Greeting Dear Reader, Karias membawakan Fic baru dari Naruto-san. Semoga para Reader-san memberikan kritik dan saran jikalau fic ini masih kurang memuaskan di hati para Reader-san
Minato : Author-san!
Karias : Hai! Minato-san!
Minato : Author-san!

Karias : Minato-san!

Naruto & Kushina: Berisik !

# # # # # # # # # # # # #

"Apa! Kau menyuruhku untuk menjadi ayah dari ayahku sendiri!"

Teriak Naruto tak percaya atas apa yang dikatakan sang jijinya. Naruto sangat tidak akan menduga hal seperti ini akan terjadi kepadanya. Sudah terdampar di masa yang seharusnya ia tidak ada bermasalah, kini ia diberikan tambahan masalah lagi. Ya, seorang Uzumaki Naruto terdampar di zaman dimana ayahnya memulai karirnya menjadi seorang shinobi. Bagaimana bisa Naruto terdampar di era itu? Seperti biasa shinobi nomor satu di konoha ini sedang asyik – asyiknya menggeledah peninggalan Yondaime dan tak sengaja menemukan sebuah gulungan fuinjutsu yang memiliki lambang merah agar tidak dibuka. Namun bukan namanya Naruto jika ia tidak membuka gulungan itu, seketika itu juga muncul lubang hitam yang menarik Naruto kedalamnya. Yang Naruto tahu ia berada di tengah hutan belantara yang mirip sekali dengan hutan di desanya. Tak mau ambil pusing Naruto bergegas menuju gerbang desa, melewati penjaga gerbang tanpa sepengetahuan mereka dan melesat melihat patung wajah hokage. Naruto terdiam sejenak saat ia melihat patung wajah yang terpampang di depannya, hanya ada tiga wajah. Seperti seseorang telah membuang air dingin ke arahnya, Naruto menatap terus menatap sebelum akhirnya pergi menuju kantor hokage dan betatap muka langsung dengan kakeknya tercinta, Hokage ke tiga Sarutobi Hiruzen. Begitulah situasi yang Naruto gambarkan saat ia terlempar ke dunia ini kepada Hiruzen, yang dibalas dengan anggukan perlahan.

"Lalu apa yang harus aku katakan pada rapat desa nanti, tidak mungkinkan aku mengatakan yang sesungguhnya. Lagi pula kau sudah dapat bertanggung jawab untuk apa yang kau lakukan jika kau benar – benar anak dari Minato. Mungkin aku akan menjadikanmu sebagai penerusku, Yondaime"

Balas Sandaime enteng untuk pertama kalinya sejak pertemuan serius mereka. Naruto sangat kaget mendengar apa yang dikatakan sang kakek yang tak pernah ia miliki.

"Tapi kau masih belum tua, belum lagi aku ini masih terlalu muda untuk menjadi ayah. Dan itu bukanlah hal yang bagus"

Naruto mengelak semua pernyataan yang dilemparkan kepadanya.

"Oh.. itu hal yang bagus menurutku, Minato sangat mengharapkan keluarga. Dan kau satu – satunya orang yang memiliki karakteristik fisik yang hampir sama dengannya"

Sang hokage tak mau kalah dalam adu mulut ini. Naruto ingin sekali membalas tapi ia tidak bisa menemukan suaranya. Berhenti sejenak dalam perang mulut melawan Sang Profesor, Naruto memilih untuk bertemu sang teman yang berada di perutnya ini.

"Bagaimana menurutmu Kurama apa tidak apa- apa bagiku untuk ada di sini?"

"Jujur saja Gaki, keberadaanmu di sini telah mengubah arus waktu menuju masa depan. Kemungkinan yang terburuk adalah kau dan aku tidak bisa kembali ke masa kita. Dan kita akan berada di masa ini untuk selama kau hidup"

Kurama mendramatisir keadaan yang terjadi padanya dan Naruto. Naruto untuk kedua kalinya tidak dapat menemukan kalimat yang tepat untuk berbicara. Ia hanya bisa berfikir, bagaimana cara agar ia dan si fluffy ball dapat hidup di jaman yang serba peperangan ini.

