Chapter 1

THE MOST STRONGES SOLDIER

Disclamer: Naruto hanya milik Masashi Kishimoto

Genre: advendure, family, romance, and friendship

Pairing: Belum ditentukan

Summary: Naruto dibuang oleh ayahnya tanpa sepengetahuan ibu dan kakak-kakaknya hanya karena mitos yang dipercayai penduduk dikotanya, beberapa tahun kemudian terjadi penyanderaan di salah satu rumah sakit di kota tersebut, dan pemerintah hanya mengirim 1 orang tentara untuk menanganinya...

WARNING!: Militer!Naru, Smart!Naru, alive!MinaKushi, Twins!NaruMenma, Typo, Gaje, Newbi!Author, Namakotadandistriksembarangan, dll

AN: Karna ini fic pertama saya dalam 4 tahun menjadi silent Rider, saya harap senpai2 sekalian memaklumi jika masih ada banyak kesalahan, dan jika ada diantara kalian yang tidak menyukai fic ini, saya harap jangan caci maki saya karna solusinya sangat mudah untuk anda, tinggal tekan tombol 'BACK' dan cari fic lain untuk dibaca. So, Just Enjoy In This Fic!

Chapter 1

Konoha merupakan sebuah kota yang cukup maju di bagian selatan Jepang. Konoha bisa dikatakan maju jika dilihat dari teknologi, transportasi, pendidikan, kesehatan dan juga ekonomi penduduknya. Namun dari semua itu, Konoha bisa dibilang sebagai kota yang ketinggalan jaman karna para penduduknya yang masih percaya dengan adanya mitos-mitos yang sudah ada sejak masa Kekaisaran Edo. Sebenarnya jika bertujuan melestarikan budaya yang ada, itu merupakan hal yang baik. Tapi yang dipercaya oleh masyarakat Konoha adalah mitos buruk, mitos tentang Kyuubi yang menjadi sumber bencana bagi mereka.

Sepuluh tahun silam, ada berita yang menggemparkan seluruh kota ini. Berita itu mengatakan tentang kelahiran si bungsu keluarga Namikaze, keluarga bangsawan yang sejak turun temurun memimpin kota ini sejak puluhan tahun silam. Sebenarnya jika itu kelahiran bayi bangsawan, maka tidak akan ada penduduk yang menggubrisnya, yang membuat kelahiran bayi itu menjadi berita besar adalah, tanda lahir bayi tersebut.

Anak ketiga dari pasangan Namikaze Minato dan Namikaze Kushina tersebut memiliki tanda lahir diwajahnya berupa tiga pasang di masing-masing pipinya, dan itu membuatnya terlihat seperti rubah, sang kakak yang lahir dijam yang sama dengannya saja tidak memiliki tanda lahir yang serupa dengan si bungsu, tak ayal itu semakin menguatkan dugaan para penduduk kota bahwa bayi tersebut merupakan jelmaan kyuubi, rubah berekor sembilan.

Sejak saat itu para penduduk kota selalu memanggilnya dengan sebutan siluman, iblis, dan berbagai sebutan lain yang tidak mengenakan untuk didengar. Sebenarnya pasangan Namikaze tahu akan hal itu, tapi mereka berusaha mengabaikan perkataan miring para penduduk dan tetap menyayangi anak bungsu mereka. Namun tentu saja sang kepala rumah tangga tidak bisa menyayangi dengan sepenuh hati, karna bagaimanapun ia sendiri juga mempercayai akan mitos tersebut. Hal itulah yang menyebabkan perlakuannya terhadap si bungsu berbeda dengan kedua kakaknya. Lain ayah, lain pula sang ibu, karna ia yang telah melahirkan putra bungsu mereka, tentu saja ia sangat menyayanginya layaknya seorang ibu.

Disebuah rumah mewah yang terletak ditengah kota, rumah yang bisa disebut istana dengan interior mahal namun tidak meninggalkan kesan rumah tradisonal Jepang. Halaman rumah tersebut bisa dikatakan luas, karna bisa dilihat luasnya sama dengan separuh lapangan bola. Dihalaman tersebut tertanam berbagai jenis pohon, ditepian halaman diisi pohon sakura yang berbaris rapi bak prajurit gagah menawan, ditengahnya terdapat hamparan taman bunga yang disusun sesuai jenisnya sehingga menciptakan perpaduan warna yang menarik. Terlihat sekali bahwa taman itu sejuk dan damai, namun tidak dengan rumah mewah itu, atau lebih tepatnya penghuni rumah itu, karna mereka sedang terlibat pertengkaran antar sesama anggota keluarga.

