Demi topeng kebenaran Papa Zola, Boboiboy tidak mengerti kenapa ia harus buka Gugel demi memahami anal sex dan tetek bengek lainnya.

Ini sudah jam 7 dan teman-temannya sudah pergi. Boboiboy hanya bisa duduk diam dan menahan gejolak dari dalam dirinya ketika melihat foto-foto gay dimana lubang kecilnya nanti harus dibobol paksa oleh kejantanan Fang—untung dia sudah meremas dan merasakan betapa besarnya milik sang dokter.

Boboiboy menggigit bibir bawahnya. Tangannya yang tidak terinfus perlahan menyusup kedalam celana dalamnya sendiri. Sambil mencari-cari celah, ia kemudian memasukkan dua jarinya kedalam seperti yang dilakukan Fang tadi. Seraya menahan nyeri yang menjalar disekujur tubuhnya, Boboiboy mendesah. Rasa nikmat dan sakit menjalar dan meyatu tiap kali Boboiboy merangsang lubangnya sendiri.

"Eunghhh…dokterrr!"


Private Service (From My Doc)

Saya meminta maaf atas Typo yang yang saya buat :")

Sex scene NOT FOR KIDS


Sambil terus memerhatikan pintu, Boboiboy mengulas senyum manis. Teman-temannya sudah dalam perjalanan dan akan segera sampai. Setelah adegan kotor-kotoran bersama dokter Fang, Boboiboy terus saja meremas kejantanannya sendiri.

Jangan tanya kenapa dia melakukan itu. Boboiboy kita yang polos itu sudah dewasa kawan-kawan.

Ia menatap miliknya yang kembali tegang. Sambil meraih beberapa tisu, ia memasukkan tangannya kedalam celananya lalu terus meremas miliknya.

Smartphone ia kantongi. Kakinya menapak pada lantai yang dingin lalu sambil mendorong tiang infusnya, Boboiboy masuk kedalam kamar mandi.

Celana diturunkan, bokong menyetuh kloset yang sudah ditutup. Sambil menatap kejantanannya sendiri, ia memerah malu. Bingung kenapa hanya dengan membayangkan sang dokter dirinya jadi terangsang hebat.

Karena jujur saja, Boboiboy tidak pernah sangat terangsang sampai ingin keluar berkali-kali.

Ia membuka gugel lalu mengetikkan "Foreplay gay".

Mengabaikan foto-foto pria telanjang, Boboiboy membuka artikel teratas. Beberapa tips langsung menyambut indra penglihatannya.

Hai semua! Artikel ini khusus untuk yang masih pemula dalam hal gay sex (submissive version). Beberapa poin kumaksudkan untuk pemuasan diri sendiri betewe.

Boboiboy mengeryit melihat pembukaan artikel itu.

Yang pertama, jangan terlalu kaku! Biarkan pasanganmu menyentuhmu. Jangan lepaskan sifat dan perilakumu sehari-hari.

Sang pemuda mengangguk mengerti, tanpa sadar ia menghentikan kegiatan remas meremas pada miliknya.

Kedua, kalau pasanganmu ingin kau melakukan servis, goda dia dengan melepas bajumu perlahan. Pilin dan tekan putingmu sambil menggigit bibir bawahmu. Tatap dia dengan tatapan sayu yang menggoda.

Boboiboy menyusupkan tangannya kedalam bajunya sendiri. Ia menyentuh putingnya yang ternyata sudah mengacung tegak.

"Bagaimana bisa…?" gumamnya. Ia kemudian menekan putingnya sendiri. Mulai memilin seperti yang dituliskan pada artikel.

Ketiga, buka kakimu lebar-lebar. Mengangkang atau menungginglah! Ini tergantung pada apa yang sedang kau lakukan dan dimana kau berada. Kalau kau sedang dibilik sempit, duduklah di kloset seraya membuka lebar-lebar kakimu.

Bila kamu sedang membutuhkan servis untuk dirimu sendiri, kamu bisa meremas kenjantananmu sambil mendesah pelan. Lalu remaslah testismu sendiri. Perlahan, disaat milikmu sudah sangat menegak dan mulai mengeluarkan cairan, kamu dapat mengoleskan cairanmu dilubang analmu.

Tekan-tekan lubangmu lalu susupkan jarimu perlahan. Carilah sendiri G-Spotmu dan rasakan nikmatnya.