"Ne...Kurama apa ini memang takdir kita untuk dilempar ke masa lalu"

Naruto baru menyadari nasib na'as yang terjadi kepadanya. Kurama mendengus kesal saat melihat Naruto baru manyadari situasinya saat ini.

"Yang aku tahu Kau bisa menyelamatkan semua orang yang seharusnya tidak mati di masa kita. Dan mungkin saja dewi keberuntunganmu memberikan kesempatan untukmu, Naruto untuk lebih mengenali orang tua mu. Walaupun aku tidak mengira kau sendiri yang menjadi ayah dari ayahmu sendiri. Memikirkannya saja membuatku ingin tertawa terbahak – bahak"

Suara tawa Kurama menggema di mindscape Naruto.

"Kau sepertinya senang sekali melihatku menderita seperti ini"

Giliran Naruto yang sekarang mendengus sebal mendengar tawaan Kurama yang tidak kunjung berhenti.

"Oy.. Naruto jangan kau lupakan si Kakek tua dihadapanmu itu"

Naruto tertarik keluar dari mindscapenya menatap langsung wajah Sandaime yang mulai keriput.

"Akhirnya kau kembali kepada dunia, kukira kau kena serangan jantung. Lagi pula cepat pergi dari sini dan temui putramu yang lama sekali mengharapkanmu"

Sandaime mengusir Naruto dari tempat kerjanya yang 'tercinta'.

"Hei!.. tunggu! Sejak kapan aku setuju dengan hal ini!"

"Cepat atau lambat kau akan dikenal oleh semua orang di desa ini. Cepat pergi ke ninja akademi kalau tidak salah, sekarang para wali murid harus datang ke akademi untuk menyaksikan bakat yang dimiliki anak mereka. Kau tidak ingin melewatkan ini bukan? Dan lagi pula sekarang kau adalah ninja di Konohagakure yang diperintah langsung oleh Hokage, jadi turuti apa yang baru saja aku katakan kepadamu"

Hiruzen dengan tenang memberikan perintah kepada Naruto. Naruto mendesis bahwa ia sedang diperintah sekarang.

"Hokage yang baik adalah seorang yang mampu untuk menerima tantangan yang diberikan kepadanya bukankah begitu Naruto?"

Sandaime melanjutkan perkataannya ynag sempat putus karena desisan Naruto. Senyum cerah muncul dimukanya. Ia tidak pernah merasa takut atas tantangan yang diberikan kepadanya, malah ia merasa sangat bersemangat untuk menjalankan tantangan.

"Duh, pasti. Percayalah Jiji walaupun kau tak pernah mendengarkan ini, tapi aku akan mengatakannya lagi bahwa aku akan merebut topi itu darimu lagi"

"Sebelum itu kita harus mengganti nama margamu dan tentu kau tidak akan mengambil Uzumaki"

Hokage menghentikan sejenak usaha Naruto yang main kabur saja.

"Namikaze. Naruto Namikaze cocok untukku dan Minato Namikaze sangat cocok untuk anakku"

Ucapan itu berakhir dengan kepulan asap pengguna shunsin. Sandaime hanya bisa menyenderkan kepalanya ke kursi dan mengharapkan bahwa masa yang Naruto katakan akan segera terjadi, tentunya yang baik.

# # # # # # # # # # # # #

Tidak sampai semenit Naruto meninggalkan gedung Hokage dan berjalan – jalan di pusat desa yang padat. Dilihatnya kesana – kemari bangunan yang berbeda di masanya, penduduk yang sepertinya tetap sama walau jaman telah berganti, ninja disana – sini menikmati waktu senggang mereka selagi tidak diberi misi keluar desa, dan lain – lain yang menarik pandangan Naruto. Tak terasa ia berada di depan gerbang akademi ninja membawa memori tentang masa kecilnya yang tidak terlalu bahagia menurutnya.

"Etto..boleh saya tanya? Dimana tempat para wali murid sekarang ya?"