Di ruang keluarga saat ini terlihat seorang anak berusia sepuluh tahun berambut pirang, bermata seindah lautan, dengan tiga guratan kumis kucing di masing-masing pipinya sedang meringkuk ketakutan di pojok ruangan. Dihadapannya berdiri seorang gadis berusia sekitar 15 tahunan yang terlihat murka. sedangkan di sofa terlihat anak yang terlihat mirip dengan anak yang meringkuk itu, yang membedakan mereka adalah ia bermata violet dan tanpa guratan kumis kucing dipipinya. Dia terlihat santai sambil bermain game di smartphonenya.

"KAU TAU BODOH?! TOU-SAN BARU SEMBILAN HARI YANG LALU MEMBELIKAN HANDPHONE ITU UNTUKKU, DAN KAU MERUSAKKANNYA?! APA KAU IRI KARNA KAU TIDAK DIBELIKAN HANDPHONE JUGA OLEH TOU-SAN?!" Teriak marah gadis itu, Rambut merahnya seakan berkibar bak jilatan api, dan iris violetnya memandang tajam bocah dihadapannya.

"Ti-tidak, nee-chan! A-aku tidak sengaja menabrakmu!" jawab anak itu ketakutan.

Dari arah dapur munculah wanita dewasa beramnut merah bermata violet, dia terlihat tergesa-gesa karna mendengar keributan yang disebabkan anak-anaknya.

"Ada apa ini, Karin? Kenapa kau berteriak seperti itu? Dan apa yang kau lakukan pada Naruto?" tanya wanita itu sambil membantu anak bungsunya berdiri.

"Kaa-san, iblis ini menabraku sampai smartphoneku jatuh dan hancur seperti ini!" jawab si gadis sambil menunjuk ceceran smartphonenya yang sudah tak berbentuk lagi

"JANGAN BERKATA KASAR PADA ADIKMU SENDIRI, KARIN! MENMA, KENAPA KAU DIAM SAJA DAN MEMBIARKAN KARIN MELAKUKAB INI?!" Teriak marah Kushina pada kedua anaknya, karna dia melihat adanya luka lebam di pipi kanan Naruto, dan kemungkinan itu disebabkan oleh Karin

"Aku sedang sibuk, kaa-san!" jawab menma tak peduli

"Kaa-san, kenapa kaa-san membela iblis ini?!" Karin berkata dengan kejamnya

"Sekali lagi kau berkata kasar pada Naruto, maka jangan harap kaa-san memaafkanmu!" desis tajam Kushina. "Masalah handphonemu, nanti biar kaa-san belikan untukmu yang baru! Ayo Naruto, kita obati lukamu!" lanjut Kushina sambil berlalu mengandeng Naruto menuju dapur

Sesampainya didapur, Kushina segera mencari kotak P3K dan mengobati luka lebam dipipi Naruto dengan telaten. Melihat bahwa saat ini Naruto sedang sedih, Kushina mencoba berbicara dengan Naruto.

"Jangan sedih, laki-laki sejati akan selalu tegar menghadapi setiap masalah, dan kaa-san yakin, kalau naru adalah laki-laki sejati!" ucap Kushina lembut setelah selesei mengobati dan memplester pipi Naruto.

"Tapi kaa-san, kenapa semua orang membenciku? Apa aku anak nakal, kaa-san?" Naruto bertanya dengan mata berkaca-kaca

"Tidak, Naru tidak nakal, teruslah menjadi Naru yang seperti ini, Naruto yang rajin belajar, Naruto yang patuh pada kaa-san dan tou-san, Naruto yang tidak pernah membeci orang lain sekalipun orang itu membencinya! Dan dengan begitu, kaa-san juga akan terus menjadi kaa-san yang sangat menyayangi Naru!" jawab Kushina sambil mendekap hangat buah hatinya

Sementara dibalai kota Konoha, saat ini sedang berlangsung rapat yang terlihat cukup alot, rapat itu hanya diikuti oleh empat orang dengan tiga diantaranya sudah terlihat tua dengan keriput diwajah mereka.

