Summary: Sekuel Children of the Kindly West. Pembalasan dendam telah dimulai. Fang dibantu Boboiboy akan membongkar kejahatan Komandan Minto atas pembunuhan Kapten Kaizo, tapi mungkin ternyata Kesatuan Militer Angkasa menyembunyikan kebusukan yang lebih dalam daripada yang mereka kira, membawa mereka menyusuri masa lalu kelam Kaizo. Violence, bittersweet. KaiFang brotherhood and BoiFang friendship.

.

.

Boboiboy milik Animonsta Studios

.

Chapter I : Siasat Fang

.

.

Lokasi - Markas Besar Kesatuan Militer Antariksa

Waktu - 3 Tahun yang Lalu

Di kamar mayat yang sunyi dan terang-benderang ini, tampak dua sosok tengah menjalankan tugas rutin mereka, yaitu autopsi jenazah. Ini adalah kamar mayat khusus yang terdapat dalam rumah sakit kemiliteran angkasa, jadi kebanyakan hanya jenazah para prajurit dan korban perang. Malam itu di kamar mayat nomor 5 hanya ada seorang dokter lelaki tua berkulit hitam, dan seorang asisten dokter laki-laki agak muda berkulit kemerahan. Mereka adalah alien berwujud mirip manusia. Mereka sedang bersiap untuk autopsi mayat yang baru saja datang. Si asisten menyiapkan jenazah dan meja operasi sementara si dokter yang biasa di panggil Dokter Jaffa, tengah memakai atribut keselamatannya.

"Hari ini 'pasien' kita selebritis," canda si asisten.

"Mau selebritis atau bukan, tetap saja sudah jadi mayat," kata Dokter Jaffa. Sang dokter menghampiri suatu meja operasi, dengan lampu besar menyala terang diatasnya. Di hadapan si dokter ada jenazah yang ditutupi selimut putih. Dokter Jaffa membuka selimut itu dan tampak sebuah jasad tanpa memakai sehelai benangpun pada tubuhnya, telanjang. Kulitnya seputih kertas saat diterangi lampu meja operasi. Si dokter kemudian menoleh pada si perawat sambil menyarungkan sarung tangan steril pada tangannya.

"Apa status subjek ini?"

"Nama:Kaizo, tanpa nama belakang. Umur: 23 tahun. Gender: laki-laki. Pangkatnya adalah Kapten. Asalnya dari planet Gogobugi," kata asisten. Sang dokter yang akan melakukan autopsi hanya menggumam.

"Dugaan awal kematian?"

"Hmm katanya luka di tubuhnya," kata si asisten merujuk mengenai luka besar menganga di dada Kaizo. Sang dokter baru menyadari kalau mata jenazah masih terbuka, menatap lampu terang tanpa berkedip. Dokter tua itu melihat ada sesuatu yang janggal pada mata si mayat. Ia kemudian membuka mata jenazah lebih lebar.

"Ada kerusakan permanen pada korneanya sementara wajahnya tidak ada luka atau bekas benturan," gumam si dokter. Semua percakapan di sini untung saja terekam dalam video untuk dokumentasi autopsi. Kalau tidak, si asisten akan sakit tangannya harus menulis dari awal prosesi autopsi sampai akhirnya.

"Aku akan periksa matanya lebih lanjut. Kita autopsi luar dahulu, pertama- eh, apa ini?" tanya si dokter tua agak terkejut. Ia merasakan sesuatu yang lengket menempel pada pergelangan tangannya. Dokter Jaffa melihat darah hitam keluar dari sisi mulut Kaizo dan sebagian mengotori kulit hitam si dokter. Penasaran, sang dokter membuka sedikit mulutnya. Tampak sederet gigi putih namun dikotori oleh darah bercampur substansi kehitaman.

"Mulutnya penuh darah hitam, sementara darah dari lukanya berwarna merah segar. Ini bisa jadi tanda kalau dia ada meminum racun dan racunnya merusak organ dalam. Berikan aku tabung sampel, nanti periksa darahnya di lab."

Dokter Jaff memasukkan beberapa tetes darah Kaizo, ia mengoreknya dari sela-sela gusi dan lidah. Dokter tua itu dalam hati menyayangkan usia si jenazah yang mati terlalu muda. Meski ia sudah sering autopsi mayat para tentara antariksa, tetap saja rasa kasihannya pada prajurit yang mati terlalu cepat tak kunjung hilang. Meski begitu, itulah resiko yang mereka sudah setuju untuk menanggungnya. Mereka semua sudah tahu bahayanya.

