.
Problematic Boy (Jaemin x Renjun)
Sequel
BlueBerry's Fanfiction
warnings : Seme!Jaemin, possibly ooc, typos
.
Renjun memiliki keinginan menyelesaikan masa sekolah menengah atas dengan tenang, melanjutkan hubungan tanpa perlu dijadikan konsumsi banyak orang sebagaimana mereka dia pernah menjadikan masalah orang lain sebagai pembicaraan atau perhatian (sekalipun Jeno dan Haechan yang memiliki masalah hingga melakukan perang dingin). Keinginan yang tidak terwujud karena seseorang menaruh cokelat batang di loker Renjun selama sepekan pada awal tahun ketiga sekolah menengah atasnya, Jaemin tidak memberikan respon berapi atau meledak saat Renjun mengatakannya di perjalanan pulang namun Jaemin mengatakan kalau dia mengetahui pengirim cokelat itu dan dia akan mengambil tindakan kalau Renjun merasa tidak nyaman dengan cokelat itu.
Jaemin tidak melupakan bagaimana Renjun tidak menyukai kegiatan berkelahi yang menimbulkan luka atau lebam di tubuhnya, pemuda marga Na itu terburu menjelaskan sebelum Renjun mencubit lengan dan memberi ocehan dari rasa kesal juga gemasnya. Renjun memilih cara tenang dengan tidak melakukan apapun dan mendiamkan hingga sang pengirim bosan atau lelah, menutup perdebatan dengan menghiraukan tatapan protes Jaemin. Seseorang meneriakkan kata suka pada Renjun di lapangan luar ruangan tim basket, menjadi pengumuman hubungan Jaemin dan Renjun pada semua warga sekolah karena si Huang tidak menyingkirkan lengan si Na dari bahunya juga Renjun hanya melontar perkataan maaf sebelum dia dan Jaemin berlalu.
Pandangan Renjun mengarah tidak senang pada noda basah di sisi buku gambarnya, mengangkat wajah untuk menemukan beberapa murid perempuan yang berdiri di sebelah meja. Hela nafas menandakan enggan disamarkannya dengan kesibukan menyimpan buku gambar di tas . . .
"Ada apa?" Renjun menanyakan dengan nada ringan dan bersahabat, memberi senyum tipis meski dia yakin pembicaraan para gadis ini tidak berbeda dengan beberapa gadis lain yang menanyainya di jam istirahat sebelumnya. Renjun mengalami ini pada setiap waktu istirahat sedari empat hari lalu, saat dia dan Jaemin mengumumkan hubungan mereka secara tidak langsung
"Hubunganmu dan Jaemin, itu sungguhan?" Salah satu gadis menempati bangku di depan Renjun, memasang ekspresi ingin tahu sebagaimana ekspresi yang dipasang oleh dua temannya yang lain
"Iya. Kenapa?" Renjun memperlihatkan ekspresi bingung yang tulus, selagi dia menunggu balasan dari tiga murid perempuan yang memposisikan diri berdekatan dengannya
"Kau dan Jaemin kan tidak dekat. Rasanya aneh, kalian tiba-tiba memiliki hubungan" Pembicaraan ini selalu terjadi di waktu istirahat dan Renjun mengetahui jawaban mereka, tapi Renjun tidak tahu bagaimana semua warga sekolah menjadi satu pemikiran dan merasa paling tahu tentang dirinya dan Jaemin. Tidak ada warga sekolah yang mengenal pribadi Jaemin selain Jeno, begitupun dirinya tidak memiliki kenalan dekat selain Jeno atau segelintir murid yang merupakan sesama anggota Klub Vokal
"Bagaimana kalau kau hanya dijadikan bahan taruhan oleh perkumpulan anak nakal disini?" Ujar gadis berwajah bulat di sebelah Renjun, menggunakan suara pelan seolah mengkhawatirkan ucapannya didengar oleh Jaemin atau anak nakal lain. Perut Renjun mengalami gejolak karena usaha menahan tawa, merasa lucu dengan ekspresi ketakutan juga lontaran dugaan gadis itu
"Tidak, aku percaya kalau Jaemin tidak seperti itu" Balas Renjun dengan tenang, mempertahankan senyuman tipis di wajahnya yang membuat tiga murid perempuan semakin menyayangkan hubungan si manis dengan si berandal walau itu bukan permasalahan mereka