"Kau harus mengambil keputusan Minato, sebagai Wali Kota Konoha, kau harus memikirkan wargamu, semakin meningkatnya intensitas gempa bumi di kota ini mungkin diakibatkan kutukan yang menyertai kelahiran putra bungsumu, Namikaze Naruto!" ucap pria tua dengan perban menutup mata kanannya, Shimura Danzo

"Tidak ada kutukan apapun pada putra bungsuku, Danzo! Dia hanya anak kecil yang tidak tau apa-apa!" desis tajam Minato

"Kau jangan keras kepala, Minato! Apa kau mau mengatakan kepercayaan yang telah dianut kota ini selama ratusan tahun adalah kebohongan?" satu-satunya wanita disana ikut menyanggah ucapan Danzo, dia Miharu

"Kau harus menjauhkan dia dari Konoha, jika tidak, kota ini bisa tertimpa musibah, Minato!" tambah pria tua lainnya yang berkacamata, Utatane. Mendengar itu Minato tampak berfikir keras, dia mempercayai dengan adanya mitos itu, karna sejak kecil dia sudah mengenal mitos itu dari orang tuanya, tapi disisi lain hatinya ragu dengan kepercayaannya sendiri, karna disini anaknya sendiri yang teramcam, buah hatinya, meskipun dia akui kalau selama ini dia jarang, bahkan bisa dikatakan tidak pernah menuruti permintaan Naruto, tapi dia menyayanginya. Sepertinya dia mengalami Krisis Kepercayaan.

"Minato, jangan sampai gara-gara kau mempertahankan dia seluruh kota tertimpa musibah, bagaimana jika musibah itu menimpa keluargamu yang lain? Istrimu, Karin, atau Menma? Bisakah kau mengatakan bahwa itu bukan karna kutukan yang dibawa anak bungsumu?" ucap Danzo memprovokasi.

Minato berfikir keras dengan satu kalimat itu. Dia memang menyayangi Naruto, tapi dia lebih menyayangi Karin dan Menma, dan dia tidak akan membiarkan hal buruk terjadi pada mereka berdua. Ya, tidak akan pernah, sepertinya dia sudah membuat keputusan.

"Baiklah, tapi beri aku waktu!" ucap Minato tegas, tak ayal hal itu membuat ketiga orang lainnya tersenyum senang dibuatnya.

"Bagus, kau benar-benar kepala keluarga dan juga wali kota yang baik!" ucap Miharu, dan dengan itu maka nasib sang Namikaze bungsu sudah ditetapkan! Dia akan menjalani hidup yang lebih berat lagi!

SKIP TIME

10 Oktober merupakan hari yang membahagiakan bagi Menma, karna itu adalah ulang tahunnya bersama adik kembarnya, tapi tidak untuk Naruto, karna pada tanggal tersebut tiap tahunnya selalu dia lalui hanya berdua bersama sang ibu dengan kue tart kecil yang menemani mereka dikamar Naruto. Tapi Naruto selalu merasa itu sudah cukup, dia akan seharian bersama ibunya untuk memainkan permain-permainan khas anak kecil dikamarnya. Kushina tidak pernah keberatan menemani Naruto, tapi kesibukannya diaalon yang menjadi bisnisnya membuatnya hanya bisa menemani si bungsu pada hari libur atau hari ulang tahunnya saja, tapi dia selalu kagum pada si kecil yang tidak pernah mengeluh, dia benar-benar malaikat kecil dimata Kushina.

"Nah Naruto, hadiah apa yang kamu mau dari kaa-san?" tanya Kushina setelah Naruto meniup lilinnya.

"Hmmm... Aku ingin sekolah, kaa-san! Seperti Menma-nii dan Karin-nee!" jawab naruto dengan nada ceria

