title: things that you shouldn't be worried

disc: this is only work of fictions , nothing to do with the real person. i don't take any profit from this fanfiction except having fun.

warn: all lowercases, college!AU, aku-kamu intensifies, starback itu starbuck. bahasa semi non-baku.

enjoy!

.:O:.

things that you shouldn't be worried

renjun sudah menghabiskan setengah dari caramel coffee jelly frappucino-nya saat dilihatnya jaemin masih sibuk dengan ponsel di tangannya. bibir jaemin manyun, hidungnya berkerut-kerut, sesekali ikut bersenandung mengikuti irama lagu yang diputar di starback (hanya kalau dia tahu lagunya). selebihnya, minuman yang sudah mereka pesan sejak setengah jam yang lalu hampir tidak tersentuh. jaemin semacam alergi tiap kali meminumnya, berkali-kali dia mencium sekilas bau latte-nya dengan ekspresi tak terbaca. padahal pilihan menunya dia tentukan sendiri.

"jaemin,"

"hmmm,"

jaemin hanya bergumam, tangan dan matanya masih terpaku pada ponsel pintarnya.

"jaemin,"

kali ini renjun menggerakkan ujung kakinya di bawah meja, menendang-nendang kaki yang lebih panjang di depannya. jaemin menilik sebentar ke arahnya,

"iya injun-ku, kue berasku,tinky winky-ku, permen karetku, masa depanku, permata hatiku, ada apa?"

renjun sedikit bergidik geli dengan serentetan panggilan kesayangan dari jaemin. namanya tidak ada yang beres (menurut selera renjun). tapi ya, pacarnya ini memang tabiatnya kadang menggelikan. sering kali renjun bertanya-tanya pada dirinya sendiri kenapa bisa bilang 'iya' waktu jaemin menembaknya setahun yang lalu.

"minummu tuh, jangan dicuekin aja,"

"enggak enak, injun,"

"gak enak ngapain dipesen,"

"iya juga ya," jaemin akhirnya menanggalkan atensinya dari ponsel putihnya, menaruhnya di atas meja lalu menumpukan dagunya di atas kedua tangannya di atas meja, "tapi injun, aku suka green tea,"

"green tea, bukan green tea latte. ini ada susunya, kamu ga suka susu,"

"iya aku sukanya kamu, sih,"

"jaemin,"

"iya, iya," jaemin tertawa samar, gemas dengan muka kesal renjun di depannya. alisnya menukik tajam tiap kali kesal, mengingatkannya pada plushie angry bird di sudut kamarnya, "kamu jangan marah terus, mukamu lucu kalau ngambek. nanti aku makin gemas, makin sayang. mau tanggung jawab?"

"gak lucu,"

"emang gak lagi ngelawak, sih,"

"aku pulang sekarang aja, deh,"

"bus ke jongno paling cepat dari subway terdekat masih lima belas menit lagi, injun-ah. kamu mesti jalan kaki dari sini ke subway sekitar dua puluh menit. di luar masih panas, nanti kulitmu merah-merah lagi, mending nanti saja kutemani,"

renjun memberengut. nasib baik sering enggan bekerja sama dengannya tiap kali dia mulai kesal dengan tingkah jaemin. pernah di kencan mereka sebelumnya, renjun ingin pulang duluan sehabis mereka dari arcade game karena terlalu kesal dengan jaemin yang menghabiskan seluruh koinnya gara-gara tidak terima kalah battle dengan teman kuliahnya yang tidak sengaja bertemu di sana, jiwa kompetitifnya kumat. sayangnya, baru sampai di ujung pintu hujan sudah turun deras, renjun tidak membawa payung. ujung-ujungnya renjun harus menunggu hujan reda dan membiarkan jaemin menemaninya sampai perjalanan pulang.