"Atau mungkin Jaemin menyukaimu dalam diam sedari lama, dan dia mengancammu untuk menerima ungkapan perasaannya?" Dugaan lain dilontarkan oleh gadis berambut lurus di depan Renjun, wajahnya memperlihatkan ekspresi seolah dirinya detektif handal meski dia melontar ucapan konyol. Renjun melebarkan senyum sebagai tindakan meringankan rasa sakit perut dari menahan tawa
"Eung, tidak juga" Perkataan Renjun membuat sorot antusias ketiga gadis ini meredup, senyuman Renjun menimbulkan kesan membenarkan bagi tiga gadis ini jadi mereka kecewa saat Renjun memberi jawaban lisan yang membantah dugaan kedua mereka
"Atau mungkin kau yang menyukai Jaemin sedari lama dan menyatakan perasaan padanya, lalu kau mengancam kau akan melukai dirimu kalau Jaemin menolakmu?" Renjun ingin memberi tepuk tangan pada drama romansa atau apapun yang membuat para gadis ini memiliki imajinasi tidak terpikirkan olehnya, dia menaruh tangannya di depan wajah dan melontarkan kekehan ringan sebagai pengganti karena dia tidak mungkin meledakkan tawa gelinya pada tatapan ingin tahu dari gadis-gadis ini
"Kau benar mengenai aku menyukai Jaemin, tapi aku bukan tipe orang yang mengungkap perasaan dengan cara ekstrim" Balasan Renjun menerima gumam membenarkan dari tiga gadis, ingat kalau Renjun merupakan murid manis yang menggunakan nada bicara manis juga memiliki sikap santun yang membuat mereka merasa terkejut tidak terbilang pada berita Renjun berpacaran dengan Jaemin
"Bagaimana kau dan Jaemin memiliki hubungan? Aku bahkan tidak pernah melihat kalian melakukan tegur sapa atau obrolan ringan, sebelum ini" Gadis pemegang kotak minuman yang sempat meninggalkan noda basah di buku gambar Renjun melontar tanya, Renjun memberi senyum tipis. Renjun tahu kalau gadis ini merupakan teman sekelasnya pada tahun ajaran lalu, tapi Renjun tidak tahu sedekat apa mereka hingga gadis itu mengomentari hubungannya dan Jaemin seperti teman dekat yang terkhianati karena tidak mendengar proses pendekatannya dan hanya menerima kabar dirinya menjalin hubungan
"Jaemin dan aku memiliki hubungan, karena aku menyukai Jaemin dan Jaemin menyukaiku" Renjun melemparkan senyuman geli pada akhirnya, tidak menahan rasa geli saat memori Jaemin menyatakan perasaan padanya terputar. Tiga gadis ini tidak menerima jawaban memuaskan dari rasa ingin tahu mereka, tapi Renjun tersenyum selayaknya orang paling bahagia dan tidak ingin menerima gangguan dari pertanyaan konyol lainnya
"Injun-ah" Jaemin menaruh fokusnya pada satu orang di barisan tengah, meski murid tersisa di kelas ini menempatkan atensi mereka ke arahnya yang berdiam di sisi pintu kelas. Kehadirannya membuat banyak diantara mereka menjadi waspada, meski ada yang menatap sekedar ingin tahu atau antusias mengenai dia dan Renjun
"Nana, ayo kita makan siang. Aku sudah menunggumu, sedari lama" Renjun mengarahkan tatapan meminta maaf pada tiga gadis yang berada dalam posisi mengelilingi mejanya, meski Jaemin tahu kalau Renjun tidak merasa bersalah juga tidak merasa perlu meminta maaf karena meninggalkan mereka
"Kau sudah menungguku sedari lama?" Ulang Jaemin, langkahnya mengimbangi Renjun yang menjauhi ruangan kelas. Bibir Jaemin mengukir seringaian jahil pada yang lebih dewasa
"Iya, aku menunggu alasan untuk melarikan diri dari pertanyaan-pertanyaan itu" Kata Renjun tanpa memberi lirikan pada seringai menyebalkan Jaemin, nafasnya menghembus lelah seolah dia selesai mengerjakan tugas rumit dari Guru Kim
"Aku sudah mengusulkan supaya kau menyerah dan mengatakan pada mereka untuk tanya padaku saja" Lirikan Renjun menyiratkan rasa tidak yakin terhadap ucapan Jaemin, menolak dengan menggelengkan kepalanya sebagai balasan
"Kau jahil. Kalau kau membalas mereka dengan sok ramah dan berpura mengatakan kalimat manis tentangku, mereka semua bisa terpesona dan mengejarmu" Balasan Renjun menimbulkan kekehan geli dari Jaemin, tangannya meraih bahu sempit Renjun dan merangkulnya karena rasa gemas.
