"Lihat, kucing kecil yang mencuri 'ikan' sudah tertangkap hari ini…" Min Yoongi tertawa jahat menakutkan, namja berkulit pucat duduk di sofa tunggal ruang kerjanya sambil menumpukan kakinya di atas meja.

Mata tajam namja berkulit pucat itu memandang sinis pada 'tawanan' yang berlutut tak jauh di depannya dengan dua bodyguard berbadan besar berdiri tepat disamping kiri dan kanan 'tawanan'. Senyum paling menyebalkan tersampir di wajah dinginnya.

"Apa kabar, Park Jimin?" suara berat bernada ejekan itu ditujukan Yoongi pada namja bersurai hitam yang berlutut di depannya.

Park Jimin, seorang wartawan media online yang sering berburu berita skandal kencan artis.

Jimin menelan ludahnya susah payah. Bohong kalau Jimin tidak ketakutan sekarang. Dihadapannya sedang duduk seorang mafia, menyebut namanya, menanyakan kabarnya dan sebentar lagi akan membantainya tanpa ampun.

.

.

.

DEVIL IN a BLACK COAT

.

.

.

"Aku sudah mengikuti artis A selama dua minggu, dan tebak apa yang kudapat?" Jimin menaik turunkan alisnya dengan senyum puas tercetak jelas di bibirnya. Kamera kecil yang selalu berada di kantongnya dimainkannya dengan bahagia.

"Dan siapakah artis A itu, Park Jimin?" Kim Taehyung, karyawan media online yang bertugas sebagai editor.

"Kau akan terkejut saat mengetahui siapa artis A yang ku maksud! Ini akan jadi berita besar. Siapa yang menyangka idol yang berumur belasan itu berhubungan dengan seseorang yang berumur jauh lebih tua dari umurnya! Ini akan benar-benar menggemparkan!" Jimin berucap penuh semangat.

"Oke, jadi kapan aku akan melihat hasil buruan mu itu? Sudah banyak pembaca penasaran sejak aku mengeluarkan berita soal artis A yang dikabarkan berkecan itu" Taehyung berbicara sambil sibuk dengan computer didepannya.

"Tapi aku kasihan padanya. Dia masih sangat muda. Karirnya bisa-bisa tamat kalau aku mengeluarkan berita soal ini" Jimin mendadak bimbang sendiri. Antara rasa kasihan dan uang yang akan Jimin hasilkan dari berita miliknya ini.

"Di dunia sampah seperti ini kau masih memiliki rasa kasihan pada orang yang bahkan tidak tau kau hidup dan bernafas di dunia ini?" Taehyung berucap sinis.

"Dia masih anak-anak. Umurnya bahkan baru 18 tahun kalau kau mau tau"

"Apa kita sedang membicarakan Stevi Kim?" Taehyung memutar kursinya sedikit agar bisa berhadapan dengan Jimin.

"Bagaimana kau bisa menebaknya?" Jimin berdiri dari kursi dan berjalan kearah meja Taehyung.

"Jadi benar itu dia?" Taehyung tertawa.

"Karena kau sudah bisa menebak siapa orangnya, maka, lihat ini" Jimin memberikan kamera kecil miliknya pada Taehyung.

"Kau seperti stalker saja" cibir Taehyung saat melihat hasil jepretan Jimin.

Dikamera kecil milik Jimin terpampang seorang gadis yang wajahnya tertutup dengan masker sedang masuk kesalah satu club malam terkenal, club malam kalangan atas. Foto selanjutnya seorang pria membuka coat milik gadis itu saat baru keluar dari mobil, di foto selanjutnya Taehyung tercengang dengan pakaian yang digunakan gadis itu, gaun malam yang terlalu terbuka untuk dikenakan anak seumurnya.

"Aku mengambil foto itu kemarin, jam dua pagi!" cerita Jimin, mengabaikan cibiran Taehyung.

"Jam dua pagi? Kalau aku menjadi orang tuanya, aku pasti akan menjambak rambutnya dan menguncinya di kamar. Orangtua mana yang membiarkan anak gadisnya keluar tengah malam dengan pakaian bak pelacur kecil seperti ini?" Taehyung tiba-tiba merasa kesal.

"Orangtuanya?" Jimin tertawa akan jawabannya sendiri disambut dengan tawa Taehyung.

Urusan bergosip, agaknya keduanya memiliki selera dan cara bergosip yang cocok.

"Tapi, siapa yang ditemuinya tengah malam begitu?" Taehyung mendongak kearah Jimin.