"Eh, itu tanda apa di lehernya?" tunjuk si asisten setelah Dokter Jaffa menyimpan tabung sampel berisi darah Kaizo tersebut. Dokter Jaffa kemudian memiringkan kepala Kaizo dan melihat dua lubang kecil menganga di lehernya, lubang itu sampai menembus sisi leher satu lagi. Ada darah kering pada sekitar lukanya, warnanya merah bukan hitam. Sang dokter mengerutkan alis.

"Benda yang menusuk seperti ini seperti jarum panjang. Jarumnya tepat mengenai titik akupuntur. Ini bisa jadi pertanda."

"Maksudnya?"

"Ambilkan aku defibrillator. Cepat!" sergah si dokter, tiba-tiba saja mulai menekan dada jenazah Kaizo dengan keras berulang-ulang, seakan ingin mengejutkan jantungnya. Si asisten keheranan.

"Dokter, ini kamar mayat, mana ada di sini defibrillator," jawabnya. Dokter Jaffa mulai tak sabar.

"Ish! Ambilkan sajalah! Seret saja dari ruang penyediaan yang dekat sini!" ujar Dokter Jaffa, kesal. Si asisten langsung gelagapan dibentak sama dokter tua itu dan buru-buru lari ke ruang yang dituju.

Dokter Jaffa lalu menghentikan tekanannya dan menaruh telinganya di dada si mayat. Dokter Jaffa adalah spesies alien yang memiliki pendengaran luar biasa, karena itu si dokter lebih senang berinteraksi dengan mayat daripada pasien hidup yang sangat berisik dan menyakiti telinganya. Dengan penuh perhatian, sang dokter mendengarkan apa yang ada di dalam dada Kaizo dan suara itu hampir tak terdengar, tapi ia bisa mendengarnya. Siapapun yang melakukan ini, entah ia ingin memalsukan kematiannya atau menyelamatkan dan mengawetkan tubuhnya. Yang manapun, ini bisa berbahaya. Bisa jadi si pelaku bermaksud tak baik dengan jenazah ini. Ada ratusan cara untuk memanfaatkan tubuh mati seseorang, apalagi sekelas kapten macam Kaizo.

Dokter Jaffa membelalakan matanya. Mungkinkah Komandan Minto yang melakukannya? Alien itu bersenjatakan jarum-jarum panjang dan ia juga diutus untuk evakuasi jenazah Vargoba dan Kaizo. Jika Komandan Minto berbuat demikian pada Kaizo, itu berarti rumor tersebut benar adanya. Komandan Minto akan-

Tiba-tiba pintu terbuka dengan keras. Beberapa prajurit berbadan besar-besar masuk memegang senjata laras panjang. Mereka memakai emblem bawahan Komandan Minto. Dokter Jaffa terperanjat melihat kumpulan prajurit militer seperti hendak memburu orang, si dokter tua hampir saja terkena serangan jantung.

"Apa-apaan ini? Apa kalian punya wewenang untuk menerobos masuk?" hardik si dokter tua, tapi tak digubris. Seorang kepala prajurit berpostur besar seperti raksasa dengan wajah penuh bekas luka maju dan berhadapan dengan Dokter Jaffa. Dengan suara berat dan nada tak mau dibantah, ia berkata.

"Dokter, kami ingin berbicara dengan Anda..."

.

.

3 TAHUN KEMUDIAN

.

.

Markas Baru TAPOPS, Sektor Delta-Omega 3-4-9

Fang sudah berumur 17 tahun namun rasanya umurnya sudah seperti seabad karena pengetahuan yang memberatkan hatinya. Kaizo, kakaknya yang mati 3 tahun yang lalu di planet asing karena racun Perak Meredithia ternyata dibunuh oleh Komandan Minto. Ia pikir ia tak perlu berduka lagi, ia sudah membakar jenazah kakaknya dan menyebar abunya di angkasa. Ia sudah mengucapkan selamat tinggal. Ia sudah siap untuk melupakan. Tapi ternyata masa lalu dapat kembali lagi.

Awalnya sifat Kaizo yang penuh curiga dan benci mempercayai orang lain itu Fang anggap berlebihan, tapi ternyata Fang merasakan sendiri saat kesatuan militer yang ia kira bisa dipercayai ternyata menyembunyikan kebusukan. Mengapa sudah tiga tahun semenjak ia menyebar abu kakaknya ke angkasa ia baru tahu ada yang membunuhnya hari itu? Jika saja Komandan Minto adalah orang yang jujur, Kaizo pasti masih berjalan diantara kehidupan.

