Golden Duo

Disclaimer : Naruto milik Masashi Kishimoto dan Highschool DxD Milik Ichie Ishibumi

Pairing : Uzumaki Naruto x Asia Argento

Warning : AU,OOC, SMARTNaru

Black Dog Cafe

Tak lama setelah Naruto tiba, mantan Exorcist itu segera dituntun oleh Tobio menuju ruang bagi para staff cafe ini beristirahat. Naruto yang segera tak sadarkan diri segera menerima perawatan dari Asia. Jibril, familiar angeloid itu telah menghilang setelah memastikan masternya berada di tangan yang tepat.

Tubuh Naruto mulai terbungkus cahaya hijau, tak perlu waktu lama hingga setiap luka gores dan lecet di tubuhnya memulih. Melihat kemampuan yang ditunjukkan mantan biarawati tersebut tak pelak membuat anggota Black Dog Cafe lainnya untuk tidak berkomentar dengan berbisik. Karena posisi mereka yang hanya berdiri di pintu masuk, mereka tak perlu khawatir bisikan mereka terdengar oleh Asia.

" Eh sacred gear yang dapat menyembuhkan luka hm. Benar-benar berguna" ujar seorang gadis bersurai coklat muda yang dikuncir. Tubuhnya ramping dan begitu berkembang, dengan dada besar yang biasanya tertutup sempurna dengan pakaiannya. Ia adalah Natsume Minagawa. Untuk saat ini, diketahui bahwa ia merupakan salah satu anggota Slash Dog.

"Itu Twilight Healing , Jibril, tadi menyampaikan padaku secara singkat apa yang telah terjadi. Naruto – san mengabaikan perintah gereja untuk membunuh Argento – chan." Tobio berusaha menerangkan situasinya. Karena memang ketika Jibril datang membawa Asia, hanya ia seorang yang berada di tempat.

" Eh, gereja memerintahkannya untuk membunuh Asia – chan ? " tanya Reni, tak bisa menahan rasa penasarannya.

Tobio mengangkat bahunya " Hanya itu yang disampaikan Jibril". Pria bersurai hitam itu mengalihkan tatapannya pada Asia "Untuk lebih jelas, sepertinya memang harus menunggu penjelasan dari Naruto-san langsung."

" Yang lebih penting lagi ... " Semua fokus tim Slash Dog teralihkan pada seorang pemuda yang bersandar pada dinding. Terlihat begitu acuh dengan keadaan sekitar. Wajahnya yang tampan tidak menunjukkan ekspresi bersahabat. Satu tangannya naik memperbaiki poni rambutnya yang disemir berwarna coklat. Ia adalah Kouki Samejima.

" Apa kita benar-benar bisa percaya pada mereka ? " Ia melirik tajam pada Tobio.

Tobio hanya tersenyum ramah atas kecurigaan Kouki. " Tenang saja. Mereka memang berasal dari Gereja. Namun, kau akan melihat sendiri"

Kouki masih melirik tajam Tobio, menunggu kelanjutan kata-kata pemuda tersebut.

Sementara di sisi Tobio, jika diperhatikan seksama, Tobio seakan memiliki konflik batin. Kouki dan yang lainnya hanya dapat menerka apa yang berada di pikiran salah satu pemegang Longinus itu kala ia menggeleng kepala pelan dan memberikan senyuman ramahnya.

" Cepat atau lambat kau akan mengerti mengapa aku tanpa ragu menerima permintaan ini"

Opening [Luck Life – Symbol (Op. Shokugeki No Soma San No Sara)]

Shini kiteru mono wa arukai.

Kakemo kadachi monakute koma wanai

Omai dashite yo bokura no hibi o

Hikari o hana tsuki mino muneno naka demo

Dimulai dengan Naruto dan Asia yang berdiri sejajar berpunggungan dengan suster gereja di roma. Ketiga mulai berputar seraya latar menunjukkan masa kecil mereka di gereja tersebut. Naruto dan Asia yang bermain bersama penduduk, hingga akhirnya Naruto diadopsi. Meninggalkan Asia bersama sang suster. Tak lama suster gereja itu ikut menghilang memperlihatkan wajah Asia yang berusaha tegar. Kemudian, title dan chapter muncul.

Golden Duo.

Chapter 3 : Partner

Ume kurou yubi wo kuraete tadara gamete

Owaritsu mo riwareku

Layar kembali gelap, kemudian Naruto muncul saling membelakangi dengan Kushina dan Minato. Kemudian, sosok Jiraiya dan Vasco Strada ikut muncul menemani Naruto. Layar tersebut terus berputar, menyoroti satu persatu ekspresi para karakter.

kitto itsuka kanau hada datte

Sonna hito goto mita na hanashikai

Kushina dan Minato mulai menghilang, digantikan oleh Dulio yang memberikan senyum kecil kala kamera menyorot dirinya, tak butuh waktu lama hingga akhirnya ia menghilang bersama dengan Jiraiya dan Vasco Strada, meninggalkan layar yang kini terfokus pada ekspresi Naruto yang serius.

Muchuu ni hanashite ikaburai

Sono mirai no uemidatte

Layar menunjukkan masa lalu Naruto, dimulai dari bermain bersama Asia di gereja pada masa kecilnya. Masa-masa latihan bersama ayah dan ibu angkatnya, serta Jiraiya dan Vasco Strada. Mengikuti misi hingga akhirnya berakhir bertarung dengan Dulio. Setiap kilas balik tersebut, maka akan terdapat karakter yang berada di kilas balik tersebut memunggunginya.