hari ini pun sama, entah hal buruk apa yang sebelumnya menyapa jaemin. sejak renjun turun dari bus, muka jaemin sudah terlihat masam meskipun renjun tahu dia berusaha mati-matian menyembunyikan di balik senyum lebar ciri khasnya. padahal, semalam waktu mereka mabar dragon nest sambil chat di discord, jaemin masih baik-baik saja. bahkan masih ekstra antusias membicarakan tempat-tempat yang akan mereka kunjungi di dongdaemun hari ini.

tapi semua antusiasme itu menguap begitu saja hari ini. awalnya renjun mengira gara-gara hari ini jaemin harus bangun lebih pagi. mengingat rumah jaemin setengah jam lebih jauh daripada rumahnya ke dongdaemun, dan jaemin bukan tipikal orang yang suka bangun pagi. dia lebih mencintai kasurnya daripada apapun di dunia ini, kecuali renjun. jaemin pernah bilang, renjun adalah orang pertama yang membuatnya menggeser prioritas kasur dalam daftar hal-hal yang dicintainya dari dunia ini. renjun tidak tahu dia harus terharu atau tersanjung ketika jaemin mengatakannya. jadi saja, renjun mengira mood jaemin akan membaik begitu mereka jalan-jalan.

ternyata tidak juga.

dia hanya kelihatan antusias kembali ketika beli plushie. untuk sekali ini, renjun tidak memprotesnya karena membeli ryan-nim yang sama untuk kelima kalinya. biasanya renjun menegurnya karena semua plushie jaemin berakhir di sudut kamar atau kolong tempat tidur (jeno, teman se-flat jaemin jadi informan terpercaya renjun untuk hal ini). buang-buang uang, kasihan plushie-nya juga. tapi jaemin yang sering memproklamirkan dirinya sebagai kolektor plushie yang menganggap plushie-plushie itu sudah seperti anaknya sendiri mana mau dengar tegurannya.

"aku gak akan mau jadi anakmu kalau hanya akan berakhir di kolong tempat tidur, sih," renjun pernah bilang seperti ini suatu hari, tapi dijawab jaemin dengan, "makanya kan kamu jadi pacarku, bukan anakku,"

tapi, setelah beli plushie antusiasmenya kembali surut. seperti ada yang mengganggu pikirannya, baju-baju new arrival di amP luxe pun tidak membantu mengembalikan mood-nya. setelah kurang lebih tiga jam berputar-putar di dongdaemun, berpindah dari satu mall ke mall yang lain, akhirnya renjun mengajak mereka pergi ke starback yang paling dekat dengan ddp (dongdaemun digital plaza). sekalian, dia ingin menanyakan hal yang dari tadi mengganggu jaemin. renjun tidak mau kencan mereka jadi garing hanya karena mood jaemin jelek entah karena apa itu.

jadi di sini lah mereka sekarang, duduk di salah satu bangku di deretan teras starback. jaemin tidak terlalu suka di dalam ruangan ber-ac jadi mereka memilih area terbuka.

renjun akhirnya mengurungkan niatnya untuk pulang duluan, kembali menikmati caramel coffee jelly frappucino-nya yang mulai mencair. matanya masih mengamati jaemin yang saat ini beralih memainkan plushie-nya, berusaha menyuapkan green tea latte-nya ke ryan-nim.

"ryan-nim, minum yang banyak. kamu haus kan habis jalan-jalan di luar panas banget, ululululu,"

kalau jaemin pernah bilang plushie-nya sudah seperti anaknya sendiri, renjun percaya itu.

"ryan-nim, aku turut berduka kamu punya papa seperti orang ini,"

"hey! orang ini pacarmu tahu," jaemin menghardiknya, lalu kembali meminum green tea latte-nya sedikit. hidungnya kembali mengernyit tidak suka, mukanya jadi lucu banget.

"kenapa green tea latte harus ada susunya, sih,"

"karena itu namanya latte,"

"kenapa aku beli green tea latte ya tadi," jaemin menerawang, "harusnya tadi aku beli brewed tea saja seperti biasanya,"

renjun mengangguk setuju kali ini, "atau signature chocolate caramel, kamu kayaknya lagi butuh yang manis-manis,"

"hal manis selain aku, tentunya," renjun buru-buru melanjutkan kalimatnya, sudah hapal jaemin akan melancarkan lidah manisnya kalau ada kesempatan. udara panas seoul tidak akan menghentikannya membuat gombalan.

jaemin bertepuk tangan, terlihat terlalu senang hanya karena satu kalimat barusan. ekspresinya sama seperti saat guild-nya berhasil nge-rank tinggi saat main dragon nest.