Fang menutup matanya. Ia mencoba menyelami lagi perasaannya.

Terkadang ia bingung mengapa ia begitu terpukul mengenai kematian abangnya. Kaizo tak pernah memperlakukannya dengan baik, kecuali saat perpisahan terakhir mereka sebelum Fang meninggalkannya di planet asing sendirian. Kaizo selalu melemparkan kata-kata tidak enak padanya dan memperlakukannya seolah-olah Fang adalah orang asing. Dusta jika mengatakan Fang itu tidak merasa marah dan sedih pada semua perlakuan kejam Kaizo, namun tampaknya amarah dan kesedihannya tak cukup besar sampai membuatnya membencinya. Fang tak tahu apa penyebabnya ia selalu mencari-cari alasan atas perlakuan Kaizo padanya, seakan-akan ia tak pernah putus harapan. Mungkin juga itu berarti Fang adalah masokis sejati, tapi Fang pikir itu karena ia tak begitu pandai membenci seseorang. Ia tak memiliki tekad sekuat itu untuk membenci orang yang dahulu sering menimangnya dan menyayanginya. Ia memang selalu marah atas perlakuan kejam Kaizo tapi pada akhirnya ia memaafkannya juga meski Kaizo tak pernah memintanya.

Mungkin Fang adalah orang yang begitu mudah diperdayai dan ditindas, namun ia pikir jika ia terlalu fokus pada rasa sakit dalam dirinya, ia akan melupakan rasa sakit orang lain. Jika seseorang terlalu fokus pada diri sendiri, ia akan buta melihat sekelilingnya. Maka Fang mulai membuka mata dan melihat Kaizo dalam sisi yang berbeda, bukan sang monster yang selalu membuatnya takut dan marah. Fang melihat banyaknya luka pada kakaknya, ia melihat Kaizo lebih menderita daripadanya karena itu Kaizo jadi mudah menyebarkan rasa sakit juga. Orang yang dikuasai oleh kebencian dalam hatinya akan menyebar kebencian juga.

Fang mengerti kalau Kaizo lebih banyak mengeluarkan darah daripada Fang meski ia tidak bersuara. Sayangnya Kaizo berbeda dengan Fang―Fang memiliki teman-temannya untuk mengobati rasa sakitnya sementara Kaizo hanya sendirian karena tak mempercayai orang lain. Kegelapan yang menelan kakaknya terasa begitu dingin karena Kaizo tak mengizinkan siapapun mendekat padanya, bahkan Fang sekalipun. Fang selalu merasa dadanya terhimpit dengan haru-biru jika ia menyadari kalau bahkan ia sendiripun tak bisa menyelamatkan Kaizo dari kegelapan hatinya. Cakar-cakar hitam itu sudah dengan erat mencengkram Kaizo dan Fang terlalu lemah untuk membebaskan belenggunya.

Fang menghela nafas. Ia genggam erat jam kuasa manipulasi energi milik Kaizo. Dari rekaman dalam jam inilah ia bisa tahu peringatan kakaknya untuk menjauhi Komandan Minto. Kaizo sadar kalau Fang menyimpan banyak amarah dan kesedihan atas perlakuan Kaizo selama bertahun-tahun, karena itulah Kaizo sangat yakin jika Fang tahu penyebab kematiannya karena dibunuh, Fang takkan balas dendam. Hal yang menurut Kaizo lebih baik, karena ia tak mau Fang celaka. Ia selalu berusaha menjaga jarak pada adiknya, baik fisik maupun emosional karena ia takut pembalasan musuh-musuhnya jika mereka sadar kalau Kaizo punya adik. Musuh Kaizo sangat banyak dan kuat, Kaizo tak bisa membiarkan keluarga terakhirnya jatuh ke tangan mereka. Mereka tahu mereka tak bisa menang bertarung melawan Kaizo, maka mereka pasti akan melampiaskan amarah mereka pada Fang. Mereka akan memperlakukan Fang dengan cara yang sangat kejam, bahkan bisa menjualnya ke rumah prostitusi. Hal yang paling memalukan sekaligus menyiksa psikologis seseorang adalah melalui pelecehan seksual.