Tanya Naruto ke salah satu staff perempuan yang tak sengaja ia temui di koridor sekolah. Si perempuan tertegun melihat pria tampan berambut kuning secerah matahari dan mata bule saphire seindah langit bertanya kepadanya.

"I-i-itu di sebelah tangga yang akan naik keatas"

Tanpa berkata Naruto langsung meninggalkan perempuan yang telah terkapar di tempat. Suasana ramai berada tepat di belakang pintu yang masih memisahkan Naruto dengan ruangan tempat ayahnya belajar. Menarik napas yang dalam, Naruto akan mebuat dirinya menjadi seorang ayah mulai dari pintu ini dibuka.

"Gomen... saya terlambat, saya baru saja menyelesaikan misi. Mohon maaf"

Seketika itu seluruh pandangan menuju pada sumber suara, apa yang mereka lihat mengagetkan mereka. Seorang laki – laki dengan pangkat jounin berada di depan kelas yang mencengangkan bagi mereka adalah bentuk fisiknya yang menyerupai Minato. Semua mata beralih ke Minato, sang pemilik nama hanya bisa memandang kaget atau terkejut atau rindu.

"Anda.. siapa ya?"

Tanya guru pembimbing kelas.

"Tentu saja saya adalah salah satu wali murid dari kelas ini. Lebih tepatnya saya adalah ayah dari Minato Namikaze"

Pernyataan itu menggemparkan seisi ruangan. Pasalnya mereka tahu kalau Minato adalah anak panti asuhan yang tiba – tiba saja mendapatkan seorang ayah yang masih muda lagi. Minato tidak mendengarkan bisik – bisikan yang ada di sekelilingnya yang ia tahu ia mendapatkan salah satu keluarganya. Tetesan ait mata mulai berjatuhan dimata birunya yang sama seperti orang yang telah mengaku sebagai ayah dari dirinya. Minato berlari dengan cepat menuju ke depan kelas dan memeluk Naruto dengan erat . Ini pertama kalinya teman - teman Minato melihatnya menangis. Seberapa keraspun Minato mendapat cobaan, mereka tidak pernah melihatnya meneteskan air mata. Baru kali ini saja mereka melihat emosi sedih Minato keluar. Naruto yang mendapati dirinya diterjang oleh sang 'anak' jatuh terduduk . Ia mendengar isakan dari Minato yang memeluknya dengan erat berharap Naruto tidak meninggalkanya sendiri. Naruto membalas dengan pelukan dan usapan pelan. Semua orang yang melihat reuni ini ikut terhanyut suasana ada yang menangis, tersenyum, teriak – teriak dan berbagai ekspresi yang tidak dapat diungkapkan oleh kata – kata.

"Kau benar – benar ayahkukan? Siapa namamu? Siapa ibuku dan dimana ia sekarang? Apa kau tak menyayangiku? Mengapa kau tinggalkan aku sendirian?"

Beribu – ribu pertanyaan ingin Minato lontarkan sekaligus. Banyak pertanyaan yang ingin ia ketahui jawabannya. Mengapa baru sekarang ia menemui ayahnya. Naruto tidak enak diri melihat dirinya mendapatkan perhatian seluruh ruangan.

"Minato tenanglah aku akan menjelaskan semuanya saat kau menyelesaikan perkara kelas ini"

Bisik Naruto ditelinga Minato. Minato mendongakkan kepala, untuk pertama kalinya menatap mata biru yang sama dengannya dan warna beserta model rambut yang sama. Minato melihat janji di mata Naruto, berusaha berdiri. Naruto berdiri memberikan kesan clone.

"Sekali lagi maaf, telah merepotkan. Anda bisa melanjutkan kegiatan kelas"

Naruto mempersilahkan sang guru untuk mendapatkan perhatian yang semula tertuju kepadanya.

"Panggil saya Sentai Umino. Anda?"

"Naruto Namikaze"

Naruto beranjak kebelakang deretan meja tempat berkumpul para wali yang lain. Semua wali memberikan tempat bagi sang ayah.