Biker Billionaire #1 : A Wild Ride

Original Story by Jasinda Wilder

Cast : Park Chanyeol – Byun Baekhyun

Length Chaptered

Rated : M

Genre : Romance, smut, nc

A/N: Cerita ini remake dari novel karya Jasinda Wilder yang berjudul Biker Billionaire #1 : A Wild Ride. Novel Inggris bergenre romance erotic yang memiliki tiga series dan A Wild Ride ini series pertamanya. Untuk beberapa bagian ada yang di cut juga dialog ada yang saya ubah demi kenyambungan cerita karena novel ini adalah novel straight tetapi saya ubah jadi boy x boy. Semoga tidak mengecewakan!

Warning : BOY x BOY! MATURE CONTENT!

.

.

.

"Baek, aku minta maaf." Kata Sehun. "Itu hanya komentar bodoh."

Aku memutar mataku dan mendengus. "Terserah, Sehun. Kau mengatakan itu, dan kemudian apa? Okay, kau meminta maaf. Aku memaafkanmu. Tapi apa itu memperbaiki keadaan? Tidak. Jadi, tinggalkan aku sendiri. Antar aku pulang."

"Sayang, kumohon. Aku akan menjadi lebih baik, aku akan berubah."

"Yeah, aku mendengarnya juga minggu lalu." Aku memilih untuk memandang keluar jedela VW Golf milik Sehun, mengamati jalan-jalan pinggiran kota yang berkelip, terlihat basah oleh air hujan, dan suram.

Seperti hidupku.

"Jadi, kau ingin aku melakukan apa? Aku berkata akan berubah menjadi lebih baik, dan aku melakukannya. Apa itu tak cukup untukmu?"

Aku tidak ingin menjawab pertanyaan itu, memilih untuk diam dan memainkan cincin setengah karat di jariku. Sehun yang memakaikannya bulan lalu, empat minggu yang panjang, dan menyakitkan.

Yang mana kami lebih banyak bertengkar daripada berciuman, lebih sering berhubungan badan dengan penuh amarah daripada bercinta, lebih sering mengabaikan satu sama lain daripada pergi berkencan.

"Ayolah, sayang. Kumohon, bicaralah padaku." Sehun menaruh tangannya di kakiku, dan aku segera menyingkirkannya, menjauhkan kakiku.

"Apa lagi yang ingin dibicarakan? Kita telah berbicara berputar-putar, Sehun. Ya, kau benar. Kita bertengkar tentang sesuatu, dan aku memberitahukan masalahnya kemudian kau mengatasinya. Aku mengakuinya dan itu bagus. Masalahnya adalah, selalu ada saja masalah. Jika bukan karena satu hal, pasti yang lainnya."

"Setiap orang memiliki masalah, Baek," Sehun berbicara. "Pasangan kekasih juga memiliki masalah. Kita bisa mengatasinya."

Sekali lagi, aku tak ingin menjawabnya. Satu jawaban hanya akan membuat perdebatan lainnya, kemudian putus lagi. Kami telah putus sebanyak empat kali selama tiga tahun kita bersama. Terakhir kali adalah satu minggu sebelum Sehun melamarku.

Sehun melamar sebagai permintaan maaf, dan itu cukup romantis. Juga setelahnya menghasilkan sebuah seks yang spektakuler.

Spektakuler, maksudku dia untuk pertama kalinya memberikan oral padaku jadi aku merasakan orgasme, dan ia tak tidur setelah itu. Kita bahkan melakukan untuk kedua kalinya, tetapi tidak pernah melakukannya lagi selama berbulan-bulan.

Kembali pada penyebab pertengkaran kali ini. Kami baru saja pergi berkencan, di restoran favoritku. Memesan sebotol anggur yang tidak murah, membicarakan beberapa hal yang kemudian mengingatkanku akan alasan mengapa aku jatuh cinta pada Sehun.

Dia mempesona, terkadang bertingkah lucu, dan cukup panas. Sehun adalah tetangga sebelah apartement ku di pusat kota. Dan itu adalah bagaimana aku bertemu dengannya. Dia secara harifah tetangga sebelah yang cukup seksi.

