Ketika Shion membuka matanya yang tadinya di tutup oleh seseorang, hal pertama yang ia lihat adalah cahaya matahari sore dari jendela yang menyilaukan mata yang membuatnya menyipitkan matanya.

Dan ketika ia sudah membiasakan cahaya yang masuk ,Ia melihat seseorang yang ia kenal.

"Sudah kubilang untuk tidak membawanya paksa , kalau lecet bagaimana hah!?" Ucap seseorang itu.

"Maaf, tapi jika tidak begini dia tidak akan mau kesini."

"Ck.. Terserahlah." Pria itu kemudian menghiraukannya lalu mulai melihat ke arah Shion. Dan kemudian tersenyum ramah padanya.

"Kau semakin Cantik saja ..Hime."

Sedangkan Shion hanya bergetar ketakutan dan panik ketika melihat seseorang yang sedang berbicara dengannya saat ini.

"K-Kau.."

Shion hanya bisa mematung diam saat ini.

"Siapa ?"

"..."

"..."

Tensi yang semula memanas tiba – tiba secara drastis menurun. Bahkan orang yang yang saat ini menjadi lawan bicara Shion hanya terdiam terkejut dengan membuka rahangnya lebar – lebar.

"Uhh.. Haha – Hahahahaha..."

Orang itu pun tiba – tiba tertawa dengan keras seakan sedang melihat acara komedi. Sedangkan shion yang menjadi bahan tertawaan hanya diam. Tak lama kemudian tawa nya mereda dengan tersenyum, sembari menopang dagu dia memandang pada Shion.

"Sudah cukup lama kita tidak bertemu, sekarang kau memiliki selera humor yang tinggi, Hime.."

Shion saat ini hanya bisa terdiam dan memikirkan sesuatu. Berpikir mengenai kenapa orang di depannya ini ada disini.

Seharusnya dirinya dan orang ini berbeda sekolah, Shion pun mengerutkan dahinya ketika memikirkan sesuatu yang menjengkelkan.

"Ahh.. mengenai kenapa aku bisa berada di sekolah ini, sudah satu minggu aku pindah ke sekolah ini. Alasannya? Harusnya kau sudah tahu bukan ?"

Tanpa di beri tahupun Shion mengerti. Alasannya karena di sekolah ini ada dirinya. Melihat ke sekelilingnya dirinya bisa melihat di ruangan ini atau lebih tepatnya di dalam kelas, ada 3 orang termasuk orang yang saat ini berbicara dengannya.

Dan hal ini membuatnya sedikit tidak nyaman. Itu jelas bukan, di kelas dengan orang – orang yang di dalamnya tidak ia kenal kecuali satu orang di depannya ini. Terlebih dirinya adalah seorang perempuan, bukannya situasi ini bisa dibilang membahayakannya ?

Di tambah lagi saat ini Sekolah sudah bubar manjadikan saat ini sekolah benar – benar sepi.

"Tenang saja aku tidak akan melakukan apa – apa padamu. Aku menjaminnya, kau bisa memegang ucapanku..."

Seakan mengerti dengan apa yang dikhawatirkan oleh Shion, Orang itu mencoba menenangkan Shion.

Mendengar itu pun Shion bisa sedikit santai, dan kembali berbicara pada orang itu.

"Sebenarnya apa maumu.. Vali."

Orang yang bernama Vali ini pun kembali tersenyum meananggapi pertanyaan yang di lontarkan kepadanya.

"Aku hanya rindu dan ingin bertemu padamu. Apakah tidak boleh ?"

"Dengan membekapku dan membawaku secara paksa kesini? Katakan padaku, rindu dari mananya hal itu ?"

Mendengar itu Vali kemudian memicingkan matanya pada orang yang tadi membawa Shion kemari.

Sedangkan orang yang saat ini menjadi target dari pelototan Vali hanya cuek menyender tembok sambil memotong kukunya.

Fuuhh..

Sesekali dirinya meniup kukunya dan merentangkan tangannya ke depan dengan merenggangkan jari – jarinya melihat kukunya.

"Hmm.. kelihatannya Oke."

Merasakan hawa yang tidak enak dirinya melihat sekitar dan berhenti pada Vali yang melihatnya marah.

"Apa?"

Dengan kemarahan yang bisa meledak kapan saja, Vali menatap bikou buas. Dengan tangan mencengkram meja yang saat ini dia duduki, sekilas kau bisa melihat retakan pada meja tersebut menandakan kekuatan yang dimiliki oleh orang bernama vali ini tidak main – main.