Boboiboy merasakan wajahnya makin memanas, ia perlahan mengocok penisnya. Lalu meremas testisnya sampai ia dapat merasakan miliknya makin tegak.

Saat cairan pre-cumnya mulai keluar, ia mengambilnya dengan jari lentiknya. Perlahan ia mengangkang lebar lalu berusaha mengintip pantatnya sendiri. Tak terlihat, Boboiboy tidak kehabisan akal. Ia beralih ke kaca panjang yang tergantung disampingnya.

Boboiboy menggigit bibirnya sendiri. Sekarang ia mengerti kenapa meski dengan luka disekujur tubuh Fang tetap terangsang.

"Aku luar biasa menggairahkan ternyata…"

Jarinya kemudian mulai menekan lubang mungil yang memerah. Perlahan jarinya masuk.

"Akh!"

Jeritan tertahan lolos. Lubangnya ternyata sudah tidak sabar. Analnya mulai menghisap masuk jarinya. Menekan-nekan dan meremas jari lentik Boboiboy.

"Ah…Kalau ini milik dokter pasti akan sangat nikmat!" serunya pelan.

Keempat, lakukan semua sesuai instingmu. Kamu dapat menjepit jarimu sendiri dengan merapatkan kakimu. Kalau Mr.P pasanganmu sudah didalam, kamu juga dapat melakukannya. Pasanganmu akan mendesah nikmat merasakan dirinya dijepit erat.

Boboiboy mengangguk pelan. Ia meletakkan smartphonenya ditempat yang sekiranya bersih lalu mengocok miliknya. Tempo makin cepat ketika dirasakan lubangnya yang sekarang kosong berdenyut minta diisi.

Air maninya perlahan keluar. Ia mengambil tisu dengan tangan yang terinfus lalu membungkus kejantanannya sendiri. Cairan sperma mulai mengotori tisu. Satu lenguhan lolos dari bibir tipisnya.

Tertawa kecil, ia mengusap lubangnya dan merangsang dirinya sendiri.

"Pukul delapan!"


Boboiboy keluar kamar mandi dengan wajah lega. Bertepatan dengan terbukanya pintu kamar mandi, teman-temannya datang dengan senyum lebar.

"Boboiboyyyyy! Aku rindu padamuuuu!"

Gopal langsung saja berhambur pada Boboiboy. Yang hendak dipeluk memandang horor. Amar dengan sigap menarik ujung jaket Gopal dan menjauhkannya dari Boboiboy yang tubuhnya masih dipenuhi perban.

"Kalian bawa makanannya?" tanya Boboiboy antusias.

Iwan mengangkat kantung plastik berisi donat lobak merah dan nasi lemak yang sudah seminggu terakhir ini belum ia makan.

"Yey!"

"Oh iya, Boboiboy. Atok ada titip hot chocolate nih. Katanya dia tidak bisa datang hari ini."

"Sudah tahu."

Mereka berempat berjalan menuju sofa diujung ruangan. Boboiboy menyempatkan diri memakan donat seraya menarik tiang infusnya.

"Sudah baikan?" tanya Iwan.

"Sudah sih. Tapi masih nyeri. Ochobo tidak bilang apa-apa."

"Lukamu belum mengering?"

"Sudah mengering tapi masih suka keluar nanah."

Amar menepuk pelan bahu Boboiboy. "Daripada membicarakan dirimu, bagaimana dengan motormu?"

Gopal mendadak tertawa keras. "Hahaha! Motornya sudah hancur begitu masih diomongin."

"Heleh. Bahagia diatas penderitaan orang itu tidak baik, lah, Gopal. Motorku ada di Adudu dan Probe. Mereka bilang mau cek dulu. Sampai sekarang belum ada kabar. Pasti sudah hancur..." Suara makin menyendu. Gopal menatap Boboiboy khawatir.

"Ayolaah. Tinggal beli lagi. Tabunganmu kan lebih dari cukup."

"Ngomong sih enak, Gopal. Motor itu kan dari orang tuaku. Motor pertamaku."

"Eh orang tuamu tidak datang, nih?" tanya Iwan penasaran.

"Aduh kalian ini. Boboiboy sudah sedih malah dibikin makin sedih," celetuk Amar.