"Min Yoongi, dari beberapa info yang ku dapat, dia salah satu pimpinan mafia, entahlah, kabarnya masih simpang siur" Jimin menarik kursi dan duduk tak jauh didepan Taehyung. "Kau tahu, Min Yoongi berumur 35 tahun! Bisa kau bayangkan perbedaan umur mereka? 17 tahun!" cerita Jimin penuh semangat.

"Sebentar, kau bilang Min Yoongi ini pimpinan mafia?" Tanya Taehyung memastikan.

"Ne! Tapi, masih belum bisa ku pastikan tentang kebenara kabarnya, aku hanya mencuri dengar dari beberap pengunjung club malam saja" sambung Jimin.

"Jim, kau tahu sedang berhadapan dengan siapa, kan?"

"Apa maksudmu? Tentu saja aku tau" Jimin mengernyit.

"Well, kalau dia hanya 'dikabarkan' sebagai pemimpin mafia kurasa kita bisa aman. Bayangkan kalau kabar itu benar? Bagaimana kalau Min Yoongi benar-benar pemimpin mafia? Bukan hanya kau, aku pun akan tamat, stupid!"

"Aku lebih percaya dia koruptor atau pengemplang pajak daripada seorang mafia" Jimin berucap santai. Mencoba menyakinkan dirinya bahwa selentingan kabar soal Min Yoongi hanyalah isapan jempol belaka.

"Apa ini yang namanya Min Yoongi?" Taehyung menunjukan foto yang terpampang dikamera Jimin.

"Benar! Yang pakai coat hitam berkulit pucat. Itu dia." Jimin berucap semangat.

"Aku yakin dia pasti sangat kaya. Aku setuju denganmu, daripada seorang mafia, dia lebih cocok menjadi si brengsek pengemplang pajak" Taehyung mengangguk-angguk sambil memperhatikan foto Min Yoongi.

"Jadi, bagaimana? Apa kita edarkan saja beritanya sekarang?" Jimin menaik turunkan alisnya sekali lagi.

"Call!" Taehyung menarik laci meja, mengambil kabel USB yang akan dia gunakan untuk mengkoneksikan kamera Jimin dan komputer miliknya. "Mari kita pikirkan headline untuk berita besar ini" ucap Taehyung semangat.

"Yay! Ayo berpikir!" ucap Jimin bahagia.

"Ah, bagaimana kau bisa masuk kedalam club malam itu? Yang ku tau mereka tidak mengizinkan sembarangan orang untuk masuk" Taehyung melirik kesamping, dimana Jimin tengah sibuk berpikir.

"Aku memakai kartu keanggotaan club malam milik Seokjin Sajangnim. Kalau tidak, mana bisa aku masuk kesana. Bisa-bisa mereka menendangku bahkan sebelum aku memegang gagang pintunya" cerita Jimin.

"Dia memiliki kartu keanggotaan itu?" Taehyung menaikan alisnya, kaget.

"Demi keperluan pekerjaan, apa yang tidak bisa dia lakukan. Jangan lupakan suaminya pemilik pabrik kapal pesiar, mengeluarkan puluhan juta won hanya untuk sebuah kartu bukanlah hal yang sulit untuknya. Aku yakin, kalau Seokjin sajangnim minta dibelikan seisi mall, suaminya pasti akan membelikannya"

"Kau benar. Harusnya aku tidak melupakan fakta kalau Kim Namjoon itu sangat-sangat kaya" Taehyung mengangguk-anggukan kepalanya.

Berita sudah tersebar setelah keduanya sibuk berdiskusi selama satu jam. Tidak sampai sepuluh menit, kolom komentar dari berita yang mereka edarkan sudah mendapatkan lebih dari 700 komentar dan 90% nya adalah komentar penuh hinaan yang terlontar untuk Stevi Kim.

.

.

.

"Cari tahu siapa yang mengambil foto ini" perintah mutlak itu datang dari seorang namja pucat yang sedang duduk dengan rokok berada disela jari telunjuk dan jari tengahnya. Jas yang memeluk tubuhnya dilepas dari tubuhnya, meninggalkan kemeja hitam dan celana bahan berwarna sama di tubuhnya.

"Apa kita perlu mendatangi kantor media online ini, tuan?" salah satu tangan kanan Yoongi yang berdiri didepan mejanya bertanya dengan tingkat kesopanan tinggi.

"Tidak perlu. Media online ini milik istri temanku. Cukup cari saja siapa yang mengambil foto ini dan bawa dia kehadapanku. Temukan dia tidak lebih dari 24 jam, atau…." Yoongi mengangkat benda silver berkilau tertimpa cayaha dan memainkannya didepan wajahnya "Kalian yang selesai" wajahnya tersenyum, menampilkan senyum dingin mengerikan diwajah tampannya.

