My Life isn't That Easy At All

Disclaimer:

Karakter dalam cerita ini murni hanya pinjaman.

Summary:

Naruto Namikaze, seorang Slayer terkuat yang menjadi cahaya harapan untuk umat manusia diminta untuk bersekolah di Little Garden. Dengan berpura-pura sebagai orang yang culun, apakah dia bisa menikmati kehidupannya menjadi seorang siswa dan menemukan cara agar bisa memusnahkan Savage? Atau malah sebaliknya?

-0-0-0-0-0-

Chapter 1

"Uh, bisa kau ulang lagi alasanmu tadi? Sepertinya telingaku agak bermasalah."

Remaja berambut pirang jabrik itu memasang ekspresi aneh di wajahnya ketika menatap pria paruh baya yang ada di depannya, jauh-jauh datang ke Inggris hanya untuk menjemputnya. Padahal jelas-jelas dia masih bertugas disana.

"Yah, aku memintamu untuk bersekolah di Little Garden. Kami ingin menunjukan bahwa umat manusia memiliki kesempatan besar untuk menang melawan Savage karena adanya dirimu, maka dari itu kami mohon kau mau menerimanya."

Pria itu menundukan kepalanya kearah remaja yang ada di depannya sebagai kesungguhan dari permintaannya, tak peduli siapa yang lebih tua disana tapi demi mendapatkan persetujuan dari remaja di depannya, dia akan melakukan apapun.

Sementara yang dimintai permintaan hanya bisa menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi sambil memijit pangkal hidungnya. Jujur, sebenarnya dia agak pusing karena kurang tidur. Ini disebabkan banyaknya aktivitas Savage akhir-akhir ini hingga tugasnya tak habis-habis sampai dini hari tadi dan entah ads angin apa pria itu datang dan mengatakan utusan dari Little Garden. Ini sungguh mengejutkan dan merepotkan secara bersamaan.

"Apa kau yakin dengan ini?"

"Tentu saja, aku -bukan kami yakin dengan keputusan kami."

Remaja itu menghela napasnya pelan saat mendengar jawaban pria paruh baya itu dan tak tahu harus berbicara, dia kehabisan kata-kata.

"Baiklah jika kalian yakin, aku tak bisa memberikan jawaban 'Tidak' padamu."

Raut wajah senang tercetak jelas di wajah pria paruh baya itu setelah memdapatkan jawaban yang cukup memuaskan.

"Terima kasih sudah menerima permintaan kami."

Remaja pirang itu tak berkata apa-apa lagi dan mengarahkan pandangannya ke luar jendela dari Pesawat Pengangkut yang menjemputnya itu, dia sedikit merendahkan penglihatannya dan melihat pulau berjalan yang mengapung di tengah lautan yang luas di bawahnya.

Ya, itulah Little Garden.

Dia rasa namanya sama sekali tak sesuai dengan ukurannya.

"Tapi aku memiliki persyaratan yang harus dipenuhi."

Ucap pemuda itu tiba-tiba, jangan harap memanggilnya tiba-tiba kesini itu gratis.

-0-0-0-0-0-

"Whoa, pulaunya benar-benar besar."

Ucap pemuda pirang dengan rambutnya yang sekarang sudah klimis bahkan sinar matahari juga terpantulkan darisana, memakai kacamata bulat yang lumayan besar disusul dengan seragam berwarna hijau yang merupakan seragam resmi Akademi Little Garden. Yah, penampilannya layaknya murid culun.

"Apa benar tak apa-apa jika kau berpenampilan seperti ini?" tanya pria paruh baya yang ada di belakangnya, sebenarnya dia agak tak setuju jika itu menjadi persyaratan dari pemuda itu.

"Tak perlu khawatir. Jika aku memakai penampilan sebelumnya dan nama 'besar'ku, murid-murid itu pasti akan langsung takut. Setidaknya aku ingin melakukan pendekatan secara normal pada mereka," ucap pemuda itu dengab entengnya.

"Baiklah kalau kau yang berbicara. Oh ya, aku hanya bisa mengantarmu sampai sini, jika kau mengikuti GPS-nya kau pasti akan sampai di Akademi," ucap pria paruh baya itu yang mengucapkan salam perpisahan pada remaja pirang yang berdiri di depannya, tentunya landasan terbang itu menjadi saksi bisunya.

"Uh, terima kasih atas bantuannya. Aku berhutang padamu."

"Tak perlu dipikirkan, itu sudah tugasku."

"Kalau begitu aku pergi dulu. Terima kasih sebelumnya."

Setelah mengatakan itu, remaja itu meninggalkan pesawat yang membawanya serta landasan terbang itu kemudian mengikuti kemanapun GPS itu mengarahkannya.