.
Jaemin selalu memberi sikap kalau dia tidak mempedulikan pandangan tidak nyaman warga sekolah padanya atau bisikan rumor mengenai dirinya yang kadang dilebihkan (membuat kesan 'tukang kelahi yang tidak memiliki belas kasih' dilekatkan padanya), tapi pengumuman kelulusan membuat Jaemin menghembuskan nafas pertanda lega sebelum dia menyadari. Renjun menangkap sorot bahagia juga lega dari pandangan Jaemin yang mengambil tempat di sisi kirinya, menukar senyuman senang tanpa menimbulkan keributan selayaknya Haechan atau murid kelas tiga lainnya.
Kata 'Perguruan Tinggi' menimbulkan beban tidak terlihat pada bahu juga punggung Jaemin selama beberapa waktu terakhir, kosakata itu mengingatkan dirinya dengan pandangan intens dari empat orangtuanya. Empat orang dewasa itu mengatakan kalau mereka mempercayai keputusan Jaemin dan memberi kebebasan baginya untuk memilih jurusan juga tempat kuliah, tapi Jaemin peka untuk menyadari ketertarikan mereka pada tempat kuliah juga jurusan tertentu yang membuat Pemuda ini khawatir bila dia mengecewakan mereka dengan apa yang dia pilih.
Tatapan Jaemin melakukan kontak dengan pandangan Renjun yang membuka pintu ruang tinggalnya sebelum jari Jaemin menekan bel di sisi pintu, Renjun mengatupkan mulutnya selagi memberi ruang bagi Jaemin memasuki ruang tinggalnya . . .
"Kau memiliki hari yang buruk?" Renjun melontarkan tanya setelah Jaemin merapikan posisi sepatunya, menerima seringai tipis dari Jaemin
"Aku sungguh mengagumi instingmu. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan mengenai perguruan tinggi, aku merasa lelah hanya dengan memikirkannya" Jaemin menghembuskan nafas selagi punggung dia sandarkan pada sisi dinding
"Tidak ada yang mendengar 'perguruan tinggi' sebagai kata yang mudah, Nana" Tatapan Renjun memberi isyarat agar Jaemin mengambil posisi nyaman di sisi tempat tidurnya, tidak menemukan tempat lain yang bisa menjadi dudukan nyaman
"Hanya saja, tatapan intens dari empat orangtua yang mempercayai dan menaruh harapan padamu bukan sesuatu yang diterima oleh setiap orang" Kepala Renjun memberi anggukan sebagai tanda dia mendengar juga menyetujui perkataan Jaemin
"Aku berpikir 'empat orangtua yang menatap intens' lebih buruk dari dua orangtua yang tidak peduli dimana aku melanjutkan pendidikan selama aku berhasil memasuki perguruan tinggi unggulan dan dibanggakan pada rekan bisnis juga teman sosialita mereka, setelah mendengar perkataanmu" Renjun tidak pernah membicarakan kesulitannya dengan mudah hingga Jaemin harus mendengar ucapannya dan memperhatikan ekspresinya, tapi kali ini Renjun mempermudah ucapannya
"Temanku memiliki posisi penting di Universitas Ternama di Tiongkok, jadi dia akan membantu kita kalau kau tidak bisa memasuki Universitas Ternama disini. Aku membebaskan dimana kau ingin melanjutkan selama kau memilih perguruan tinggi yang diketahui dengan reputasi baik oleh rekan bisnisku juga teman Ibumu" Jaemin tidak memiliki maksud untuk mendengar pembicaraan Renjun dengan orangtuanya, tapi ucapan perpisahan yang direncanakan Jeno di halaman belakang gedung sekolah membuatnya mendengar ucapan orangtua Renjun
