa Cassie dan Scorpius ke kamarnya, nanti Nori yang akan membawa sisa makanan kalian" perintah Narcissa.

Nori segera muncul dan makanan itu hilang.

"Let's go Scorpius" Clara menuntun Scorpius dan mengendong Cassie ke kamar.

"Kita bisa ber-apparate ke St. Mungo" saran Lucius panik.

"No, Father. Hermione tidak bisa ber-apparate. Kita harus ke rumah sakit muggle"

"Hurry up, Draco! Demi Merlin, ini sakit sekali—huft..huft..."

"Love, kau masih kuat kan, ayo kita ke mobil"

Narcissa segera mentransfigurasi kursi menjadi kursi roda.

"Rumah sakit muggle? Apa mereka bisa menolong Hermione dan cucuku?" kata Lucius meremehkan.

Draco tampak kesal "Kau tidak usah ikut Father, biar aku dan Mother yang pergi ke rumah sakit muggle. Di St. Ives tidak ada rumah sakit sihir!"

"Yes, Son. I know—aku akan ikut bersama kalian"

"Bantu aku Mother" Draco mengendong Hermione. "Love, bertahanlah"

"Damn! Why it's so bloody hurt—Draco...ohh"

"Cobalah tidak mengumpat, my dear. Aku tahu pasti sakit sekali" Narcissa mengingatkan.

Dengan dipenuhi drama kepanikan, mereka akhirnya tiba di rumah sakit. Draco menyetir, Lucius duduk di depan. Narcissa dan Hermione duduk dibelakang, Narcissa tak henti-hentinya mengusap pelipis Hermione yang berkeringat sebesar bulir biji jagung. Hermione tampak lemas sambil meringis, wajahnya pucat. Ketubannya sudah bocor di dalam mobil.

Hermione tak menyangka bahwa kelahiran anak ketiga ini sangatlah menyakitkan. Perutnya terasa dililit dan dicengkram kencang, otot perut bawahnya serasa ditusuk-tusuk ribuan jarum tajam, dadanya sesak dan kesulitan untuk bernafas normal, syarafnya terasa ditebas putus, dan dia nyaris berpikir lebih baik mati karena saking sakitnya—intinya Hermione tak tahan dengan sakit akan melahirkan saat ini.

Sewaktu melahirkan Scorpius, mereka sangat siap. 2 hari sebelum waktunya Scorpius lahir, mereka sudah tinggal di rumah sakit dan Hermione melahirkan melalui persalinan normal. Walaupun tetap merasakan sakit melahirkan pada umumnya tapi Hermione dapat bertahan karena healer memberikan ramuan anti-sakit-waktu-melahirkan. Dan untuk proses melahirkan Cassie juga sama seperti itu—sangat lancar, Hermione hanya mengejan dua kali dan lahirlah putri mereka ke dunia.

Tapi ini...

Mobil SUV Bentley Bentayga hitam berhenti mulus di depan lobby rumah sakit . 2 petugas rumah sakit menolong Hermione untuk berebah di ranjang beroda. Hermione tak henti-hentinya memanggil nama Draco kemudian menjerit lemah. Hermione tampak sekarat dan Draco tambah panik.

"Status pasien, akan melahirkan dok. Emergency" lapor seorang suster di intercom.

Hermione kini berbaring di ruang gawat darurat, Draco berada di samping Hermione. Tangan Draco memutih karena begitu eratnya Hermione mencengkram tangannya, kuku Hermione menancap tajam disana. Draco tak mengindahkan sakit perih yang melanda kulitnya akibat Hermione tak henti mencakar, mencengkram dirinya.

"Love, bertahanlah. ok...aku ada disini, hang on" hibur Draco yang sangat ketakutan.

"For Merlin sake, it's so bloody fucking hurt!" jerit Hermione diantara sengalan nafasnya.

Seorang suster berusia separuh baya mendatangi bilik mereka, bertanya pada Lucius yang sedang berdiri binggung di tengah ruang emergency—sesuatu yang tidak pernah dialami dalam hidupnya. Lucius meyakinkan dirinya bahwa ini kunjungan ke rumah sakit muggle yang pertama dan terakhir kali.