Tetapi tak lama kemudian dirinya memejamkan matanya dan menghembuskan nafasnya meredakan amarahnya.

Dan hal itu di lihat oleh semua orang yang ada disana. Dan mereka semua terkejut! Terlebih bagi orang yang baru saja menjadi target kemarahan Vali.

Bikou. Nama lelaki yang menjadi target amarah Vali sangat terkejut. Bisa di lihat dari raut mukanya dengan rahang menggantung dan mata yang membola. Dirinya benar – benar terkejut saat ini.

Bikou sudah tahu luar dalam orang yang bernama Vali ini. Dan dari apa yang yang dia tahu, Vali bisa ia masukan kedalam golongan orang – orang Bar Bar. Kedengarannya berlebihan, tetapi memang begitulah kenyataannya. Dirinya sudah mengenal Vali sejak SMP kelas 1.

Vali tipe – tipe orang yang dimana adu jotos adalah pilihan pertama. Setidaknya negosiasi atau semacamnya tidak ada dalam kamusnya. Apapun masalahnya, Pukulan solusinya.

Jadi saat ini, dirinya benar – benar Shock melihatnya.

"V-Vali.. kau Vali kan ?!"

"Berisik! Dasar monyet botak!"

"G-Gahk..!"

Walau agak nyelekit mendengar ledekan Vali, dirinya benar – benar tidak bisa marah. Bukan berarti Ia tidak berani melainkan keterkejutannya mengalahkan amarahnya.

Satu orang lagi yang sama terkejutnya dengan Bikou yaitu Arthur. Seorang blasteran Jepang. Sama seperti Bikou, dirinya sudah mengenal Vali sejak kelas 1 SMP.

Arthur benar – benar tidak mempercayai dengan apa yang barusan terjadi di depan matanya. Berkali kali dia mengucek matanya sekedar memastikan bahwa dirinya tidak salah lihat.

"Aku minta maaf soal itu Hime. Mewakili si monyet botak ini aku minta maaf."

"Hey !"

Bikou yang dari tadi di sebut – sebut 'Monyet Botak' oleh Vali berteriak protes. Hanya karena dirinya menyukai Pisang bukan berarti dirinya Monyet kan?!

Shion yang mendengar itu hanya diam. Tidak meng'iya'kan juga tidak merespon penolakan.

"Langsung saja. Aku membawa mu kemari karena ada sesuatu yang harus aku katakan padamu."

Mengatakan itu Vali menatap lurus Shion dengan intens.

Shion meresponnya dengan bergerak tidak nyaman dengan mengalihkan pandangannya dan memeluk perutnya.

"Apa maumu."

"Jadilah Kekasihku."

"Aku menolak."

"..."

"..."

Hening.

Bikou dan Arthur memandang tidak percaya Shion yang menolak mentah – mentah Vali.

Mereka akui Vali memang bukan lelaki Baik – baik. Bahkan di SMP Vali terkenal dengan Titlenya sebagai Playboy.

Bahkan baru Seminggu pindah sekolah disini dia sudah berkencan dengan beberapa perempuan. Jadi bisa dikatakan Vali itu temasuk kedalam Ikemen. Jangan lupakan latar belakang keluarganya yang seorang pengusaha di bidang properti.

Bisa di bilang dia sempurna minus dengan sikap dan prilakunya yang mereka akui menyebalkan.

Jadi bisa di bilang seorang Vali di tolak adalah hal yang hampir tidak mereka bayangkan. Ini merupakan kejadian langka.

Di lain sisi ,Vali yang saat ini baru saja di tolak. Hanya terkekeh pelan seakan dirinya sudah menduga kejadian ini.

"Sudah kuduga tidak akan semudah itu." Vali menatap kembali Shion. Vali mengenal Shion sejak SMP. Dirinya sudah jatuh cinta kepadanya sejak pandangan pertama. Terdengar Klise memang tetapi begitulah adanya.

Lalu kenapa dirinya malah berkencan dengan perempuan lain?

Anggap saja hanya untuk menghilangkan rasa bosannya. Dirinya tidak benar – benar serius melakukannya. Itu hanya semata – mata hanya untuk mengisi waktu luangnya.