Boboiboy menjauhkan donat dari bibirnya. "Ah...mereka sudah telepon kemarin dan tadi siang. Katanya belum bisa pulang. Ada pertemuan penting...Mereka juga transfer uang banyak sekali."

"Yang sabar ya, Boboiboy. Setidaknya mereka mengirimkan uang untuk kau gunakan," ujar Iwan sambil mengelus punggung Boboiboy.

"Jangan sedih, Boboiboy! Nanti aku temani cari motor baru deh!" Gopal tersenyum lebar.

"Ha'aah. Ini kubukakan katalog motor terbaru. Pasti ada yang menarik hatimu."

Amar menyondorkan smartphonenya dan menunjukkan beberapa motor sport. Boboiboy menahan nafas melihat harga-harga yang tertera. Hampir saja ia pingsan kalau saja Iwan tidak menyentuh nyeri dipunggungnya.

"Aku tidak kuat lihat harganya."

"Dey, kau ni. Motormu yang rusak saja hampir 30 juta Rupiah. Masa begini sudah mau pingsan."

Ledekan Gopal membuat Boboiboy kesal. "Kan sudah kubilang itu hadiah! Kalau beli sendiri aku tidak mau. Harganya membuatku jantungan."

"Em...Boboiboy. Orang tuamu pasti mengirimkan banyak uang untuk dibelikan motor baru karena mereka tidak sempat datang," ucap Iwan ragu-ragu.

Senyum kecil diulas. "Uang itu pasti untuk pengobatanku, Iwan. Digitnya gak sebanyak harga motorku."

"Sudah. Aku tidak mau lihat motor lagi. Nanti aku beli motor bebek saja."


Suster Yaya masuk dengan senyum lebar ketika melihat Boboiboy tengah ditemani teman-temannya. Mereka semua mengejek Boboiboy habis-habisan karena tidak mau minum obat. Bungkus nasi lemak kosong terlantar begitu saja dilantai.

"Ayolah, Boboiboy! Kau 'kan sudah besar!" bujuk Amar.

"Dey, mana besar. Boboiboy tu masih kecil. Makanya tak mau minum obat."

"Apa kau kataaa?!"

Iwan berkeringat dingin. Boboiboy bangkit dari duduknya dan menatap Gopal marah.

"Apa? Mau lawan?"

"Iwan! Sini obatnya."

Iwan dengan tangan bergetar mengambil sendok dan memberikannya pada Boboiboy.

"Kalau aku muntahin ini, aku akan minta dipindahkan ke kamar rawat anak. Tapi kalau aku berhasil, kau harus push up dan diupload ke Instagram."

"Oke! Aku terima tantanganmu."

Boboiboy langsung saja memasukkan obat kedalam mulutnya. Gelas diambil dan air langsung diteguk habis.

"Aaah!" Helaan nafas lega terdengar. Boboiboy tersenyum penuh kemenangan sementara Gopal sudah diteriaki heboh oleh Iwan dan Amar.

Yaya yang kembali untuk memastikan pasien bebalnya sudah minum obat atau tidak, ia malah tertawa kecil. Boboiboy tengah menyoraki Gopal sementara Iwan memegang kamera dan Amar memprovokasi.

"Ah, suster! Aku sudah minum obat, loh! Hehehe."

"Baguslah, Boboiboy. Petugas kebersihan nanti datang. Sampahnya ditumpuk dulu, ya."

"Baik, suster!"


Begitu banyak yang mereka lakukan sampai Boboiboy lupa waktu. Mereka tertawa untuk terakhir kalinya ketika satpam masuk dan meminta para tamu untuk pulang. Boboiboy merebahkan tubuhnya yang mendadak tidak sakit lagi. Seraya tertawa kecil, ia membuka Instagram dan kembali menonton acara push up Gopal yang lebih seperti acara lahiran.

Ketika Boboiboy membuka browser, foto-foto gay sex langsung menyapanya. Senyum malu langsung muncul. Ia mengklik image dan melihat-lihat foto sex yang sayangnya tidak membangkitkan hasratnya.

Ketika foto seorang pria mungil menungging dengan lubang yang terpampang dan pria yang hanya terlihat dada kebawah muncul, bayangan Fang menyambutnya. Pikiran kotor bernaung diotaknya. Ia mulai membayangkan bahwa semua foto yang ada disana adalah fotonya dan Fang yang tengah bercinta.