Unmei jiouna sona saki no mirai

Tobikoeta irosore no mukoue

Sosok Naruto kemudian menghilang, digantikan oleh Asia. Sama seperti Naruto, layar berhenti berputar dan memutar kilas balik kisahnya. Dimulai ketika ia bersedih melihat kepergian Naruto setelah diadopsi, masa ketika ia menemukan kemampuan Twiligh Healing setelah menyembuhkan anjing kecil, kematian suster yang telah merawatnya, terus berlanjut hingga ia diusir dari gereja dan berakhir di tangan da-tenshi.

Ari no mama aru ga mama

Susume konu kanjino mune ni himete

Sosok Asia pun menghilang pula digantikan oleh tim Slash Dog dan juga Vali. Layar berputar menunjukkan masing-masing mereka dengan posisi bertempur masing-masing. Dimulai dari Tobio dengan pedang hitamnya, Kouki dengan kucing putih di pundaknya, Natsume dengan burung elang yang bertengger di lengannya, dan Reni dengan lingkaran sihir yang berkumpul di sekitarnya. Terakhir Vali, mengembangkan sayap Hakuryuukou nya dengan senyum keji.

Yume no yume no mamanu shirai de

Kurai makanenakya

Layar berhenti berputar pada Vali. Anggota Slash Dog lainnya telah menghilang. Kali ini ia bertatapan dengan Naruto. Keduanya dengan cepat menuju satu sama lain, Naruto dengan pedang dan pistolnya sementara Vali dengan lengannya yang terbungkus armor putih. Ketika keduanya hampir mengenai satu sama lain, layar menerang, menampilkan gambar seorang wanita bersurai perak cantik yang menitikkan air matanya.

Kuzu darakeru nune furerea

Tomoniu kodedo kamode mo

Para villain mulai bermunculan, dimulai dari Riser, Kokabiel, Diodora, Loki, dan masih banyak lagi dengan sikap arogansi masing-masing. Pada akhirnya layar berhenti menunjukkan wajah Rizevim yang tersenyum keji.

Kiseki nande iranai kara

Tsukami toreo saa sonotete

Layar kembali seperti awal, namun Naruto berdiri sendirian. Seiring lagu berputar dengan tempo yang cepat, satu persatu karakter lainnya bermunculan memenuhi layar di sekitar Naruto, namun semuanya membelakangi Naruto. Dimulai dari Minato, Kushina, Jiraiya, Vasco, anggota Slash Dog, dan Vali serta Azazel. Ketika lagu mulai melambat, semuanya menghilang digantikan oleh Asia yang saling bersandar dengan Naruto. Layar berhenti ketika keduanya berbalik menatap ke depan, membentuk sikap tempur masing-masing.

Chapter 3 : Partner

" Ha'i. Satu latte dan sandwich ukuran medium. Mohon ditunggu sebentar" Asia mencatat pesanan dari seorang remaja dengan seragam sekolah menengah tersebut dengan gembira. Ia berlari kecil menuju bar dimana terdapat Tobio dan Kouki yang menjaga di sana.

" Satu latte dan sandwich untuk meja 15, Ikuse – san "

" Ha'i. Kouki-kun, bisa kau urus sandwichnya selagi aku menyiapkan lattenya" ujar Tobio mulai menyiapkan alat dan bahan untuk meracik pesanan pelanggan tersebut.

" Serahkan padaku" Kouki segera tanggap, mengambil bahan-bahan yang ia perlukan. Dua potong roti tawar, beberapa lembar daun selada, irisan tomat, keju, dan juga mayonaise. Tangannya yang terlatih segera menghidupkan dua kompor untuk memanaskan wajan. Ia mulai menyiapkan adonan telur dan juga melumuri daging dengan minyak zaitun dan beberapa rempah lainnya.

Asia selalu terpukau melihat bagaimana keduanya dapat telaten mengerjakan hal tersebut.

" Oi, gadis pirang manis itu apa kau pernah melihatnya sebelumnya ? " salah satu pelanggan berbisik melirik Asia yang masih terpaku dengan cara kerja Tobio dan Kouki. Pelanggan tersebut menggunakan seragam khas sekolah menengah lainnya. Dan seperti yang terjadi pada siswa sekolah menengah, mereka bergerombolan datang kemari.

Salah satu temannya yang menggunakan kacamata mengangkat kacamatanya dengan mencurigakan.

"B78-W55-H81 ukuran yang bagus" ujarnya.

" Kau bisa mengukurnya dengan begitu cepat, seperti yang diharapkan dari Pervet-Glasses Motohama" remaja lainnya dengan kepala botaknya segera memiting kepala Motohama kegirangan. Teman-teman satu tempat duduk mereka hanya sweatdrop melihat kelakuan keduanya.

" Kalau tak salah ingat, aku baru kemarin melihatnya mulai bekerja."

" Ah, benar. Ia mulai bertepatan dengan lelaki pirang di sana" Motohama dan Mastuda, remaja botak tadi, spontan melihat pada arah yang ditunjuk oleh teman mereka itu. Dan keduanya mendecih tak senang kala mendengar para gadis mulai menjerit gembira kala menyadari bahwa objek yang mereka tatap adalah pemuda pirang lainnya dengan rambut pirangnya yang dicukur pendek dan rapi sehingga terlihat lebih dewasa. Dari segi berpakaian, pemuda itu cukup fashionable dengan mengikuti style yang sedang model sekarang. Itu pemeran utama kita, Uzumaki Naruto. Ia memetik senar gitarnya dengan piawai agar sesuai dengan lagu yang dibawakan lembut oleh Reni. Ia tak sendirian menemani Reni, terdapat Natsume juga yang mahir menaburkan drum.

Sekali lagi para gadis pengunjung cafe tersebut menjerit penuh kekaguman dengan wajah merona kala Naruto tanpa sadar mengusap keringat pada dahinya dengan punggung tangannya, kala menyelesaikan satu lagu lagi. Emosi dan rasa iri pada Motohama dan Matsuda semakin membara kala melihat Asia, gadis maid baru yang mereka perbincangkan tadi berlari terburu-buru pada Naruto untuk memberikan sapu tangan bagi pemuda tersebut.