Kaizo sadar apa yang ia lakukan kepada adiknya. Memang bukan maksudnya dilihat sebagai seorang kakak lagi oleh Fang. Kaizo memang takkan meminta maaf pada adiknya dan ia juga tak berniat berbaik-baik seperti dulu lagi. Ia bisa melihat sorot mata Fang padanya menyorotkan kemarahan dan kesedihan bercampur takut. Karenanya Kaizo yakin Fang takkan membalaskan dendam pada Komandan Minto. Mereka bukan saudara lagi sekarang.

Tapi Kaizo menyepelekan betapa besarnya harapan Fang padanya. Kaizo tak cukup keras untuk menumpas sifat Fang yang terus percaya Kaizo yang lama hanya sedang tersesat dalam kabut dan akan segera berpulang kepada adiknya. Kaizo lupa kalau Fang memiliki teman-temannya yang merubah dirinya dan menjaganya dari kegelapan dan eksistensi penuh kebencian. Kaizo lupa kalau tidak semua orang memiliki jiwa yang penuh amarah dan dendam sepertinya dan Kaizo lupa kalau Fang tidak seperti dirinya yang mengucilkan semua orang. Keberadaan Boboiboy telah merubah Fang menjadi lebih baik dan mengajarkan Fang agar tidak terpaku pada rasa sakit dalam dirinya, mencoba peduli pada rasa sakit orang lain. Membuat Fang juga mengulurkan tangannya, ingin meraih Kaizo meski tak tahu caranya. Fang telah memaafkan dan bersedia menerima Kaizo dari dahulu, tapi Kaizo tak pernah membalas uluran tangannya. Rumah bagi Kaizo telah musnah, mereka bukan keluarga lagi. Fang terus memungut sisa-sisa dari masa lalu mereka dan mencoba menyusunnya lagi, tapi Kaizo selalu menghancurkannya.

Fang menatap lagi jam kuasa Kaizo ditangannya. Seakan-akan jam kuasa ini adalah jemari Kaizo yang tengah menggenggam tangannya. Apapun itu, yang terpenting adalah Fang tahu bagaimana perasaan sang kakak sebelum kematiannya. Membuat Fang merasakan kembali amarahnya pada Komandan Minto. Ia berjanji akan meruntuhkan langit pada Komandan Minto karena telah merenggut kakaknya darinya.

.

.

Markas Baru TAPOPS, pukul 06.10 pagi

"Pagi, Boboiboy, pagi Gopal!" seru Yaya dan Ying pada dua remaja berusia 17 tahun yang tengah berjalan di lorong menuju kendali utama.

"Pagi Yaya, Ying!" balas Boboiboy dan Gopal. Mereka berempat berjalan beriringan.

"Eh, tumben jam segini sudah bangun," kata Ying.

"Alaah itu 'kan dulu sewaktu kita masih jadi kadet dan belum terbiasa," kata Boboiboy sambil melemparkan senyum lebar. "Omong-omong sudah tiga tahun ya kita bersama di TAPOPS."

"Iya, tak terasa. Ada saja misi yang menyita perhatian kita sampai kita tak sadar," tambah Yaya.

"Gopal juga tak terlalu sering merengek ketakutan lagi," timpal Ying menggoda temannya. Gopal menatap gadis berkacamata itu dengan bersungut-sungut.

"Hey, lama-lama aku juga jadi terbiasa sama situasi begitu! Tapi tetap saja ada banyak alien yang seram," kata Gopal, merinding.

Mereka akhirnya sampai pada sebuah pintu besi yang besar dengan beberapa tombol dan sebuah layar sentuh besar. Masing-masing dari mereka memindai sidik jari pada alat pemindai yang terpasang pada sisi kanan pintu otomatis itu. Setelah pintu besinya terbuka, ada sebuah elevator besar yang akan membawa mereka ke ruang kendali utama. Disanalah biasanya Koko Ci dan Laksamana Tarung berada untuk mengawasi jalannya misi dan lainnya.