"Setidaknya berikan aku alasan yang masuk akal. Jika itu hanya jawaban spontan tak berdasar. Jangan salahkan aku bila aku bertindak lebih jauh."

Mendengar pertanyaan yang di sisipi sedikit ancaman ,Shion sedikit ketakutan dan mengambil satu langkah mundur kebelakang.

"I-Itu karena.."

"Karenaa.. ?"

Tiba – tiba dirinya membayangkan seseorang. Seseorang yang cuek, dingin kadang – kadang menyebalkan dan sering membuatnya kesal. Seseorang memiliki rambut pirang Spike berantakan dengan wajah yang selalu memndang sekitarnya bosan.

Lelaki yang sudah mengubah hidupnya menjadi lebih berwarna.

"K-Karena aku sudah memiliki Kekasih !" Dengan setengah berteriak Shion mengatakannya. Tangannya megepal di dada menahan gejolak dihatinya, wajah memerah sudah cukup menjadi bukti bahwa dirinya saat ini tengah menahan malu.

"Kenapa aku mengatakannya sambil memikirkannya!" Teriak Shion di dalam hatinya. Ahh.. Tsundere memang mebingungkan.

"Hahahahaha.." mendengar itu Vali tertawa.

"Hime.. aku sudah melihatmu sejak lama. Dan aku tahu kau sedang sendiri saat ini. Bahkan bisa aku katakan kau belum pernah berpacaran sama sekali. Jangan berbohong kepadaku !"

"T-Tidak aku tidak berbohong."

"Kalau begitu Buktikan dan siapa orangnya !"

"I-Itu.."

Shion saat ini tengah kebingungan. Apa lagi dirinya harus membuktikannya.

BRAK!

"SHION !"

Di tengah kebingungan yang melandanya ,tiba – tiba pintu kelas di buka secara paksa dari luar. Terlihat dua orang tengah berlari masuk ke dalam kelas.

"APA YANG TERJADI ?!"

Semua yang di dalam kelas kaget dan terdiam melihat siapa yang masuk. Sedang Shion yang memang mengenal dua orang baru saja memasuki kelas masih belum ngeh dan bingung.

Sesaat kemudian ,seakan menjawab kebingungannya. Shion dengan cepat mendekati dua Orang yang di ketahui bernama Naruto dan Sasuke. Reflek ia meraih tangan Naruto dan melingkarkan tangannya ke lengan Naruto.

"Aku berpacaran dengan dia!"

"Eh..?"

.o.0.o.

Naruto kini berada dalam posisi yang tidak ia mengerti. Dirinya saat ini tengah kebingungan. Awalnya Ia dan Sasuke mendengar seseorang yang berteriak minta tolong yang ia kenali berasal dari Shion.

Karena itulah Ia dan Sasuke segera berlari menuju asal suara tersebut dan itu membawanya ke tempat ini. Dan benar saja disini ia melihat Shion bersama dengan 3 orang yang tidak ia kenali.

"APA YANG TERJADI !"

Tetapi kejadian selanjutnya membuat dirinya nge-blank dan mengeluarkan suara bodoh tidak mengerti.

"Aku berpacaran dengan dia!"

"Ehh..?"

Tunggu dulu, dirinya tidak mengerti situasinya saat ini. Bahkan bisa dirinya lihat Sasuke menatapnya dengan tidak percaya saat ini.

"Ada apa ini.. apa yang kau katakan Nishikinomiya – san. Aku tidak mengerti ?!"

Setidaknya ia masih bisa mengatakan ketidakmengertiannya terhadap situasi ini.

"Geh.. Hahahaahaha..."

Tidak mendapat jawaban, Naruto kemudian mengalihkan pandangannya pada seseorang yang berada di depannya. Siapa orang stress ini? Pikirnya. Saat ini tidak ada sesuatu yang lucu ,jadi dia merasa aneh terhadap orang ini.

"Hime.. jika kau mau berbohong kepadaku setidaknya buatlaah kebohongan yang berkualitas dan dapat meyakinkanku." Vali kemudian tertawa kembali.

"Maksudku coba lihat dia! Si culun cupu pirang ini, cara berpakaiannya yang membosankan. Hanya karena dia yang tiba – tiba datang kau jangan lagsung mengaku – ngaku bahwa dia pacarmu!"

Naruto yang saat ini memang masih belum memahami situasinya hanya diam tidak menanggapi hinaan yang ditujukan padanya.