Wajahnya makin memanas ketika sebuah foto bergerak muncul. Kegiatan in-out Mr.P membuatnya tegang. Tanpa sadar ia menggenggam penisnya sendiri. Mengelusnya dan memanjakannya.

Boboiboy memasukkan tangannya kedalam celana dalamnya. Ia terus membuka foto sex dan melihat bagaimana para pria diluar sana memanjakan pasangannya. Dengan sedikit nekat, Boboiboy mencari video singkat sex dan membukanya.

Pemuda manis itu perlahan menyusupkan jemari lentik kedalam lubangnya sendiri. Ia terus mengikuti bagaimana sang dominan menggoda lubang pasangannya dan menggigit puting merah muda.

Boboiboy meletakkan smartphonenya diatas selimut lalu menjepit putingnya dengan tangan yang terinfus.

Persetan dengan selang tak berguna, yang penting ia bisa orgasme.

Desahan ia tahan mati-matian. Tubuhnya mengejang tiap kali jarinya ia gerakkan dengan liar. Penisnya yang sama sekali tidak disentuh mulai mengeluarkan cairan putih kental. Puting dilepasnya, atensi ia alihkan pada kejantanannya yang kemudian ia kocok dengan liar. Membayangkan Fang yang tengah mengocoknya sambil menciumnya.

Dirasa dua jari tidak cukup, Boboiboy menambahkan dua jari lainnya. Lidah dan saliva keluar seiring dengan jari-jarinya yang masuk dan memenuhi lubangnya.

"Ahh..nikmat sekalihh."

Boboiboy mendesah panjang. Cairannya keluar dan menyembur mengotori pakaiannya. Ia lupa bagaimana nanti ia harus menjelaskan sperma itu ke binatu nanti.

Pemuda itu tersenyum nikmat. Ia mengeluarkan jarinya dan melap tangannya dengan tisu.

Senyumnya kandas ketika Adudu mengirimkan pesan untuknya. Ia harus tersenyum pahit membaca kalimat tentang motornya.

Adudu: Hei, Boboiboy. Dari pagi aku mengecek motormu dan sibuk. Maaf tidak menghubungimu. Aku dan Probe sudah membongkar motormu. Beberapa bagian penting hancur dan mungkin tidak bisa dibetulkan lagi. Tapi kalau kau mau, aku bisa mengganti semuanya dengan yang baru. Bagaimana? 07.25

Boboiboy: Terima kasih telah memeriksakannya untukku. Aku biaya perbaikannya akan seharga sebuah motor baru. Tidak apa-apa. Maaf sudah merepotkanmu. Buang saja mereka. 07.27

Boboiboy: Aku berpikir untuk membeli yang baru saja. 07.27

Adudu: Kau yakin? Baiklah. Kau bisa datang ke showroomku kalau sudah baikan. Lihat saja katalognya di websiteku. 07.29

Boboiboy: Oke. Nanti akan coba kulihat. Harga motor mahal juga, ya. 07.30

Adudu: Untukmu bisa kuberi sedikit potongan harga. 07.31

Boboiboy: Serius? 07.31

Adudu: Datang saja dan lihat. Nanti bisa kita diskusikan. Lagipula aku merasa bersalah. 07.32

Boboiboy: Terima kasiiih 07.33

Jari langsung mengklik back beberapa kali lalu membuka browser. Website Adudu dibuka, dipilihnya motor. Puluhan motor langsung muncul. Dengan ragu ia mulai membuka scooter dan melihat-lihat.

Melihat harga motor tidak manusiawi tetap muncul membuat Boboiboy kesal. Tapi hatinya sedikit tertarik pada Yamaha Aerox 155 berwarna kuning. Sedikit loh. Sedikit.

Harganya yang lumayan membuat Boboiboy mengulas senyum tipis. Harganya tidak jauh beda dengan motor sportnya dan itu membuat jari Boboiboy gatal ingin membuka kategori sport.

Dengan sedikit nekat Boboiboy membuka kategori sport. Motor dengan harga yang tidak murah kembali menyapa indra penglihatannya. Ia berusaha untuk tidak menganga. Mendadak ia ingin sekali menelpon ayahnya untuk minta dibelikan motor baru supaya tabungannya tidak terguncang gempa.

Terus berkutat dengan motor membuat Boboiboy mengantuk. Tanpa mematikan smartphonenya, ia menutup mata dan membiarkan dirinya dibuai mimpi.


Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Fang merenggangkan tubuhnya yang pegal setelah menangani pasien dengan luka terbuka dipaha selama kurang lebih 2 jam. Darah yang tidak mau berhenti menjadi kendala. Para perawat seperti Ying, Stanley, dan Yaya sampai harus bolak balik mencari darah dan menahan darah agar tidak terus mengucur deras.

Jarum dan benang khusus sudah ia singkirkan jauh-jauh dari penglihatannya. Kacamata berframe merah dilepas. Fang meminum kopinya dengan tenang sementara Ying masih mengurus pasien yang harus dipindahkan.

"Cukup melelahkan, ya," ujar Stanley sambil menegak tehnya.

"Lumayan. Aku tidak menyangka kau akan kembali kesini saat melihat pasien tadi."

"Pulang memang prioritas tapi pasien tetap nomor 1, Fang."

"Kau benar."

"Aku lebih penasaran padamu, Fang. Jarang sekali kau ada disini seharian."

"Memang biasa aku kemana?"

"Kau 'kan biasa berkeliaran. Ah, ini pasti Boboiboy."

"Tidak juga. Aku bertemu Abang semalam. Dia baru pulang dan tampak kelelahan. Rasanya tidak adil kalau aku saja yang kerja santai sementara Papa dan Mama serta Abang seharian berkutat dengan ini itu."

"Benar juga." Teh dihabiskan.

"Luar biasa. Yang tadi benar-benar luar biasa!" ujar Yaya ceria. Ia masuk ke ruang khusus perawat dan langsung melenggang kearah dispenser. Kopi langsung diseduh olehnya.

"Eh, iya. Fang, pasien kesayanganmu tadi minum obat sendiri, lah," ucap Yaya seraya menarik bangku dan duduk bergabung dengan Fang dan Stanley.

"Waw. Bagaimana bisa?"

"Teman-temannya datang. Mereka pasti mengejek Boboiboy. Kamarnya tadi sangat heboh. Suster yang lain sampai meminta maaf berkali-kali pada tamu yang berkunjung."

"Dasar."

"Kau tidak mau menemui Boboiboy?"

Pertanyaan Stanley membuat Fang tertawa kecil. "Kau tidak lihat sudah jam berapa sekarang?"

"Anak muda jaman sekarang 'kan tidurnya jam 11 atau 12. Coba lihat dulu."

"Stanley, aku tidak sedang dimabuk cinta. Aku sudah cukup dewasa untuk bisa menahan keinginanku."

Kata terakhir yang lolos dari bibirnya membuat Fang tediam. Dengan bibir yang tidak tertutup dan alis yang menyatu, Fang bangkit mendadak.

"Aku pergi dulu. Ada janji."

Bagaimana bisa kau lupa dengan janjimu Fang?! rutuk Fang dalam hati.

Kakinya melangkah masuk ke ruangannya dahulu. Ia membongkar tas kerjanya dan mencari botol pelumas yang sudah terhitung 5 bulan lamanya tidak ia sentuh.

Pelumas dengan wangi stroberi diraihnya. Ia tersenyum kecut mengingat betapa mesumnya dia dulu sehingga selalu membawa cairan laknat itu.

Jujur saja. Fang dulu punya seorang kekasih yang tidak bisa disebut namanya. Mereka akan saling mendesahkan nama masing-masing dikala malam minggu tiba.


Fang mengintip melalui jendela pintu. Tirai yang menutup ranjang menghalangi pandangannya. Ia memberanikan diri membuka pintu dan masuk. Berjalan pelan, Fang menyibak tirai dan menemukan Boboiboy tertidur dengan smartphone ditangan.

Iseng, Fang membuka smartphone Boboiboy yang tidak terkunci. Ia dikejutkan oleh foto-foto motor sport. Seraya tersenyum kecut, ia menyayangkan Boboiboy yang ternyata benar-benar mengendarai Suzuki GSXR 150 dan kecelakaan.

Tak sengaja ia menggeser layar dan membuka tab lain. Foto-foto haram untuk anak dibawah 18 tahun memantul dikacamatanya. Bibir Fang menganga lebar, terlalu terkejut karena tahu Boboiboy telah mencari hal berbau sex tadi.