'Sekolah ya? Sudah berapa lama aku meninggalkan kegiatan itu? 8 tahun? Yah, sudah lama sekali.'

Dia sempat berpapasan dengan beberapa orang dan sepertinya orang-orang itu memang tak mengenalinya, jika dia berpenampilan seperti biasanya, mungkin orang-orang akan langsung mengenalinya. Ya, begini-begini juga dia cukup terkenal di seluruh dunia ini.

Sebenarnya dia juga manusia normal seperti yang lainnya, tapi karena kejadian Savage ini, dia jadi punya sedikit kelebihan baik itu sesama manusia normal ataupun para Slayer.

Orang-orang memang terlalu melebih-lebihkan kekuatannya.

Pemuda pirang itu berhenti ketika penunjuk GPS-nya itu berhenti tepat di titik dirinya berdiri kemudian dia berusaha menyamakan titik GPS-nya dengan bangunan besar yang ada di depannya, sepertinya GPS itu menuntunnya dengan benar. Buktinya banyak remaja yang berdiri dan berkumpul dengan memakai seragam yang sama dengannya, ternyata ini lebih banyak daripada yang ia kira.

'Tunggu, sekarang aku harus apa? Aku belum pernah berinteraksi dengan orang yang usianya sama denganku, kebanyakan aku mengobrol dengan om-om. Merepotkan juga ya,' ucap pemuda itu dalam hati, jika sudah seperti ini dia tak bisa menyalahkan siapapun.

Trep!

Instingnya sebagai seorang petarung garis depan bangun begitu saja setelah merasakan kehadiran seseorang di belakangnya kemudian salah satu tangannya menangkap sesuatu yang berasal dari belakangnya dan itu adalah sebuah tangan, dia berbalik untuk mencari tahu tangan siapa yang sedang dipegangnya.

Meskipun matanya terhalang oleh kacamata yang lumayan tebal, tapi dia masih bisa melihat dengan jelas. Orang itu memiliki rambut hitam acak-acakan dengan iris mata hitamnya yang menatap kearahnya disusul raut wajahnya yang terlihat terkejut, pemuda pirang itu langsung melepaskan tangan yang tengah ia pegang.

"A-ah, maaf. A-aku tidak bermaksud..."

"Tak perlu meminta maaf, aku juga salah karena tidak memanggilmu terlebih dahulu," potong orang tersebut.

"Baiklah, emm..."

"Namaku Kisaragi Hayato, senang bertemu denganmu," ucap pemuda bernama Kisaragi Hayato itu sambil sedikit menundukan kepalanya dengan sopan.

Remaja pirang itu sedikit canggung saat tiba-tiba Hayato memperkenalkan dirinya, dia juga mau tak mau harus memperkenalkan dirinya juga "Namaku-..."

"Wah, jangan-jangan kau Kisaragi Hayato yang itu kan?!!!"

Sesaat pemuda pirang itu ingin menyebutkan namanya, seseorang mengintrupsi perkataannya dan membuat perhatian orang-orang yang ada disana tertuju pada Hayato.

"Eh?!!!" Hayato hanya bisa meneriakan itu saat mendengarnya.

"Benarkah dia Kisaragi Hayato? Orang yang mencapai ranking tertinggi."

"Wah, benar!"

"Boleh minta tanda tanganmu?!"

Dalam beberapa detik, Hayato sudah dikerubungi orang-orang yang ada disana dan itu hampir semuanya. Sementara pemuda pirang itu hanya bisa menjauh dari kerumunan tersebut, menjadi orang terkenal dan bertalenta memang merepotkan. Bahkan dia belum membalas perkenalan itu.

'Ah, mungkin nanti.'

Ucapnya dalam hati kemudian melangkahkan kakinya menjauhi kerumunan tersebut menuju bangunan besar yang ada di depannya, itu adalah Akademi Little Garden. Sekolah dimana para calon Slayer dari seluruh dunia dibentuk dan dilatih untuk bisa bertarung melawan Savage dan melindungi umat manusia.

Dengan kata lain, seorang Slayer harus mempertaruhkan nyawa mereka dalam pertempuran melawan Savage. Remaja pirang itu juga sudah menghadapi berbagai situasi menghadapi monster yang menginvasi bumi tersebut dan beruntung dia masih hidup sampai sekarang.

"Tapi aku juga berterima kasih, karena itu aku bisa mengalahkan kalian dengan cepat," gumam pelan pemuda pirang itu sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam bangunan tersebut.

Bukankah setelah ini, upacara penerimaan murid barunya akan dimulai?

Bersambung...

Halo, saya author baru.

Mohon kritik dan sarannya.