" Kerja bagus, Naruto-kun ! "ujar Asia menyodorkan sapu tangan putih bersih yang diterima Naruto dengan senang hati.

" Kau juga " balas Naruto memberikan senyuman lembut. Keduanya bercengkrama sejenak, mengabaikan seisi cafe yang hanya dapat memandang mereka dengan kekaguman, iri, dan masih banyak lagi karena bagi mereka ini interaksi mereka terlihat begitu intim.

" Pesanan untuk meja 15 telah selesai Argento-chan" ujar Tobio, meletakkan latte dan sandwich yang telah disiapkan Kouki pada nampan untuk segera disampaikan oleh Asia. Namun, tak ada balasan dari Asia, ia masih terlihat sibuk bercengkrama dengan Naruto. Melihat itu, Natsume menghela nafas dan segera menuju meja bar.

"Biar aku saja yang mengantarnya"

" Ah, baiklah. Arigatou Natsume – san " Tobio spontan menjawab karena masih merasa kikuk setelah diabaikan oleh Asia. Berbeda dengan Tobio, Kouki terlihat acuh, walaupun sesekali terlihat ia menatap tajam pada keduanya.

Tak ia sadari, keduanya telah bergabung dengan cafe yang merupakan kamuflase bagi markas tim Slash Dog selama 1 minggu. Saat Naruto telah pulih sepenuhnya, mantan Exorcist itu menceritakan bagaimana ia merasakan dilema setelah menerima misi harus membunuh sahabat kecilnya sendiri, berlanjut pada cerita bagaimana ia memutuskan untuk melindungi Asia walaupun harus melawan partner terbaiknya, Dulio. Pada akhir cerita, Naruto mengatakan bahwa ia dengan sedikit keberuntungan berhasil mengungguli Dulio dan membuat mantan partnernya itu menerima saran yang baik bagi kedua belah pihak untuk saat ini.

Kouki tak ada masalah dengan itu. Jika cerita Naruto itu benar, maka mereka memperoleh bantuan tenaga yang kuat dan lagi kemampuan penyembuhan Asia itu sangatlah berguna. Namun, ia masih bersikap waspada kepada mereka. Ia merasa Naruto masih menutupi sesuatu dari mereka.

" Ara ara, kalian dapat melanjutkan bercengkramanya nanti Asia – chan, Naru-kun. " Reni menegur dengan lembut. Asia yang mendapat teguran tersebut sontak segera meminta maaf. Ia bergumam tak jelas tentang bagaimana ia sering melupakan waktu jika bersama Naruto. Membiarkan Asia untuk dapat menenangkan dirinya sendiri, Reni menatap Naruto

" Naru-kun, ayo kita lanjutkan satu lagu lagi sebelum istirahat. Cafejuga sebentar lagi akan ditutup. "

" Ah, baiklah Reni – san. Apa kau masih akan membawakan lagu lembut ? " Reni terlihat berpikir sejenak.

" Kau memiliki usul tentang lagu berikutnya. Kalau bisa tetap lembut " Naruto sweatdrop mendengarnya. 'Artinya tidak ada perubahan ya...'

" Aku tidak tahu begitu banyak lagu. Bagaimana lagu yang lebih melow. Sedikit bagus untuk suasana sore ini yang sedikit mendung" Naruto menyampaikan usulnya.

" Ide bagus, Naru-kun. " Reni memanggil kembali Natsume, ketiganya berunding sebentar sebelum kembali pada instrumen masing-masing.

[Play : Yuna Ito – Alone Again]

Permainan musik itu dimulai dengan taburan drum Natsume dan petikan senar gitar Naruto. Tak butuh waktu lama bagi Reni untuk mulai bernyanyi, mengikuti irama dengan begitu tepatnya hingga sekali lagi berhasil membuat seluruh pengunjung tersenyum, terhibur dengan nada indah yang mereka bertiga ciptakan.

Lagunya yang melow juga dirasa cukup pas dengan keadaan di luar yang mulai gerimis. Asia yang telah selesai dengan pesanan terakhir untuk hari ini, duduk di counter bar, menatap pada ketiganya. Tanpa sadar, ia menggoyangkan kepalanya pelan mengikuti alur musik yang pelan. Tobio yang menatapnya hanya tersenyum kecil, bersama dengan Kouki mulai mengemasi perlengkapan dapur.

Setelah lebih dari 5 menit, permainan itu berakhir disambut oleh tepukan ria dari para pengunjung. Bertepatan dengan jam tutup cafe, satu persatu pelanggan mulai meninggalkan tempat tersebut. Natsume bergabung dengan Asia membersihkan meja yang telah ditinggalkan. Naruto sendiri segera membantu Tobio dan Kouki untuk membersihkan counter, dan juga memberikan segelas jus jeruk hangat pada Reni.

" Kerja bagus, Reni – san " sahut Tobio dari balik counter, tersenyum kecil meskipun tangannya terus bergerak membereskan peralatan dapur. Beberapa telah dibawa Kouki ke belakang untuk dicuci.

" Sankyuu Tobi " Reni mulai menyesap jus jeruknya. Matanya berhenti sesaat pada Naruto, sudut bibrnya sedikit terangkat melihat Naruto selagi membereskan peralatan dapur di counter, terus menaruh perhatian pada Asia.

" Tapi, Permainan hari ini cukup bagus juga berkat permainan gitar Naru-kun. Aku benar-benar tak menyangka kau bisa memainkan gitar semahir itu Naru – kun " Naruto menatap pada Reni, mengetahui magician itu berbicara padanya.