Saat sibuk dengan percakapan tak tentu arah kami, aku membahas tentang diet terakhirku dan latihan fitness-ku. Kemudian dia memberikan komentar sarkatis yang bodoh tentang bagaimana fitness-nya "Benar-benar berhasil."

Itu adalah kalimat sarkatis karena dari caranya berbicara, ia secara tak langsung berkata bahwa aku hanya membuang-buang waktu untuk melakukan diet juga fitness yang tidak menghasilkan perubahan apapun pada diriku.

Setelahnya Sehun yang menyadari perubahan suasana di sekitar kami hanya memberi tanggapan, "Oh sayang, aku minta maaf. Maksudku kau terlihat lebih ramping dan bugar akhir-akhir ini."

Kemudian aku menampar Sehun dan keluar dari restoran.

Aku bukan hanya marah karena kalimat sarkatis Sehun, tetapi juga karena beberapa saat sebelumnya ia menatap wanita lain. Tentu saja itu merupakan penghinaan untukku, karena sama saja ia secara tidak langsung berkata bahwa tubuhku tidak lagi menarik.

Setelah berpikir selama bebarapa saat, ku rasa ini waktu yang tepat untuk benar-benar mengakhiri hubungan kami.

Ya, hubungan yang tak dapat di katakan sebagai hubungan karena kami lebih banyak bertengkar daripada mencintai.

"Ayo kita berpisah." Ucapku tanpa keraguan.

Sehun bahkan tak memberikan respon apapun. Jadi aku menarik cincin pemberiannya dan melemparkannya ke dashbor, kemudian keluar dari mobil di tengah guyuran hujan. Berlari saat lampu lalu lintas berganti hijau, membuat para pengendara mobil membunyikan klakson mereka.

Aku bisa mendengar Sehun berteriak dengan tenang dari dalam mobil, memintaku untuk kembali. Dan aku bersumpah jika Sehun adalah satu-satunya orang yang berteriak dengan tenang.

Memilih untuk tak menoleh, aku terus berlari menembus dinginnya hujan. Kemudian sesuatu menyentak di bawah kakiku dan membuatku limbung saat itu juga. Tersandung lalu jatuh ke tanah, menampar beton yang kasar dengan tanganku, membuat kemejaku robek.

Aku merintih dan terduduk di atas trotoar. Telapak tanganku robek, dan lututku berdarah.

Hujan menerpa kepalaku, tangan dan lutut bedenyut, juga pergelangan tanganku yang mulai terasa sakit.

Tak jauh dari tempatku terjatuh, aku melihat ponselku yang hancur berkeping-keping. Sial, itu bahkan belum satu tahun dan aku tak mengansurasikannya.

Kemudian aku mendengar sebuah mobil berhenti di sampingku, dengan jendela yang terbuka.

"Masuk." Itu Sehun. "Kau terluka dan basah. Aku tak tahu apa yang merasukimu Baek, kau akan terkena pneumia."

Aku berdiri, berharap Sehun membantuku. Tapi nyatanya? Tidak. Dia tetap duduk di dalam mobil.

Benar-benar manusia brengsek.

"Masuk, kursi mobilku basah!" Aku tertawa menggelengkan kepala mendengar ucapannya.

"Kau memang luar biasa, Sehun."

Aku memandang sepatuku, kemudian melepaskannya dan melemparkannya ke dalam genangan air. Membuat lumpur mengenai wajahku dan pakaianku.

Sembari menahan isakan, aku berjalan meninggalkan Sehun, memegang pergelangan tanganku yang berdenyut-denyut.

"Baekhyun! Jangan bodoh, cepat masuk!"

"Pergilah Oh Sehun, kita putus!"

"Sekarang hujan, kita lima mil dari rumah. Kau terluka dan berjalan ke arah yang salah, berpikirlah untuk sekali saja."