Boboiboy menekan tombol naik dan memasukkan kata sandi untuk menghentikan elevator di ruang kontrol. Elevator itu mulai bergerak Sambil berbincang-bincang, mereka menunggu elevator berhenti―elevator ini akan mengambil jalan secara acak sambil memindai siapa saja penumpang yang berada di dalam. Jika memang tak dikenal oleh sistem keanggotaan, maka elevator ini akan otomatis tak pernah berhenti dan mengurung si penyusup. Sistem keamanan di markas baru TAPOPS memang sudah jauh lebih baik daripada di markas lama. Selain itu, markas baru TAPOPS juga bukan tempat laundri lagi, tapi sebagai pelabuhan pesawat angkasa yang ingin mengisi bahan bakar, perbaikan badan pesawat serta mengisi perbekalan makanan dan minuman. Jauh lebih sibuk daripada tempat laundri, tapi jadi lebih ramai dan lebih banyak mendapatkan informasi dari para alien di luar sana. Markasnya juga jadi lebih besar dan jauh lebih banyak personelnya, semua peningkatan ini bisa dibangun akibat banyaknya harta rampasan Vargoba yang mereka sita dahulu, memperkaya pundi-pundi uang kas TAPOPS. Harta itu benar-benar banyak sekali, jadi mempermudah kinerja TAPOPS dalam hal operasional.

Elevator yang membawa Boboiboy dan teman-temannya akhirnya berhenti sambil mengucapkan 'semoga hari Anda menyenangkan!' pada mikrofon. Sebenarnya itu hanya suara sistem saja, Koko Ci merekam suaranya sendiri. Boboiboy dan teman-temannya saat pertama kali mendengar suara rekaman itu langsung terkejut karena dikira ada Koko Ci diantara mereka. Saat sadar kalau itu hanya rekaman, mereka hanya tertawa geli.

Boboiboy, Gopal, Yaya dan Ying memasuki sebuah lorong pendek. Di ujung lorong ada pintu besi besar lagi. Disana mereka harus kembali memindai sidik jari dan retina mereka―sebenarnya itu bukan hanya alat pemindai sidik jari dan retina saja, tapi facial recognition atau pengenal wajah juga. Alat pengenal wajah ini adalah fitur tersembunyi kalau-kalau ada yang berusaha membobol alat pemindai retina dan sidik jari. Seperti yang sudah disebutkan, markas baru TAPOPS sudah banyak diperbaharui sistem keamanannya.

Boboiboy dan teman-temannya akhirnya memasuki ruang kendali utama. Ruangan itu juga lebih luas dan apik daripada yang lama. Ada sebuah layar raksasa yang tingginya melebihi Laksamana Tarung dan panjangnya sekitar 3 meter di tengah ruangan, layar utama raksasa itu diapit oleh lima layar berukuran sedang di sebelah kiri dan delapan layar agak kecil di sebelah kanan untuk para asisten komandan. Berapa kalipun Boboiboy melangkah masuk ke dalam ruangan ini tetap saja ia merasa takjub melihat banyaknya fitur canggih.

"Selamat pagi, Laksamana Tarung! Selamat pagi Komandan Koko Ci! Kami menghadap!" sapa Boboiboy dan teman-temannya, serempak sambil memberikan hormat. Laksamana Tarung yang sedang melihat layar utama berbalik menatap mereka diikuti Koko Ci.

"Selamat pagi. Hari ini kalian akan mendapatkan misi untuk mencari sfera kuasa yang berada di Dhaghar-Ya," kata Komandan Koko Ci, langsung pada poinnya.

"Kalian sudah sarapan?" tiba-tiba saja Laksamana Tarung mengganti topik sambil tersenyum lebar sekali. Keempat remaja berusia 17 tahun hanya saling pandang. Diam-diam Boboiboy melirik jam tangannya. Baru jam 06.38, belum pukul 7. Pantas saja.

"Ehehe, belum Laksamana. Nantilah kami sarapan," ujar Boboiboy diikuti anggukan kepala Yaya. Gopal yang hendak mengeluhkan perutnya yang kosong langsung mendapat tatapan tajam Ying. Seketika itu si remaja India langsung bungkam.

"Baiklah, silahkan lanjutkan Koko Ci," kata Laksamana Tarung. Koko Ci mengutak-atik tabletnya.

"Ah, sampai mana tadi? Oya, kalian mendapat misi di planet Dhaghar-Ya untuk mencari sfera kuasa," lanjut Koko Ci.

"Dhaghar-Ya? Bukannya kita sudah pernah kesana bukan?" tanya Gopal sambil menoleh kearah Boboiboy. Boboiboy hanya menggaruk kepalanya.

"Yang mana ya?" tanya Boboiboy, penyakit lupanya kumat. Gopal menepuk dahi.