" Sebelum dilatih menjadi exorcist, aku banyak diajarkan oleh suster dan penduduk sekitar tentang bagaimana memainkan alat musik. Kemampuan itu cukup berguna untuk menemani proses kebaktian di gereja " jelas Naruto.

" Hm. Begitu ya. " Reni tersenyum ramah. Namun, ketika Naruto mengalihkan perhatiannya barang sejenak untuk memeriksa kondisi Asia, ia melewatkan tatapan tajam dari Reni.

' Keduanya benar-benar berbahaya. Bakat yang mereka miliki luar biasa, keduanya bahkan mampu fasih bahasa jepang hanya dalam waktu seminggu. Terlebih, hawa kehadiran yang mengerikan dari Naru – kun ini ... '

Tap

Reni menaikkan alisnya ketika melihat gelagat tidak nyaman dari Naruto, melihat ke mana Naruto menatap, magician muda itu segera mengetahui apa yang terjadi.

Beberapa siswa, yang dari seragamnya berasal dari Kuoh Akademi, terlihat mendekati Asia. Dua remaja yang botak dan kacamatanya mengenggam hp, dan mereka dapat mendengar bahwa mereka memohon untuk dapat berfoto dengan Asia yang terlihat imut dengan seragam maidnya.

Asia terlihat kikuk menangani situasi tersebut. Namun, Natsume yang berada di dekatnya segera berdiri di depan Asia, menghalangi kedua remaja itu mengambil gambar Asia.

" Maaf pelanggan yang terhormat. Anggota baru kami ini memiliki sedikit phobia atas kamera. Karena itulah, kami harus menolak permohonan ini. " Natsume menjelaskan dengan gerakan cerianya. Saat tatapannya bertemu dengan Motohama dan Matsuda, ia dengan sengaja menggerakkan pupil matanya ke belakang, membuat keduanya tanpa sengaja melihat pada Naruto yang menatap tajam keduanya.

Sekelompok remaja itu pun pulang dengan kecewa setelah penjelasan Natsume tersebut. Gadis bersurai coklat muda itu kemudian berpaling pada Asia yang terlihat bingung dengan tindakannya.

" Kau harus ingat Asia. Bagi gereja, kau dan Uzumaki – san telah tewas. Jika sampai, terdapat foto yang membuktikan bahwa kau masih hidup, kalian berdua pasti akan segera menjadi buronan gereja. " jelas Natsume membuat Asia menyadari situasinya saat ini.

Baru saja hendak menutup cafe, Asia dikejutkan ketika dua figur memasuki cafe tersebut. Figur pertama adalah pria bersurai hitam dengan sedikit sentuhan kuning pada bagian depannya. Wajahnya terlihat seperti paman-paman pedophil, dengan setelan kerja pejabat kantoran. Sementara di belakangnya, seorang pemuda tampan bersurai silver yang mengenakan jubah panjang untuk menutupi kaos V-neck nya yang memamerkan dada bidangnya.

" Ano ... Maaf tapi – " Asia yang coba menjelaskan bahwa cafe mereka telah tutup kepada mereka segera dipotong oleh Tobio.

" Biarkan mereka masuk, Asia. Mereka adalah tamu khusus ". Asia berhenti, membiarkan kedua orang itu masuk. Keduanya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun mengambil tempat duduk di depan bartender.

Orang yang lebih tua dengan surai hitam bercampurkan kuning pada poninya memulai obrolan " Jadi, mereka berdua yang kau maksud Tobio ? "

Tobio mengangguk, membuat sang pemuda bersurai silver menatap lekat pada Naruto. Ketika iris biru Naruto bertemu dengan matanya, pemuda itu berseru

" Orang ini merupakan salah satu The Golden of Church dan lagi berhasil lolos dari Dulio Gesualdo, The Strongest Exorcist ? Fix sudah, aku menantangmu bertarung ! "

" Mah, mah. Kurasa sebelum itu, kita harus memperkenalkan diri terlebih dahulu " Orang yang lebih tua itu menengahi dengan kikuk. " Bocah kelebihan semangat ini, Vali " ujarnya meletakkan tangannya pada pucuk kepala Vali yang terlihat terganggu atas gerakan itu. Dan kemudian, ia menunjuk dirinya sendiri.

" Dan kau adalah Azazel, Gubernur dari Grigori. Pemimpin tertinggi bangsa Da-tenshi " ujar Naruto, menatap datar pada Azazel yang menatap balik dengan senyum kikuk.

" Kau mengambil giliranku bocah. Baiklah, bagaimana jika aku membuat ini lebih menarik. Kita mulai dengan perkenalan kalian berdua "

" Uzumaki Naruto " ujar Naruto singkat. Ia berpaling pada Asia yang entah sejak kapan telah berada di sampingnya " dan ini Asia Argento "

" Tinggi dan berat badan ? "

" Apa itu memang perlu ? " Natsume menyahut kikuk atas pertanyaan Azazel

" Tinggi 180 cm, sedangkan berat sekitar 80 kg. Untuk Asia kupikir itu tidak perlu "

" Woah serius ?! Kupikir beratmu hanya sekitar 60 kg ? " sahut Azazel, mencermati bentuk tubuh Naruto, yang tidak terlalu berisi untuk beratnya 80 Kg.

Naruto hanya menyisingkan lengannya, kemudian menegangkan otot lengannya. Lengannya yang semula terlihat sedikit terlatih berubah layaknya lengan para binaragawan.

" Bagaimana bisa ? " tanya Reni sedikit takjub dengan apa yang Naruto tunjukkan.

" Selama berlatih dengan Vasco sensei, aku lebih berfokus pada pembentukan stamina. Para binaragawan itu memiliki tubuh besar dan kekar seperti itu karena memang mereka menginginkannya. Terlebih tubuh besar itu malah menunjukkan kartu as kita kepada orang lain " Naruto menjawab setelah merapikan kembali pakaiannya.