"Kau mencemaskan ujian masuk di perguruan tinggi?" Tatapan Jaemin menangkap gestur tangan Renjun yang menandakan dia tengah gelisah atau merasa cemas, jemari Jaemin mengambil posisi diantara jemari tangan kanan Renjun
"Aku sudah mengatakan padamu kalau 'perguruan tinggi' bukan kata yang mudah" Dengusan Renjun tidak berbeda dari banyak momen lain dimana Jaemin tidak mendengar juga tidak menuruti perkataannya hingga dia harus mengulangi ucapannya, Jaemin membentuk senyum tipis dengan tenang sebelum dia mengeratkan genggaman
"Aku minta maaf karena aku menyulitkanmu, saat kau memiliki kekhawatiran sendiri" Perkataan Jaemin menerima respon mencebik malas dari Renjun di sebelahnya
"Kau tidak perlu mengatakan hal itu seolah kejadian ini adalah pertama kalinya kau menyulitkanku, jangan menunjukkan sikap berpura manis seperti itu" Renjun memberi sorotan tidak senang pada Jaemin, tidak ingin berpayah menjelaskan kalau dia menyenangi kehadiran Jaemin. Jaemin datang karena dia memiliki masalah lain, tapi Renjun merasa terselamatkan dari banyak kekhawatiran yang memenuhi kepalanya
"Perkataanmu tidak pernah manis padaku" Keluh Jaemin, masih melekatkan jemari Renjun di sela jemari tangannya. Renjun membiarkan jemarinya berada dalam genggaman Jaemin, interaksi ringan namun efektif untuk memberi rasa tenang padanya
"Iya, aku menjadi pribadi yang jujur saat aku sedang bersamamu" Tidak ada yang bisa mengatasi rasa geli dari perkataan keju, membuat Jaemin juga Renjun melontar tawa geli juga ringan setelah yang lebih dewasa mengatakan itu
"Rasanya mengesankan untuk mendengar aku membuatmu menjadi pribadi yang jujur, paling tidak membuatmu nyaman untuk jujur padaku" Pandangan Jaemin melihat senyum geli Renjun, sudut bibir si pemilik marga Na turut mengembangkan senyum karena rasa geli dengan suasana serius antara mereka
"Ekspresi wajahmu saat ini lebih baik daripada ekspresi wajahmu saat kau datang" Ujaran Renjun menerima respon anggukan samar dari Jaemin, si Na sadar kalau wajahnya tidak menyenangkan dilihat sebelumnya meski dia tidak melihat pantulan dirinya dalam perjalanan ke tempat Renjun
"Karena pertemuan denganmu membuatku merasa lebih baik" Jawab Jaemin dengan seringai tipis, ditanggapi dengusan tidak senang oleh Renjun yang mempertemukan tatapan keduanya. Pandangan lurus Renjun tidak menghalangi Jaemin untuk menemukan rona kemerahan di sisi wajahnya, mengubah seringai tipisnya menjadi tawa kecil
"Perkataan seperti itu, dari Jeno?" Renjun menyalahkan Jeno untuk ungkapan keju yang sekian kali dilontarkan Jaemin pada hari ini, tidak peduli kalau Jeno tersedak di tempat lain akibat seseorang membicarakan dirinya dengan sebutan tidak menyenangkan