Lucius masih alergi pada muggle.

"Sir, kami perlu data pasien dan keluarga seperti ID Card dan Kartu Jaminan Asuransi juga deposit pembayaran"

"Dan apa itu ID Card atau benda yang kau sebut tadi?"

"Tanda pengenal, Sir. Nama pasien? Alamat?"

"Namanya Hermione Jane Malfoy, alamatnya di Malfoy manor di Wiltshire"

Suster itu mengangkat alis dengan ekspresi tak sabar.

"Sir, kami ingin melihat ID anda" dia menadahkan tangannya meminta dengan berdecak kesal.

Lucius mengebrak papan dada berisi formulir data pasien yang berada di tangan suster dengan ujung walking cane-nya. Suster itu terlonjak kaget kala melihat ukiran ular perak tongkat Lucius berada di papannya. Hampir saja papan dada itu terjatuh.

"Selamatkan menantuku. Jangan kau bertanya macam-macam, sebelum aku tuntut Rumah Sakit ini dengan tuntutan mengabaikan nyawa pasien" desis Lucius matanya berkilat penuh ancaman.

Suster itu memandang ngeri—tak pernah dalam hidupnya, dia melihat dua orang yang nampak aneh dalam penglihatannya. Lucius dan Narcissa memakai pakaian dan jubah dengan model yang hanya dilihatnya dalam film abad pertengahan, mereka berdua memegang tongkat. Dan rasa terintimidasinya bertambah kala melihat dua orang itu tampak angkuh, ber-raut mencemooh, berwajah aristokrat, berambut pirang platina termasuk pria jangkung yang sedang menenangkan wanita berambut brunette ikal. Pria itu memiliki warna rambut platina yang sama. Dan tampaknya mereka bukan orang-orang sembarangan. Hatinya mencelos.

"B-Baik. Dokter akan datang" cicitnya.

Dokter pria yang berumur 35 tahunan datang tergopoh-gopoh beserta asistennya, dia memeriksa Hermione dan mengecek kandungannya.

"Tidak ada waktu lagi. Kat! Siapkan kamar bedah. Kita harus mengadakan operasi" perintah dokter itu. Semua petugas mendorong Hermione ke kamar bedah. "Maaf, anda tidak bisa ikut dengan kami ke ruang operasi" kata dokter itu mencegah Draco mengikuti Hermione.

"WHAT?" protes Draco.

"Katakan ada apa ini?" tanya Lucius.

"Bayi dalam kandungan pasien sungsang, si bayi kekurangan oksigen karena tali pusarnya melilit lehernya. Sang ibu tampak lemah sehingga tidak akan sanggup melahirkan normal. Kami harus melaksanakan operasi caesar terhadap pasien"

"Dan apa itu operasi caesar?" tanya Lucius mendelik.

".. bayi dikeluarkan dengan cara membelah perut sang ibu" terang dokter muggle tak sabar.

"WHAT?" ketiga Malfoy berteriak bersamaan.

"Lakukan yang terbaik dokter" pinta Narcissa melembut, tapi ada nada dingin disana.

"Very well" dokter tersebut berlari menuju kamar bedah.

"Mother..Father" Draco memandang putus asa orang tuanya.

"Kukira kau lupa membawa tongkat sihirmu, Draco. Lucius, sepertinya kita harus sedikit menolong mereka" ajak Narcissa datar.

Lucius tersenyum miring, mengibaskan jubahnya "Ikut aku, son"

Ruang operasi mengebrak terbuka dan tiga orang Malfoy masuk, membuat 4 orang terkejut kecuali Hermione yang terbaring lemah, bibirnya membiru dan wajahnya pucat, terlihat menahan sakit yang sangat menyiksanya.

"What the hell—" suara dokter itu, wajahnya tertutup masker.

Lucius merapalkan mantra silence dan alohomora lalu bersama-sama Narcissa mengacungkan tongkat pada 4 orang muggle disana.

"Lakukan operasinya dengan sebaik mungkin, bayi dan ibunya harus selamat" ancam Lucius.