" Begitu ya ... Vasco Strada memang luar biasa untuk berpikir hingga ke sana. Nah, pertanyaan terakhir ... " tatapan Azazel menajam " Kau memiliki sacred gear, bukan ? "

Naruto diam. Hanya berselang beberapa detik, ia menghela nafas " Aku tidak begitu yakin ". Memusatkan energinya, sebuah pedang berwarna kehitaman dengan karat di sana sini dan juga pistol bergayakan amerika kuno hadir di tangannya.

" Saat dalam kritis menghadapi Dulio, dua benda ini muncul begitu saja "

Mata Azazel menajam. Ia mencermati betul bentuk dari pedang dan pistol di tangan Naruto. " Bolehkah aku melihatnya lebih dekat ? " Azazel telah berdiri dari duduknya, mengulurkan telapak tangannya yang terbuka.

" Tentu saja " Naruto menyerahkan pedang tersebut.

BUK

Azazel membolakan matanya begitu menerima pedang tersebut. Mereka yang berada di sekitarnya pun ikut terkejut kala melihat Azazel segera terjatuh begitu memegang pedang tersebut. Sedikit malu, Azazel kembali berdiri, dan berusaha mengangkat pedang itu yang kini tertanam di lantai. Namun, pedang itu tak bergeming.

" Berat ! Bagaimana mungkin kau dapat mengayunkan pedang ini ?! " sahut Azazel, masih berusaha mengangkat pedang tersebut. Vali yang mengira Azazel bergurau, berusaha mengangkatnya pula, namun hasilnya sama ia tak berhasil mengangkat pedang tersebut. Tobio dan Kouki pun yang merasa tertantang mencoba mengangkat pedang tersebut, namun nihil, mereka tak bisa mengangkat pedang itu pula.

" Ini tak seberat itu. Bagiku ini seperti sehelai bulu " ujar Naruto menghampiri pedang tersebut, mengangkatnya dengan begitu mudah.

" I – ini ... " Para pria di sana terdiam, harga diri mereka sedikit terluka setelah melihat Naruto mampu mengangkatnya dengan mudah.

" Mungkin kalian perlu melatih otot kalian kembali, wahai anak muda huahahaha " Azazel menyahut dengan tawa menjengkelkannya. Naruto tak ambil pusing, ia kembali meletakkan pedang itu di lantai. Tanpa sepengetahuan mereka, Asia dengan rasa penasarannya mendekati pedang tersebut. Terdapat sesuatu dalam pedang tersebut yang seakan memanggil Asia untuk mendekat, dan kemudian tangan kecil itu mengenggam pegangan pedang tersebut.

Natsume yang pertama kali menyadari itu hendak berteriak memperingati Asia, namun teriakannya berubah menjadi ketakjuban ketika gadis pirang itu berhasil mengangkat pedang tersebut

" I – ini tidak seberat yang kupikirkan ... " ujar Asia kikuk ketika seluruh pasang mata menatapnya terkejut. Sementara itu bagi Vali, Kouki, dan Tobio yang melihat ini semakin merasa harga diri mereka sebagai pria jatuh.

" Yosh ! Uzumaki ! Biarkan aku mencoba mengangkat pedang karatanmu itu sekali lagi ! " teriak Kouki.

" Aku juga ! " sahut Tobio dan Vali bersamaan.

" Yare-yare hentikan tingkah bodoh kalian. Benda itu sepertinya hampir serupa dengan Mjolnir. Hanya mereka yang pantas mampu mengangkatnya. "

" Itu artinya ... "

" Yap, kalian tidak pantas " Azazel menyahut langsung tepat sasaran menghancurkan harga diri ketiga pria itu. Di tengah suasana yang ribut tersebut, tatapan mata Azazel dan Naruto bertemu. Azazel mengangkat alisnya melihat ada maksud tersembunyi dari tatapan Naruto.

'Akan ada masalah merepotkan' batin Azazel mendengus lelah

XoX

" Kau benar-benar telah membunuh Naruto dan Asia ? "

Dulio tak menanggapi pertanyaan itu. Dari kursi taman itu, ia menatap lurus pada pancuran air yang berada di tengah taman. Pemuda yang digadang-gadang sebagai exorcist terkuat itu memungut sebuah batu, menimbang-nimbangnya sejenak di telapak tangan sebelum melemparkannya pada pancuran air tersebut.

Pluk

Batu itu terpantul sejenak sebelum tenggelam dalam dasar pancuran tersebut.

" Apa aku salah Vasco – sama ? Apa aku salah jika membunuh partnerku demi mengikuti misi dari gereja ? "

Vasco menghela nafasnya. Pertanyaan yang basi. Ia mengambil tempat duduk di samping pemuda tersebut. Sebuah pemandangan yang begitu kontras, di mana ukuran tubuh mereka begitu jauh dan juga rupa fisik mereka sangatlah berbeda. Dulio dipenuhi gairah muda sementara Vasco memberikan kharisma seorang tua yang bijaksana.

" Mengapa perlu bertanya itu lagi jika kau sudah melakukannya ? "

" ... " Dulio enggan menjawab.

" Menjadi pahlawan terkadang bukan hanya tentang membela apa yang benar dan membasmi apa yang salah. Baik atau buruk siapa yang sebenarnya menentukan hal tersebut ? "

Dulio menatap pada Vasco yang menengadah ke langit, seakan pertanyaan terakhir itu ia serahkan kepada 'mereka yang berada di atas'.

" Menjadi pahlawan adalah ketika kau mampu mengorbankan sesuatu yang kau miliki untuk kebahagiaan yang lain. Kau membunuh mereka, dua orang yang kau kenal, dengan mengorbankan rasa bersalahmu untuk kebahagiaan para umat. Dengan definisi singkat seperti itu, kau dapat dianggap pahlawan bukan ? "

Dulio mendengar lamat-lamat nasehat dari exorcist senior di sampingnya itu.