Sehun tidak memohon atau keluar dari mobilnya untuk menghampiriku. Ia hanya duduk di dalam VW Golf miliknya dan bicara padaku melalui celah jendela. Hanya celah, sehingga hujan tak bisa masuk merusak jok kulit mobilnya.

"Persetan Sehun, pergilah dan tinggalkan aku sendiri!"

"Kau tak perlu memakiku, Baek. Baik kalau begitu terserah maumu." Kemudian Sehun berlalu pergi, meninggalkanku di tengah hujan, terluka, lima mil jauhnya dari rumah.

Sialan.

Aku melangkah melewati genangan lumpur dengan telapak kakiku yang telanjang. Bercampur dengan lumpur, kotor dan basah.

Ketika Sehun sudah tak terlihat, aku membiarkan diriku menangis. Itu adalah tangisan panjang dan keras yang mengaburkan pandanganku.

Bahkan aku terus berjalan tanpa mempedulikan arah yang salah juga tak menyadari suara gemuruh Harley perlahan melewatiku. Dan aku memilih untuk tak peduli ketika sebuah Harley berhenti di pinggir jalan dan pengendaranya turun kemudian berdiri di sebelah motornya.

Dia bertubuh tinggi, padat, dan basah kuyup. Dia berbau kulit basah, bau yang tampaknya memiliki rasa tajam di ujung lidahku.

Badanku sedikit tehuyung, kemudian si pengendara Harley dengan sigap menangkap lenganku dan menahanku agar tetap berdiri.

Aku mendongak, tersentak saat sepasang mata hitam ke abu-abuan yang paling terang yang pernah ku lihat menembus ke arahku. Penuh simpati dan sesuatu yang sangat mirip dengan nafsu. Ini pasti bukan nafsu, atau setidaknya bukan karena aku.

Dia mengenakan jaket kulit seperti pengendara motor lainnya. Di tempeli dengan logo punk rock dan logo HOGS serta tengkorak, salib besi, serta semua hal yang biasa ada di jaket bikers pada umumnya.

Celana jeansnya yang ketat, berwarna hitam dan terlihat mahal, begitu juga sepatu boot nya. Paku di ujung jari depan boot nya, ikat pinggang dan kancing-kancing peraknya.

Dia memakai cincin di jarinya, logam tebal dengan lebih banyak salib dan tengkorak juga lambang-lambang band metal. Rambutnya yang tebal berwarna hitam, basah karena air hujan lalu menempel menutupi dahinya yang terlihat menawan.

Matanya, Demi Tuhan matanya nampak berkilauan dan berkilat. Memberi pengaruh yang tidak seharusnya bisa diberikan oleh mata pria manapun. Tangannya yang hangat pada kulit telanjangku, dan ia masih belum melepaskan, meskipun aku secara terang-terangan mengamati tubuhnya.

Dia juga memiliki tatto bertuliskan 'Loey' pada bagian samping jari tengahnya. Mungkin itu namanya atau singkatan organisasinya, entahlah. Tingginya lebih dari enam kaki, dadanya bidang seperti dinding bata, bahu dan lengan yang nampak sangat besar bahkan ketika tertutup oleh jaket kulitnya.

Dia memancarkan bahaya, testeron murni pria dominan. Kekuatan yang terkumpul dan kepercayaan diri yang luar biasa. Dan yang dia lakukan hanyalah berdiri di sana, memegangi lenganku.

"Apa kau baik-baik saja, cantik?"

Aku benci ketika seseorang memanggilku cantik. Walau parasku ini terlihat seperti wanita, bagaimanapun aku tetaplah lelaki dan aku tak suka jika seseorang memanggilku cantik bahkan Sehun sekalipun. Namun entah mengapa, mendengar lelaki asing ini memanggilku cantik, darahku berdesir hangat membuat detak jantungku bekerja lebih cepat.

Suaranya serak, rendah dan lembut di saat bersamaan. Yang entah mengapa terdengar seksi di telingaku.

"Apa aku terlihat baik-baik saja?"

"Kurasa kau tidak, kau nampak kesal... dan basah."

"Pengamatanmu sangat jeli."