"kamu makin hari makin mirip aku, ya. inikah namanya soulmate?"

"mirip kamu? enggak deh, makasih. aku gak mau selfcest,"

"injun, please. haha," jaemin tertawa. akhirnya dia benar-benar tertawa, "sebagai hadiah nanti ryan-nim pulang bareng kamu,"

"maksudmu?"

"nanti ryan-nim kamu bawa pulang, taruh di sebelah moomin biar mereka ngobrol, pas tidur jangan lupa dipeluk-peluk kaya pas kamu meluk aku,"

"idih,"

"serius injun, nanti kalau kamu kangen sama aku tinggal peluk ryan-nim,"

"kalau aku kangen tinggal telfon, atau video call. jaman udah canggih, nana,"

"tapi masih belum ada teknologi peluk virtual, kan? jadi kalau kangen peluk plushie dariku aja,"

"hmmm,"

"lagipula nanti kalau aku sedang tersesat di hutan, misalnya, tapi ya amit-amit. pokoknya, kalau nanti ada waktunya aku susah dihubungin dan kamu lagi kangen bisa peluk-peluk plushie ini. atau kalau tiba-tiba ada badai, sinyal jadi jelek aku tidak bisa ke rumahmu karena semua transportasi dihentikan, kamu bisa peluk dia juga. atau waktu mati lampu, sudah malam dan kamu pengen meluk aku tapi aku kan gak tinggal di rumahmu, peluk ryan-nim aja. secara resmi aku sudah menunjuknya jadi penjagamu mulai hari ini,"

renjun menghela napas, berdebat dengan jaemin soal hal begini, dia tidak pernah menang.

"iya, deh, iya. jadi itu plushie buat aku?"

"hu'um,"

"makasih, nana. saranghae?"

"kenapa saranghae-nya pake nada tanya begitu, sih,"

renjun tertawa renyah sementara jaemin meminum kembali minumannya, mukanya jadi aneh lagi,"kupikir-pikir aku sudah punya empat ryan-nim juga. bulan lalu baru beli plushie hamster. jeno bisa membuang semua plushie-ku ke luar jendela kalau tahu aku beli lagi. sebagian sudah ada yang nangkring di tempat tidurnya,"

"kok rasanya aku kaya' dikasih barang sisa gini,"

"ga gituuuu, injuuun! matahariku, kue bulanku, cinta pertama dan terakhirkuuu. plushie yang ini memang buat kamu, kok,"

"hmm,"

mereka terdiam beberapa saat. renjun membiarkan hening hadir di antara mereka sejenak, sembari menikmati angin yang bertiup di sekitar mereka. anginnya sedikit panas, tapi lebih baik daripada tidak ada sama sekali. dilihatnya, helaian poni coklat jaemin tersibak terkena angin. sisiran rambutnya terkoyak begitu angin bertiup sedikit lebih kencang. renjun menikmati pemandangan ini. untuk beberapa alasan, jaemin dengan penampilan agak berantakan terlihat lebih atraktif, apalagi kalau dia pakai kaos dan kemeja putih seperti sekarang. setidaknya, untuk renjun.

"nana,"

jaemin tidak menjawab, tapi tangannya meraih telapak tangan kiri renjun. memainkan jari jemari renjun yang lebih kecil dan pendek. imut katanya. renjun tidak suka dibilang imut, tapi dia membiarkannya. lagipula, renjun suka merasakan kalus-kalus di tangan jaemin akibat terlalu sering berlatih main gitar bersentuhan dengan jarinya.

