Matahari baru muncul di langit Seoul saat Jihoon mengaduk ramen dalam cup yang telah ia seduh.
Pagi-pagi sarapan ramen memang bukan kebiasaannya. Ia hanya tidak ingin membangunkan juru masak kelompoknya karena mereka mendapat cuti hari ini.
Jihoon hampir berhasil memasukkan sesuap ke mulutnya jika saja Soonyoung tidak menumpukan dagunya di atas puncak kepalanya, kemudian menghirup.
Soonyoung berkata, "Baunya enak. Rambutmu dan ramen itu. Stroberi dan pedas." Ada tawa pagi hari terselip di akhir kalimat. Lalu, ia beranjak ke arah lemari es untuk sebotol air dingin. "Buatkan aku, ya? Yang sama sepertimu."
Jihoon bangkit dari duduknya dan mulai sibuk dengan pesanan Soonyoung.
Soonyoung membawa dirinya duduk pada kursi tinggi di depan konter dapur. Ia meletakkan dua botol air dingin; satu untuknya dan satu lagi untuk Jihon. Soonyoung menumpu dagunya dengan sebelah tangan, maniknya melihati Jihoon yang sibuk berkutat dengan cup ramen pesanannya. "Jihoon, pagi ini, kau aneh," kata Soonyoung.
Jihoon menyobek bungkus bumbu ramen dan mencampurnya dalam cup. "Tidak biasanya kau mengolokku," kata Jihoon heran.
"Iya, kau aneh; pagi-pagi sarapan ramen dan saat aku minta untuk dibuatkan ramen sepertimu, kau langsung melakoni. Bukan kau sekali, Lee Jihoon."
"Iya, hitung-hitung aku lagi belajar supaya bisa jadi Kwon Jihoon," kata Jihoon dengan semburat tipis di pipinya.
Soonyoung hanya menjawab, "Oh," sembari mengukir senyum tipis.
—kkeut!
Rencanya sih, mau dibikin multi chapter, tapi ya cuman sepanjang ini ceritanya. Hehe. Ehem, RnR? :3
