BRAK...

Kursi yang diduduki Hancock jatuh begitu saja saat dia berdiri dengan kasar.

"Tunggu. Apa maksudnya ini?" protes wanita model dengan tatapan tajamnya.

"Kenapa gelandangan itu mengaku-ngaku sebagai calon tunangan Hancock-San?" celutuk seseorang di belakang Hancock.

"Dasar tidak tau diri. Berani-beraninya dia berdiri di dekat Dragon-Sama," siram yang lain.

Dan masih banyak lagi makian yang terdengar di seluruh penjuru acara itu.

"DIAM! AKU TIDAK AKAN SEGAN-SEGAN MENENDANG BOKONG ORANG YANG MENGHINA ADIKKU SEMBARANGAN," suara Ace yang menggelegar seketika membuat tempat itu menjadi hening.

"Dragon-Sama, apa maksudnya ini?" tanya Hancock masih syok.

Dragon menatap Luffy penuh koreksi, seolah bertanya, 'apa yang sudah kau lakukan?'

Luffy yang mengerti dengan tatapan itu segera menyodorkan mikrofon yang berada di tangannya kepada Dragon. "Mereka tidak percaya kalau aku anak Ayah," ucapnya pelan.

Dragon mengangguk. Dia baru menyadari kalau Luffy memang tidak pernah menampakkan dirinya pada orang-orang. Dia selalu bekerja di balik layar seperti yang pernah disinggung oleh Sanji dulu. Hanya Ace dan Sabo yang selalu menemani Dragon setiap kali ada meeting atau yang lainnya.

"Ehem... Mohon perhatian semuanya," ucap Dragon. "Orang yang berdiri di sampingku ini adalah anak kandungku. Monkey D Luffy."

"EEHHHHH..." hampir semua orang memekik mendengar nama itu.

"Tunggu. Jadi bagaimana dengan Ace-Sama dan juga Sabo-Sama?" tanya Hancock mulai frustrasi. Dia sempat berpikir akan bertunangan dengan Ace.

"Mereka berdua adalah kakak angkat Luffy," jawab Dragon.

Kali ini para tamu undangan benar-benar syok. Termasuk Hancock yang sudah memucat.

"Luffy, kenapa kau tidak mau bertunangan dengannya?" tanya Dragon.

Luffy tersenyum simpul. Dia memberi kode dengan menggunakan tangannya, entah untuk siapa itu. Lalu dalam sekejap, layar utama di tengah panggung yang terhubung dengan LCD menjadi pusat perhatian di pesta itu. Pasalnya di sana muncul sebuah video saat Hancock memaki-maki Luffy kemarin sore, hingga sebuah tamparan yang diberikan Luffy kepada wanita itu.

"Bagaimana bisa?" mata Hancock membulat sempurna.

"Aku benar-benar tidak mau. Walaupun ayah memaksaku," ucap Luffy, lalu menatap Hancock. "Aku memang terlihat seperti gelandangan selama ini. Tapi kau tidak akan pernah menyadari ada yang selalu mengawalku setiap hari. Sebenarnya aku kesal juga dengan itu. Tapi dengan cara ini, aku bisa mengetahui sifat asli darimu," ucapnya dingin. Dia kemudian beralih memandang ayahnya yang masih berdiri di sampingnya. "Maaf karena aku tidak bisa bersatu dengan wanita pilihan ayah. Aku tau ini agak mengecewakan, tapi_"

"Sudah cukup," potong Dragon. Dia menatap Luffy sekilas. "Biar bagaimanapun, aku pasti akan marah jika ada yang memperlakukan anakku seperti itu. Aku bahkan belum pernah memarahinya selama ini. Dan sepertinya... Aku harus membatalkan pertunangan ini," ucapnya tegas.

"Tunggu. Tidak bisa begitu. Bagaimana bisa Anda membatalkannya semudah itu?" protes Hancock tidak terima.

"Maaf, Hancock-San. Sebagai seorang ayah, aku mengerti bagaimana perasaan Luffy. Dan setelah melihat video tadi, aku benar-benar kecewa," ucap Dragon.