Ia memungut satu kerikil lagi.

" Untuk saat ini, aku masih belum bisa memutuskan apakah aku pahlawan atau tidak. Namun, semuanya sudah terjadi. Cepat atau lambat, aku harus segera mengikuti arus kehidupan ini " ujar Dulio yang bangkit berdiri, kemudian melemparkan kerikil di tangannya hingga tepat berada pada sebuah pancuran yang naik.

Vasco yang melihat itu mengembangkan senyum tipisnya.

" Bagaimana dengan Goujian ? Apa kau sudah bisa menggunakannya ? "

" Tidak. Pedang itu menolakku. "

" ... " Vasco bingung.

" Pedang itu menghilang. Aku tak dapat memanggilnya kembali " jelas Dulio singkat.

" sayang sekali ... "

" Kau benar, sayang sekali ... "

XoX

Black Dog Cafe hanya merupakan pengecohan dari markas Slash Dog, kelompok bentukan Azazel yang terdiri atas para pengguna sacred gear yang awalnya bertujuan untuk membasmi Kelompok Utseosemi. Setelah kelompok itu ditumpas, Azazel menjadikan kelompok ini sebagai agent nya, perpanjangan tangannya untuk mengawasi dan melindungi lingkungan sekitar.

Oleh karena itu, bangunan Black Dog Cafe telah dirancang semaksimal mungkin untuk menjadi markas. Mereka memiliki peralatan yang lengkap dan bahkan laboratorium mini di basement yang terintegrasi dengan ruang berkumpul mereka.

Dan disinilah mereka berada sekarang. Di ruang berkumpul basement, setelah Naruto menjelaskan bahwa dia memiliki beberapa hal yang perlu disampaikan pada Azazel.

Naruto yang berada di tengah, ditemani oleh angeloid familiarnya, Jibril.

" Begitu ya ... jadi kau ingin mengembalikan mereka "

Naruto mengangguk, ia memberikan kode singkat pada Jibril yang mengangguk antusias. Sebuah lingkaran sihir berpendar putih terbentuk di lantai dan tak perlu waktu lama hingga 4 malaikat jatuh yang dalam keadaan terikat muncul di sana. Mereka adalah Raynare, Kalawarner, Mitelt, dan Dohnaseek. Keempatnya yang semula dalam keadaan pingsan segera berdiri bersiaga ketika merasakan hawa kehadiran mengepung mereka, dan wajah mereka segera pucat pasi ketika dihadapkan pada tatapan tajam Azazel.

" A – azazel – sama ... " gumam Raynare tak percaya.

Namun, sebelum Azazel sempat bertindak. Naruto berdiri di depan keempatnya. Seakan melindungi mereka dari Azazel. Sebuah tindakan yang begitu mengejutkan, bahkan bagi Asia sendiri

" Apa maksudnya ini, Uzumaki Naruto ? "

" Mereka bukan dalangnya. Selama seminggu ini, aku meminta Jibril untuk menggeledah pikiran mereka. " ujar Naruto memiringkan kepalanya pada Jibril.

" Ha'i Ha'i, aku menemukan pikiran mereka terbebani oleh semacam ilusi ... katakan sajalah begitu. Namun tenang saja, aku telah menghapus seluruh ilusi tersebut. Kalian dapat merasakan hasilnya bukan ? "

" K – kau benar. Aku merasa pikiranku begitu ringan sekarang " ujar Raynare.

" Kau bilang ilusi huh ... apa kau tahu siapa yang meletakkannya ? " Azazel menanyakan ini pada Jibril.

Angeloid bersurai pink panjang itu menggeleng. " Itu masalahnya. Aku tidak dapat melacaknya. Ilusi ini begitu lemah, namun sangat efektif. Korbannya tak akan menyadari bahwa mereka berada dalam ilusi tersebut. "

Azazel merenung sejenak. Beberapa wajah mulai berputar dalam benaknya, ia mulai mencurigai beberapa orang berbahaya yang kemungkinan bermain-main dengan bawahannya.

" Raynare ... katakan padaku. Bagaimana kau bisa mengetahui ritual sacred gear ini ? " Azazel kembali kepada Raynare.

" Hamba memperoleh pesan. Pesan itu menjelaskan secara rinci dari persiapan hingga proses ritual tersebut. Bahkan, terdapat profil biarawati tersebut dan juga beberapa kandidat lain jikalau ritual pada biarawati itu gagal " ujar Raynare terbata, terlalu ketakutan dengan tatapan tajam Azazel. Ia mengeluarkan pesan tersebut dengan sihirnya sehingga seperti tampilan hologram. Dengan tangannya yang bergetar, Raynare menggeser pesan tersebut hingga kepada informasi Asia. Kemudian, layar-layar lain muncul memperlihatkan 4 nama lain yang menjadi kandidat selain Asia, namun hanya 1 yang memiliki penjelasan akan nama sacred gear dan tipenya.

Mata Asia melebar kala menemukan profil Issei berada dalam salah satu kandidat tersebut.

" Siapa yang mengirimkan ini ? " Kali ini Vali yang bertanya. Ia berdiri berjauhan dengan yang lain, dengan menyandarkan pantatnya pada pinggiran meja rapat. Tatapan datarnya cukup untuk mengintimidasi Raynare dan rekannya.

" Maaf, hamba tidak mengetahuinya " jawab Raynare kesulitan untuk berkata-kata.

" Oh ... kau menerima pesan ini, mempercayainya dan bahkan melakukannya tanpa mengetahui siapa yang mengirim pesan ini. Terdengar janggal bagiku " Komentar Vali semakin membuat keempat bergetar ketakutan.