Lagipula memang kenyataannya begitu. Cara dia berpakaian dan jika di lihat secara sekilas mungkin bisa dikatakan jika ada seseorang melihatnya, Naruto yakin orang itu akan langsung nge Judge dia siswa normal pada umumnya dalam artian tidak mencolok dan terlihat membosankan.

Tetapi sesaat kemudian dirinya dikejutkan dengan orag itu dengan cepat mendekat ke arahnya dan melancarkan sebuah tendangan horizontal pada kepalanya.

BUAGH!

Naruto bergeming diam ditempatnya menatap lurus mata orang yang melancar kan serangan itu kepadanya. Bisa dirinya rasakan hembusan angin yang diakibatkan oleh tendangan tersebut menerpa sisi kepala yang seharusnya menjadi target tendangan tersebut.

"Dia benar – benar serius melakukannya." Batin Naruto sedikit terkejut.

Tetapi saat ini tendangannya tidak bisa mengenai target atau bahkan hanya sekedar meyentuhnya saja tidak. Itu karena Serangan barusan berhasil di hentikan oleh Seseorag yang tidak jauh berada di dekatnya.

"Apa maksudnya itu? Bisa kau turunkan kaki mu itu?"

Sasuke saat ini tengah mencengkram kaki orang itu menggunakan kedua tangannya. Ia berhasil menghentikan tendangan tersebut.

"Hm?" melihat tendangannya berhasil di hentikan dengan mudah. Membuat dia sedikit penasaran dengan lelaki yang berhasil menahannya. Meskipun begitu dirinya tidak heran juga karena memang dirina tidak menggunakan seluruh kekuatannya.

"Yaah.. Kau berhasil menghentikannya. Dan apa maksudku melakukannya? Aku kesal padanya."

Siapa yang tidak kesal jika orang yang kau suka menggandeng tangan seorang lelaki? Terlebih itu dilakukan di depannya? Wajar jika ia meresponnya dengan Kaki melayang.

"Kau.." Setelah sedikit lebih lama melihat orang yang menghentikan tendangannya, vali merasa tidak asing dengan orang ini.

"Ahh.. kau yang waktu itu di kejuaraan Nasional. Kalau tidak salah Uchiha Sasuke, kan?"

Mendengar yang mendengar itu mengerutkan alisnya. Kejuaraan Nasional? Dirinya memang mengikuti kejuaraan Nasional tahun lalu walau ia tidak memenangkankannya dan kalah di semi final.

Dan orang ini tahu dirinya dari Turnamen itu, itu berarti dia juga ada disana. Sesaat kemudian dirinya mengingat sesuatu tentang lelaki yang ada di hadapannya ini.

"Kau Vali?" Sasuke mengingatnya orang yang bernama Vali ini juga seorang peserta turnamen itu dan juga kalah di semi final sama sepertinya.

"Ya kau benar." Sedikit melunak kemudian vali menatap Shion.

"Hey kau. Aku tidak peduli kau mau menendang ku atau semacamnya. Tapi setidaknya kau harus melihat situasi terlebih dahulu, ada seorang perempuan disini yang bisa terluka akibat perbuatanmu barusan."

Mengalihkan arah pandangnya Vali kembali menatap Naruto yang berbicara kepadanya. Kemudian dia terkekeh pelan.

"Keh.. untuk seorang Normies nyalimu boleh juga."

"Normies..?" Di dalam hati, Naruto tertawa terbahak - bahak saat ini. Seandainya dia tahu.

Di lain sisi Sasuke sedikit tertarik dengan konfrontasi yang terjadi di depannya.

"Seekor kadal mencoba menggigit ekor naga, heh." Apa dia bodoh? Batinnya bertanya pada Vali. Ahh.. itu bukan salahnya karena Sasuke tahu Vali tidak tahu sisi lain dari Naruto.

"Apa hubunganmu dengan Shion, pirang."

"Kenapa kau peduli dengan hal itu? Itu bukan urusanmu kan? Urusi saja urusanmu sendiri." Dengan nada datar Naruto menjawabnya. Seakan – akan tekanan yang Vali berikan tidak berarti apa – apa padanya.

Mendengar itu Vali melotot marah pada Naruto. Dirinya menatap Intens Naruto dan dari apa yang ia lihat tidak ada ketakutan dalam diri orang yang saat ini ia tekan.

