Assassination Classroom © Yūsei Matsui | Karma Akabane x Manami Okuda | I take no material profits from writing this fanfiction.


Warning: drabble, no dialogue.


Karma Akabane memandangi wajah yang sedang tertidur pulas itu dengan seksama. Gadis yang selalu mengepang surainya itu saat ini terlelap dengan rambut terurai.

Kacamata yang biasanya ia kenakan kini terlepas, menampilkan wajah polos nan damai miliknya tanpa balutan apapun.

Ya, sudah beberapa bulan ini mereka tinggal bersama. Setelah menjalin hubungan lebih dari setahun, Karma akhirnya memutuskan untuk tinggal satu flat dengan kekasihnya itu. Agar bisa lebih dekat sekaligus untuk saling menjaga satu sama lain.

Apalagi pemuda yang berprofesi sebagai birokrat itu sebelumnya tinggal di luar kota. Ditambah, pekerjaan gadis itu sebagai ilmuwan yang selalu sibuk dalam penelitian. Otomatis intensitas pertemuan di antara keduanya sangatlah minim.

Baru setelah akhirnya ia dipindah tugaskan ke kota yang sama dengan Manami, Karma kemudian mengusulkan hal ini demi menebus waktu kebersamaan yang dulu telah hilang.

Yah, walaupun itu tidak mengurangi kesibukan mereka sama sekali. Tapi setidaknya mereka akan lebih sering bertemu. Terutama ketika ia lelah di malam hari, maka akan ada Manami yang bisa ia peluk sebagai penawar penat.

Meski Karma lebih senang untuk memandanginya; bagaimana perempuan itu terlelap dengan damai, bagaimana wajah polosnya terlihat sangat menawan –Manami selalu terlihat indah, manis dalam penampilannya mengenakan kacamata dengan surai dikepang, tetapi ia lebih terlihat luar biasa kala tertidur dengan rambut hitamnya yang tergerai bebas–, bagaimana deru napas gadis itu yang teratur dan menerpa kulit Karma. Tetapi rasa nyaman akan kehangatan yang memancar dari tubuh gadis itu dalam dekapannya tak bisa ia abaikan begitu saja.

Rasa-rasanya, ia tak bisa membayangkan apabila di suatu pagi yang cerah saat dirinya terbangun, Karma tidak melihat gadis itu dalam peluknya. Kau tahu, biasanya lelaki dengan rambut merah ini yang selalu bangun lebih dulu daripada Manami.

Dan kala perempuan dengan netra berwarna ungu miliknya itu mulai mengerjapkan mata, dengan senang hati dirinya akan memberikan kecupan di pipi gadisnya, atau sekadar mengelus lembut pucuk kepalanya, ditambah merapikan mahkota kepala Manami yang terurai bebas dan menempel di mana-mana.

Lalu, perempuan itu akan tersenyum kepadanya, dengan kedua pipi bersemu merah. Lucu sekali. Karma yakin, seluruh laki-laki di dunia akan jatuh cinta pada gadis itu apabila mereka melihatnya dalam keadaan seperti ini.

Okuda Manami merupakan sebuah pemberian terbaik dari Tuhan yang apabila ia tidak mensyukurinya, maka ia yakin hidupnya akan menderita. Perempuan itu sempurna, amat sempurna. Dengan segala kelebihan maupun kekurangan yang dimilikinya.

Maka, Karma Akabane bersumpah untuk tidak akan melepas gadis itu barang sebentar saja. Tidak pula membiarkan lelaki lain melihatnya dalam keadaan paling menawan; terlelap damai dengan keadaan rambut tergerai.

Karena Manami Okuda, hanya milik Akabane Karma seorang. Ah, atau seharusnya ia segera mengganti marga gadis itu agar sama seperti miliknya saja?

Baiklah, pemuda bernetra emas itu akan memikirkan hal ini lain kali.


A/N: di mata aku, Karma adalah sosok lelaki yang posesif hwhwhw dan Manami adalah cewek yang punya suatu keindahan terpendam yang cuma si Karma yang bisa ngeliatnya(?) xD