"ingat ya, nanti tangan ini yang bakal megang tangan kamu kalau mau nyeberang jalan,"

"nana, please,"

"hehe,"

"kamu kenapa sih hari ini?" renjun akhirnya memutuskan bertanya hal yang sedari tadi mengganggunya.

"hmm, kerasa ya," kali ini jaemin menautkan satu persatu jari renjun di jemari tangannya sendiri, ibu jarinya mengusap sisi pergelangan tangan renjun.

"banget. dari pertama kita ketemu hari ini mukamu sudah masam, kupikir karena kamu bangun kepagian. tapi udah siang begini masih manyun,"

"ya! aku gak manyun,"

"enggak, cuma begini," renjun mempraktekkan mimik muka jaemin dengan wajahnya, mengundang tawa renyah dari jaemin setelahnya. pacarnya terlihat terhibur sekali sampai mencubit gemas pipinya dengan tangan yang bebas.

"kamu nih, gemes banget, sih. pacarnya siapa, sih, ini pengen kubawa ke penghulu,"

"ish, jangan ngalihin pembicaraan," renjun menampik sebal tangan jaemin di pipinya, "kamu tuh ya, kalau kepikiran sesuatu cerita dong. jangan malah semuanya dipendem sendiri. aku gak mau ya, kalau nanti kamu tiba-tiba sakit lagi kaya waktu itu cuma gara-gara kepikiran nyesel ga bisa traktir aku nonton infinity war,"

renjun mengingat kembali kejadian bulan april, saat mereka disibukkan dengan kegiatan masing-masing. jaemin dengan tumpukan tugas akhir semesternya, renjun dengan persiapan showcase di kampusnya. sebagai mahasiswa jurusan music and performance, showcase tahunan sudah jadi seperti pengganti ujian akhir baginya. saat mereka sudah sama-sama punya waktu, film yang mau ditonton sudah tidak tayang. saat itu jaemin jadi yang lebih kecewa di antara mereka berdua, walaupun tadinya renjun duluan yang ingin nonton film itu. kekecewaannya lebih karena tidak bisa menepati janjinya pada renjun.

jaemin memang begitu, peduli dengan hal-hal detail yang bagi orang lain mungkin tidak terlalu penting.

"waktu itu kan karena kecapekan juga, tugas-tugas akhir semester di jurusan arsitek memang gila. eh, enggak. bahkan gila gak cukup buat jadi kata ganti. aku harus bikin maket, ada tugas pake sketch up juga. padahal baru semester kedua, oh god. jadi kurang tidur, kurang makan, dan kurang banyak ketemu kamu,"

"ish,"

"kok, kamu waktu itu bisa datang tepat waktu ke flatku, sih? timing-nya pas sakitku lagi parah-parahnya, padahal aku sengaja gak bilang biar kamu gak khawatir,"

"jeno yang bilang,"

"ah, ternyata. jeno yang ngadu ke kamu, ya,"

"bukan gitu! aku yang nanya ke dia, karena kamu tiba-tiba jadi susah dihubungi sejak movie date kita yang gagal. ternyata kamu lagi sakit, katanya kepikiran buat nebus janjimu ke aku soal nonton film, disuruh makan obat susah sementara jeno lagi ada proyek kelompok sama donghyuck waktu itu, jadi gak bisa ngawasin kamu sering-sering.

harusnya ya, kamu makasih ke jeno udah ngabarin aku. kalo enggak mungkin hari itu kamu mesti ke klinik. parah banget hampir dua hari gak makan berat, minum cuma segelas, itu pun soda. aku cuma gak mau kamu nanggung semua beban sendiri. that's it."

jaemin tersenyum simpul. sisi renjun yang galak dan cerewet begini adalah salah satu yang membuatnya menyukai temannya sejak sekolah menengah atas ini. meskipun kadang galak dan terlalu bawel, jaemin tahu itu cara renjun untuk menunjukkan perhatiannya. renjun bukan jaemin dengan segala eufemismenya. dia selalu mengungkapkan tujuannya secara jelas, tegas dan tanpa preambule.