Membuka foto itu membuat indra penciumannya mendadak tajam. Bau sperma menyapa hidungnya. Ia menyibak selimut dan menemukan pakaian serta celana Boboiboy kotor oleh cairan cinta.

Smartphone diletakkan disamping vas bunga. Fang menarik celana Boboiboy sampai lutut dan mengangkat kaki pasien tercintanya. Mengintip kebawah testis, ia menemukan lubang Boboiboy yang basah dan berkedut pelan.

Fang menghela nafas. Boboiboy pasti menunggunya sampai melakukan hal nekat seperti itu. Tapi setidaknya Fang bisa berbangga diri, ia telah membuat seorang pemuda polos menjebol lubangnya sendiri dengan jemari yang suci.

Celana dibenarkan letaknya. Selimut ditarik menyelimuti Boboiboy. Fang tersenyum kecil lalu mengecup dahi yang tertutup helaian rambut lalu beranjak pergi.

"Dokter..."

Suara parau terdengar. Fang berbalik ketika merasakan jubah dokternya ditarik dari belakang.

"Kau sudah berani, ya, Boboiboy."

"Dokter memenuhi pikiranku. Jadi aku mencari tahu bagaimana caranya."

"Tidur lagi saja. Kau pasti lelah. Mau ganti baju dulu tidak? Biar pakaianmu kucucikan sekarang."

"Sekarang jam berapa?"

Fang melirik jam tangannya. "Sudah mau setengah 11 malam. Kugantikan pakaianmu ya?"

"Jangan!"

"Eh? Kenapa?"

Boboiboy menarik jubah sang dokter kuat. Mendorong Fang untuk mendekat.

"Aku mau dokter. Aku mau...dokter dilubangku...Isi aku dengan kejantananmu, dokter..."

Fang mengeryitkan dahinya. "Apa kau belajar kata-kata ini di video porno?"

Sang pemuda manis menggeleng. "Itu keluar begitu saja diotakku."

"Baiklah. Apa boleh buat. Aku sendiri sudah siap, kok." Seringai tampan diulas. Boboiboy menatap ngeri pada Fang yang menaiki ranjang dan menarik jatuh selimutnya.

Tanpa melepaskan jas dokternya, Fang mulai mencium Boboiboy. Lidah bertaut dan saliva saling bercampur. Seraya memilin puting yang menegang, Fang terus mencumbu Boboiboy.

"Ah! Dokter...cepat lakukan."

"Lakukan apa?"

"Itu..eng...masukkan itu..."

"Hah?"

"Aku sudah foreplay dari sore tadi. Juga saat teman-temanku pulang. Yang kumau hanya kamu..."

Fang mengerjapkan matanya tidak percaya. Ia sungguh tidak menyangka Boboiboy ternyata mengerti hal-hal seperti itu.

Celana ditarik pelan. Kejantanan yang mengacung tegak muncul malu-malu. Fang menciumi kejantanan itu dan mengemutnya pelan. Jarinya menarik resleting celananya turun, lalu mengambil miliknya sendiri yang sudah membesar.

Tangan merogoh kantung jubah dokternya. Ia membuka botol pelumas dan mencelupkan jarinya kesana.

"Aku tidak perlu memperingatkanmu lagi, ya."

Boboiboy mengangguk. Ia membiarkan Fang memasukkan jari panjangnya kedalam lubang analnya. Dihisap dengan kuat membuat Fang tersentak. Ia melepaskan kulumannya dan fokus untuk melebarkan lubang sub barunya.

Kacamata dilepas, Fang menyibak poninya. Boboiboy dengan wajah yang merona dan bibir yang terus meloloskan desahan menatap Fang sayu. Tangannya terjulur minta dipeluk.

"Dokter...izinkan aku memelukmu..."

Permintaan kecil diwujudkan, Fang membiarkan Boboiboy memeluknya lalu menciumnya.

Tanpa Boboiboy sadari, Fang mengeluarkan jarinya dan mulai menggantikannya dengan kejantanannya sendiri. Kepalanya mulai masuk dan Boboiboy mebelalak lebar. Terkejut dengan serangan tiba-tiba.

"Aw!" Bibir tipis digigit. Mulut Boboiboy membuka dan mengatup setelah berhasil melepaskan ciuman dengan kasar. Fang mengusap bibirnya yang berdarah. Boboiboy yang terbaring pasrah dibawahnya terus mendesah.