"Nori!" panggil Narcissa. Ctarr—sebuah makhluk pendek jelek, berkulit coklat lusuh, berhidung sangat panjang, bermata sangat besar dan bulat—setidaknya yang dilihat muggles, muncul.

"Yes Madam Malfoy" cicit Nori.

"Carikan aku dittany, ramuan-anti-sakit, ramuan-pemulih-stamina dan perlengkapan bayi. Cepat!"

"Y-Yes Madam" Nori menghilang.

"W-Who are you?" tanya Dokter binggung.

"You dont want to know. Its better to proceed the operation, just ignore us, and please working properly" pinta Lucius sopan, sopan yang mengancam.

"Hermione, love. You can hear me? It's ok. You're got to be fine and our baby also. Just bear on this" Draco mengecup kening Hermione lembut memberi kekuatan.

Nori tak lama kemudian muncul, menyerahkan permintaan Narcissa dan tetap tinggal disana.

Mereka bekerja dalam diam hanya mampu saling berpandangan antara rekan kerja namun sorot mata mereka menyiratkan ketakutan—siapa yang tidak takut kala harus mengoperasi pasien dengan todongan tongkat yang di acungkan ditambah kehadiran satu makhluk aneh disana. Para muggles tidak tahu siapa orang-orang ini, yang jelas mereka berbahaya.

Satu jam yang menegangkan itu pun berlalu dan akhirnya sang bayi berhasil dikeluarkan. Dengan sigap Nori mengambil bayi itu dari salah satu tangan suster. Nori menatap galak ketika suster itu tidak mau menyerahkan bayinya—bayinya menangis keras, itu artinya sang bayi sehat, terlihat wajah kelegaan dari ketiga Malfoy tersebut.

"I-Ijinkan aku menjahit lukanya" dokter menatap ragu pada Narcissa yang tiba-tiba disampingnya.

"Tidak perlu" kata Narcissa dingin.

Narcissa mengarahkan tongkatnya ke arah perut Hermione yang masih mengangga lebar terbuka. "VULNERA SANENTUM" mantra berwarna biru itu keluar dari ujung tongkat Narcissa dan dia kemudian mengoleskan dittany dan dengan sekejap luka di perut Hermione menutup mengering—dokter membelalakkan matanya tak percaya, biasanya bekas luka operasi akan sembuh dalam jarak waktu seminggu, itupun harus melalui proses buka jahitan.

Sementara Draco menyuapkan perlahan-lahan ramuan yang dibawa Nori pada Hermione.

Nori sudah mengendong bayi yang aman tertutup selimut tebal, dan menyerahkannya pada Narcissa.

"Aku akan ber-apparate terlebih dahulu. Sampai jumpa di villa" kata Narcissa sambil menyerahkan tongkat sihirnya pada Draco.

"Go Narcissa. Aku akan membereskan sisanya dengan Draco"

Narcissa dan bayi Hermione menghilang dari ruang operasi.

"Hermione, love. kau sudah sedikit kuat untuk ber-apparate?" tanya Draco lembut.

Hermione mengangguk lemah. Ramuan itu bekerja dengan cepat, jarak antara Rumah Sakit dan villa tak terlalu jauh. Hermione masih sanggup untuk ber-apparate.

Lucius dan Draco sama-sama mengacungkan tongkatnya pada 4 orang muggle yang masih terpaku tak mempercayai penglihatan mereka.

"OBLIVIATE" seru mereka berdua dan mereka terpental berjatuhan.

Draco, Hermione dan Lucius ber-apparate bersamaan. Sementara Nori dengan sigap membereskan ruang operasi dengan sihirnya sehingga bersih seperti semula, seolah-olah tidak ada bekas acara operasi-an sama sekali.

Nantinya para muggle akan menyadari bahwa mereka berempat ternyata ketiduran di ruang operasi.

.

.

"Hei, little boy. Kau membuat kami semua panik kemarin malam" sapa Draco berlutut memandang bayinya yang tengah digendong Hermione. Si bayi baru saja selesai menyusu.