Mendengar itu Kushina tersentak kaget. Bukan keinginannya Naruto tidak bersekolah, dia sudah mencoba mendaftarkan Naruto dihampir semua sekolah di kota ini, baik itu swasta atau negri, tapi tidak ada sekolah yang menerimanya. Bukan, bukan karena Naruto bodoh atau mengalami keterbelakangan mental, tapi karna para staf disetiap sekolah yang dia datangi selalu memberi jawaban yang akan membuat dia berfikir, mereka bukan orang-orang berpendidikan! Mereka selalu menjawab 'Kami tidak mau sekolahan kami terkena kutukan!'. dan itu membuat Kushina geram dan berakhir marah-marah di tempat. Mencoba mendaftarkan Naruto dikota lain, lupakan! Naruto masih terlalu kecil untuk tinggal sendiri, sedangkan dia tidak mungkin meninggalkan dua anak lainnya bersama ayah yang super sibuk. Maka dari itu selama ini dia selalu mengajari Naruto dikala dia sedang ada waktu, dan Naruto belajar dengan cepat, selama dia bekerjapun Naruto belajar sendiri sehingga malamnya dia tidak perlu mengajarkan Naruto bab yang sama, karna Naruto selalu memahami satu bab dalam satu hari. Sampai saat ini Naruto sudah menguasai materi yang seharusnya dikuasai oleh anak SMP. Itu membuatnya bangga sekaligus sedih, bangga karna dia punya anak yabg jenius, dan sedih karna kejeniusan anaknya terbuang sia-sia.

Melihat kaa-sannya melamun, Naruto paham dengan apa yang saat ini sedang berkecamuk difikiran kaa-sannya, dia tau selama ini kaa-sannya selaku berusaha mendaftarkannya pada sekolah-sekolah yang ada dikota ini, karna dia selalu rajin mengambil surat-surat setiap pagi di kotak surat kediaman Namikaze, melihat ada namanya tercantum setial hari disurat formal itu membuat Naruto penasaran dan membaca salah satu surat. Dia terkejut karna penolakan secara resmi itu, dan tentu dia sedih.

"Tidak jadi, kaa-san! Setelah aku pikir lagi, belajar bersama kaa-san jauh lebih menyenangkan, aku bisa belajar sambil makan kue buatan kaa-san, sedangkan di sekolah tidak bisa!" ucap Naruto ketika ia melihat mata kaa-sannya mulai berkaca-kaca.

Satu hal lagi yang membuat Kushina bangga pada putra bungsunya, Naruto bisa berfikir dewasa, tentunya dalam hal positif. Naruto bisa memahami perasaan orang lain dengan mudah dan Naruto tau harus menyikapinya bagaimana, terutama pada dirinya.

"Naruto, kaa-san janji! Akan selalu mengajarkan semua yang kaa-san tau, dan jika kaa-san tidak tau lagi apa yang harus kaa-san ajarkan, maka kaa-san akan belajar lagi agar bisa memberimu pelaharan! Dengan begitu, kau akan jadi anak paling pintar, bahkan tanpa harus bersekolah!" ucap Kushina mantap sambil memegang kedua bahu Naruto yang terguncang akibat isak tangianya, dia terharu dengan kasih sayang yang begitu mendalam yang diberikan kaa-sannya pada dirinya yang dianggap sebagai jelmaan kyuubi sang pembawa bencana. Yah, dia tau itu, Kushina pun tau bahwa Naruto sudah mengetahuinya dari sikap semua orang dikota ini.

Dengan lembut Kushina mencium kening Naruto lalu mendekapnya erat, dia berjanji akan melimpahi Naruto dengan kasih sayang yang melebihi apa yang dunia ini berikan pada orang terpilih sekalipun, yah dia berjanji!

"Baiklah, mari kita makan kuenya, Naru! Ini adalah kue resep terbaru yang kaa-san buat!" ucap Kushina sembari memotong kue kecil itu setelah melepas pelukannya pada sang buah hati.

"Aku sayang kaa-san!" ucap Naruto dengan senyuman ceria diwajahnya. Kushina yang mendengar itu ikut tersenyum, dan hari ini mereka lewati dengan canda tawa tanpa tau takdir kejam akan menjadi penghalang kasih sayang ibu dan anak tersebut.

To Be Continued...

AN: yah, ini fic perdana saya, saya harap bisa membawa kalian dalam alur yang saya ciptakan, dan sekali lagi mohon maaf, saya akan menerima flame kalian jika memang itu kesalah dalam fic saya, tapi akan lebih berguna jika senpai-senpai sekalian memberi kritik dan saran yang membangun agar saya lebih baik lagi dalam menulis.

yak, sekian dari saya, dengan ini saya mengharap read and review senpai-senpai sekalian.

SEE YOU NEXT CHAPTER!