Tak tega melihat kondisi keempatnya, Reni bersedekap dada, menegur Vali.

" Jangan terlalu keras pada mereka Va – kun. Kurasa ini ada kaitannya dengan ilusi yang ditanamkan di otak mereka. Benar begitu, Naru – kun ? "

" Kemungkinan itu ada. " Naruto memijit pelipisnya sejenak. " Aku juga menemukan ilusi yang sama pada kelompok Exorcist heretic tersebut. Jibril telah memanipulasi ingatan mereka, kini mereka telah hidup bebas, melupakan segala hal tentang supernatural ini "

" Ini berbahaya " gumam Azazel. Ia mendekati tampilan tersebut, menggesernya pada bagian proses ritualnya tersebut.

" Siapapun dalang di balik insiden ini benar-benar orang berbahaya. Ritual ini jauh lebih efisien dari apa yang kurancang "

Pernyataan Azazel ini menarik rasa penasaran yang lain. Pada akhirnya, Kouki mewakili mereka semua untuk bertanya.

" Ini bukan rancanganmu ?"

Azazel menggeleng " Dasarnya merupakan rancanganku. Namun telah dikembangkan lagi hingga menjadi lebih efisien. " Ia menatap tepat pada Naruto " Jika kau terlambat sedikit saja, habis sudah "

" Lalu, apa rencanamu Gubernur ? " Pertanyaan yang tidak nyambung keluar dari mulut Naruto, cukup membuat beberapa dari mereka bingung

Azazel menghela nafas " Kau benar. Jikalau benar ada dalang dibalik semua ini, maka besar kemungkinan pesan ini juga diberikan pada kelompok lain. 5 kandidat lain ini dalam bahaya "

" A – ano ... sepertinya untuk Hyodou Issei – san kita tak perlu mengkhawatirkannya lagi " ujar Asia mengangkat tangannya untuk memperoleh perhatian semua orang.

" dan kenapa begitu gadis manis ? "

" E – etto ... itu karena Issei – san sekarang sudah menjadi iblis " Asia dengan kikuk menjawab pertanyaan Azazel.

" Begitu ternyata, adik dari Sirzech bergerak cepat. Kalau begitu kita tinggal mengurus 4 kandidat lain ini " Azazel memperbesar gambarnya, mereka dapat melihat lebih jelas keempat kandidat tersebut.

Yang pertama bernama Akira Takebayashi, sacred gearnya masih Unknown. Berdasarkan profilnya ia berada di Osaka, Jepang.

Kemudian seorang gadis bersurai perak bernama Ingvild, sacred gearnya masih unknown. Ia berada di Latvia, sebuah negara kecil di Eropa.

Dan terakhir adalah Shin, seorang anak kecil yang berada di perbatasan antara Korea Utara dan Korea Selatan.

" Namun, daftar ini sangat mencurigakan ... apa mereka tidak mengetahui sacred gearnya ? "

" Kita kesampingkan hal itu terlebih dahulu. " ujar Azazel mengabaikan kecurigaan Natsume. " Kurasa kita harus membagi tim. Untuk Akira, kupikir Tobio saja sudah cukup. Shin dapat ditangani oleh Reni dan Kouki. Untuk Ingvild, Vali kau ikut bersama Naruto, Asia, dan Natsume. Aku memiliki perasaan buruk akan gadis itu "

" Kau akan ikut bukan Naruto ? "

Naruto mengangguk, menjawab pertanyaan Azazel " Tentu saja. Mungkin dengan ini akan membawaku semakin dekat kepada dalang yang mempermainkan ini semua "

"Untuk sementara ini ... " Azazel menatap pada Raynare dan bawahannya " Kalian akan bertanggung jawab atas keamanan di Tokyo selama mereka menjalankan misi "

" Namun, sebelum itu Azazel – sama ... aku butuh bantuanmu akan sesuatu " Azazel mengernyitkan alisnya, memerintah Naruto untuk melanjutkan kata-katanya.

" Apa kau mengetahui sesuatu mengenai logam terkeras di alam semesta ini ? "

Azazel melebarkan matanya.

XoX

" Azazel – sama dan Vali sebelum kalian pulang, bagaimana dengan semangkuk ramen ? " Tobio menawarkan dua mangkuk ramen kepada keduanya.

" Ramen ? Sejak kapan kalian membuat menu ini ? " Azazel bertanya penasaran, ia segera duduk pada bartender tersebut. Aroma dari ramen itu membuatnya tergiur. Sementara Vali hanya menatap sebentar.

" Kupikir aku harus menolaknya. Aku tidak begitu tertarik dengan makanan "

" Jangan begitu Va – kun. Kau harus mencicipinya, ini merupakan menu buatan Naru – kun lho " Reni mengambil semangkuk ramen tersebut dan menyodorkannya pada Vali yang semakin berjalan mundur ketika Reni mendekatinya.

" Apa spesialnya mie berlemak ini ? " Vali mengelak, berusaha menjauhi Reni.

" Yah, pada awalnya aku juga meragukan ramen ini. Namun, kau harus mencobanya. Ramen ini luar biasa " itu Kouki.

" Yap, tepat seminggu yang lalu Uzumaki – san menghidangkannya, kami telah menjualnya hingga 1000 mangkuk. Ini masuk dalam menu rekomendasi kami saat ini. Kau harus mencobanya " Natsume menambahkan dengan nada ceria.

" Kau harus mencobanya Va – kun " ujar Reni dengan nada menuntut. Melihat seluruh tatapan yang terfokus padanya, Vali menghela nafas panjang.

" Baik, aku akan memakannya ... tapi jangan salahkan aku jika tidak menghabiskannya " lanjutnya lagi ketika melihat Reni menatapnya dengan mata berbinar.