"Itu planet tempat kita menangkap Katakululu! Kita ada misi sama Fang mengantarkan bungkusan dobi. Kita pertama kali ketemu Laksamana Tarung disana," ujar Gopal rada gemas dengan kepikunan Boboiboy. Boboiboy langsung ingat.

"Oooh itu! Ehehe maaf aku lupa," kata si topi jingga sambil nyengir lebar. Yaya dan Ying hanya tersenyum geli. "Jadi kenapa kita kembali kesana, Komandan?" tanya Boboiboy pada Koko Ci.

"Kalian ingat bukan bagaimana keadaan planet itu? Penuh dengan tumbuhan dan makhluk mati. Planet itu semakin sekarat sekarang daripada saat kalian mengunjunginya dahulu. Dicurigai ada sfera kuasa bocor yang membuat planet kecil itu mati. Kalian selidiki mengenai hal ini," terang Koko Ci. Yaya dan Ying berpandangan.

"Tapi sfera kuasa apa yang bisa membuat satu planet sekarat? Pasti sangat kuat kekuatannya," gumam Ying. Boboiboy merenungkan perkataan Ying.

"Betul juga Komandan. Kira-kira sfera kuasa seperti apa?" tanya Boboiboy. Yaya menjentikkan jarinya.

"Mungkin ukurannya besar sekali seperti sfera kuasa Stealthbot yang pernah kita curi dari kapal Vargoba dulu. Saat kita ada misi penyamaran menjadi pencuci pesawat," terka Yaya.

"Kalian berangkatlah hari ini," kata Laksamana Tarung, masih dalam mode sabar dan santun karena belum jam 7. "Kita tak ada guna kalau hanya bersangka dan mengira mengenai sfera kuasa itu. Kalian selidiki dahulu dimana keberadaannya. Sebenarnya aku khawatir sfera kuasa ini berbahaya, bisa jadi sudah rusak dan tak bisa mengendalikan kekuatannya, makanya kekuatannya menyebar ke seluruh penjuru Dhaghar-Ya. Yang manapun, tugas kalian hanya menyelidiki dan laporkan, jangan utak-atik sfera kuasa itu."

"Baik Laksamana!"

.

.

Markas Baru TAPOPS, Hanger Pesawat

Sai dan Shielda tengah berjalan menyusuri hanger pesawat yang sangat luas ini, tiga kali lebih luas daripada hanger di markas lama TAPOPS. Hilir mudik teknisi dan personel tampak ramai kesana-kemari mempersiapkan beberapa pesawat. Markas ini memang masih sangat baru, mereka baru saja mengoperasikan markas dan transfer sistem hampir setahun yang lalu, jadi meski sepenuhnya sudah beres masih ada beberapa hal yang mengganjal. Sai ingat selama dua tahun anggota TAPOPS beroperasi di Markas Tempur-A selagi menunggu markas baru TAPOPS selesai dibangun. Sai dan Shielda tak keberatan, meski mereka terkadang bentrok dengan para prajurit Tempur-A. Mereka berdua termasuk kuat―Sai dan Shielda dijuluki 'Deadly Duo' ―jadi ada saja yang berani menantang mereka duel untuk mengetes kemampuan. Setelah markas baru TAPOPS selesai dibangun, para anggota TAPOPS langsung hijrah kesana, atas perintah Laksamana Tarung. Tak nyaman berada di tempat asing berlama-lama.

Pagi ini, Fang, Sai dan Shielda juga menerima misi, tapi misi mereka berbeda dengan misi yang diberikan kepada Boboiboy dan rekan-rekannya. Selesai arahan dari Koko Ci dan Tarung, Fang duluan ke hanger pesawat untuk memeriksa pesawat mereka sementara Sai dan Shielda bersiap-siap. Selesai bersiap, mereka berjalan menuju hanger pesawat. Mata Sai dan Shielda menyapu sekeliling mereka yang agak ramai dan luas ini, berusaha mencari figur yang harus mereka temui. Mereka melihat Fang tak jauh dari tempat mereka dan menghampirinya.

Karena mereka sudah bertahun-tahun bersama, maka Sai dan Shielda langsung merasa ada yang tidak beres dengan Fang. Tiga tahun berlalu membuat Fang agak tinggi sekarang, meski tak setinggi Sai dan Shielda, dan pagi ini postur tubuh Fang tampak lelah. Wajahnya pucat dan matanya menghitam. Sai dan Shielda berpandangan bertukar kata tanpa suara. Ini pertanda tak bagus.