Hermione tersenyum bahagia pada Draco dan bayinya. "Aku tak menyangka jika bayiku sungsang, sebulan yang lalu waktu kita check up tampak baik-baik saja. Mungkin karena ia lahir 2 minggu lebih cepat"

"Karena kau kecapean, love. Kau terlalu banyak bergerak" keluh Draco. "Aku hampir takut kehilanganmu—aku takut sekali" Draco mengenggam tangan Hermione dan menciuminya.

Kemudian Lucius datang bersama Scorpius dan Narcissa menuntun Cassie.

Draco berdiri dan berseri-seri menyambut kedatangan mereka. Dia segera mengendong Cassie.

"Ready to say hello to your brother, kids?" tanya Draco.

Scorpius segera menghampiri Hermione dan memandang takjub pada bayi kecil di gendongan ibunya. Sementara Cassie merengek agar ayahnya mendekatkan ia pada adiknya. "blathel...blathel" sapa Cassie cadel.

"Siapa namanya mom?" tanya Scorpius.

Draco dan Hermione saling berpandangan.

Hermione berdiri dan memberi kode agar Lucius mengendong bayinya.

Ekspresi Lucius tampak terkejut ketika ia diberi kepercayaan mengendong bayi—hal yang sudah lama sekali tidak dia lakukan, terakhir kali mengendong bayi kala Draco masih bayi.

"Go on, Lucius" kata Narcissa sambil mengusap punggung suaminya

"M-May I?" tanya Lucius ragu.

Hermione tersenyum mengangguk meyakinkan. Lucius dengan ragu mengambil cucu ketiganya dari tangan Hermione. Tapi dengan insting kebapakannya ia akhirnya mampu mengendong anggota baru keluarga Malfoy.

"Aku ingin kau yang memberikannya nama, Father. Karena dua nama cucumu sudah diberikan oleh kami dan Mother"

Lucius memandang terharu Draco dan Hermione "Kalian hampir membuatku menangis"

"Great Malfoy don't cry, Father" sindir Draco.

"Come on Lucius, give him name" ujar Narcissa tersenyum.

Lucius tampak berpikir sebentar "Cygnus" gumamnya. Draco dan Hermione mengerdik tanda mereka tak mendengar jelas.

"His name CYGNUS MALFOY! Maafkan aku tak berpikir untuk nama tengahnya" ucap Lucius.

"Lucius!" tambah Draco. "CYGNUS LUCIUS MALFOY" Draco mengkoreksi.

Lucius terperanjat memandang Draco tak percaya, suatu kehormatan baginya dengan menjadikan namanya sendiri menjadi bagian nama dari cucunya.

"Oh, Lucius...bukankah ini indah?" Narcissa menutup mulutnya terharu.

"Thank you Son, Hermione. Kalian memberiku hal terindah di masa tuaku" kata Lucius dengan nada tercekat.

Draco tahu bahwa ayahnya mati-matian menahan tangis.

Narcissa menghampiri Lucius dan mengecup pipi suaminya. Lalu mereka memandang takjub bayi yang sedang menguap membentuk huruf O dimulutnya "Cissy, look. He's a veela. He's so beautiful, and so Malfoy" ucapnya bangga.

Kelak Cygnus akan tumbuh besar mempunyai paras yang paling menawan dibandingkan Scorpius—kakaknya. Mata abu kebiruan yang bulat—bukan seperti milik Draco dan Lucius yang agak sipit, bulat seperti Narcissa, hidung runcing dahi tinggi milik Draco, bibir tipis lebar dan tulang pipi yang bagus milik Hermione, rahang yang tegas milik Lucius dan tentunya berambut pirang platina lurus milik kebanggaan Malfoy.

Kelak Cygnus akan menjelma menjadi pujaan dan idaman para wanita dan kelakuaannya yang bad boy. Sering membuat masalah dengan kenakalannya di sekolah. Pernah menghilang selama dua bulan penuh tanpa diketahui ada dimana. Membuat pusing tujuh keliling orang tua dan kakek-neneknya.

Salahkan Lucius yang terlalu memanjakannya. Walaupun Lucius menyayangi semua cucunya tapi Cygnus mendapatkan perhatian yang lebih, karena hanya kelahiran Cygnus-lah yang disaksikan Lucius dan Cygnus juga menyandang namanya.