Ketenangannya benar – benar luar biasa, dan itu sedikit mengganggunya. Sesaat kemudian Vali menyipitkan matanya. Orang ini, dia seperti tidak asing dengan orang ini.

"Kau.."

Naruto menaikan alisnya heran. Dari reaksinya, Naruto lihat orang yang bernama Vali ini seperti mengenalnya. Tapi seingatnya dia tidak pernah melihat atau bahkan mengenalnya.

"Ada apa?" Vali tak menjawabnya tetapi malah menyeringai senang.

"Tidak. Aku cuma kepikiran sesuatu yang menarik?" Naruto tetap diam. Walau di dalam hatinya dia waspada. Perasaannya jadi tidak enak.

"Baiklah pirang aku akan mencoba melakukan penawaran padamu. Bisakah kau menjauh dari Shion, selamanya?"

Tidak langsung menjawab, Naruto hanya diam saja. Secara garis besar sekarang ini ia mulai mengerti situasinya. Cukup mudah dirinya untuk memahaminya.

Merasakan sesuatu dilengannya, Naruto bisa melihat Shion semakin mengeratkan tangannya pada lengannya. Memejamkan matanya, Naruto menghela nafasnya lelah.

"Aku rasa.. itu mustahil." Ucap Naruto sedikit meringis tersenyum kecut. Melihat seseorang, orang yang menjadi topik pembicaraannya saat ini terkenal dengan kekeras – kepalaannya. Di tambah akhir – akhir ini Shion semakin lengket padanya.

"Juga aku tidak melihat keuntungan untuk ku jika aku melakukannya."

Vali memejamkan matanya. Tak lama kemudian dirinya meyeringai.

"Aku tahu kau akan mengatakan itu." Vali kemudian melangkahkan kakinya, melewati Naruto dan pergi keluar kelas. Tepat sebelum keluar kelas, Vali berhenti dan melirik ke arah Naruto.

"Ahh satu hal lagi, besok lusa aku punya Hadiah untukmu. Semoga kau menyukainya, Namikaze Naruto – san~." Dengan tersenyum miring Vali mengakhiri kontaknya dengan Naruto kemudian pergi meninggalkan kelas di ikuti Bikou dan Arthur dibelakangnya.

.o.0.o.

Setelah kepergian Vali, di dalam kelas Naruto ,Shion dan Sasuke masih terlihat berada disana.

"Jadi.. bisa kau jelaskan padaku apa yang terjadi Shion?" Secara garis besar setidaknya Naruto sudah memahaminya. Tapi untuk lebih lanjutnya Naruto belum mengerti. Jadi Naruto membutuhkan penjelasan Shion saat ini. Juga fakta bahwa orang yang bernama Vali ini mengetahui Namanya sedikit mengganggunya.

"Dan juga kau bisa melepaskannya sekarang, lagipula si Uban itu sudah pergi."

"Ehh !"

Terkejut, Shion buru –buru melepaskan dekapannya. Shion lupa kalau saat ini ia masih mendekap Naruto. Rasa kecewa sedikit muncul ketika dirinya harus melepaskannya. Jujur saja ini membuatnya nyaman.

"M-Maaf.. hehe." Naruto hanya menatap bosan Shion. Dirinya yakin ia akan terseret masalah yang merepotkan.

"Secara singkat. Dia adalah Vali, teman SMP ku dulu." Jelas Shion mengawali penjelasannya.

"Teman SMP?" tanya Naruto heran. Seingatnya dulu tidak ada yang namanya Vali.

"Maksudku teman SMP saat aku masih di Kuoh." Naruto menganggukan kepalanya mengerti, dirinya baru sadar Shion adalah siswa pindahan ke SMP nya dulu.

"Sejak SMP dia menyukaiku dan terus menerus mendekatiku. Dan aku menolaknya. Tetapi walau begitu dia malah semakin tertarik padaku dan itu menggangguku. Akhirnya ,saat aku kelas 3 aku pindah ke SMP yang sama dengan mu." Shion mengehala nafasnya mengakhiri penjelasannya.

Dari sini Naruto mulai menangkap benang merahnya.

"Bisa aku simpulkan si uban ini pindah ke Konoha Gakuen ini karena mngejarmu. Benar begitu?" Shion mengangguk membenarkan.

"Dan kau menjadikanku kambing hitam dengan berpura – pura menjadi pacarmu agar dia berhenti mengejarmu. Benar begitu?"