"jadi, apa yang ada di kepalamu saat ini?"

jaemin menghela napas sedikit berat, mengayun-ayunkan jalinan tangannya dan renjun di atas meja. alunan lagu shawn mendez beralih menjadi my my my milik troye sivan jadi backsound obrolan mereka.

"aku bukannya gak mau cerita, tapi ini emang gak penting, injun,"

"segitu gak pentingnya sampe bikin kamu manyun seharian?"

jaemin mengangguk, menaruh kembali jalinan tangan mereka di permukaan meja tanpa melepaskannya.

"gak apa-apa, aku dengerin,"

"tapi--"

"gak usah malu, kamu lebih sering malu-maluin dan aku tetep jadi pacar kamu sampe sekarang, kan?"

jaemin tertawa lagi kali ini. sedikit geli karena sesungguhnya malu jadi alasan terakhir kenapa dia tidak mau bercerita.

"bukan, bukan. bukan malu. kamu tahu aku, kan?"

"well," renjun mengangkat bahu.

"ini beneran bukan hal yang penting, injun. tapi ya, memang somehow mengganggu. bikin bad mood. yang lebih bikin bad mood lagi, aku tahu ini hal gak penting tapi masih bikin aku bad mood,"

"kamu ngomongnya mulai muter-muter, nana." renjun berkata seraya menyedot tetes terakhir minumannya dengan suara berisik. dia lalu membuka tutup cup-nya dan mengambil jeli-jeli yang masih tersisa di dasar cup.

"kamu nih kebiasaan kalau makan jeli giginya berderit." jaemin menyelanya sebentar. sesuatu yang renjun tahu akan diucapkan jaemin setiap kali renjun makan jeli. renjun sendiri tidak sadar kebiasaannya ini kalau saja jaemin tidak mengatakannya beberapa tahun silam. mungkin perkataan 'pacarmu lebih mengenalmu daripada dirimu sendiri' itu berlaku untuk jaemin. saat itu bahkan mereka belum jadian.

"jadi hal gak pentingnya itu apa?" renjun menolak mengalihkan pembicaraan. kalau ada satu hal yang mereka berdua miliki persis sama sejak lahir, itu adalah kekeraskepalaan mereka berdua kalau sedang ingin tahu.

"kamu inget couple hat yang aku beli buat anniversary kita bulan januari lalu?"

renjun mengangguk. ingatannya melayang ke topi hijaunya yang digantung rapi di dalam lemari wardrobe-nya. jaemin punya topi yang sama, cuma, warnanya putih.

"terus?"

"tadi pagi, waktu aku nunggu kamu di subway. aku ketemu orang pake topi yang sama persis kaya punya kita. cuma beda warna."

renjun mengedipkan matanya, "terus?"

"ya ... udah. gitu aja."

"bentar," renjun mengedipkan matanya lagi, sekali, dua kali. jaemin balik menatapnya, lalu melihat jeli-jeli di cup renjun yang sekarang sudah tak bersisa.

"jadi, kamu bad mood karena lihat orang pake topi yang sama kaya yang kita punya?"

"iya,"

"nana, please." kali ini renjun tidak sungkan-sungkan menahan tawanya. bahunya sampai berguncang-guncang, dan kalau jaemin tidak salah lihat, ada air mata di sudut mata renjun. astaga. setelah dipikir-pikir lagi ini memang kelewat konyol.

"sudah kubilang, kan? ini konyol dan tidak masuk akal,"

"okay, okay," renjun berkata di sela kekehannya, sebelah tangannya menyapu sudut-sudut matanya yang memang berair.

"sekarang aku ngerti kenapa kamu gak mau cerita. nana, ini konyol banget. kamu gak mikir kita satu-satunya orang di dunia yang pake topi itu, kan? kamu gak mikir pabrik topinya bikin sepasang buat kita aja, kan?" renjun masih tertawa.

"enggak, lah. tapi kan, aku beli topi itu di osaka waktu aku ke sana nemenin yuta-hyung pulang ke rumahnya akhir tahun lalu. seenggaknya, aku kira gak bakal ketemu orang pake topi yang sama di sini. enggak secepet ini, paling gak setahun, lah."