.

.

xxxxxxxxx

.

.

Beberapa tahun kemudian,

.

Lucius tengah membaca di ruang kerja kedua ketika Hermione mengetuk pintu dan memasuki ruangan itu.

"Selamat siang Lucius, apa kau ada waktu?"

"Sure, Hermione" Lucius menutup bukunya dan mempersilahkan Hermione untuk duduk di sofa sementara ia duduk di sofa tunggal di hadapan Hermione.

"Aku ingin berdiskusi denganmu tentang politik di kementerian"

"Apa kau memiliki masalah?"

"Tidak, tentunya tidak. Hanya saja aku diajukan menjadi kandidat calon menteri sihir"

Awalnya Lucius terperanjat tapi kemudian dia merasa kesulitan menahan senyum bangganya agar tidak kentara di wajahnya 'inilah saatnya. Ramalan itu terbukti benar' batinnya.

"Kandidat calon menteri? Pencapaian yang luar biasa" puji Lucius.

"Yah..well...aku merasa tidak qualified—sebenarnya...aku ragu"

"Oh..no, dear Hermione. Kau adalah brightest witch at our age, di kementerian pemikiranmu diakui, pendapatmu didengarkan, perkataanmu dibenarkan, perintahmu dilaksanakan—apa lagi? Aku yakin kau mampu mencapainya. Pengusungmu menilai kau sangat qualified, my dear"

"Draco belum tahu tentang kabar ini. Sudah seminggu ini mereka memintaku dan aku meminta waktu untuk mempertimbangkannya" Hermione menggigit bibirnya. "Kurasa aku meminta terlalu banyak pada Draco—kau tahu segala kesibukanku, anak-anak. Menjadi calon menteri tentunya akan menyita waktuku—kampanye, sosialisasi, pembentukan tim dan lainnya. Kurasa aku tak akan sanggup"

"No my dear. You are capable. Jangan sia-siakan kemampuanmu. Kurasa saatnya sekarang kementerian harus menjalani sistem yang ber-otak. Aku yakin kau sanggup menjalani ini semua. Jangan khawatirkan tentang anakku, my dear. Dia sangat mencintaimu dan pastinya dia mendukung apa yang kau inginkan, bukankah selama ini seperti itu?. Mengenai anak-anak, ada aku dan Cissy. Kehadiranmu di Manor membuat aku membuka mata bahwa aku terlalu kolot dan kaku di masa lalu. Aku akan berusaha agar cucu-cucuku dididik tidak seperti kami mendidik Draco. Kau bisa percaya akan hal itu"

Hermione tampak berpikir sebentar, Lucius memberikan menantunya itu senyum menyakinkan.

"Uhm...baiklah. Aku akan mendiskusikan mengenai hal ini dengan Draco. Terima kasih banyak atas dukunganmu, itu sangat berarti bagiku"

Lucius tersenyum puas. "Jadi kau ingin menanyakan tentang pandangan politik apa?"

"Aku ingin kau membeberkan acuan politik Pureblood Society. Dewan kementerian banyak diduduki mereka, jadi aku ingin mengadakan semacam proper test"

"I see. Aku akan membuat janji temu dengan koneksiku disana. kita akan mengadakan pembicaraan, kau bisa bertanya apa saja yang kau inginkan, bagaimana? Dan kau tahu aku masih punya pengaruh kuat disana. Kurasa mereka akan mendengarkanmu"

"I know, Lucius, that's what I've been expecting" Hermione tersenyum lebar.

Lucius tersenyum tipis kemudian bangkit menuju meja kerjanya dan menulis sesuatu di perkamen.

.

.

"Cissy..." panggil Lucius tak sabar saat melihat Narcissa melangkah menuju kamar mereka. Narcissa baru saja selesai membantu Clara menidurkan Cygnus.

"Kau sudah pulang?"

"Ya...kemarilah. Pasang silence charm di kamar kita" perintah Lucius. Narcissa segera merapalkan mantra.