"Kami mengerti tuan" tangan kanan Yoongi- Lee Jooheon- membungkuk dan mengundurkan diri dari hadapan Yoongi, diikuti dengan dua orang lain dibelakangnya.

Yoongi terdiam lama memandangi foto dirinya bersama seorang gadis yang pingangnya dipeluknya erat. Dia tertawa tapi matanya menyorot dingin. Tawanya makin terdengar mengerikan saat membaca kembali headline berita yang terpampang di layar komputernya.

(Breaking News): Stevi Kim dan Min Yoongi kedapatan berkencan di club malam.

"Sampah" Komentar Yoongi sinis.

Perhatian Yoongi teralih saat ponselnya yang berada diatas meja bergetar, ada nomor asing yang mengiriminya sesuatu. Yoongi membuka ponselnya dan melihat isi pesan itu, dimana ada foto hasil screenshots kamera pengintai, dengan namja berambut hitam dengan setelan jas berada didalamnya, Yoongi menggulirkan tangannya kelayar ponsel dan melihat isi pesan itu dengan lamat-lamat.

'Kami menemukannya tuan. Namanya Park Jimin, dia bekerja dibawah naungan Kim Seokjin, pasangan dari Kim Namjoon. Kami sedang menunggunya keluar dari gedung kantornya. '

Yoongi menaikkan sebelah alisnya, wajahnya tersenyum sinis. Anak buahnya memang tidak pernah mengecewakan.

Yoongi makin tersenyum senang saat ada beberapa video masuk ke ponselnya, dimana namja bernama Park Jimin itu terekam kamera pengintai yang dipasang nyaris diseluruh ruangan club malam miliknya. Terlihat belakang tubuh Jimin yang tengah melirikan kepalanya ke kiri dan kanan seperti seorang pengintai amatiran dan mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong celananya yang Yoongi yakin merupakan kamera pocket.

Pada video kedua, Yoongi bisa melihat dengan jelas wajah Jimin. Rambut hitam, bahu sempit, bibir penuh dan tidak terlalu tinggi. Menarik. Yoongi menaikkan sebelah alisnya, dia jelas terlihat senang sekarang.

"Ah… Aku tidak sabar bertemu dengan kucing kecil ini." Yoongi merenggangkan ototnya.

Yoongi mengambil ponselnya dan mengirim pesan balasan untuk seseorang yang mengiriminya info itu dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, kepalanya mendongak mengarah kelangit-langit ruangannya.

"Mari kita lihat, seberani apa kucing kecil ini di kandang iblis"

.

.

.

Jimin baru saja keluar dari gedung kantor dan berencana pergi membeli makanan untuk dibawa pulang kerumah saat tiba-tiba Jimin merasa ada orang yang mengikutinya. Berkali-kali Jimin melirikkan kepalanya kebelakang dan lagi-lagi Jimin tidak menemukan apa-apa, hanya beberapa orang yang berlalu lalang dan itu sangat-sangatlah wajar.

Jimin berjalan cepat menuju salah satu restoran yang berada tidak jauh dari kantornya sambil beberapa kali melirik kebelakang. Jimin bernapas sangat lega saat dia sudah sampai direstoran dan tidak ada hal buruk yang terjadi padanya.

"Apa yang kau pikirkan Park Jimin, memangnya kau artis yang sedang diincar stalker" Jimin memarahi dirinya sendiri. Dia mendudukan dirinya didekat kaca sambil memperhatikan jalanan diluar dan menunggu pesanannya selesai dikemas. "Konyol… kenapa juga aku bisa berpikir sedang diincar?" Jimin terkekeh sendiri dengan pemikirannya.

Saat pesanan Jimin selesai, Jimin benar-benar sama sekali lupa untuk bersikap waspada. Jimin menenteng makanannya keluar restoran, bersenandung kecil mengikuti lagu yang sedang didengarkannya melalui earphone yang terpasang ditelinganya.

Saat Jimin masuk kedalam parkiran mobil di gedung kantornya, saat itu Jimin benar-benar terlambat untuk sadar. Sebuah suntik tertancap dilehernya, tidak sampai beberapa detik, kesadaran Jimin mulai hilang. Hal terakhir yang Jimin lihat adalah tiga orang dengan masker dan kaca hitam serta kaos putih polos dan celana jeans berdiri menjulang didekatnya.

.

.

.

END