"jaemin," tawa renjun bukannya mereda justru semakin keras begitu mendengar penjelasan jaemin, "jaemin. nana. na jaemin. haha, hahaha,"

"iya, iya ketawa dulu aja, injun. aku gak akan kemana-mana,"

"kamu gak berpikir seoul isinya cuma orang korea, kan? banyak banget pendatang atau turis dari luar negeri. termasuk jepang. aku aja orang china,"

jaemin menegakkan duduknya, "enggak lah! tapi kan, tetap saja. kupikir probabilitas ketemu orang dengan topi yang sama itu ...," jaemin menatap langit-langit teras, mungkin sedang melakukan kalkulasi, "satu banding seribu? coba kamu hitung berapa kemungkinan orang pakai topi yang sama dalam radius sepuluh kilometer?"

"gak mau, kurang kerjaan banget. lagian kalau ada yang punya topi sama kaya kita, emangnya kenapa? itu gak bikin kamu sama orang itu jadi couple, kan?"

"kalau pakenya gak sengaja barengan bisa dikira couple-an, kaya ga tahu kepala orang isinya suka macem-macem,"

"atau orang mikir sederhana, oh topinya pasaran,"

"itu aku belinya di jepang, lho," jaemin terlihat agak tersinggung waktu dibilang topinya pasaran. renjun hanya berdecak menahan geli, sudah hapal tabiat jaemin yang over dramatic.

"bukan itu poinnya. maksud aku, kalaupun ada yang pakai barang yang sama, gak berarti bikin couple thing kita berkurang maknanya. aku akan tetap ingat topiku sebagai 'hadiah istimewa dari pacarku untuk anniversary pertama', bukan sebagai 'topi yang sama dengan pejalan kaki yang kutemui di halte bus', gitu,"

jaemin tersenyum, tidak bisa lebih senang lagi setelah mendengar petuah singkat renjun barusan. dia kemudian mengambil tangan kanan renjun lalu menciumnya tepat di tanda lahirnya yang ada di punggung tangan kanan.

"i know it, injun-ah. aku tahu. terima kasih. aku hanya ... ugh, susah menjelaskannya. rasanya keki menemukan hal ini di saat kita justru mau kencan,"

"kurasa aku tahu," renjun menarik tangan kanannya kembali, lalu mencium punggung tangannya sendiri persis seperti yang jaemin lakukan, "indirect kiss," katanya.

jaemin tertawa lebih keras, sepertinya kebiasaan cheesy-nya sedikit banyak memang menular ke renjun.

"ini sepertinya berhubungan dengan fashion pride-mu, mungkin?" renjun kembali meraih jari telunjuk jaemin, digoyangkan ke kanan dan ke kiri mengambang di atas meja, "seperti gengsimu tersentil karena ada orang lain yang mungkin punya selera fashion yang sama denganmu,"

"hmm, mungkin?"

"harusnya kamu senang, setidaknya ada orang lain yang seleranya sepayah kamu,"

"ya! seleraku gak payah,"

renjun terkekeh lagi. tentu saja dia hanya bercanda. jaemin selalu jadi fashion consultant pribadinya kalau sedang ingin membeli baju atau aksesoris.

"tapi injun-ah,"

"hm?"

"makasih. rasanya agak lebih lega setelah bilang ke kamu apa yang kupikirkan. walaupun emang konyol dan kamu ya, 'pengertian' banget malah jadi ngetawain. tapi, makasih,"

"see? makanya kalau ada apa-apa cerita. jangan gak apa-apa terus. aku di sini bukan cuma buat dijaga sama kamu, tapi dukung kamu juga. di hubungan kita ini tuh, bukan cuma kamu yang ngebangun, aku juga.

dari hal yang paling dasar dan serius, sampai hal konyol memalukan kaya yang baru aja kita omongin, itu yang bikin aku sama kamu, jadi kita yang sekarang.