"Ada apa?" Narcissa mendekati Lucius, dan Lucius segera memeluk istrinya erat.

"Kau membuatku takut Lucius"

Lucius tersenyum berseri-seri setelah melepaskan pelukannya dan menatap Narcissa "Selangkah lagi, Cissy. Selangkah lagi?"

"Iya..ada apa?"

"Ramalan itu—ramalan itu ternyata benar"

Narcissa membelalakan mata dan menutup mulut dengan tengannya. Lucius mengangguk-angguk.

"Ministry of Magic?" tebak Narcissa

"Yes. Menantu kita mengatakannya, ia dipilih jadi kandidat. Dan aku baru saja menghubungi koneksiku di Pureblood Society"

"Lalu?"

"Mereka akan membantu dan mendukung Hermione, aku masih mempunyai pengaruh kuat disana. Power of money and Malfoy society reputation"

"Aku tidak tahu harus berkata apa, Lucius. Ini—ini—Wow-Klan Malfoy? Our Hermione Malfoy? Unbelievable"

"Ya.. how exceptional isn't? Selangkah lagi lalu semuanya terwujud"

"Dan Draco?"

"Dia pasti mendukung menantu kita. Draco selalu menyukai hal yang superior bukan, menyukai yang nomor satu. Jadi Draco pasti mendukungnya. Pegang omonganku, Cissy. Bila itu tidak terjadi, kita harus berperan jadi pembisik. Apapun akan kulakukan—kau tahu"

"Ramalan tidak akan meleset, Lucius. Kau tenang saja, seperti ramalan Harry Potter yang akan mengalahkan Voldemort, dan itu terjadi"

"Tetap saja semuanya harus diusahakan, aku akan berusaha sekuat mungkin—semampuku"

"Ya kau benar. Diusahakan"

Lucius dan Narcissa kembali berpelukan erat, sangat berlebihan memang, kini mereka sedikit berdansa tanpa musik—sebagai luapan kegembiraan. Biar saja para Malfoy senior menikmati kebahagiannya dengan caranya sendiri.

.

.

xxxxxxxxxxxxx

.

.

"Kau ingin memakai dasi abu garis hitam atau yang abu polos untuk pakaianmu besok?" tanya Hermione berteriak dari walking closet kamar mereka. Hermione tengah menyiapkan pakaian kantor Draco. Sudah menjadi kebiasaan Hermione untuk menyiapkan keperluan Draco, seperti pakaian dalamnya, pakaian tidurnya, pakaian sehari-hari dan pakaian kantor suaminya.

Begitupun mengenai pakaian anak-anak dan keperluan mereka dari hal-hal kecil. Hermione berusaha jadi istri dan ibu yang baik—Hermione mengatur semuanya. Dia senang melakukan semua itu dan Draco tidak boleh protes . Draco sempat bertanya dalam hatinya 'Apa dia tidak mengenal kata lelah? Dia khawatir Hermione kecapean' tapi Draco menghargai keinginan Hermione.

She's a bossy lady and he's midly enjoying it

"Apapun yang kau pilih, aku akan memakainya, love" jawab Draco sambil mengancingkan kemeja piyamanya.

Hermione keluar dari walking closet sambil membawa 2 stel pakaian kerja miliknya di tangan kanan dan kirinya.

"Mana yang lebih bagus untuk kupakai besok? Yang kanan atau yang kiri?" tanya Hermione. Di tangan kanannya terdapat satu stel terusan leher sabrina warna peach. Di tangan kirinya terdapat kemeja sleeveless warna coklat dan celana palazzo cream.

"Sejujurnya aku lebih suka kau tak memakai apa-apa, love" canda Draco.

"Draco...ini serius. Besok kau memintaku untuk menghadiri meeting sambil makan malam dan bertemu investor penting".