"Jeno mengatakan supaya aku mengatakan perkataan manis, agar kau tidak merasa aku memiliki anggapan kau sama saja dengan yang lain. Ruang obrolanku dengannya penuh dengan ocehan semacam itu" Jaemin turut menyalahkan Jeno, meski dia memiliki sisi dalam dirinya yang menyetujui juga mendukung pernyataan Jeno
"Kau mendengarkan Jeno?" Bingung Renjun. Jeno merupakan teman dekat Renjun sekaligus teman lumayan akrab Jaemin, tapi sejauh yang Renjun ingat dirinya juga Jaemin lebih sering mendengar nasihat Jeno sambil lalu (nasihat Jeno biasa diambil dari adegan drama tema romansa yang membuat perut Renjun tergelitik akibat rasa geli)
"Kau sendiri, tidak masalah kalau aku mengatakan hal keju seperti itu" Jaemin tahu kalau Renjun tidak menolaknya juga tidak mungkin mengatakan dia menyukainya secara jelas, sikap tidak memper masalahkan sudah memberi jawaban baginya
"Aku tidak menolaknya" Renjun menjawab setelah dia menemukan pembenaran yang tidak begitu antusias juga tidak memiliki kesan memalukan, tapi dia masih tidak menemukan jawaban untuk meng atasi rasa tergelitik dari 'serangan mendadak' Jaemin. Tangan Jaemin menarik Renjun untuk berada dalam pelukan Jaemin yang merasa gemas padanya
"Aku menyukainya, kalau kau menyukainya" Jaemin mendengar kalau Renjun melontarkan gerutu pelan, tapi dia tidak menemukan gerakan menolak atau berusaha melepaskan dari si mungil. Jaemin tahu dirinya bukanlah satu-satunya orang dengan kecemasan mengenai Perguruan Tinggi, dan bertemu dengan Renjun yang memiliki kekhawatiran serupa merupakan cara baik untuk mengurangi kecemasannya.
.
Tidak ada orang yang mengetahui panggilan buruk Jaemin semasa sekolah menengah atas di Kampus, itu artinya semua perempuan di Universitas merasa leluasa memandang kagum pada paras Jaemin tanpa gidik ketakutan saat si pemilik marga Na membalas tatapan mereka. Renjun tidak sadar kalau dirinya adalah tipe kekasih yang posesif hingga dia mengumpati para senior perempuan yang melempar senyum sopan atau melakukan tindakan pendekatan dengan Jaemin, membuat Jeno selaku pendengar cerita Renjun hanya tertawa (tidak ingin memperkeruh suasana hati temannya dengan jujur kalau Renjun selalu melakukannya sedari memulai hubungan dengan Jaemin).
Fokus pada kakak tingkat perempuan yang berusaha melakukan pendekatan dengan Jaemin, Renjun hanya menaruh antisipasi tingkat rendah pada kakak tingkat yang memberi perhatian berlebihan padanya. Obrolan Jaemin dan Renjun diisi dengan kegiatan orientasi kampus yang melelahkan pada sedikit waktu, hal yang lebih sering terjadi adalah Jaemin menahan kepala Renjun membentur kaca bis saat si Huang memilih bangku dalam atau Jaemin menahan tubuh Renjun terjatuh dari bangku saat si Huang memilih bangku luar. Perjalanan pulang sore ini tidak diisi Renjun dengan tidur, masih memikirkan tentang Jaemin yang mengumumkan hubungan mereka pada warga kampus.
Jaemin memberi lirikan pada ekspresi berpikir Renjun di sebelahnya, mengembalikan pandangnya pada jalanan yang dilewati bis karena tidak menemukan tanda kalau yang lebih dewasa akan membuka mulutnya . . .