"Tehe~ "

Alis Naruto berkedut kesal. Dia dimafaatkan disini, itu kesimpulan yang dia dapatkan saat ini.

"Kenapa tidak si Teme saja yang kau jadikan Pacar?! Jika kau tadi melakukannya aku yakin dia tidak akan mengejarmu lagi, setidaknya untuk sementara." Ucapnya sambil melirik Sasuke.

Melihat siapa Sasuke aku yakin si Uban ini tidak akan mendekati Shion. Dia punya Power. Setidaknya si Uban ini akan berpikir dua kali untuk mendekati Shion. Juga sebenarnya ada maksud terselubung kenapa dia tiba – tiba membawa nama Sasuke.

Dengan mengedip – ngedipkan sebelah matanya dengan cepat seperti orang cacingan, Naruto mengirim kode pada Sasuke. Ini kesempatanmu bodoh!

Mengerti dengan itu Sasuke tersentak.

"Aku tidak keberatan membantumu." Dengan mempertahankan wajah stoicnya Sasuke menawarkan Bantuannya.

"I-Itu karena tadi aku reflek dan kebetulan kau yang dekat denganku." Ucap Shion beralasan.

"Lagipula ini sudah terlanjur. Jika sekarang aku tiba - tiba mengaku Sasuke adalah Pacar ku bukannya itu terlihat jelas jika kita sedang berbohong?"

Itu ada benarnya. Mau bagaimanapun juga dirinya sudah masuk kedalam lubang, mau keluarpun ia sudah terlajur basah. Mau tidak mau Naruto sudah ambil bagian di masalah ini.

"Kalau begitu kita pulang, hari sudah sore."

.o.0.o.

Di jalanan kota Konoha ,dipersimpangan terlihat sebuah Mobil ber merk BMW tengah melaju pelan. Di dalamnya terlihat dua orang berbeda gender tengah mengobrol. Mereka adalah Shion dan Sasuke.

Sebelumnya mereka bertiga bersama Naruto. Tapi kemudian Naruto memisahkan diri karena katanya dia akan pergi ke tempat kerja. Dengan sedikit menggoda Sasuke ,Naruto menyuruh Sasuke untuk mengantarkan Shion.

Dengan senyum yang menurut Sasuke menjengkelkan, Naruto mengacungkan jempolnya lalu meninggalkan mereka berdua.

"Shion."

Karena dari tadi tidak ada yang memulai pembicaraan ,Sasuke inisiatif memulai percakapan.

"Hmm..?" sedikit tidak tertarik Shion membalasnya. memandang ke luar, Shion menghela nafasnya lelah. Hari yang melelahkan pikirnya. Berbagai masalah mulai menghampirinya saat ini.

"Langkah yang bagus." Ucap Sasuke tersenyum misterius.

Sesaat kemudian Shion tersenyum kecil. Yah meskipun hari ini hari yang melelahkan, tapi ada beberapa hal baik yang terjadi hari ini. Dan itu sudah lebih dari cukup untuknya.

"Tapi , Aku mengkhawatirkan beberapa hal. Khususnya mengenai Naruto." Shion teringat kembali kata – kata Vali beberapa waktu lalu.

Hadiah.

Perasaanya jadi tidak enak karenanya. 'Hadiah' yang Vali ucapkan pada Naruto itu cukup mengganggunya.

"Kau terlalu memikirkannya."

"Masalahnya yang kita bicarakan saat ini adalah Vali! Pikirannya benar – benar liar." Selama kurang lebih dua tahun dia mengenal Vali sat SMP, sedikitnya dia tahu orang seperti apa Vali ini.

"Dia tidak akan berhenti sampai orang yang dia anggap mengganggunya benar – benar hancur luar dalam."

.o.0.o.

Beralih ke sisi lain kota Konoha ,di jalan pinggiran Sungai terlihat Naruto dengan santai berjalan. Sesekali dirinya bersiul menikmati lagu yang sedang diputar hp nya melalui Headset.

"Aoi~ Aoi~ ..Ano sora~" menikmati lagu ,Naruto secara tidak sadar ikut menyanyikan lagu yang tengah ia dengarkan. Bagus juga Suaraku Batinnya berkata. Hoo.. mungkin dirinya harus mengikuti acara pencarian bakat, Suara emasnya tidak boleh ia simpan untuk dirinya sendiri, katanya dengan ke'Pdan nya sudah ke tingkat mengkhawatirkan.