Wajah Hancock semakin pucat. Setelah ini dia pasti akan hancur. Bagaimana pun caranya dia menghindar, namanya sudah tercoreng, walau dirinya adalah seseorang yang begitu dihormati. Hanya karena keegoisannya, dia malah kena imbasnya sendiri.

"Luffy-Sama..." teriak model cantik itu gemetar.

Luffy menatapnya.

"Maafkan aku. Aku sangat menyesal. Kumohon jangan batalkan pertunangan kita. Aku mohon," ucapnya seraya bersujud. Entah apa yang merasuki dirinya hingga berani melakukan hal memalukan seperti itu.

Luffy segera berlari ke arahnya. "Oi, apa-apaan ini? Aku tidak ingin ada orang yang bersujud padaku," ucapnya dan segera membantu wanita itu untuk berdiri.

Wajah Hancock kini penuh dengan air mata. Dia menghambur ke pelukan lelaki di depannya. "Maafkan aku. Kumohon maafkan aku," ucapnya terisak. Semua orang sampai terharu melihat momen itu.

Luffy melepaskan pelukan wanita itu, lalu tersenyum. "Aku memaafkanmu," ucapnya.

"Itu artinya, pertunangan kita tidak batal 'kan?"

Luffy tersenyum lagi. "Maaf. Tapi aku mencintai orang lain."

"Aku tidak mau. Kumohon, Luffy."

Luffy menyuruh beberapa pengawalnya untuk menenangkan Hancock. Dia kemudian kembali naik ke atas panggung. "Ayah, boleh aku minta satu hal lagi?" tanyanya kemudian.

Dragon mengangguk.

"Aku ingin acara ini tetap dilanjutkan hingga selesai," ucapnya, membuat semua orang terkejut.

"Dia tidak membatalkannya?" sebuah senyum segera terbit di wajah Hancock.

"Tapi, bukan berarti aku ingin bertunangan dengan wanita pilihan ayah. Aku ingin bertunangan dengan orang lain. Saat ini juga," ucap Luffy tegas.

"Siapa?"

Luffy kembali tersenyum. Matanya mengarah langsung pada wanita yang mengenakan topeng di barisan tempat duduk paling sudut. "Nami..." panggilnya.

"Nami?" umpat Hancock dalam hati.

Semua mata segera mengarah ke sana. Tepatnya pada wanita bertopeng itu.

"Luffy, kau benar-benar keterlaluan. Aku akan menghajarmu setelah ini. Bersiaplah..." batin Nami gemetar. Jujur saja, sebenarnya dia benar-benar tidak siap untuk hal seperti ini.

Dengan langkah sedikit ragu, Nami berjalan menuju panggung. Kakinya semakin gemetar, hampir saja membuatnya jatuh, namun dirasakannya sebuah tangan menggandengnya. "Robin?"

"Jangan khawatir. Akan kutemani," ucap wanita cantik itu tersenyum.

"Ohh... Terima kasih Tuhan," ucap Nami pelan.

"Acara ini sangat menarik," bisik Robin tersenyum. Dia menemani Nami berjalan ke depan sana, lalu kembali lagi ke tempat duduknya setelah mengantarnya sampai ke panggung.

"Kau boleh membuka topeng itu sekarang," ucap Luffy tersenyum.

Perlahan, Nami menurunkun topeng yang dipakainya. Dia kemudian membungkuk sopan pada Dragon. "Dragon-Sama, perkenalkan. Saya Nami," ucapnya tersenyum.

"Tidak perlu formal begitu. Sepertinya aku pernah melihat fotomu terpajang di kamar Luffy. Dan sekarang aku benar-benar melihat yang asli," ucap Dragon menahan tawa.

"AYAH..." protes Luffy malu.

"Benarkah?" tanya Nami.

"ITU BENAR," dua buah sahutan terdengar dari kerumunan para tamu.

Luffy menatap tajam pada kedua kakak angkatnya yang kini tertawa geli.