Dia tetap memegang lenganku, seakan aku dalam bahaya dan akan terjatuh kapan saja. Aku mungkin akan terjatuh, sebenarnya. Apalagi jika ia tetap menatapku dengan padangan berapi-api seperti itu.

Dia membalas tatapanku, dan mencoba untuk tetap fokus pada tatapannya walaupun aku yakin itu membutuhkan usaha. Karena bagaimanapun aku mengenakan kemeja berwarna putih, yang sekarang nampak tembus pandang karena basah oleh air hujan.

Tubuhku jelas terpampang, tidak menyisakan imajinasi sedikitpun kecuali warna kulitku. Dan pria ini berusaha keras untuk tidak menatap ke arah tubuhku.

Well, aku menghargai usahanya.

"Apakah kau ingin tumpangan ke suatu tempat?" Dia bertanya, mengacungkan ibu jarinya ke arah sepeda motornya.

Aku menggunakan kesempatan itu untuk melepaskan pegangannya pada lenganku kemudian menarik diriku. Namun tangannya yang lain masih memegang lengan kananku, erat tapi lembut dan tak mau lepas. Jadi aku berhenti menarik diriku dan berdiri di hadapannya.

Seharusnya aku meminta ia untuk melepaskan tanganku, tapi aku tidak. Lalu aku bertanya-tanya, apa yang akan dia lakukan jika aku memintanya.

"Tolong lepaskan lenganku." Kataku. Dia segera melepaskannya dan aku menyesali itu. Tangannya yang hangat terasa nyaman di lenganku.

"Kau akan sakit, cantik." Lanjut biker yang memiliki tatto Loey di jarinya itu. "Kenapa kau tidak biarkan aku mengantarmu ke suatu tempat. Aku janji hanya mengantarmu, itu saja. Bahkan aku tak meminta nomormu."

Aku ragu-ragu, ia nampak berbahaya walaupun matanya menyatakan bahwa ia tak akan menyakitu. Di tambah ia melepaskan pegangannya seolah-olah tangannya terbakar saat aku berkata 'lepaskan' . Dan ia melepaskanku bahkan sebelum aku berkata 'tolong' .

"Maaf aku tak bisa, bahkan akupun belum pernah naik sepeda motor sebelumnya. Dan juga poin pentingnya adalah aku tak mengenalmu." Kataku, itu merupakan alasan lemah yang tak satupun dari kita pecaya.

"Oh ayolah," katanya kesal. "Kau berdarah. Pergelangan tanganmu terlihat bengkak, juga kau tak memakai sepatu. Dan yang terpenting adalah saat ini hujan deras, jadi biarkan aku mengantarmu ke suatu tempat."

"Ini tidak aman." Alasan terakhirku lebih berhati-hati.

"Apa yang tidak aman? Aku atau sepeda motorku?" Ia nampak tersinggung. Aku mendesah menyadari bahwa ia berpikir aku menilainya dari penampilan, walau kenyataannya memang begitu.

"Keduanya." Jawabku jujur kali ini. "Tapi kau benar, terima kasih dan aku akan senang jika mendapat tumpangan."

"Bukankah kau berpikir aku tidak aman?" Matanya menyipit, dan ia seperti memancarkan ancaman. Aku tidak takut, tapi aku punya perasaan tak ingin membuat orang ini marah padaku.

"Ya, aku memang berpikir seperti itu. Kau seorang biker yang memiliki paku di ujung sepatu boot mu, dan juga tatto di jarimu. Kau mungkin akan membawaku ke sebuah gudang dan melakukan sesuatu yang hanya Tuhan yang tahu." Aku berjalan menuju sepeda motornya saat aku berbicara dan ia menyeringai, membuat dadaku sesak.

"Well, aku setuju dengan kata-katamu, kecuali bagian gudang itu. Karena aku tak tahu dimana gudang itu berada." Dia duduk di Harley nya dan memutar kunci tetapi belum menyalakannya.

"Bagaimana tentang bagian hanya Tuhan yang tahu?" tanyaku sembari mengayunkan kaki untuk naik di belakangnya. Dia meraih pergelangan tanganku dan melingkarkan di sekitar pinggangnya.