Di arah berlawanan, terlihat ada dua orang Ibu dan Anak yang sepertinya pulang berbelanja tak sengaja si Anak tersebut mendengar Naruto yang sedang bernyanyi.

"Nee.. ibu, sepertinya kakak itu sedang menahan boker. Kalo memang sudah gak tahan kenapa gak lari ya?" Dengan polos Anak itu bertanya pada ibunya sambil menunjuk Naruto. Memegang dagunya, anak itu mengingat kembali masa lalu dimana dia juga mengeluarkan suara aneh dan berlari pulang karena tidak tahan ingin buang air besar. Tetapi pada akhirnya sia – sia karena di perjalanan dia mengalami kebocoran.

Mendengar pertanyaan anaknya, ibu itu dengan panik langsung membekap mulut anaknya takut – takut terdengar oleh Naruto. Dengan lembut ibunya memberi jawaban pada anaknya.

"S-Sayang kakak itu sedang menyanyi bukan sedang menahan boke- " menyadari suatu hal Si ibu tidak melanjutkan perkataannya. Kemudian dengan tersenyum kembali Ibu itu bertanya pada anaknya.

"Sayang~ kamu tahu dari mana kata ..bok*r?" Dengan menurunkan suaranya di akhir, ibu itu bertanya dengan hati – hati.

"Dari Ayah! Memangnya kenapa?"

"Hoo~"

Dengan menggeleng – gelengkan kepalanya seakan berkata Tidak ada apa – apa, Ibu itu pun mengeluarkan Aura hitam dan dapat Naruto rasakan ketika berjalan melewatinya.

Berhenti berjalan Naruto melihat kebelakangnya dan menatap horor seorang ibu yang sedang berjalan dengan anaknya.

"Ada Ibu – ibu gaes."

.o.0.o.

Matahari sudah terbenam di ufuk Barat menandakan sudah berakhirnya hari. Hari mulai gelap, lampu lampu toko mulai menyala dan terlihat banyak pekerja yang mulai meninggalkan tempat kerjanya untuk segera beristirahat di rumah atau bahkan mampir sebentar ke tempat Minum sekedar melepas penat selepas lelah bekerja Seharian.

Berbeda dengan Naruto yang saat ini harus bekerja karena pekerjaanya merupakan pekerjaan malam. Ya karena dia seorang DJ di sebuah Pub.

"Yo Gaki!"

Setelah seperti biasa Naruto masuk lewat belakang, dirinya sudah di sambut oleh pemilik dari pub ini sendiri. Seorang pria paruh baya dengan rambut putih panjang sampai punggung. Rambut depannya membingkai wajahnya dengan wajah memerah sedikit memerah. Sepertinya dia kebanyakan minum, pikir Naruto.

"Ero – Jijii.. aku sepertinya tidak bisa lama disini paling lambat jam sepuluh aku pulang."

"Itu tidak masalah yang penting kau bisa menghibur mereka. Setidaknya aku tidak akan di todong pisau kali ini." Ucap pria paruh baya yang bernama Jiraiya. Dia adalah pemilik Pub ini, juga guru beladiri Naruto selain Ayahnya.

Awal pertemuannya dengan Jiraiya adalah ketika dirinya diajak oleh ayahnya. Ayahnya waktu itu ingin memperkenalkannya pada seseorang yang akan menjadi guru beladirinya. Sedikit bertanya siapa orangnya, dapat Naruto ketahui ternyata orang itu adalah Guru ayahnya.

Di pikirannya Naruto berekspektasi berlebihan, membayangkan guru dari ayahnya ini seseorang yang luar biasa. Tetapi itu semua berubah menjadi menjengkelkan setelah mengetahui orang macam apa yang menjadi Guru ayahnya ini.

Seorang bujangan lapuk yang mesumnya sudah di atas batas kewajaran. Tapi meskipun begitu banyak tingkahnya yang Absurd, Naruto sangat menghormati Gurunya ini.

"Tumben masih siang sudah pulang, besok kan hari mingg-" menghentikan ucapannya. Jiraiya menyeringai mesum ketika memikirkan sesuatu.

"Ahh aku mengerti!"

"Kau tidak mengerti!"

Ingat soal dirinya yang harus menemani Naruko jalan – jalan? Itu sebabnya. Ia ingin segra pulang agar tidak tidur terlalu malam karena besok dirinya yakin adalah hari yang melelahkan.