"Tunggu sebentar. Dia hanya seorang maid di rumahku. Kau yakin, Luffy?" celutuk Hancock tiba-tiba. Dia benar-benar tidak bisa menerima hal ini.

Luffy hanya tersenyum mendengar protesan itu. "Jika untuk Nami, keluar dari keluarga 'Monkey D' juga bukan masalah untukku," ucapnya mantap, membuat Hancock terdiam.

Nami tersenyum bangga mendengar jawaban itu. Ternyata ada orang yang begitu takut kehilangan dirinya setelah melalui semua ini.

"Baiklah, Luffy. Itu hakmu," ucap Dragon akhirnya. Biar bagaimanapun keras kepalanya Luffy, dia tidak ingin kehilangan anak satu-satunya itu.

*

Suara deru nafas terdengar samar di kamar itu. Nami mengambil oksigen sebanyak yang dia bisa, namun sepertinya Luffy tidak memberinya kesempatan itu.

Nami menghela nafas panjang setelah Luffy melepaskan ciuman panjang mereka. "Kau benar-benar membuatku kehabisan nafas."

"Shishishi... Mau lagi?" tawar Luffy dengan seringaian nakalnya.

Nami hanya tersenyum, lalu menenggelamkan kepalanya di dada bidang Luffy. "Tadi itu benar-benar gila."

"Maksudmu soal pertunangannya?"

Nami mengangguk. "Kenapa kau tidak memberitahuku?"

"Karena kepopuleran bukan sesuatu yang begitu penting untukku. Aku hanya ingin melihat orang-orang yang benar-benar menerimaku apa adanya."

Nami memejamkan matanya sejenak seraya tersenyum, lalu kembali membukanya. "Aku sangat bahagia bisa bertemu denganmu. Maaf karena selama ini aku terlalu kasar."

"Bukan masalah. Aku senang saat kau marah. Wajahmu terlihat seperti malu-malu saat marah," Luffy menahan tawanya.

"Kau benar-benar merencanakan ini. Bisa-bisanya Nojiko dengan Mina juga bisa ada di acara tadi."

"Pengawalku bisa mengantisipasi semuanya. Aku benar-benar bangga pada mereka."

"Lalu bagaimana dengan pria pirang dengan alis spiral itu? Sepertinya dia tidak senang kita bertunangan? Dia sampai menangis tadi."

"Dia memang selalu begitu. Saat Zoro dan Robin bertunangan, dia juga menangis. Intinya dia selalu menangis saat melihat orang lain bertunangan."

"Apa dia terharu?"

"Bukan. Hanya kelewat mesum."

Nami menahan tawanya. "Baiklah. Aku mengerti," ucapnya. Akhirnya dia tertawa juga.

Luffy yang melihatnya tentu saja lega. Dia belum pernah melihat Nami seceria ini sebelumnya. "Jadi... Kapan pernikahan kita dilangsungkan?" tanyanya.

"Secepat itu?" Nami mengerutkan keningnya.

"Jadi?"

"Aku tidak mau. Itu terlalu cepat."

"Tapi aku mau..."

"Mau apa?" tanya Nami mengoreksi.

Luffy mendekatkan mulutnya ke telinga Nami. "A baby."

Wajah Nami seketika memerah. "Nakal," omelnya.

"Kalau kau tidak mau, kita akan membuatnya sekarang," goda Luffy.

Wajah Nami semakin memerah. "Tidak mau."

Luffy menyengir nakal. Tanpa ragu, dia melumat bibir Nami dengan panasnya.

The End

Aku akui kalau ini adalah ending yang sangat gaje. Terima kasih banyak untuk yang selalu setia mengikuti. Maaf kalau endingnya tidak sesuai harapan kalian. Isi pikiran orang 'kan beda-beda.

Yang pastinya, aku senang saat kalian memberikan komentar. Aku sangat menghargai.

Ok... Sampai di sini dulu ya. Sampai jumpa di fanfict lainnya. Bye Minna... I Love You so much :)

Salam Penulis:

Cristin Monalisa Sidabutar

Fin