Pinggang diraih. Pinggul dihentakkan hingga miliknya tertanam dalam bersamaan dengan bibir Boboiboy yang dibungkam dengan bibir Fang sendiri.

Hentakan terus dirasakan oleh Boboiboy. Jeritan mati-matian ditahan agar tidak lolos dengan keras. Ia menahan diri, sadar akan tempat umum yang tidak kedap suara dan kemungkinan ada staff yang lewat.

Puting merah digigit dan diemut bergantian. Kejantanan Boboiboy dikocok kasar. Boboiboy menggigit bibirnya tiap kali Fang menubruk sweet spotnya.

"Persis...seperti yang aku bayangkan..enghh..."

Fang mencium Boboiboy singkat.

"Terima kasih karena telah membayangkan ini."

Fang menyembunyikan wajahnya diantara ceruk leher Boboiboy dan menggeram. Air maninya menyembur dan mengisi penuh perut Boboiboy. Desahan lolos ketika kejantanan sang sub sendiri menyemburkan hal yang sama.

"Tidak apa-apa. Aku akan meminta bibi yang khusus melayaniku dan keluargaku disini. Dia akan membersihkan seluruh benda yang kotor dengan cepat."

Senyum manis diulas, Boboiboy tertawa kecil. "Apa aku juga akan dibersihkan?"

"Kau? Kalau kamu sih..." Fang melirik pada miliknya yang masih tertanam didalam Boboiboy. "Kamu aku yang bersihin aja. Sampai dalam-dalamnya sekalian."

Boboiboy yang sudah segar membelalakkan matanya.

"Ronde dua, sayang?"


HAHAHAHAHHAHHAHAHAHAHHAHAH.

Bodoamat caps jebol.

Yah ini uda dikebut hehehehe. Makasih uda baca ya kawan-kawanku. Makasih juga buat yang udah review. Satu fakta: fandom ini lebih banyak mereview fic yang fluff dan pendek. Tapi saya gajago fluff. Yauda la ya.


OMAKE

Fang hanya bisa mendesah lelah ketika Boboiboy meloncat girang didepan rumah Tok Aba. Sebuah motor sport Honda CB150R diletakkan dengan sebuah kotak kecil berisi kunci motor serta surat-surat kendaraannya.

"Fang! Lihat! Ini dari orang tuaku! AAAAA! Mereka memang terbaik!"

"Hehehe. Atok yang belikan, lho. Orang tuamu hanya kirim uang."

Boboiboy memeluk erat Atoknya. "Boboiboy sayaaang Atok!"

Tangan keriput mengelus kepala yang tertutup topi. Ia langsung menelpon ayahnya sementara Fang ia abaikan.

Seraya mengobrol ditelpon, Boboiboy menghilang masuk kedalam rumah. Beberapa menit kemudian ia keluar dengan helm dan kameranya.

Boboiboy menyiapkan diri dengan kamera. Ia membiarkan Atoknya kembali kedalam sementara ia mulai mengoceh.

"Hai, kawan-kawan! Hari ini Boboiboy dapat motor baru nih! Boboiboy sangaaat senang. Ini hadiah dari orang tua Boboiboy karena sudah keluar rumah sakit!"

Fang hanya bisa menyandarkan diri pada pagar rumah Boboiboy sementara ia memperhatikan kekasihnya menceritakan betapa senangnya ia mendapat motor baru.

"Terima kasih telah mendengar curhatanku! Ditunggu lagi ya aktivitas Boboiboy bersama motor baru ini."

"Udahan vlognya?"

"Udah. Mau diupload di instagram aja."

"Masuk rumah sana."

"Cobain motor dulu dong."

"Eits!" Tangan Fang mengambil kunci motor yang hampir dimasukkan kelubangnya. "Kau baru keluar rumah sakit dan sudah mau naik motor lagi?"

"Lah. Aku 'kan mau coba. Boleh yaaa?"

"Tidak. Masuk sana."

"Ish!"

Fang mengantongi kunci motor itu lalu memarkirkan motornya ditempat yang benar. Setelahnya ia memeluk Boboiboy dan menciumi topinya.

"Jangan ngambek ya. Kamu 'kan baru pulang. Masa gak mau kangen-kangenan dulu sama Atok."

Boboiboy memonyongkan bibirnya. "Iya deh..."