"Jadi siapa gadis itu, ayolah setidaknya namanya." Kata Jiraiya sambil mengalungkan tangannya ke pundak Naruto mencoba menggodanya.

"Urusai! Aku hanya menemani Naruko saja. Bisa kah kau sedikit menyingkir kau bau alkohol, Tua bangka!" Menghiraukan hinaan yang Naruto lontarkan, Jiraiya malah tertawa mesum.

"Woaa.. Incest!? Tunggu dulu.. Tidak – tidak, kau tidak termasuk kedalamnya. Jadi itu aman." Ucap Jiraiya ketika mengingat Naruto itu bukan anak kandung Minato. Tak lupa ia memberikan jempolnya memberi dukungan pada Naruto.

"Bedebah !"

.o.0.o.

Saat ini hampir jam sepuluh malam, saat ini Naruto tengah beristirahat sudut ruangan pub. Karena Identitas dirinya sebagai DJ dirahasiakan membuat dirinya bisa leluasa duduk disini. Jika tidak sudah pasti dirinya sudah dikerumuni saat ini.

"Jijii ,bisakah kau membantuku ?"

Mendengar permintaan seseorang yang sudah ia anggap cucunya sendiri, Jiraiya menaikan sebalah alisnya heran. Tidak biasanya Naruto meminta bantuannya.

"Tentu, katakanlah."

"Bisakah kau mencari informasi mengenai seseorang yang bernama Vali?"

"Mungkin itu agak sulit, aku tidak mengenal dia. Kecuali jika kau punya sedikit Informasi yang berhubungan dengannya itu akan sedikit mempermudahku." Ucap Jiraiya.

"Memangnya ada apa? Apa kau terlibat suatu masalah?" tanya Jiraiya penasaran.

"Yaa begitulah.. sepertinya aku terlibat masalah dengan orang yang cukup merepotkan." Kata Naruto sambil memutar gelas minumnya. Tidak- dia tidak minum sesuatu seperti Vodka atau Teh Oolong. Itu hanya minuman soda biasa. Naruto tidak suka dengan bau menyengat dari minuman sejenis itu.

"Setidaknya aku harus mengethaui sedikit lawanku. Bertarung tanpa mengetahui lawan ,itu sama saja dengan idiot."

Jiraiya mengangguk – ngangguk paham, karena dirinya yang mengajarkan itu pada Naruto. Sedikit terbesit perasaan bangga pada dirinya karena ajarannya ternyata Naruto jadikan Prinsip. Setidaknya ia tidak salah menerima Naruto sebagai muridnya. Ia yakin ilmu yang ia ajarkan tidak akan disalah gunakan.

"Ahh aku ingat sesuatu, jika tidak salah dia adalah salah satu finalis pada kejuaraan Nasional Taekwondo tahun lalu. Dia kalah di semi final."

"Sepertinya ini akan mudah, aku akan mengirimkannya segera lewat Email jika sudah mendapatkannya."

"Seperti yang aku diharapkan, tidak salah aku meminta bantuanmu Ero – Jijii. Kau memang bos Yakuza paling Mesum yang pernah aku kenal."

"Oii!"

Ahh.. Satu lagi fakta lain terungkap.

And Cut~

Untuk chapter kali segini dulu saya rasa ini cukup. Sesuai ucapan saya pada chapter yang lalu, saya mengubah fict ini menjadi Crossover.

Disini muncul Karakter baru ,Vali. Saya memiliki rencana tersendiri buat Si uban ini. Dan tentu saja tidak akan saya sebutkan disini, biar nanti terungkap satu persatu rahasianya.

Untuk Romance mungkin disini ada yang bisa menebaknya? Saya rasa disini mungkin akan banyak yang salah menyangka mengenai ini. Saya berusaha membuat kejutan di beberapa aspek termasuk dalam Romance.

Jiraiya muncul! Tidak juga sih di Chapter tiga juga sudah muncul walau hanya sebentar dan tidak saya sebut secara jelas, di chapter kali ini saya memeperjelasnya! Dan dia seorang boss Yakuza! Aku punya rencana sendiri untuk ini. Hehe ~

Untuk Typo, maaf jika masih banyak. Saya tidak sempat untuk membaca ulang jadi mungkin banyak kalimat/kata yang mungkin sulit untuk dimengerti.

Mungkin itu saja, review nya di tunggu gaes !