Dia benar-benar keras seperti batu dan dua kali lebih besar dariku. Otot perutnya bagaikan beton di tanganku.

"Nah." Ia menjawab dengan iringan suara tawa pelan. "Mungkin aku akan melakukan yang hanya Tuhan tahu, tapi jika hanya kau ingin aku melakukannya."

Motornya menyala seperti raungan serak, memotong jawabanku yang mungkin telah ku berikan. Dia memundurkan motornya kemudian memutar pedal gas sehingga kita melompat ke depan. Gemuruhnya memekakan telinga, bergetar sampai ke kaki dan perutkku.

Kami melewati persimpangan tempatku melompat keluar dari mobil Sehun, dan kami tidak lebih dari satu mil ketika mobil VW Golf milik Sehun terlihat datang menuju ke arah kami.

Sehun melihatku di atas sepeda motor dan benar-benar menyentakkan mobilnya kemudian berputar dengan cara yang sangat tidak praktis dan ilegal. Dia berhenti di samping sepeda motor, lalu memberi isyarat ke arah sisi jalan. Meminta kami untuk menepi.

"Apa yang kau lakukan Baekhyun?" Tanya Sehun sedikit berteriak. Dia berdiri di sampingku, meraih lenganku yang langsung ku tepis saat itu juga.

"Mendapatkan tumpangan." Jawabku tenang. Sama seperti yang selalu Sehun gunakan padaku.

"Mendapatkan tumpangan? Kemana? Bersama dengan dia?" Temanku yang baru ku sadari bahwa aku tak tahu namanya, nampak menggeram seperti serigala.

"Jaga ucapanmu, bocah." Sehun memucat dan mundur menempel ke mobilnya.

"Apa yang kau lakukan? Baekhyun apa yang terjadi?" Aku mendesah dan menyeka air hujan di wajahku. Biker di depanku hanya duduk dengan pasif, mendengarkan dan tak memberi respon apapun.

"Sehun, aku sudah bilang padamu. Hubungan kita sudah berakhir. Tak ada yang bisa kau katakan atau lakukan, sudah tak ada lagi." Mata Sehun goyah dan dia melangkah ke arahku lagi, meraih lenganku dan mencoba untuk menarikku dari atas motor.

"Kita bisa memperbaikinya, sayang. Ayo turun dan mari kita pulang."

Aku menyentak lenganku, dan Sehun menariknya kembali. Menarikku sehingga kehilangan keseimbangan.

Biker di depanku menggeram lagi, dan mengayunkan tinjunya tepat mengenai dagu Sehun. Itu adalah pukulan malas, lambat, dan hampir di sebut santai. Tapi pukulan itu membuat Sehun jatuh terduduk.

"Lepaskan tanganmu dari lelaki ini, dia tak akan ikut denganmu. Kau sudah punya kesempatan dan kau jelas-jelas mengacaukannya. Jika aku melihatmu mengganggunya lagi, aku akan menghancurkanmu."

Sehun menganggukan kepalanya dengan kaku dan ketakutan. Biker itu kemudian memutar pedal gas motornya, memutar roda belakang melingkar, memuncratkan lumpur ke arah Sehun.

TBC

Yeollowbanana' s note

udah ah segini dulu hehe

Mana nih yang kemarin minta dibikinin? udah gue turutin yaw

buat skidipapap swadikap asoy indehoy nya di next chapter ya, review dulu sama jangan lupa follow dan fav baru gue lanjut muehehe :)

Btw bahasanya nyambung ga? atau ngebingungin? agak susah ternyata ngeranslate tuh, soalnya beberapa ada yang aneh pas gue ubah dari inggris ke indonesia kayak ga cocok aja gitu. Makanya gue sebisa mungkin milih bahasa yang enak dan mudah di mengerti, cuma takutnya masih ada beberapa yang ga nyambung.

Kalo ada yang ga nyambung bilang ya biar di perbaiki.

Terima kasih sudah membaca.

Review menunggu belaian.