Menerima mangkuk tersebut dengan cuek, Vali duduk di samping Azazel yang telah memakan ramen itu dengan rakus. Vali sweatdrop melihatnya, Azazel ini memang tak memiliki wibawa sebagai pemimpin.

" Ini sumpitnya, Vali – san " Vali menerima sumpit yang diserahkan Naruto. Ia mengepit beberapa helai mie.

' Tidak terlalu lembek dan keras. Mie ini benar-benar matang. '

Ketika helai mie tersebut memasuki mulutnya, Vali melebarkan matanya. Kombinasi bumbu yang berada dalam kaldu ramen tersebut benar-benar menyerap dalam mienya. Mienya yang kenyal juga sangat mudah untuk dimakan. I – ini benar-benar diluar ekspektasinya.

Tanpa ia sadari, ia terus memakan ramen tersebut hingga habis tak bersisa.

" Terima kasih makanannya " ujar Vali pelan, wajahnya sedikit memerah karena memakan ramen tersebut dengan lahap setelah awalnya menolak.

" Ha'i ini Ochanya " Naruto menyerahkan secangkir ocha dingin yang segera ditegak Vali.

" Bagaimana bisa kau memasak ramen ?! Bukannya kau berasal dari Roma ?! " tanya Vali dengan nada menuntut.

" Naruto itu jenius. Saat masih berada di gereja, kami sering kedatangan para umat dan mereka mendonasikan beberapa buku dan salah satunya resep. Karena kecerdasan Naruto, para umat itu kadang tinggal lebih lama untuk mengajarkan kami memasak. " Asia menggantikan Naruto untuk menjelaskan hal tersebut. Wajah gadis itu memerah kala menceritakan hal tersebut.

" Aku hanya beruntung suster gereja dan para umat mau mengajarkanku. Kebetulan, suster yang memungut kami berasal dari Jepang, sehingga ia juga mengajarkan kami tentang hal ini. Dan lagi, Kushina – kaa-sama sering mengajakku membuat ramen " Naruto menjelaskan lagi.

" Apa kau mau tambah lagi ? "

" Bolehkah ?! "

Naruto mengangguk dengan kekehan pelan. Ia mengambil mangkuk Vali dan pergi ke belakang untuk mengisinya kembali dengan ramen.

Asia tersenyum melihat ini. Lingkungan ini sekarang adalah kehidupannya saat ini. Sepertinya sekarang, ia berada di tempat yang tepat.

XoX

Latvia

" Ingvild apa yang kau lakukan di atas sana ? " Seorang gadis manis dengan perawakan yang cukup kecil bagi gadis Eropa menoleh ke bawah. Ia menyelipkan helai rambut silvernya ke belakang telinga kala rambut itu menghalangi pandangannya ke bawah.

" Hanya menikmati udara malam, Auntie Valeria " ujarnya pada wanita paruh baya yang bersurai senada dengan dirinya.

" Udara malam tak baik bagimu. Kembalilah ke kamar " Valeria, wanita paruh baya, itu menasehati.

Ingvild terkikik kecil mendengarnya. Ia mengangguk pelan.

" Aku mengerti auntie. Sebentar lagi aku akan kembali ke kamar "

Valeria mengangguk mengerti dan memasuki rumahnya. Rumah itu tidak begitu mewah, sama seperti rumah lainnya di sekitar lingkungan mereka yakni sebuah pedesaan di Negara Latvia yang berbatasan dengan Polandia.

Ingvild menatap sebentar pada rasi bintang di atasnya. Tatapan matanya menajam, iris matanya memerah " Badai sepertinya akan datang "

Tanpa sepengetahuannya, segerombolan malaikat jatuh mengamatinya dari jauh. Ke semuanya memiliki 4 pasang sayap di balik punggung mereka, terkecuali satu, ia memiliki 5 pasang sayap di punggungnya.

" Aku memperoleh laporan bahwa kelompok Raynare gagal melakukan ritual sacred gear ini, Kokabiel - sama " salah satu malaikat jatuh itu melapor pada malaikat jatuh yang memiliki 5 pasang sayap yang diketahui bernama Kokabiel.

" Penyebabnya ? " tanya Kokabiel masih menatap lurus pada Ingvild.

" Aku tidak mengetahui pasti "

Kokabiel berbalik " Kalau begitu segera cari tahu. Jika memang mereka gagal karena proses dalam pesan itu salah, maka kita harus berhati-hati. Sacred Gear gadis ini jauh lebih kuat, akan sangat berbahaya bagi kita jika sampai ritual ini gagal "

" Hamba mengerti "

Sebentar lagi, bentrokan besar akan terjadi

TBC

Oke, untuk kali ini saya buat sedikit lebih santai. Wong, Naruto nya habis bertarung mati-matian melawan Dulio chapter kemarin, masak iya dah bertempur lagi chapter selanjutnya hehe. Kemudian, ada salah satu review yang membuatku tertarik, mengenai Jibril. Well, aku memohon maaf jika ada sebagian dari pembaca yang tersinggung dengan pemilihan nama karakter ini. Sebagai penjelasan, Jibril ini kuambil dari characternya di No Game No Life, so jangan dibawa-bawa ke kasus SARA deh. Sebuah masalah tak akan pernah jadi masalah, jika tak ada yang mempermasalahkannya. Untuk saat ini, aku masih menggunakan nama Jibril, jika memang menurut beberapa reader lain perlu diganti silakan di PM ke saya, maka saya akan memikirkannya dan kemudian mengubahnya jika memang itu krusial.

Untuk Akira Takebayashi dan Ingvild mereka itu canon, sementara Shin, characternya canon hanya saja aku membuat namanya sendiri. Alur mereka pun kurombak sedikit untuk menyesuaikan fanfic ini. So stay tune