"Kau seharusnya memberitahu padaku kalau kau ingin mengumumkan hubungan ke warga kampus" Suara Renjun membuat Jaemin menoleh secara penuh, bukan lagi melempar lirikan seperti yang dia lakukan sebelumnya
"Sepuluh menit kau menggunakan ekspresi berpikir untuk mengatakan sesuatu sesingkat ini?" Balasan Jaemin tidak sesuai bagi protes singkat Renjun, Jaemin bahkan membalasnya dengan protes lain mengenai singkatnya perkataan Renjun. Tentu Jaemin sepenuhnya lupa dengan saat dimana dirinya dan Renjun begitu canggung hingga mereka hanya berbalas kata dengan singkat
"Iya, aku masih tidak memiliki ide tentang pengumuman hubungan kita. Kau melakukannya di waktu makan siang, hingga beberapa orang di sebelahku tersedak dan membuat nafsu makanku menjadi buruk" Kata Renjun, kelihatan memprotes karena dia tidak bisa menghabiskan menu makan siang hari ini yang lebih baik dari dua hari sebelumnya. Jaemin melontarkan tawa geli saat dia tahu alasan protes Renjun
"Ah, kau berpikir keras agar protesmu mengenai menu daging sapi tidak kedengaran konyol" Geli, Jaemin tidak menyembunyikan senyumnya selagi dia menatap Renjun yang melempar tatapan sebal padanya
"Terserah kalau kau ingin mengejekku, tapi menu daging sapi itu bukan sesuatu yang bisa didapat dengan mudah sebagai mahasiswa baru. Kita harus menghemat uang untuk berbagai kemungkinan yang melubangi kantung uang, dan tidak menyisakan makanan mahal adalah bentuk penghematan" Renjun mengujar, menerima tatapan intens juga senyuman geli Jaemin saat dia menoleh
"Kau benar. Aku meminta maaf untuk menu daging yang tidak bisa kau habiskan juga rencana penghematanmu yang kurusak hari ini" Jaemin memilih fokus pada ekspresi lucu Renjun di depannya, membenarkan ucapannya tanpa memberi usulan meminta uang tambahan dari orangtuanya. Pemikiran Renjun mengenai dia tidak ingin menimbulkan alasan orangtuanya berkelahi bukan sesuatu yang mudah diubah Jaemin seingin apapun dirinya
"Jadi, alasanmu karena ada senior ingin menyatakan perasaan padaku atau ada senior yang menyatakan perasaan padamu?" Tanya Renjun, tahu kalau Jaemin bukan tipe orang yang senang menjadi pusat perhatian orang lain setelah banyak pandangan buruk di sekolah menengah atas. Hubungan mereka sebelumnya terbuka karena ada seseorang yang menyatakan perasaan pada Renjun, jadi Renjun berpikir saat ini pun memiliki alasan serupa dengan sebelumnya
"Senior ingin menyatakan perasaan padamu di malam pengakraban, dia juga merencanakan tahapan romantis untuk dilakukan pada malam itu" Jawab Jaemin, memberitahu hasil pendengarannya pada obrolan tiga senior laki-laki. Pemuda marga Na itu berpikir kalau membicarakan hal romantis manis bukan sesuatu yang bisa dilakukan di toilet, tapi para senior itu melakukannya dan membuat Jaemin mengikuti obrolan mereka meski dia tidak bermaksud menguping
"Aku menolak dua orang yang mengungkap perasaan secara romantis untuk seseorang yang memberi pernyataan tanpa rencana" Balasan Renjun bukan sesuatu yang ditebak oleh Jaemin, membuatnya mengernyit pada Renjun. Pemuda marga Huang itu tidak memperlihatkan raut wajah seolah dia meng atakan hal salah, yah apa yang dia katakan memang benar
"Bukan memberi pernyataan tanpa rencana, aku hanya menyatakan perasaan di waktu yang tidak kau duga" Ralat Jaemin, membenarkan perkataan Renjun yang dia anggap keliru
"Ungkapan perasaan tanpa kalimat romantis, tanpa bunga, tanpa cokelat. Iya, kau hanya menyata kan perasaan di waktu tak terduga" Kepala Renjun terangguk satu kali untuk memberi pembenaran
"Kau ingin aku memberikan bunga dan cokelat? Atau, kau ingin aku meneriakkan kalimat romantis untukmu?" Penawaran Jaemin menerima gerakan menggeleng dari Renjun sebagai balasan