"Ada kesulitan?" tegur Sai saat mencapai posisi Fang. Shielda mengamati dengan tatapan penuh selidik. Fang menoleh sekilas dan matanya kembali terpaku pada tablet di tangannya.

"Tak ada masalah apa-apa, kita siap berangkat. 10 menit lagi check-up selesai," jawab Fang masih berkutat membaca tabletnya. Sai mengambil tablet itu dari tangan Fang. Fang menengadahkan wajahnya dan melihat wajah Sai tampak tidak puas.

"Kantung matamu semakin hitam, kau tampak lelah dan ekspresimu aneh. Ada apa Fang?" tanya Sai. "Aku tak berhak ikut campur dengan urusan pribadimu, tapi kalau kau begini terus hanya akan membahayakan kita semua saat menjalankan misi," tambah Sai lagi. Fang menghela nafas.

"Aku tidak akan menggagalkan misi ini dan membahayakan keberlangsungan misi kita," kata Fang dengan suara letih tak ingin berdebat.

"Kami tak bisa ambil resiko gagal saat kau dalam kondisi seperti ini," kata Shielda. "Lebih baik kau beristirahat. Aku dan Sai akan berbicara pada Koko Ci untuk penggantimu."

"Aku bilang aku baik-baik saja. Aku siap berangkat," bantah Fang.

"Tidak Fang. Dengar, tak usah memaksakan diri. Istirahatlah," ujar Shielda dengan nada lebih lunak. Fang tampak tidak puas. Ia hendak berkata kalau dialah pemimpin tim mereka maka keputusan ada di tangannya, tapi sebelum Fang bersuara, Sai keburu memotong.

"Kalau kau mau bermain jabatan dengan kami, itu tidak akan berhasil," ujar Sai sambil melipat tangannya. Shielda hanya tersenyum simpul. Fang menghela nafas.

"Apalah punya anak buah suka membantah," gerutu Fang. Sai dan Shielda mengulum senyum mereka.

"Kembalilah. Biar kami urus sisanya," kata Shielda. Fang mengangguk ragu-ragu.

"Kalau ada apa-apa, beritahu aku," tukas Fang. Sai menghembuskan nafas.

"Iya, iya. Sudah sana pergi!" usir si topi perisai.

.

.

Fang sedang berada di dalam kamar rumah sakit TAPOPS. Komandan Koko Ci saat dikabari Shielda mengenai kondisi Fang langsung mengiyakan dan memberikan cuti padanya. Koko Ci juga menyuruhnya memeriksakan diri ke bagian kesehatan, sang komandan hijau pasti juga menunggu laporan mengenai keadaan Fang dari pihak medis dan Fang hanya bisa menurut. Dokter mengatakan kalau ia hanya kelelahan dan kekurangan suplemen, badannya juga sedikit demam. Fang anggap itu hanya cara dokter menyatakan kalau ia hanya perlu lebih banyak tidur dan lebih banyak makan.

Fang berbaring menatap langit-langit. Bagian pertama rencananya berhasil. Boboiboy, Yaya, Ying dan Gopal sudah berangkat ke Dhaghar-Ya sekitar satu jam yang lalu meninggalkan TAPOPS, entah kapan mereka bisa pulang. Sai dan Shielda juga sudah berangkat dengan pengganti Fang ke planet Chakurei untuk mencari sfera kuasa dan takkan kembali untuk beberapa hari. Fang hanya sendirian disini dan itulah yang ia mau. Ia hanya tidak ingin melibatkan semua kawan-kawannya saat ia menjalankan rencana berbahayanya. Meski mereka semua kawan baik Fang, tapi mereka bukan keluarga. Mereka tak ada urusan apapun dengan kematian kakaknya. Mereka tak boleh terlibat.

Fang benci berdusta dan menyembunyikan sesuatu diam-diam.

Rasa bersalah itu ia tepis jauh-jauh demi keselamatan teman-temannya juga. Fang berencana akan bergerak malam ini dan menerobos ke sistem TAPOPS untuk menyelidiki seerat apa hubungan TAPOPS dengan Kesatuan Militer Antariksa. Apakah Koko Ci dan Tarung tahu kalau Kaizo dibunuh? Apakah mereka malah justru sengaja menyembunyikannya? Geram Fang dalam hati. Yang pasti, Fang harus tenang saat menjalankan rencana sensitif ini. Ia tak pernah membobol sistem dan mengaduk-aduk arsip, tapi ia yakin ia bisa melakukannya karena ia kenal seluk-beluk TAPOPS daripada kawan-kawannya. Ia akan mengumpulkan bukti di TAPOPS, lalu ia akan pergi menyusup ke Kesatuan Militer Antariksa tempat Komandan Minto beroperasi.