oh, astaga, pembicaraan ini jadi memalukan sekarang,"

renjun melepaskan genggamannya pada tangan dan jemari jaemin untuk mengusap mukanya sendiri yang tanpa sadar memerah. bisa jadi karena cuaca makin panas, bisa jadi karena malu. dia tidak pernah terbiasa membicarakan hal-hal berbau romantis secara serius seperti ini. tapi, memiliki jaemin sebagai teman hidupnya membuatnya belajar mengungkapkan hal-hal seperti ini. tidak pernah mudah, tapi renjun semakin baik dari waktu ke waktu.

sebaliknya, jaemin hanya terkekeh pelan. mengambil kembali tangan-tangan renjun lalu menciumi buku-buku jarinya (kalau ada larangan public display affection di tempat ini, jaemin sepertinya akan jadi orang pertama yang ditendang dari sini). jaemin memang menyukai jari-jarinya sedikit lebih banyak daripada yang lain.

"udah ah, geli," renjun ingin menarik tangannya tapi ditahan jaemin.

"nana, aku haus. mau beli minum lagi, setelah itu kita lanjut ke ddp, okay?"

"minum punyaku saja, daripada dibuang," jaemin akhirnya melepaskan tangan renjun, lalu mengangsurkan green tea latte-nya ke renjun.

"aku gak terlalu suka green tea,"

"tapi kamu selalu suka susu,"

"aku gak kaya kamu, minum panas di saat udara panas,"

"udah dingin, kok,"

renjun mengerling minuman di hadapannya, memang sudah lebih dingin.

"rasanya apa gak jadi aneh?"

"nanti aku beliin lagi frappucino yang dingin sebelum kita ke ddp,"

muka renjun langsung berbinar, "serius?"

"serius."

"yay!"

renjun segera meminum green tea latte jaemin, setelah sebelumnya menggumamkan 'second indirect kiss today' yang membuat jaemin kembali menggelakkan tawanya.

"nanti aku kasih ciuman yang bener sehabis ini,"

renjun berkilah, tidak butuh katanya.

setelahnya, mereka tetap melanjutkan lagi acara kencan mereka sesuai dengan yang diagendakan. kali ini muka jaemin sudah tidak ditekuk lagi, dan renjun tidak bisa lebih lega lagi. bagaimanapun ini kencan pertama mereka setelah sebulan lebih hanya bertemu lewat pesan tertulis, chat room, video call atau jam malam bersama di guild dragon nest mereka. tentunya renjun tidak mau kencan hari ini jadi suram hanya karena hal konyol yang ada di kepala jaemin.

dan, walaupun renjun bilang tidak butuh ciuman jaemin. toh, renjun tidak menolak ketika jaemin menariknya di salah satu sudut jalan yang sepi, mengungkungnya dalam satu ciuman yang panjang. renjun tidak keberatan, bahkan ketika dia harus sedikit berjinjit karena, demi tuhan, jaemin bertambah tinggi lagi. pertumbuhan kaki jaemin memang menyebalkan.

meski begitu, hari ini akan tetap menjadi salah satu kencan terbaik dalam hidup renjun.

[end].

hello, 3k penuh keju dan self indulgent. banyak headcanon dan trivia yang saya sempilin di sini. langsung kepikiran ide kilat begini gara-gara triple couple hat kemaren, huhu. gemes banget. lowercase semua karena saya pemalas dan ngetik di hp. semoga ini ga terlalu cringey, ya.

kalo ada yang ga tahu mabar itu apa, mabar = main bareng. biasanya anak gamers yang sering pake istilah begini. saya gak tahu mereka main dragon nest apa enggak, jadi emang ngarang itu sih, haha. cuman seinget saya dreamies ada yang main overwatch (lupa dulu dibilang di mana soal ini).

anyway, i hope u'll enjoy this fanfic. sorry for this long shitty talk hehe.. about my previous fanfic, thank you so much for the feedback! saya masih stuck yang itu gara-gara kebanyakan pilihan, hehe. semoga segera dapet pencerahan.

see u next time!