"Tidak, kau tidak perlu melakukan itu. Aku sudah menyukaimu sebelum kau menyatakan perasaan padaku, jadi aku tahu tidak ada yang bisa kulakukan mengenai caramu mengungkap perasaan" Jawab Renjun dibalas seringai tipis Jaemin
"AKU MENYUKAIMU, HUANG REN JUN!" Teriakan Jaemin membuat penumpang bis juga beberapa orang yang menunggu di halte mencari asal suara, Renjun melayangkan cubitan keras pada lengan Jaemin tanpa mengangkat wajahnya
"Haish, yang benar saja. Tindakanmu norak" Renjun tidak mengangkat wajahnya selagi memprotes tindakan Jaemin. Alasannya karena ingin menyembunyikan rona merah di wajahnya dari Jaemin, meski perhatian banyak orang yang terarah padanya dan Jaemin terasa sangat mengganggunya
"Kau menyukai dan tidak menolaknya, meski tindakan ini norak" Jaemin mengatakan hal benar yang tidak dibantah oleh Renjun, membentuk seringai tipis karena rona kemerahan di wajah Renjun yang bisa dilihatnya dengan samar
"Tentu, aku tidak menolaknya. Aku juga menyukainya" Tatapan Renjun tidak berpindah dari sisi sepatunya selagi dia melontarkan balasan bernada sinis, mengalihkan pandangan ke tempat lain saat tangan Jaemin menarik bahunya untuk tidak menerus membungkuk
"Pandanganmu menghindariku, tidak memperlihatkan kalau kau menyukainya" Jaemin memasang seringai lebar saat Renjun menaruh pandangan padanya, memberi gelitik menyenangkan dalam diri Renjun yang memperkeruh rona kemerahan di wajahnya
"Aku sangat menyukainya, aku juga sangat menyukaimu. Kau percaya?" Renjun dan Jaemin kembali menerima sorotan mata dari penumpang lain saat Jaemin melontarkan tawa geli, meski tidak sebesar perhatian yang sebelumnya mereka terima. Renjun meraih leher Jaemin dan memitingnya dengan gerakan kasar, menutupi senyuman gelinya di balik kepala Jaemin.
Renjun berpikir kalau dia tidak perlu menggunakan kesan anak baik nan manis di perguruan tinggi, tapi menjadi perhatian dari masa orientasi kampus bukan sesuatu yang dia inginkan atau sekedar dia pernah pikirkan. Dirinya merasa tidak nyaman saat melihat kakak tingkat melakukan pendekatan pada Jaemin, tapi menarik perhatian di waktu makan dengan memukul meja juga menaiki bangku bukan sesuatu yang mungkin dia lakukan (untung saja, Jaemin melakukan itu).
Jaemin sering melakukan perkelahian di masa sekolah menengah atas sebagai tindakan pelampiasan dari rasa kecewanya, tapi ada beberapa perkelahian yang dia lakukan dengan alasan melindungi Renjun dari murid nakal yang gemar melakukan kejahilan atau mempertahankan Renjun di sebelahnya. Jeno berkomentar kalau dia posesif di suatu kesempatan, hanya mendapat lirikan acuh dari Jaemin yang merasa sikapnya bukan masalah (tidak berbeda dari Renjun saat Jeno memberi komentar serupa).
Beberapa cerita menggambarkan satu pihak yang posesif membuat pihak lain merasa lelah dan membuat hubungan tidak berjalan dengan baik, Jaemin dan Renjun adalah dua orang yang memiliki tingkat posesif tinggi dan membuat Jeno meyakini hubungan mereka baik saja.
.~~~KKEUT~~~.
Adakah yang ingat dengan cerita ini? Sejujurnya, aku sama sekali ngga pede sama sequel ini, terutama bagian tengah. Aku seneng karena banyak respon positif untuk cerita ini, utamanya karena ternyata bukan cuma aku yang gemes sama pairing Jaemin Renjun ini. Makasih buat yang ngebaca cerita ini juga bagian sequel yang abal, sekali lagi terima kasih. Maaf karena keterlambatan juga cerita mengecewakan atau feelnya ngga dapet. Aku tahu masih banyak kesalahan dan kekurngan, jadi silahkan review ^v^
Thanks to : bluedorable, Renjun renjun (Guest), Aliasaf, Honeydew96, aliyasepti, tobi (Guest), cheery (Guest), Mashiro Io, Tangerine23, Honeydew96, Nakazawa Ryu, stuxbornerr, Elle Riyuu, nichanjung (Guest), KookieL (Guest), renjunoona, JunoforJupiter, Gingsuluwu (juga siapapun yang nge follow atau favorite cerita ini).