"Kau tampak cantik dan sexy menggunakan pakaian apapun, love"

Hermione memelototkan matanya

"Oh.. baiklah. Jangan sewot, ok. Yang kiri saja"

"Yang kiri lebih ok? Aku juga suka yang kiri membuatku lebih maskulin tapi tetap feminim. Tampaknya aku harus kembali lagi ke butik Pansy, persediaan pakaian kerjaku sudah tidak variatif. Atau aku minta saja katalognya ke Pansy? Ya.. lebih baik begitu, aku tak suka berbelanja, buang-buang waktu. Ah..sekalian katalog untuk baju anak-anak juga" gumam Hermione bicara sendiri. "Kau mau katalog dari Pansy juga?"

"Hmm...apa?" jawab Draco tak fokus. Ia lebih memperhatikan lingerie yang sedang dipakai Hermione—itu lebih menarik pikirannya.

Istrinya yang sudah memberikan 3 anak untuknya masih berbadan bagus, walaupun pinggulnya melebar dan buah dadanya membesar tapi malah membuatnya tambah sexy. Perutnya masih tetap rata dan pinggangnya masih ramping. Ada parutan luka sepanjang 20cm di bagian bawah perut Hermione. Tapi itu tak menganggu penglihatan Draco. Hermione suka dengan bekas luka Draco, dan Draco pun suka dengan bekas luka Hermione. Ini seperti tanda momentum perjuangan hidup masing-masing.

Bentuk tubuh Hermione sangat terasa pas saat di lengan Draco kala merangkulnya. Badan Hermione kini mirip hourglass dan proporsional, sedikit berbeda pada saat mereka di Hogwarts dulu. Dia tergila gila dengan badan istrinya—tunggu bukan hanya badannya yang bagus, tapi otaknya yang brillian dan sikapnya yang ramah dan baik hati, walaupun kadang keras kepala dan menyebalkan tapi Draco mentolerirnya. Wanita yang sekarang berada di dalam walking closet ini mempunyai perpaduan Brain-Beauty and Behaviour yang sempurna dan wanita itu adalah istrinya.

Draco senyum-senyum sendiri.

"Kenapa wajahmu tersenyum senyum sendiri seperti orang gila?" tanya Hermione membuyarkan lamunannya tentang tubuh istrinya.

Ia tersenyum menggoda pada Hermione. Hermione mendengus, ia hafal sekali apa yang akan dilakukan Draco selanjutnya—kode Draco ingin mengajaknya bercinta.

"Kau sudah menyeretku ke kamar dan bercinta satu ronde tadi. Masa sekarang kau masih mau lagi?" tanya Hermione pasrah.

"Kau selalu membuatku bergairah, love. Proyek anak keempat?" goda Draco sambil tersenyum nakal.

"3 anak cukup Draco. Aku tak sanggup lagi membagi waktuku, belum lagi kalau aku berhasil terpilih menjadi calon menteri—" kata-kata Hermione terputus menyadari bahwa ia kelepasan bicara.

"Apa katamu? Calon menteri? Menteri sihir?"

Hermione menelan ludah.

"Kau dipilih jadi calon menteri dan tidak mengatakannya padaku?" tanya Draco gusar.

Hermione mengangguk.

"Hal sebesar itu, tidak kau katakan padaku? Damn! Hermione?"

"Kau marah? Kau pastinya tidak setuju kan?" keluh Hermione.

"Tunggu! Hal ini bukan bualan kemarin sore kan? Pasti sudah sejak lama kau mengetahuinya"

"Sudah seminggu"

"Pantas saja. Kau terlihat tegang dan banyak pikiran seminggu ini"

"Jadi bagaimana pendapatmu?"

"Kenapa baru sekarang kau katakan?"

"Sebenarnya aku takut kau tidak setuju. Yah, mengingat kau selalu protes pekerjaanku yang banyak, kesibukan yang menyita waktuku, masalah rumah tangga kita dan anak-anak dan juga kau. Aku hanya perlu waktu untuk mempertimbangkan semua dan—"

"Ya, aku memang protes. Itu karena aku takut kau kelelahan"

"Selama ini aku menikmatinya. Asal kau tahu aku berusaha memberikan yang terbaik dan berusaha membuatmu nyaman denganku"

"Am I so demanding?"

"Sometimes"

Draco terkekeh. "Just sometimes, right? Not all the time"

"Draco, I need your opinion. What do you think?"