Saat menyusup ke Kesatuan Militer Antariksa, Fang harus pandai menyamar. Ia sudah mempersiapkan semuanya. Jam kuasa Kaizo juga ia bawa, takut jika ia meninggalkannya disini seseorang akan mengambilnya. Fang sudah berlatih menggunakan jam kuasa Kaizo, meski tenaga yang ia keluarkan tidak sebesar dan sekuat kakaknya, tapi ia sudah cukup mahir memanipulasi energinya menjadi perisai energi. Manipulasi energi hampir mirip dengan kuasa bayangnya, hanya lebih berat.

Fang juga baru tahu kalau kakaknya sudah memiliki empat fase perubahan di jam kuasanya, menunjukkan betapa lihainya Kaizo menggunakan jam kuasa ini. Fase pertama adalah energi biru yang biasa Fang lihat, fase kedua adalah energi jingga atau topeng jingga yang pernah Fang saksikan saat melawan Jugglenaut di sirkus kegelapan. Fase ketiga adalah fase perunggu atau topeng hitam-perunggu dan fase yang terakhir adalah fase perak atau topeng perak. Fang tak tahu ada berapa fase jam kuasa ini, tapi Fang yakin jika saja Kaizo masih hidup, ia pasti sudah menemukan fase lain atau memperkuat fase peraknya.

Berpikir mengenai Kaizo, Fang hampir bisa mendengar amarah kakaknya jika ia tahu Fang berencana membobol TAPOPS dan Kesatuan Militer Antariksa, dua badan yang sangat kuat di jagat raya ini. Itu sama saja bunuh diri, terlebih lagi Fang hanya seorang diri saja melawan mereka semua. Kaizo pasti membentaknya lalu mengatakan betapa bodohnya ia dan menyuruhnya segera menghentikan rencana berbahayanya. Fang pasti langsung bungkam dan menurut karena sedari dahulu Kaizo memiliki kuasa mutlak atas diri Fang. Kaizo bukanlah saudaranya, Kaizo lebih tepat disebut sebagai pemilik Fang. Terkadang Fang tidak mengerti mengapa ia membiarkan saja Kaizo sesuka hati mengatur hidup Fang tanpa perlawanan darinya... ia pikir jika Kaizo masih hidup, hanya dengan berkata 'tidak' saja sudah membuat Fang berhenti melakukan apapun.

Tapi Kaizo sudah mati dan ia tak berada disini untuk menghentikan Fang. Boboiboy, Yaya, Ying dan Gopal tak ada disini untuk menghalangi rencana Fang. Sai dan Shielda juga tidak ada untuk memcegah tindakan Fang. Fang bebas melakukan apapun sekarang.

Pembalasan dendam sudah dimulai. Akan aku balas Komandan Minto dan Kesatuan Militer Antariksa yang sudah melindunginya meskipun aku akan mati saat melakukannya, tekad Fang. Nyawa hanya bisa dibayar nyawa, sudah saatnya Komandan Minto membayar hutangnya.

Fang menunggu malam tiba. Malam yang akan menjadi penentu segalanya.

.

Bersambung

.

A/N

Rangkuman Ch. 1: Tiga tahun lalu saat jenazah Kaizo diautopsi terjadi keanehan. Boboiboy dan rekan-rekannya mendapatkan misi. Fang berencana membobol sistem arsip TAPOPS dan menyusup ke Kesatuan Militer Angkasa sendirian.

Semua keanehan dan pertanyaan akan terjawab. Saya berencana bikin ini sekuel lebih epic dan rumit serta mengarah ke crime/investigasi daripada Children of the Kindly West. Endingnya bakalan jadi bittersweet lagi, jadi rada happy ending, rada sedih sama ambigu juga.

Oh ya, omong-omong... SAYA BARU TAU MONSTA KELUARIN FOTO KAIFANG LAGI LIBURAN DI PANTAI! KAIZO LAGI SENYUM2 GAJE, FANG JUGA! KYAAAA~ - telatbanget

Eh saya gak main instagram dan saya juga gak follow fb dan twitternya BBB official jadi baru tau...

Oke, ada yang mau disampaikan? Feedback/saran? Tanggapan? Silahkan review!