"Well..it's big matter actually. Jika kau ingin melanjutkan kariermu ke jenjang yang lebih tinggi, aku harus mendukungmu tentunya"

Hermione terlonjak senang dan segera memeluk Draco.

"Tampaknya kau sangat menginginkan posisi itu"

"Sebenarnya aku tidak berpikir sampai sejauh ini. Tak pernah terlintas sekalipun dalam pikiranku. Aku hanya berusaha bekerja dengan baik—itu saja"

"Ya..ya...aku tahu kau tak sampai berambisi kesana"

"So?"

"So...Go on! You will make it"

"Lantas bagaimana denganmu, anak-anak, rumah tangga kita?"

"Jangan terbebani, love. Kita akan selalu mencari solusinya. Aku mencintaimu, aku hanya ingin kau bahagia. Memang sayang sekali kalau kemampuanmu hanya stuck di tempat yang sama. Tidak ada yang sepintar kau pada saat ini, kementerian akan membutuhkan pemikiranmu. Tapi ingat, tidak ada yang bisa mencintaimu daripada aku"

"I remember that. No one ever love me like you do and no one ever love you like I do"

"Aku akan selalu mendukungmu, berada disisimu—kau tahu. You're the best"

"You're the best"

"I'm always the best" Draco tersenyum menggoda sambil mencium istrinya penuh gairah.

Mereka berciuman secukupnya saja, ciuman hanya awal permainan kini mereka bergumul panas di ranjang. Pakaian dalam keduanya berserakan di lantai.

"Aahh...You know what's more sexy than this?" tanya Draco ditengah-tengah percintaan mereka.

"What?" Hermione kini mengalungkan kakinya ke pinggul Draco.

"Oh..damn, it's so fucking sexy. I'm going to fuck The Ministry of Magic"

Hermione tertawa lepas "And now she's begging desperately to Draco Malfoy to put his dick on this Ministry of Magic pussy"

"Oh..Gosh...I'm so horny with your dirty fucking mouth"

Hermione terpekik kencang kala Draco menyentakkan kejantanannya dalam sekali sentak, amblas masuk ke dalam. Pergerakannya bertambah liar dalam tempo yang cepat.

It's been so wild-wild-wild- night.

.

.

xxxxxxxx

.

.

Tidak ada yang lebih bangga dan bahagia dari seorang Draco Malfoy, ketika ia berdiri bertepuk tangan keras, kala melihat wanita dengan nama Hermione Jane Malfoy menyelesaikan pidato pertama dirinya—sebagai Menteri Sihir Inggris termuda dalam sejarah kemenetrian.

Istrinya menang secara mutlak mengalahkan pesaingnya dalam pemilihan suara. Wanita pertama yang meraih posisi menteri sihir.

Tepuk tangan membahana di seluruh ruangan balairung kementerian. Mereka memiliki sosok menteri baru yang akan membawa pembaharuan ke arah yang lebih baik di dunia sihir Inggris.

Sang empunya nama turun dari podium dan segera menghampiri meja di depannya, kehadirannya disambut dengan pelukan bangga Draco Malfoy disana kemudian mengecup pipinya. Hermione sekilas melihat mata suaminya berkilat karena air mata bahagia.

Lalu sang menteri terpilih menatap pasangan Malfoy senior—Lucius dan Narcissa yang tetap berdiri bertepuk tangan. Narcissa mengelap air matanya dengan sapu tangan sutranya dan Lucius tersenyum puas tergaris di wajah aristokratnya, dagunya terangkat penuh kebanggaan dan keharuan. Tampak arogan dan berkelas.

Ia membawa sejarah baru dalam silsilah keluarga Malfoy yang kelak akan ditulis dengan tinta emas bagi pewarisnya.

Misi dan ambisinya berhasil.

Klan Malfoy menduduki peringkat teratas sebagai klan yang dihormati dan disegani seluruh dunia sihir, dan hal itu tak terbantahkan.

Malfoy selalu mendapatkan apa yang dia mau.

.

.

The End


Terima kasih untuk para reader Playing by The Fate

Semoga puas dengan cerita ini, bila berkenan review please...

Bye now.